KELANCARAN PENGEMBALIAN
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
(Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis,
Cabang Pasar Minggu)
SKRIPSI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN
VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA. H34050921. 2009. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR)
(Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu).
Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).
Lebih dari 80 persen usaha yang ada di Indonesia adalah usaha mikro.
Sektor usaha mikro mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional,
khususnya dalam hal menyediakan kesempatan kerja dan merupakan sumber yang
cukup besar bagi penerimaan negara (BPS 2007). Walaupun sektor usaha mikro
memberikan kontribusi besar terhadap PDB nasional dan dapat menyediakan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat namun hal ini belum dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat. Faktor internal yang diduga menjadi
salah satu penyebabnya adalah kurangnya permodalan. Salah satu langkah nyata
pengembangan sektor usaha mikro adalah melalui peningkatan permodalan
berupa kredit.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan kredit bagi usaha mikro
maupun bagi usaha kecil, dan menengah dengan pola penjaminan diharapkan
akan dapat memberikan kemudahan akses serta kesempatan yang lebih besar
terhadap kredit, terutama pada usaha mikro. PT Bank Rakyat Indonesia
merupakan bank penyalur yang paling banyak menyalurkan KUR. Meskipun
KUR merupakan hasil dari kebijakan pemerintah, tidak membuat kegiatan
penyaluran pinjaman ini lepas dari risiko kredit. Risiko kredit dalam kegiatan
pembiayaan melalui pemberian KUR ini diindikasikan dengan tingkat kredit
macet atau tingkat Non Performing Loan (NPL), seperti yang terjadi pada BRI
Unit Cimanggis yang nilainya cenderung meningkat seiring dengan peningkatan
jumlah debiturnya. Sehingga penelitian yang bertujuan mengidentifikasi
karakteristik debitur berdasarkan kelancaran pengembaliannya serta menganalisis
faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR
pada BRI Unit Cimanggis diharapkan akan bermanfaat untuk mengantisipasi
risiko kredit tersebut sedini mungkin.
Penelitian ini dilakukan pada PT Bank BRI Unit Cimanggis Cabang Pasar
Minggu pada bulan Maret hingga April 2009. Data yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Metode penentuan sampel
dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja dan disproporsional. Jumlah sampel
yang diambil sebanyak 65 orang dengan jumlah sampel untuk masing-masing
subpopulasi yaitu 40 orang mewakili subpopulasi dengan pengembalian lancar
dan 25 orang mewakili subpopulasi yang menunggak. Pengolahan data di dalam
penelitian ini menggunakan dua metode pengolahan data yaitu analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi logistik.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa karakteristik responden
debitur KUR BRI Unit Cimanggis baik responden debitur lancar maupun
menunggak sebagian berjenis kelamin pria dengan tingkat pendidikan yang
rendah. Jumlah tanggungan dalam keluarga sebagian besar berjumlah empat
orang. Mereka sebagian besar mengakses kredit dengan masa pengembalian 12
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
Judul Skripsi
NIM
: H34050921
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
Kelancaran Pengembalian
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR),
Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu adalah
karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 28 Agustus 1987. Penulis adalah anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Haris Kaswara dan Ibunda Hj.
Etna Solihati (alm). Penulis menunaikan wajib belajar sembilan tahun di SD Swata
Pupuk Iskandar Muda (lulus tahun 1999) dan SMP Negeri 41 Ragunan (lulus tahun
2002). Penulis kemudian menyelesaikan pendidikan lanjutan menengah atas di SMA
Negeri 28 Pasar Minggu dan lulus pada tahun 2005.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) di
Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada
tahun 2005. Pada tahun 2006, penulis diterima untuk melanjutkan pendidikan di
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui seleksi umum yang
dilakukan terhadap seluruh mahasiswa TPB-IPB angkatan 42. Selama mengikuti
pendidikan di IPB, penulis aktif pada Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis
(HIPMA), Himpunan Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi (MISETA), serta
International Association of Students in Agriculture and Related Sciences Local
Committee IPB (IAAS-LC IPB).
Pada tahun 2007, penulis bersama dengan dua rekan mahasiswa lainnya tercatat
sebagai juara 2 LKTM Bidang Pendidikan tingkat IPB. Pada tahun 2008, penulis
kembali bersama dengan dua rekan mahasiswa lainnya tercatat sebagai penerima hibah
DIKTI untuk Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat. Pada
tahun 2009, penulis memperoleh beasiswa Prestasi Pengembangan Akademik dari
DIKTI yang disalurkan melalui Direktorat Kemahasiswaan IPB.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmatNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR), Studi
Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menganalisis
faktor-faktor
yang
viii
ix
9. Dicky Satria yang senatiasa mengingatkan dan memberi semangat tanpa pernah
bosan.
10. Dina Wening, Rika Kemala, Lizna Seftiana, Wiwi Heryawati, Retno Suandari, Gusri
Ayu Farsa, M. Reza, Resha Adriansyah, Wiyanto, Alessandro Ginting, Marlinda
Sari, dan rekan-rekan mahasiswa Agribisnis lainnya serta tidak lupa Gina Almirani,
Intan Tanjung, Ika Novi, Diajeng Sagita yang selalu memberi dukungan dan
semangat.
11. Teman-teman kecilku, Diah Ayu, Yulia Prihandini, Halina Amanda, Yusna Ayu,
Nurani Agustina, Meilani Martini, Riesa Eka, Astatine Sunardi, dan Qisha Quarina,
yang selalu mendukung, memberi warna, dan inspirasi dalam hidup.
12. Mba Anis, Ratna MS dan Novy, rekan-rekan satu bimbingan yang selalu saling
mendukung.
13. Teman-teman Perwira 41, Intan, Adek, Rani, Lina, Mei, Rini, Tita, Amma, yang
memberikan kehangatan dan kenyamanan seperti sebuah keluarga kedua.
14. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas seluruh
bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................
xiii
xiv
xv
PENDAHULUAN ........................................................................
1.1 Latar Belakang ........................................................................
1.2 Perumusan Masalah ................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................
TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
2.1 Usaha Mikro ............................................................................
2.2 Pengertian,Fungsi,dan Tujuan Kredit .....................................
2.3 Lembaga Keuangan Bank .......................................................
2.4 Lembaga Penjaminan ..............................................................
2.5 Kredit Usaha Rakyat (KUR) ...................................................
2.6 Pasar Kredit pada Usaha Mikro ..............................................
2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelancaran
Pengembalian Kredit ...............................................................
1
1
5
7
8
9
9
13
16
19
19
20
III
24
24
24
25
27
29
IV
35
34
34
35
36
37
38
43
44
44
45
46
46
47
48
50
51
54
II
20
VI
57
57
57
62
64
66
67
69
70
72
74
76
LAMPIRAN ..........................................................................................
79
DAFTAR TABEL
Nomor
1
Halaman
Jumlah Unit Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja
menurut Skala Usaha Tahun 2006 ..............................................
57
58
59
60
61
10
63
11
64
12
65
13
66
67
14
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1
Halaman
Debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR)
BRI Unit Cimanggis Tahun 2008 2009 ..................................
24
25
26
33
39
52
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1
Halaman
Pelaporan Data Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro
BRI Unit Cimanggis ..................................................................
80
81
82
83
84
85
86
I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pembangunan dan pertumbuhan usaha mikro merupakan salah satu
Persentase
Jumlah Usaha
(%)
Jumlah
Tenaga Kerja
(Orang)
45.313
0,2
4.943.083
9,6
158.597
0,7
3.037.936
5,9
Usaha Kecil
3.579.761
15,8
11.276.408
21,9
Usaha Mikro
18.873.043
83,3
32.181.529
62,5
Total
22.656.714
100
51.438.956
100
Skala Usaha
Usaha Besar
Usaha
Menengah
Persentase
Jumlah Tenaga Kerja
(%)
Selain itu, usaha mikro juga merupakan sumber yang cukup besar bagi
penerimaan negara. Hal ini dapat dilihat dari nilai persentase PDB yang
disumbangkan usaha mikro pada tahun 2007 sebagai bagian dari sektor usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terhadap nilai PDB nasional yakni sebesar
53,6 persen (Tabel 2).
