SYARIAH
BEBERAPA KENDALA
Kelemahan SDM
• Penguasaan konsep operasional bank syariah kurang
• Terpengaruh pengelolaan bank konvesional
• Sikap “inkonsistensi” yang fatal.
Ikatan aqidah
Nasabah sebagai mitra
Aksesibilitas bank syariah sangat luas
Bertumpu pada kelayakan usaha dan bukan pada
jaminan
Bagi hasil akan menghilangkan inflasi
Mandiri dan resisten terhadap gejolak moneter
Persaingan melalui profesionalisme dan pelayanan
yang terbaik
Tersedianya al-qardhul hasan
KELEMBAGAAN BANK SYARIAH
PENGEMBANGAN SDM
Pendidikan dan pelatihan
Kerjasama dengan bank syariah yang sudah ada serta
lembaga pendidikan dan pelatihan di dalam dan luar negeri
OPERASIONAL
PENGHIMPUNAN DANA
(funding product)
WADI’AH
MUDHARABAH
PENYALURAN DANA
(lending product)
JUAL BELI FEE BASED INCOME
SYIRKAH (services product)
JASA Agency/wakalah
PERBANKAN/Sewa
Jasa/Ujrah
A. PENGHIMPUNAN DANA (SUMBER DANA) :
1. Al-Wadiah
Aqad di mana dana/harta menyimpan uang atau barang
untuk dijaga oleh Bank.
Bank meminta izin menggunakan dana
Segala keuntungan dan risiko penggunaan dana ditanggung
pihak bank
Bank dapat memberikan bonus kepada pemilik dana tanpa
perjanjian di muka
Pemilik dana bebas mengambil dana tanpa waktu yang
ditentukan
2. Al-Mudharabah
MUDHARABAH
Mudharabah adalah suatu akad kerja sama antara 2 (dua) pihak di mana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan modal 100%, sedangkan pihak lainnya
(Mudharib) menjadi pengelola dengan pembagian keuntungan yang diperoleh dari
pengelolaan tersebut dibagi menurut kesepakatan di muka sementara kerugian
yang timbul menjadi tanggung jawab pemilik modal kecuali jika kerugian tersebut
disebabkan oleh kelalaian mudharib (pengelola).
Salam didefenisikan dengan bentuk jual beli dengan pembayaran dimuka dan
penyerahan barang di kemudian hari (advanced payment atauforward buying atau future
sale) dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal dan tempat penyerahan yang
jelas, serta disepakati sebelumnya dalam perjanjian.
Keterangan:
Koperasi petani mangga harum manis memerlukan bantuan dana untuk mensukseskan
panen anggota-anggotanya tahun depan terhitung dari sekarang. Untuk itu, koperasi
petani tersebut mendatangi bank syariah dan menawarkan skema jual beli salam agar
bank syariah tidak rugi dan petanipun dapat panen dengan baik. Maka prosesnya
adalah sebagai berikut:
•Bank syariah membeli 10 ton mangga harum manis dari koperasi petani buah mangga
harum manis dengan harga Rp. 50.000,- per kilogram menggunakan akad jual beli
salam untuk 1 tahun kedepan.
•Bank syariah membayar tunai kepada koperasi tersebut sebesar: Rp.50.000,- x 1000 x
10 = Rp. 500.000.000,- .
•Bank syariah menjual kepada pemborong buah mangga harum manis dengan harga
Rp.55.000,- per kilogram menggunakan akad jual beli salam untuk 1 tahun kedepan.
•Pemborong membayar tunai kepada bank syariah sebesar: Rp.55.000,- x 1000 x 10 =
Rp.550.000.000,-.
• Setelah satu tahun berlalu, koperasi petani mengirimkan mangga harum
manis dengan jumlah dan kualitas sesuai pesanan kepada bank syariah.
• Bank syariah kemudian mengirimkan buah-buah tersebut kepada
pemborong.
• Pemborong menjual mangga harum manis di pasar buah dengan harga
Rp.100.000,- per kilogram.
• Pemborong mendapatkan keuntungan dari penjualan mangga di pasar
buah.
Dari penjelasan dalam skema di atas, terlihat bahwa semua yang terlibat
dalam jual beli salam mendapatkan keuntungan mereka masing-masing.
Para petani mendapatkan keuntungan berupa panen yang baik dengan
hasil yang memuaskan disebabkan keperluan-keperluan mereka dalam
mengelola perkebunan tersebut dapat terpenuhi dengan uang tunai yang
dibayarkan di muka oleh pihak bank syariah. Sedangkan pihak bank
syariah mendapatkan keuntungan sebesar lima puluh juta rupiah yang
merupakan selisih harga jual kepada pemborong dengan harga beli dari
petani mangga. Dan pihak pemborong mendapatkan keuntungan dari
selisih harga beli dari bank syariah dengan harga jual di pasar buah.
Al-Istishna’
adalah akad jual beli pesanan antara pihak produsen / pengrajin /
penerima pesanan ( shani’) dengan pemesan ( mustashni’) untuk
membuat suatu produk barang dengan spesifikasi tertentu (mashnu’)
dimana bahan baku dan biaya produksi menjadi tanggungjawab pihak
produsen sedangkan sistem pembayaran bisa dilakukan di muka, tengah
atau akhir.
Contoh :
Sebuah perusahaan konveksi meminta pembiayaan untuk pembuatan
kostum tim sepakbola sebesar Rp 20juta. Produksi ini akan dibayar oleh
pemesannya dua bulan yang akan datang. Harga sepasang kostum
biasanya Rp 40.000,00, sedangkan perusahaan itu menjual pada bank
dengan harga Rp 38.000,00. Berapa keuntungan yang didapatkan bank?