Tabel 2. Nilai Produk Domestik Bruto Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) dan Nasional Tahun 2005-2007 atas Dasar Harga Berlaku
Keterangan
UMKM
Nasional
Persentase UMKM
2005
(Miliar Rupiah)
2006
(Miliar Rupiah)
2007
(Miliar Rupiah)
1.941,10
3.164,10
1.778,70
3.338,20
2.121,31
3.957,66
61,35
53,30
53,60
Hurustyadi I. 2007. Analisis kelayakan investasi usaha mikro, kecil, dan menengah: studi kasus
pada CV Bersaudara Jaya [abstrak]. http://www.jurnalskripsi.co.id. [2 Agustus 2009].
Osa, Stefanus. 2008. Apa kabar pemberdayaan UMKM. www.kompas.com. [28 April 2009].
Tabel 3.
2007
34.43
42.462
11.96
52.859
12.88
24.49
67.774
13.48
28.22
Bank Swasta
Nasional
176.421
49.71
195.326
47.59
10.72
238.211
47.38
Bank Asing
dan
Campuran
13.836
3.9
17.322
4.22
25.2
20.073
Total Kredit
UMKM
354.908
100
410.442
100
15.65
502.798
(%)
Share
35.31
Growth
(%)
18.62
Nilai
(Milyar
Rupiah)
176.74
Januari 2008
Nilai
(Milyar
Rupiah)
144.935
Kelompok
Bank
Bank
Persero
Bank BPD
Nilai
(Milyar
Rupiah)
122.189
2006
(%)
Share
(%)
35.15
Growth
(%)
21.94
Nilai
(Milyar
Rupiah)
172.797
Share
(%)
Rata-Rata
Share
(%)
34.77
Growth
(%)
-2.23
67.508
13.59
-0.39
12.98
21.96
235.961
47.48
-0.94
48.04
3.99
15.88
20.658
4.16
2.91
4.07
100
22.5
496.924
100
-1.17
100
Growth
(%)
34.92
12.78
17.44
10.58
14.66
12.33
Jenis
Penggunaan
Modal Kerja
142.633
40.19
171.118
41.69
19.97
204.765
40.73
19.66
197.067
39.66
-3.76
40.57
Investasi
33.049
9.31
37.147
9.05
12.4
44.578
8.87
20
43.898
8.83
-1.53
9.02
10.29
Konsumsi
179.225
50.5
202.177
49.26
12.81
253.453
50.41
25.36
255.959
51.51
0.99
50.42
13.05
11.96
Bank Mandiri, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri. Di antara keenam bank
tersebut, bank yang
paling banyak
menyalurkan hingga 76,69 persen dari total dana KUR yang telah disalurkan
(Tabel 4). Tingginya penyaluran KUR oleh BRI disebabkan telah luasnya jaringan
kantor BRI Unit (4300 unit) yang dapat menjangkau hingga masyarakat di
pedalaman3.
Tabel 4. Realisasi Penyaluran KUR hingga Februari 2009
Bank
BRI
-BRI KUR
-BRI KUR Mikro
BNI
Mandiri
BTN
Bukopin
BSM
TOTAL
Kredit
(Juta Rupiah)
9.681.322
3.009.856
6.671.466
1.153.303
1.168.285
176.541
612.730
344.394
13.136.575
Debitur
(Orang)
Rata-Rata Kredit
(Juta Rupiah/Orang)
1.717.666
26.711
1.690.955
8.821
37.087
1.112
2.918
4.350
1.771.954
5,64
112,68
3,95
130,75
31,50
158,76
209,98
79,17
7,41
yang memiliki dana berlebih dengan pihak yang kekurangan dana, menimbulkan
adanya risiko dalam kegiatan pembiayaan bank. Pentingnya pengelolaan risiko
menjadi salah satu faktor keberhasilan PT Bank BRI
dalam meningkatkan
Perumusan Masalah
Kredit Usaha Rakyat (KUR) khususnya KUR Mikro merupakan kredit
bagi usaha mikro yang telah feasible namun membutuhkan modal baik dalam
menjalankan usaha maupun untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya sehingga
akan dapat memperlancar dan meningkatkan produktivitas usahanya dengan pola
[Asia Securities]. 2008. Bank Rakyat Indonesia: Kinerja yang Bersinar Ditopang Jaringan yang
Kuat. www.asiasecurities.co.id. [28 April 2009].
terdapat
permasalahan
yang
timbul,
yaitu
keterlambatan
0,44
persen dan 1,96 persen. Adapun tingkat NPL KUR PT. Bank BRI sendiri adalah
sebesar 2,58 persen (Kantor Menko Perekonomian dalam Bank Rakyat Indonesia
2009). Jika dibandingkan dengan tingkat NPL KUR pada dua bank penyalur
tersebut, maka persentase NPL PT Bank BRI masih dapat ditekan dengan
berupaya meningkatkan kinerja penyaluran KUR ini menuju arah yang lebih baik.
BRI Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu merupakan salah satu dari
kantor unit yang dibuka oleh BRI untuk melayani masyarakat termasuk di
dalamnya adalah memberikan pelayanan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Di antara
unit-unit BRI yang berada dibawah Kantor Cabang Pasar Minggu, BRI Unit
Cimanggis
memiliki
peluang
terhadap
sektor
usaha
mikro.
Sejak
NPL (%)
4.00%
3.00%
2.00%
1.00%
0.00%
Bulan
AGT '08
SEPT '08
OKT '08
NOV '08
DES '08
JAN '09
FEB '09
terhadap tingkat kelancaran pengembalian oleh debitur perlu menjadi hal yang
diperhatikan oleh PT Bank BRI agar angka kredit bermasalah dapat ditekan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1.
2.
1.3.
1.
Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi karakteristik debitur KUR pada BRI Unit Cimanggis
berdasarkan tingkat kelancaran pengembalian.
2.
1.4.
1.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi manajemen PT Bank BRI
terutama bagi BRI Unit Cimanggis sebagai masukan dan solusi untuk dapat
mengetahui karakteristik debiturnya serta faktor-faktor yang berpengaruh
nyata terhadap tingkat kelancaran pengembalian KUR oleh debiturnya
sehingga bank dapat mengantisipasi faktor tersebut untuk meningkatkan
kualitas kredit dan PT Bank BRI menjadi bank yang handal dalam
menjalankan perannya.
2.
3.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Usaha Mikro
Usaha mikro merupakan suatu unit usaha yang banyak memiliki
2)
3)
4)
5)
Proses perizinan pendirian badan usaha, paten, merek, hak cipta, investasi,
izin yang masih birokratis, biaya tinggi, dan waktu yang lama.
Namun demikian jika mendapatkan sokongan dari berbagai pihak yang
saling terintegrasi sebenarnya sektor usaha mikro akan dapat berkembang lebih
baik. Pertama, pemerintah memberikan regulasi dan supervisi yang tepat, dalam
hal ini peran pemerintah. Kedua, tersedianya sumber permodalan dan pembiayaan
yang mudah dijangkau dan sustainable, yang perannya diperankan oleh perbankan
dan lembaga keuangan mikro. Dan ketiga, adanya pendampingan untuk capacity
building
2)
12
2)
3)
4)
seperti
pengendalian
inflasi,
peningkatan
ekspor,
dan
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. Untuk menekan laju inflasi pada tahun
1966 yang lebih kurang sebesar 650 persen, pemerintah memberlakukan
kebijakan uang ketat melalui pemberian kredit usaha yang selektif dan
terarah untuk melindungi usaha-usaha yang bersifat non-spekulatif. Arus
kredit diarahkan pada sektor-sektor yang produktif dengan pembatasan
13
permodalan. Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi
kekurangmampuan para pengusaha di bidang permodalan sehingga para
pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.
6)
14
2.3.
16
4) Kredit on shore. Fasilitas kredit yang diberikan oleh unit kredit dalam negeri
(kantor wilayah, cabang, atau divisi korporasi) yang diberikan kepada debitur
dalam negeri dalam bentuk valuta asing.
5) Kredit cash collateral. Merupakan kredit khusus yang diberikan kepada
pemegang deposito berjangka bank yang bersangkutan, bank pemerintah, atau
bank asing/swasta nasional yang bonafid dan pemegang tabungan bank yang
bersangkutan.
6) Kredit profesi. Kredit yang diberikan oleh bank dalam rangka membantu para
profesional (dokter, akuntan publik, pengacara, konsultan, dan sebagainya)
untuk mengembangkan profesinya.
7) Kredit
kesepakatan
bersama
atas
beberapa
ketentuan,
seperti
porsivolume kredit dan agunan masing-masing bank, tingkat suku bunga, dan
lain-lain.
9) Kredit-kredit program. Berbagai jenis kredit yang dibeerikan oleh bank dalam
rangka memenuhi ketentuan untuk mengikuti suatu program pemerintah
seperti kredit canda kulak, kredit usaha kecil (KUK), dan sebagainya.
Selain berbagai jenis produk yang dihasilkan bank di atas, bank juga
memberikan berbagai pelayanan jasa yang mencakup jasa perbankan dalam negeri
dan luar negeri seperti pemindahbukuan (transfer), surat keterangan bank,
delegasi kredit, dan lain sebagainya.
2.4.
Lembaga Penjaminan
PT Askrindo didirikan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan Bank
Indonesia pada tahun 1971. Askrindo bergerak pada bidang asuransi kredit bank
dan juga usaha-usaha lainnya, khusus di bidang penjaminan. Visi dari Askrindo
adalah menjadi perusahaan asuransi nasional terpercaya dan kompetitif yang
mengutamakan pelayanan prima dengan dukungan sumber daya dan lembaga
keuangan yang kuat di dalam dan di luar negeri untuk pihak-pihak yang
berkepentingan, dengan misi mendukung program pemerintah di bidang ekonomi
17
Kredit Investasi (KI) dengan plafon kredit sampai dengan Rp500 juta. Di samping
itu, terdapat pula KUR Mikro dengan plafon kredit maksimal Rp. 5 juta. Pinjaman
ini diberikan kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi yang memiliki
usaha produktif yang layak (feasible) namun belum bankable. Pinjaman tersebut
sebagian dijamin dengan program penjaminan kredit oleh pemerintah melalui
PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan Perum Jaminan Kredit Indonesia
(Jamkrindo).
Besarnya coverage penjaminan maksimal yang diberikan Askrindo dan
Jamkrindo adalah sebesar 70 persen dari nilai kredit. Selebihnya harus disediakan
oleh pihak debitur yang menjadi risiko bank penyalur karena dana yang disalurkan
melalui KUR tersebut adalah sepenuhnya berasal dari bank penyalur. Bunga
pinjaman dalam pengembalian kredit ini adalah sebesar 1,125 persen per bulan.
18
2.6.
kredit akan sangat dipengaruhi oleh harga kredit yang ditunjukkan dengan tingkat
bunga kredit. Sehingga semakin tinggi tingkat bunga maka jumlah permintaan
kredit akan turun. Selain itu pendapatan dan bank pemberi kredit juga
mempengaruhi permintaan terhadap kredit (Rachmina 1994).
Secara garis besar terdapat dua sumber kredit, yaitu sumber formal dan
sumber non-formal. Maka dengan demikian terdapat dua pasar kredit bagi usaha
pada sektor mikro ini, yaitu pasar kredit formal dan pasar kredit non-formal.
Kedua pasar kredit tersebut mempunyai karakteristik dan struktur yang berbeda,
sehingga dalam batas-batas tertentu kedua pasar tersebut bersifat independen.
Demikian juga dengan tingkat bunga yang ditetapkan pada kedua pasar berbeda
cukup besar, dimana tingkat bunga pasar kredit formal relatif lebih rendah dari
pasar kredit non-formal (Rachmina 1994).
2.7.
berbagai penelitian terdahulu. Alamsyah (2007) yang meneliti tentang faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit macet pada kredit usaha
pedesaan (Kupedes) dalam sektor agribisnis di BRI Unit Ciomas, Bogor
mengemukakan bahwa jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah debitur dengan
bank sertaomzet usaha memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat
pengembalian Kupedes. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga dan
semakin jauhnya jarak rumah dengan bank serta semakin kecilnya omzet usaha
yang diperoleh maka kemungkinan timbulnya kredit macet semakin besar. Hal
tersebut menunjukkan bahwa faktor yang sebelumnya diduga berpengaruh
terhadap tingkat pengembalian kredit seperti usia, tingkat pendidikan, pengalaman
berusaha, jangka waktu pengembalian, serta beban bunga ternyata tidak berperan
dalam menentukan kemampuan pengembalian kredit. Adapun model analisis yang
digunakan dalam penelitian tersebut adalah model regresi logistik.
Adapun penelitian Handoyo (2009) yang mengkaji faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan syariah untuk UMKM
agribisnis pada KBMT Wihdatul Ummah Kota Bogor dengan menggunakan
19
bahwa
Rakyat (KUR). Selain itu, penelitian ini juga menambahkan variabel pinjaman
lain. Variabel ini dipilih berdasarkan fenomena di lapangan yang menunjukkan
bahwa masih kredit informal masih sering menjadi andalan bagi sektor ini ketika
membutuhkan dana dengan segera meskipun dengan bunga yang harus dibayar
tinggi kemudian. Selain kredit informal, fenomena menjamurnya kredit
kepemilikan motor juga mengambil peranan dalam menambah beban berat
kewajiban pembayaran angsuran dan bunga setiap bulan. Hal ini ditunjang dengan
pengalaman beberapa petugas/pejabat kredit yang menuturkan bahwa nasabah
yang memiliki pinjaman lain selain pada BRI Unit Cimanggis cenderung lalai
dalam mengembalikan pinjaman (KUR).
22
Gambar 3.
Produksi Total
Input (unit)
dari S0 keS1 (E0 ke E1). Jika E1 dapat dicapai maka jumlah dana yang ditawarkan
akan lebih banyak dengan harga yang lebih rendah (Q1>Q0 dan R1<R0) serta dapat
menjangkau lebih banyak pelaku usaha mikro. Dampak bertambahnya permintaan
diharapkan akan dapat menyerap pasar kredit informal dan mengurangi pelaku
usaha yang terjerat kredit berbunga tinggi tersebut.
Suku
bunga
(r)
S0
S1
E0
r0
E1
r1
D
Q0
Gambar 4.
Q1
jumlah
dan laba menjadi menurun akibat nasabah yang bermasalah dalam pengembalian
atau pengangsuran kredit. Jika ini terjadi maka akan diikuti hilangnya
kepercayaan (default trust) dan sebagai lanjutannya adalah terjadinya rush
(penarikan secara besar-besaran secara serempak) atas semua hutang/kewajiban
lancar oleh semua nasabah.