Dalam kasus ini, produsen tidak ingin diketahui modal pokok pembuatan
kostum. Ia hanya ingin memberikan untung sebesar Rp 2.000,00 per
kostum atau sekitar Rp 1juta ( 20 juta / 38 000 x 2000 ) atau 5% dari
modal. Bank bisa menawar lebih lanjut agar kostum itu lebih murah dan
dijual kepada pembeli dengan harga pasar.
* Sewa
Ijarah : sewa murni / sewa dengan
penyerahan barang di akhir masa sewa (leasing)
* Bagi Hasil
Al-Musyarakah : pembiayaan dan
pengelolaan proyek bersama (modal ventura)
Al-Mudharabah : pendanaan proyek
dengan dana dari pihak bank
Konsep Bagi Hasil Bank Syariah
Pada awal Januari 2007, H.Mahdi membuka tabungan atau
simpanan mudharabah pada lembaga keuangan syariah. Data transaksi yang terjadi
selama bulan tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel Saldo Rata-Rata Harian
Misalkan, diketahui nisbah yang telah disepakati antara H.Mahdi dengan pihak lembaga
keuangan syari’ah sebesar 60:40, maka distribusi pendapatan untuk H.Mahdi atas simpanan
mudharabahnya adalah
8.774.193,55
X 60 % X 25.000.000 = 263.225,81
500.000.000
Petani yang memiliki 2 hektar sawah mengajukan pembiayaan Rp. 5.000.000,-
untuk modal kerja (bibit, pupuk, ongkos-ongkos) penanaman padi. Setiap
panen biasanya petani tersebut memperoleh hasil 4 ton, sementara harga
beras yang dihasilkannya di tingkat petani saat ini adalah Rp. 2.000,-/kg.
Petani tersebut akan menghantarkan berasnya setelah 3 (tiga) bulan. Jumlah
pembiayaan yang diajukan Rp. 5.000.000,- sedang harga beras di pasar Rp.
2400,-/kg. Metode pembayaran apa yg digunakan dan berap ton yang harus
dibeli bank dan jika bank menjual sesuai harga pasar berapa keuntungannya?
Rani membuka rekening bank syariah dengan saldo rata rata sebesar 10 juta .
Nisbah bagi hasil 50 %:50% dan pendapatan bank 900.000.000 , saldo rata
rata bank adalah Rp 10.000.000.000. Hitunglah bagi hasilnya?
Seorang pedagang memerlukan modal kerja sebesar Rp. 500.000.000,-,
namun ia sama sekali tidak memiliki dana sehingga ia mengajukan pembiayaan
kepada bank syariah. Sebelumnya dihitung proyeksi pendapatan per bulan,
misalnya Rp. 30.000.000,-. Dari pendapatan tersebut disisihkan 10 % untuk
pengembalian modal dan sisanya dibagi antara bank dan nasabah misalnya
80% untuk nasabah dan 20% untuk Bank. Bagaimana metode
pembayarannnya dan perhitungannya?
TUGAS TERSTRUKTUR
Apa yang melatarbelakangi munculnya Bank Syariah? Jelaskan.
Jelaskan arti & tujuan manajemen Bank Syariah!
Kendala2 apa yang dihadapi Bank Syariah? Jelaskan.
Mengapa riba dalam praktik jual-beli & pinjam-meminjam dilarang
dalam Islam?
Apa perbedaan Bank Syariah dengan bank umum konvensional
ditinjau dari sistem bisnisnya.
Sebutkan & jelaskan prinsip penghimpunan dana Bank Syariah!
Bagaimana ketentuan tentang permodalan dalam Bank Syariah?
Jelaskan.
Sebutkan & jelasakan tentang prinsip penyaluran dana Bank Syariah!
Sebutkan & jelaskan sumber pendapatan Bank Syariah!
Apa perbedaan antara biaya yang ditanggung Bank Syariah dengan
bank umum konvensional? Jelaskan.
wassalam
sementara harga beras yang dihasilkannya di tingkat
petani saat ini adalah Rp. 2.000,-/kg. Petani tersebut
akan menghantarkan berasnya setelah 3 (tiga) bulan.
Jumlah pembiayaan yang diajukan Rp. 5.000.000,-
sedang harga beras di pasar Rp. 2000,-/kg. Maka Bank
bisa membeli beras dari petani sebanyak 2,5 ton (Rp.
5.000.000,-: Rp. 2000,-/kg). Agar memperoleh margin
20%, maka Bank harus bisa menjual kembali beras
tersebut seharga Rp. 2.400,-/kg (bisa dengan bantuan
petani) sehingga memperoleh pengembalian dana
sebesar Rp. 6.000.000,-.
Contoh penerapan:
Seorang mengajukan permohonan pembiayaan sebesar Rp.
500.000.000 juta untuk modal kerja pembangunan rumah
tinggal kepada Bank.
Dalam hal ini bank akan membeli rumah tersebut dari
kontraktor pembangun rumah melalui fasilitas istisna’ yang
pembayarannya disesuaikan dengan progress
pembangunan rumah. Setelah pembangunan selesai Bank
menjual kembali rumah tersebut kepada Nasabah misalnya
seharga Rp. 550.000.000,- yang dicicil 3 tahun.
tidak memiliki dana sehingga ia mengajukan
pembiayaan kepada bank syariah.
Bank bertindak sebagai penyedia dana, dengan
menyediakan fasilitas mudharabah sebesar Rp.
500.000.000,- untuk menjalankan usaha
perdagangan nasabah. Sebelumnya dihitung
proyeksi pendapatan per bulan, misalnya Rp.
30.000.000,-. Dari pendapatan tersebut disisihkan
Rp. 10.000.000,- untuk pengembalian modal dan
sisanya dibagi antara bank dan nasabah misalnya
80% untuk nasabah dan 20% untuk Bank.