Tingkat kegagalan debitur untuk memenuhi kewajibannya oleh Bank
Indonesia digolongkan ke dalam empat kategori berdasarkan tingkat kelancaran
pengembalian kredit, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet.
Penggolongan ini secara umum digunakan oleh lembaga keuangan baik yang
berbentuk bank maupun non bank, meskipun pada beberapa lembaga keuangan
terdapat perbedaan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing lembaga
keuangan.
Kebangkrutan nasabah
Gagal bayar
Penurunan peringkat
nasabah
Pelanggaran kontrak
Potensi pelanggaran
kontrak
pembayaran angsuran
dalam
membiayai
perusahaannya.
Perbandingan
besarnya
pembiayaan dari bank dengan modal sendiri dapat dilihat berdasarkan laporan
keuangan perusahaan atau ditinjau langsung oleh petugas kredit.
3) Capacity (kemampuan) terkait dengan kesanggupan dan kemampuan calon
debitur untuk melunasi pokok pinjaman diserta dengan bunga dan syaratsyarat lain dalam perjanjian. Kemampuan ini diukur antara lain dari kondisi
usaha, pendapatan/omzet usaha. Semakin likuid dan semakin tinggi tingkat
profitabilitasnya maka kemampuan membayar kembali pinjaman dan
kewajiban lain semakin besar.
4) Condition of economy (kondisi ekonomi), pertimbangan atas situasi ekonomi
yang sedang terjadi dalam suatu wilayah atau negara yang berpengaruh
terhadap usaha calon debitur dan pada akhirnyamempengaruhi keberhasilan
pemanfaatan dan pengembalian kredit.
5) Collateral (agunan) yakni berupa ketersediaan jaminan
seimbang dengan jumlah kredit yang diberikan sehingga pihak bank tidak
perlu merasa khawatir ketika terjadi kemacetan dalam pengembalian pinjaman
karena agunan tersebut dapat menjadi pengganti pengembalian kredit
6) Constrain (keterbatasan) merupakan faktor-faktor yang menjadi penghambat
berupa faktor-faktor sosial psikologis dalam suatu wilayah tertentu yang
menyebabkan suatu usaha tidak mungkin untuk dijalankan.
Sedangkan prinsip 6A mencakup:
28
pencairan
kredit
dilaksanakan,
selanjutnya
dilaksanakan
pengawasan oleh pihak bank sebagai salah satu upaya menghindari kredit
bermasalah di kemudian hari. Pengawasan ini meliputi beberapa aspek meliputi
keberadaan administrasi kredit yang memadai, kewajiban debitur menyampaikan
laporan-laporan usaha yang dibutuhkan, kewajiban bagi pihak bank untuk
melakukan kunjungan sewaktu-waktu ke perusahaan yang dibiayai oleh kredit,
adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur, dan aspek
adanya suatu peringatan.
3.2.
bagi usaha mikro yang telah feasible namun membutuhkan modal baik dalam
menjalankan usaha maupun untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya sehingga
akan dapat memperlancar dan meningkatkan produktivitas usahanya dengan pola
29
pengembalian
kredit
sehubungan
dengan
kesanggupan
dan
kemampuan debitur untuk melunasi pokok pinjaman diserta dengan bunga dan
syarat-syarat lain dalam perjanjian (capacity).
Jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dalam keluarga,
serta pinjaman yang dilakukan pada pihak lain yang di dalam penelitian ini
dikelompokkan ke dalam karakteristik personal debitur. Pendapatan/omzet usaha
serta lama usaha dikelompokkan ke dalam karakteristik usaha debitur. Sementara
itu besarnya jumlah pinjaman serta lamanya masa pengembalian yang disepakati
dikelompokkan ke dalam karakteristik kredit. Pemilihan semua faktor tersebut
berdasarkan referensi hasil studi literatur penelitian terdahulu serta hasil diskusi
dengan pihak manajemen yang menangani bidang perkreditan,khususnya KUR.
Secara terinci mengenai pengaruh yang diduga berasal dari ketiga
karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Karakter personal
Jenis kelamin wanita umumnya lebih serius, bertanggung jawab, dan
memiliki visi ke depan dengan strategi yang lebih terencana untuk
memperbaiki kondisi kehidupan bila dibandingkan pria (Thoha 2000). Oleh
sebab itu, diduga wanita memiliki peluang pengembalian kredit dengan
kelancaran lebih besar daripada pria karena diduga wanita memiliki loyalitas
yang lebih besar dan lebih mampu menjaga kepercayaan yang diberikan bank
dalam memenuhi kewajiban angsuran kredit dibandingkan pria.
Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat
pendidikan masyarakatnya. Pada tingkat individual, pendidikan juga
merupakan sarana yang sangat efektif untuk mobilitas vertikal baik dalam
aspek sosial, ekonomi, bisnis, maupun politik. Semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin luas wawasan berpikir dan semakin besar pula
kemampuan mengaktualisasikan potensi dirinya, termasuk dalam kemampuan
berbisnis dan mengelola usaha (Thoha 2000). Terkait dengan kemampuan
pengembalian kredit, semakin tinggi pendidikan diharapkan dengan
kemampuan pengelolaan usaha yang lebih baik maka akan semakin baik pula
kemampuan pengambalian kreditnya. Namun berdasarkan pengalaman pihak
31
pendapatannya.
Hal
ini
menyebabkan
adanya
peluang
usahanya (Alamsyah 2007). Oleh sebab itu, lama usaha debitur diduga
berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena
pengalaman usaha yang semakin lama dapat meningkatkan pemahaman dan
kemampuan mengelola usaha sehingga mendukung keberhasilan usaha yang
digeluti.
Keberhasilan
usaha
tersebut
dapat
menjamin
perolehan
memperhatikan
karakteristik
nasabah
dalam
mengabulkan
suatu
Bank Rakyat Indonesia (BRI) tidak hanya berharap dan berupaya menekan
angka kredit bermasalah tetapi juga berupaya untuk sebisa mungkin penyaluran
KUR dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu dimanfaatkan sebaik-baiknya
dalam rangka meningkatkan produktifitas dan pengembangan usaha rakyat kecil.
Untuk menjamin bahwa kredit yang diberikan kepada debitur dimanfaatkan
sebagaimana mestinya, pihak BRI juga melakukan pengawasan kepada debitur
tersebut khususnya menyangkut aktivitas usaha debitur.
Pembahasan pada penelitian ini akan dibatasi berdasarkan pada kerangka
operasional. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 6.
Character
tingkat
pendidikan
jenis kelamin
lama usaha
Capacity
omzet usaha
jumlah
tanggungan
Capital
Jumlah pinjaman
lama
pengembalian
Pinjaman Lain
Non-Lancar
Lancar
Condition of
Economy
Constrain
IV METODE PENELITIAN
4.1.
kemampuan pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang diberikan oleh BRI
Unit Cimanggis.
dapat
sampel yang diperlukan untuk mewakili populasi (Bruce et al 1991) yang diacu
dalam Chadwick B, Bahr HM, dan Albrecht SL (1991). Dua pertimbangan yang
sering kali dianggap penting dalam menentukan besarnya sampel adalah waktu
dan dana yang tersedia bagi peneliti. Menurut Bailey (1982) yang diacu dalam
Chadwick B, Bahr HM, dan Albrecht SL (1991) banyak orang menganggap 30
satuan sebagai jumlah sampel minimal.
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja
dan disproporsional sehingga semua anggota tidak memiliki peluang yang sama
untuk dijadikan sampel dan jumlah sampel yang mewakili kelompok-kelompok
dalam populasi tidak bersifat proporsional. Pemilihan sampel secara sengaja dan
tidak proporsional ini dilakukan karena keterbatasan jangkauan terhadap debitur
yang tempat tinggalnya cukup jauh sehingga debitur sampel yang diambil adalah
debitur yang relatif lebih mudah dijangkau dan lebih komunikatif berdasarkan
referensi petugas BRI Unit Cimanggis. Sehingga konsukuensi dari penggunaan
metode pemilihan sampel tersebut adalah responden yang diambil kemungkinan
tidak merepresentasikan sebagian dari populasi secara keseluruhan.
Jumlah sampel yang diambil sebanyak 65 orang yang berdasarkan pada
metode Gay (1976) dalam Sevilla et al (1993) yang menyatakan bahwa jumlah
responden yang dinilai cukup mewakili keseluruhan populasi yaitu minimal 10
persen dari total populasi. Dengan jumlah sampel untuk masing-masing
subpopulasi yaitu 40 orang mewakili subpopulasi dengan pengembalian lancar
dan 25 orang mewakili subpopulasi yang menunggak. Penentuan jumlah sub
sampel ini mengikuti pendapat
mengenai
faktor-faktor
yang berpengaruh
terhadap
tingkat
pengembalian KUR oleh debitur BRI Unit Cimanggis yang diolah melalui analisis
deskriptif dikelompokkan berdasarkan kesamaan jawaban. Informasi yang
diperoleh dipresentasekan berdasarkan jumlah responden untuk kemudian
disajikan baik dalam bentuk tabel sederhana ataupun dalam tabel distribusi
frekuensi bagi data yang disajikan dalam beberapa kelompok. Melalui analisis
deskriptif, informasi dikelompokkan berdasarkan kesamaan jawaban. Informasi
yang diperoleh dipresentasekan berdasarkan jumlah responden untuk kemudian
disajikan dalam bentuk tabel. Adapun langkah-langkah membuat Tabel Distribusi
Frekuensi menurut Husaini dan Purnomo (2006) yaitu:
1) Mengurutkan data dari yang terkecil ke data terbesar
2) Hitung rentang yaitu data tertinggi dikurangi data terendah dengan rumus:
R = Data Tertinggi Data Terendah
37
nominal, dengan regresi logistik nominal; dan (3) ordinal, dengan regresi logistik
ordinal.
Secara umum, analisis regresi logistik menggunakan variabel penjelasnya
(X) untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori variabel
respon (Y). Dalam analisis regresi logistik, pemodelan peluang kejadian tertentu
dari kategori variabel respon dilakukan melalui transformasi dari regresi linier ke
logit (Gambar 7). Transformasi tersebut dapat dirumuskan dalam formula :
Logit pi
log e
pi
1 pi
pi
LOGIT
transform
predictor
predictor
1) Penentuan Variabel
Variabel respon
Y= 1; jika pengembalian kredit lancar
Y= 0; jika pengembalian kredit menunggak
Variabel penduga
X1 = jenis kelamin, sebagai variabel dummy (1=wanita dan 0=pria)
X2 = tingkat pendidikan (tahun)
X3 = jumlah tanggungan dalam keluarga (orang)
X4 = pinjaman dengan pihak lain (1=ada dan 0=tidak)
X5 = pendapatan/omzet usaha (juta rupiah)
X6 = lama usaha (tahun)
X7 = besarnya pinjaman (juta rupiah)
X8 = jangka waktu pengembalian (bulan)
Variabel-variabel tersebut dipilih karena diduga mampu mewakili
karakteristik
dari
calon
responden
yang
dapat
mempengaruhi
tingkat
= 0 + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 ++ k Xk
Keterangan:
Li = Variabel respon
0 = Konstanta
1 = Koefisien variabel penduga ke-1
k = Koefisien variabel penduga ke-k
X1= Variabel penduga ke-1
Xk= Variabel penduga ke-k
40
Dengan demikian, maka estimasi model yang digunakan dalam analisis regresi
logistik pada penelitian ini yaitu:
Li = ln
= 0 + 1 X1 + 2 X2 + + 8 X8
Keterangan:
Li = Variabel respon
Li = 1;jika pengembalian kredit lancar
Li = 0;jika pengembalian kredit tidak lancar (menunggak)
0 = Konstanta
1 = Koefisien variabel penduga ke-1
i = Koefisien variabel penduga ke-i
X1= Jenis kelamin, sebagai variabel dummy (1=wanita dan 0=pria)
X2= Tingkat pendidikan (tahun)
X3= Jumlah tanggungan dalam keluarga (orang)
X4= Pinjaman dengan pihak lain (1=ada dan 0=tidak)
X5= Pendapatan/omzet usaha (juta rupiah)
X6= Lama usaha (tahun)
X7= Besarnya pinjaman (juta rupiah)
X8= Jangka waktu pengembalian (bulan)
3) Uji Kelayakan Model
Pengujian terhadap kelayakan model menggunakan statistik G yang
merupakan nisbah kemungkinan maksimum untuk mengetahui peran variabelvariabel penduga dalam model secar simultan. Rumus uji G adalah sebagai
berikut:
G= -2 ln
Keterangan:
lo = likelihood tanpa variabel penduga
li = likelihood dengan variabel penduga
Hipotesis:
H0 = 1 = 2= = k= 0
H1 = minimal ada satu nilai 0
41
Jika nilai G > x2 p() atau p-value dari statistik G lebih kecil dari taraf nyata
(=0.05) maka keputusannya adalah tolak H0 , atau setidaknya ada satu variabel
penduga yang berpengaruh nyata terhadap variabel respon.
4) Uji Kebaiksuaian Model
Uji kebaiksuaian model dilakukan dengan memperhatikan nilai sebaran
chi-square dari metode Pearson, Deviance, dan Hosmes & Lemeshow.
Hipotesis:
Jika p-value dari ketiga statistik tersebut lebih besar dari taraf nyata
(=0.05) maka keputusannya adalah menerima H0 , yang artinya model tersebut
cukup layak untuk digunakan dalam prediksi.
5) Uji Signifikansi Variabel Prediktor secara Individu
Pengujian terhadap signifikansi masing-masing variabel penduga secara
individu dilakukan dengan uji Wald (Wj), dengan rumus:
Wj =
Keterangan:
= Penduga
= Penduga standard error dari
k = Koefisien variabel penduga ke-k
Hipotesis:
H0 = 1 = 2= = k= 0
H1 = k 0, k=1,2..,k
Statistik Wj mengikuti sebaran normal (Z), jika nilai Jika nilai Wj > Z/2
atau two tailed p-value dari statistik Wj lebih kecil dari taraf nyata (=0.05) maka
keputusannya adalah tolak H0 , artinya variabel penduga ke-k tersebut berpengaruh
nyata terhadap variabel respon.
42
4.5.
Definisi Operasional
tidak
lancar
(menunggak)
kredit
yang
mengalami
43
pada awal mulanya didirikan oleh Raden Bei Aria Wiraatmadja di Purwokerto,
Jawa Tengah pada tanggal 16 April 1895 dengan nama De Purwokertosche Hulp
en Spaarbank der Inlandsche Hoofdeen yang pada kegiatannya menampung uang
kas masjid untuk kemudian digunakan untuk pinjaman bagi masyarakat sekitarnya
dengan angsuran yang ringan.
PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk mengalami beberapa kali perubahan nama
yang erat kaitannya dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, berturut-turut
berubah menjadi Hulp en Spaarbank der Inlandsche BestuursAmbtenaren, De
Poerwokertosche Hulp Spaar-en Landbouw Credietbank (Volksbank). Pada tahun
1912, nama tersebut kembali mengalami perubahan menjadi Centrale Kas Voor
Het Volkscredietwezen, Algemene Volkscredietwezen, dan perubahan nama
terakhir pada masa colonial Belanda terjadi pada tahun 1934 menjadi Algemene
Volkcredietbank (AVB). Pada masa kependudukan Jepang, nama tersebut
kemudian diubah menjadi Syonim Ginko pada tahun 1942. Selanjutnya setelah
kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan, secara resmi pengakuan
Syonim Ginko menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) terjadi pada tanggal 22
Februari 1946 melelui Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1946, Bank Rakyat
Indonesia (BRI) menjadi bank pemerintah pertama dengan wilayah kerja seluruh
Indonesia.
Sebagian bank yang tumbuh dan berkembang dengan pesat, berdasarkan
Surat Dewan Moneter No. SEKR/BRI/328 tanggal 25 September 1956 Bank
Rakyat Indonesia (BRI) ditetapkan sebagai Bank Devisa, sehingga dapat
memberikan pelayanan yang lebih merata kepada para nasabah yang bergerak di
bidang perdagangan luar negeri. Kemudian menjelang Orde Baru, Bank Rakyat
Indonesia (BRI) dilebur ke dalam Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang
merupakan peleburan tiga buah bank yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank
Tani dan Nelayan (BTN), serta Nerderlandsche Handels Maatschappij (NHM).
Adanya perubahan struktur kelembagaan pada bank-bank milik pemerintah pada
tahun 1956, maka Bank Koperasi Tani dan Nelayan diinterasikan ke dalam Bank
Indonesia (BI) Bank Indonesia Urusan Tani dan Nelayan (BI-UKTN).
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Presiden No. 17 tanggal 27 Juli 1965
dibentuk bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia (BNI) dan BI-UKTN
dilebur ke dalamnya dengan nama BNI Unit II bidang rural.Berdasarkan UU No.
14 tahun 1967, tentang Pokok Perbankan, BNI Unit II bidang rural diubah
kembali menjadi Bank Rakyat Indonesia.
Berdasarkan UU No. 7 tahun 1992 tentang UU Perbankan dan Peraturan
Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 telah terjadi perubahan kepemilikan BRI, yang
semula Bank Pemerintah diubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero). Perubahan ini dimaksudkan agar BRI menjadi
lebih profesional untuk mengantisipasi persaingan perbankan yang semakin ketat.
Pada tanggal 10 Novenber 2003, BRI melakukan go public dan pemerintah
melepas 30 persen kepemilikan sahamnya kepada publik sehingga dalam
kepemilikannya BRI telah menjadi perusahaan public dan namanya ditambah
menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Harga saham BRI di pasar
modal Indonesia sejak tercatat sampai dengan saat ini selalu menunjukkan
peningkatan dan termasuk ke dalam kelompok saham blue chip yang tergabung
dalam LQ45.
5.2.
kepuasan nasabah. Untuk mewujudkan visi tersebut BRI menetapkan tiga misi
yang harus dilaksanakan:
1) Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan memprioritaskan
pelayanan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk menunjang
perekonomian masyarakat.
2) Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerha yang
tersebar luas dan didukung sumber daya manusia (SDM) yang professional
dengan melakukan praktek tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance).
3) Memberikan keuntungan dan manfaat seoptimal mungkin kepada berbagai
pihak yang berkepentingan.
45
5.3.
Budaya Perusahaan
PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk memiliki nilai-nilai perusahaan (Good
Integritas
2)
Profesionalisme
3)
Kepuasan nasabah
4)
Keteladanan
5)
dan menjadi budaya kerja perusahaan (corporate culture) yang solid dan
berkarakter. Sebagai salah satu wujud penerapan budaya kerja dan kode etik
banker, BRI mematuhi seluruh ketentuan dan perundang-undangan yang terkait
deng mematuhi seluruh ketentuan dan perundang-undangan yang terkait dengan
kegiatan operasional bank. Hal ini mendorongan kegiatan operasional bank. Hal
ini mendorong BRI untuk selalu mengedepankan asas kehati-hatian (prudential
banking) dan komoitmen terhadap kepentingan stakeholders, dengan mewujudkan
bentuk tata kelola perusahaan sebagai berikut:
1) Mengintensifkan program budaya sadar risiko dan kepatuhan kepada setiap
pekerja di seluruh unit kerja
2) Mengintensifkan peningkatan kualitas pelayanan di seluruh unit kerja
3) Menjabarkan dan memonitor setiap kemajuan yang dicapai perusahaan ke
dalam rencana tindakan yang terukurdan dapat dipertanggungjawabkan oleh
setiap unit kerja.
5.4.
dan seorang wakil direktur utama yang dibantu oleh enam direktur yang
membidangi bisnis. Masing-masing direktur membawahi bidang bisnis mikro dan
retail, bisnis menengah, bidang pengendalian kredit, bidang keuangan dan
internasional, bidang operasional, dan bidang kepatuhan. Secara structural direksi
membawahi para kepala divisi di kantor pusat dan pemimpin wilayah di kantor
wilayah BRI. Struktur organisasi BRI Pusat dapat dilihat pada Lampiran 2.
46
Unit kerja di kantor pusat BRI meliputi berbagai bidang bisnis operasional
dan penunjang, yang masing-masing dipimpin oleh para kepala divisi dibantu oleh
wakil kepala divisi yang membawahi para kepala bagian dan staf. Unit kerja di
tingkat wilayah BRI dipimpin oleh pemimpin wilayah yang dibantu oleh wakil
pemimpin wilayah, yang membawahi kepala bagian dan pemimpin cabang yang
ada di wilayah tersebut. Struktur organisasi kantor wilayah BRI dapat dilihat pada
Lampiran 3. Unit kerja di kantor cabang BRI dipimpin oleh pemimpin cabang
yang dibantu oleh wakil pemimpin cabang yang membawahi para officer, kepala
seksi, serta seluruh kantor cabang pembantu yang ada di wilayah kantor tersebut
(Lampiran 4).
Unit kerja kantor cabang pembantu (KCP) dipimpin oleh pemimpin
cabang pembantu (Pincapem) yang membawahi para supervisor, teller, dan unit
pelayanan nasabah (UPN) atau sering disebut dengan Customer Service (CS).
Struktur organisasi kantor cabang pembantu dapat dilihat pada Lampiran 5. Unit
kerja di tingkat BRI Unit dipimpin oleh seorang kepala unit (Kaunit) yang
membawahi mantri, deskman, dan teller di BRI Unit tersebut.
5.5.
dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bidang usaha simpanan, pinjaman, dan
jasa bank lainnya.
1) Bidang Simpanan
Meliputi Giro BRI (Girobri), Deposito BRI (Depobri) baik dalam mata
uang Rupiah maupun US Dollar, Sertifikat BRI (Sertibri), Tabungan Britama
baik Britama Rupiah maupun Britama Dollar, Tabungan Simaskot, Tabungan
Simpedes, dan Tabungan Haji.
2) Bidang Pinjaman
Melipuit Kredit Prioritas atau Kredit Program, Kredit Non Program,
Kredit Komersial, Kredit Kepemilikan Rumah, Kredit Kendaraan Bermotor,
Kredit Profesi, Kredit Ekspres, KreditPembinaan Peningkatan Pendapatan
Petani atau Nelayan (P4K), Kupedes, Kredit Golongan Berpenghasilan Tetap,
Kredit Pensiun, Kredit Cash Collateral, dan Kredit Usaha Rakyat (KUR).
47
baru maupun yang sudah bekas. Pasar sasarannya yaitu perorangan maupun
badan usaha atau instansi. Kredit kendaraan bermotor ini dilayani di BRI
Kantor Cabang.
6) Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)
Kredit Kepemilikan Rumah adalah fasilitas kredit yang diberikan oleh BRI
kepada perorangan baik yang berpenghasilan tetap, professional, dan
wiraswasta untuk keperluan pembelian, pembangunan, maupun renovasi
rumah. Kredit Kepemilikan Rumah ini dilayani di BRI Kantor Cabang.
5.7.
Kanca BRI yang berada di wilayah Kanwil Jakarta II yang berlokasi di Gatot
Subroto. Kanca BRI Pasar Minggu dipimpin oleh seorang Pemimpin Cabang
(Pinca) yang mebawahi kegiatan pelayanan kepada sektor mikro dan ritel. Dalam
kegiatannya Pinca dibantu oleh tiga orang manajer, yaitu:
1) Manajer Pemasaran (MP)
Manajer Pemasaran bertanggung jawab terhadap bisnis ritel baik kredit
maupun dana. Kredit merupakan sejumlah dana BRI yang dipinjamkan kepada
nasabah (debitur). Sedangkan dana adalah pemasukan yang diterima oleh BRI,
dan sebagainya.Manajer Pemasaran membawahi para Account Officer (AO).
2) Manajer Operasional (MO)
Manajer Operasional bertanggung jawab terhadap kelancaran proses
kegiatan operasional Kanca.Manajer Operasional membawahi Asisten
Manajer Operasional (AMO) serta Supervisor Kas dan Supervisor Dana dan
Jasa.
3) Manajer Bisnis Mikro (MBM)
Manajer Bisnis Mikro bertanggung jawab terhadap bisnis baik kredit
maupun dan dan operasional mikro di BRI Unit. MBM dibantu oleh Asisten
Manajer Bisnis Unit (AMBM) yang membawahi pemilik BRI Unit. Selain itu,
MBM juga membawahi Petugas Administrasi Unit (PAU) dan Petugas
Rekonsiliasi Unit (RKU).
Kantor Cabang BRI Pasar Minggu membawahi 12 unit. BRI Unit yang
dinaungi Kantor Cabang BRI Pasar Minggu yaitu BRI Unit Kalibata, BRI Unit
50
Kalisari, BRI Unit Jatijajar, BRI Unit Pejaten, BRI Unit Cibubur, BRI Unit
Cilangkap, BRI Unit Ciracas, BRI Unit Lenteng Agung, BRI Unit Pasar Minggu,
BRI Unit Pasil Gunung, BRI Unit Cijantung serta BRI Unit Cimanggis.
5.8.
disahkan berdasarkan Surat keputusan Direksi BRI Nokep: S.34-31/ 9/69 tanggal
9 September 1969 tentang proyek pengembangan ekonomi wilayah Unit Desa.
Realisasi gagasan ini kemudian diawali di wilayah D.I.Yogyakarta dengan 18 BRI
Unit dengan 54 orang pegawai. Dalam pilot proyek pengembangan ekonomi
wilayah pedesaan ini, BRI Unit berperan sebagai penyalur kredit untuk para
petani.
Selanjutnya tahun 1970 proyek ini dikembangkan ke seluruh pulau Jawa,
hingga sampai menjangkau wilayah Jawa Barat dimana salah satu BRI Unit yang
ada adalah BRI Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu. BRI Unit Cimanggis pada
mulanya bukan merupakan bagian dari Kantor Cabang Pasar Minggu, melainkan
bagian dari
pengawasan maka BRI Unit Cimanggis kini berada di wilayah cabang Pasar
Minggu.
BRI Unit Cimanggis merupakan salah satu di antara 12 BRI Unit yang
berada di wilayah Kantor Cabang Pasar Minggu. BRI Unit Cimanggis terletak di
Kecamatan Cimanggis, tepatnya di Jalan Raya Bogor Km 31,5. Ruang lingkup
BRI Unit Cimanggis yaitu hanya di Kecamatan Cimanggis. Mayoritas nasabah
BRI Unit Cimanggis berdomisili di Kecamatan Cimanggis. Untuk peminjaman
dikhususkan (sebagian besar) untuk nasabah di Kecamatan Cimanggis dan
adapula beberapa berasal dari wilayah lain.
51
BRI Unit Cimanggis dipimpin oleh seorang Kepala Unit (Kaunit) yang
membawahi Mantri, Deskman, dan Teller (Gambar 8).
Kepala Unit
Mantri
Deskman
Mantri
Teller
Mantri
Teller
Deskman
52
5.9.
syarat maupun prosedur yang harus dipenuhi oleh debitur. Dalam hal ini, KUR
tidak langsung diberikan oleh pihak BRI Unit Cimanggis sebelum mengenal
karakteristik calon debitur secara lebis jelas.
Secara umum prosedur pengembilan KUR melewati dua tahap, yaitu tahap
pengajuan permohonan atau tahap pemberian kredit dan tahap pembayaran
kembali. Tahap pengajuan permohonan atau pemberian kredit diawali dengan
formulir yang tersedia di BRI Unit Cimanggis. Kemudian penilaian kredit
dilakukan oleh Mantri BRI Unit Cimanggis. Kaunit Cimanggis meneliti data
kredit yang telah dikumpulkan dan mengambil keputusan. Apabila usaha tersebut
dinilai layak, maka Kaunit dapat langsung memutuskan pemberian kredit. Plafond
KUR di BRI Unit Cimanggis adalah maksimal lima juta rupiah.Bila permohonan
kredit tersebut dinilai tidak layak, maka Kaunit dapat langsung memberikan
keputusan penolakan.
Semua prosedur penyaluran kredit tidak lepas dari prinsip Lima C
(Character, Capacity, Collateral, dan Condition of Economy). Proses pencairan
kredit di BRI Unit Cimanggis memakan waktu kurang lebih satu minggu setelah
pengajuan permohonan kredit. Secara lebih jelas prosedur penyaluran kredit yang
dilakukanoleh BRI Unit Cimanggis adalah:
1) Persyaratan Awal
Pendaftaran awal harus dilakukan di kantor BRI Unit Cimanggis pada jam
kerja dan petugas yang melayani adalah Deskman. Calon nasabah
harusmembawa kelengkapan identitas diri untuk permohona pinjaman yaitu:
-
54
Calon nasabah mempunyai sifat baik. Ini dapat diketahui dari hasil
wawancara para tetangga,relasi, ataupun perangkat desa yang
berhubungan.
karakter
calon
debitur
dengan
kemampuannya
dalam
55
4) Teller
Bertugas melayani nasabah untuk transaksi tunai,yaitu penerimaan dan
pembayaran kas. Adapun beberapa contohnya yaitu penerimaan setoran
tabungan, pembayaran pinjaman, dan sebagainya.
Produk yang ditawarkan oleh BRI Unit Cimanggis adalah Simpedes,
Kupedes, KUR, tabungan Britama, Deposito BRI (Depobri), tabungan haji, dan
Simaskot (Simpanan Masyarakat Kota, pada akhir tahun 2005 ditiadakan dan
dilebur menjadi satu dengan Simpedes). Untuk lebih menarik minat nasabah
terhadap produk-produk yang dotawarkan BRI Unit Cimanggis, maka BRI Unit
Cimanggis memberikan fasilitas-fasilitas yang memudahkan nasabah, yaitu:
1) Untuk produk peminjaman, tidak ada persyaratan khusus hanya surat izin
usaha yang otentik dan jelas serta layak dan juga identitas diri.
2) Untuk produk simpanan, dalam pembuatan simpanan hanya memerlukan KTP
dan saldo awal untuk setiap simpanan tidak terlalu besar, untuk Simpedes
saldo awal sebesar 100 ribu rupiah, sedangkan untuk Britama saldo awal
sebesar 200 ribu rupiah. Dalam penarikan uang, nasabah dapat melakukannya
di ATM BRI dimana saja, selain itu BRI Unit Cimanggis sudah on line
sehingga nasabah dapat melakukan transaksi di BRI mana pun. BRI Unit
Cimanggis juga melayani pembayaran listrik, telepon, angsuran motor, dan
sebagainya.
56
Mean
SE Mean St Dev
Min
Max
0,369
0,060
0,486
0,000
1,000
8,862
0,332
2,674
6,000
15,000
4,738
0,188
1,513
3,000
9,000
0,385
0,061
0,490
0,000
1,000
23,750
2,600
20,930
1,500
100,000
10,260
1,120
9,030
1,000
38,000
4,177
0,135
1,091
1,000
5,000
16,892
0,572
4,610
12,000
24,000
1) Jenis Kelamin
Perbedaan gender terkadang melatarbelakangi perilaku dan tindakan
seseorang. Tidak jarang wanita lebih mengedepankan perasaan daripada
pikiran dalam melakukan suatu tindakan, sedangkan pria sebaliknya.
Kaitannya dengan pengembalian kredit (KUR BRI Unit Cimanggis) diduga
bahwa perilaku pengembalian kredit ini (lancar maupun menunggak)
berkaitan dengan perbedaan gender tersebut.
Tabel 6. Sebaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Total
Lancar
Menunggak
Total
Jumlah
Proporsi
Jumlah
Proporsi
Jumlah
Proporsi
(Orang)
(%)
(Orang)
(%)
(Orang)
(%)
24
36,92
17
26,15
41
63,08
16
24,62
8
12,31
24
36,92
40
61,54
25
38,46
65
100,00
58
Lancar
Menunggak
Total
Jumlah
Proporsi
Jumlah
Proporsi
Jumlah
Proporsi
(Orang)
(%)
(Orang)
(%)
(Orang)
(%)
18
27,69
8
12,31
26
40,00
8
12,31
9
13,85
17
26,15
14
21,54
7
10,77
21
32,31
0
0,00
1
1,54
1
1,54
40
61,54
25
38,46
65 100,00
Tanggungan
(Orang)
3
4
5
6
7
8
9
Total
Lancar
Menunggak
Total
Jumlah
Proporsi
Jumlah
Proporsi
Jumlah
Proporsi
(Orang)
(%)
(Orang)
(%)
(Orang)
(%)
8
12,31
3
4,62
11
16,92
17
26,15
9
13,85
26
40,00
9
13,85
5
7,69
14
21,54
1
1,54
3
4,62
4
6,15
2
3,08
2
3,08
4
6,15
2
3,08
3
4,62
5
7,76
1
1,54
0
0,00
1
1,54
40
61,54
25
38,46
65
100,00
Lancar
Menunggak
Total
Jumlah
Proporsi
Jumlah
Proporsi
Jumlah
Proporsi
(Orang)
(%)
(Orang)
(%)
(Orang)
(%)
8
12,31
17
26,15
25
38,46
32
49,23
8
12,31
40
61,54
40
61,54
25
38,46
65
100,00
1) Omzet Usaha
Omzet usaha merupakan suatu sumber pemenuhan kebutuhan hidup bagi
pelaku usaha dan keluarganya. Semakin tinggi tingkat pendapatan usaha
seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuannya dalam membiayai
kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan kata lain, pendapatan seseorang
berkorelasi positif dengan tingkat kemakmurannya. Kaitannya dengan
pengembalian kredit, pendapatan usaha seorang debitur dapat mencerminkan
kemampuannya dalam memenuhi kewajiban pengembalian kredit dengan
baik karena pendapatannya tersebut sebagai sumber dalam membayar
angsuran
kredit.
Semakin
besar
pendapatan
usaha
debitur
maka
Menunggak
Lancar
Total
Jumlah Proporsi
Jumlah Proporsi
Jumlah Proporsi
(Orang)
(%)
(Orang)
(%)
(Orang)
(%)
16
24,62
17
23,15
33
50,77
8
12,31
10
15,38
18
27,69
1
1,54
8
12,31
9
13,85
0
0,00
2
3,08
2
3,08
0
0,00
0
0,00
0
0,00
0
0,00
2
3,08
2
3,08
0
0,00
1
1,54
1
1,54
25
38,46
40
61,54
65
100,00
kemapanannya
dalam
bidang
usaha
yang
ditekuni.
Menunggak
Jumlah
Proporsi
(Orang)
(%)
14
21,54
3
4,62
4
6,15
2
3,08
2
3,08
0
0,00
25
38,46
Lancar
Jumlah
Proporsi
(Orang)
(%)
12
18,46
15
23,08
6
9,23
4
6,15
1
1,54
2
3,08
40
61,54
Total
Jumlah
Proporsi
(Orang)
(%)
26
40,00
18
27,69
10
15,38
6
9,23
3
4,62
2
3,08
65
100,00
Jumlah Pinjaman
(Juta Rupiah)
1
2
3
3,5
4
5
Total
Lancar
Jumlah
Proporsi
(Orang)
(%)
0
0,00
1
1,54
7
10,77
0
0,00
6
9,23
26
40,00
40
61,54
Total
Jumlah
Proporsi
(Orang)
(%)
2
3,08
2
3,08
15
23,08
1
1,54
8
12,31
37
56,92
65
100,00
dibayar
debitur
per
bulannya
sehingga
memperkecil
risiko
lain, semakin lama jangka waktu pengembalian kredit ini akan menurunkan
tingkat perputaran dana dan likuiditas bank sehingga pihak bank akan
melakukan
pertimbangan
penuh
dalam
menentukan
jangka
waktu
pengembalian tersebut.
Umumnya, BRI memberikan jangka waktu tempo pelunasan kreditdalam
waktu 12 bulan, 18 bulan, dan 24 bulan. Pemberian jangka waktu ini
disesuaikan antara permintaan debitur dengan penilaian bank terhadap
kemampun pembayaran angsuran oleh debitur tersebut.
Tabel 13. Sebaran Responden berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian
Lama Usaha
(Bulan)
12
18
24
Total
Menunggak
Lancar
Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi
(Orang)
(%)
(Orang)
(%)
11
16,92
15
23,08
10
15,38
15
23,08
4
6,15
10
15,38
25
38,46
40
61,54
Total
Jumlah
Proporsi
(Orang)
(%)
26
40,00
25
38,46
14
21,54
65
100,00
6.2.
dengan p-value sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa pada selang kepercayaan
90 persen ( = 0,1) terdapat cukup bukti untuk menolak H0 bahwa tidak ada satu
pun variabel prediktor berpengaruh nyata terhadap variabel respon. Artinya,
paling tidak terdapat satu variabel prediktor yang secara signifikan berpengaruh
terhadap variabel respon. Kesimpulannya bahwa dari semua faktor yang diduga
64
mempengaruhi tingkat pengembalian kredit, terdapat satu atau lebih faktor yang
secaranyata berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit. Selain itu,
Standard Error (SE) pada masing-masing faktor memiliki besar yang nyaris
sama, tidak ada nilai SE yang terlalu tinggi. Dengan demikian, model ini dapat
dinyatakan stabil secara statistik dan tidak terdapat multikolinearitas di dalamnya
(Tabel 14).
Selanjutnya untuk mengetahui kebaiksuaian model dapat dilakukan
dengan Uji kebaiksuaian atau Goodness-of-Fit Test yang memperlihatkan nilai
Pearson, deviance, dan Hosmer-Lemeshow. Uji ini menunjukkan p-value masingmasing 0,566; 0,413 ;dan 0,624. Nilai-nilai tersebut menunjukkan nilai yang lebih
besar dari taraf nyata ( = 0,1), sehingga disimpulkan bahwa pada selang
kepercayaan 90 persen ( = 0,1) bahwa model layak dan dapat diinterpretasikan
karena tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan
nilai prediksi dari model.
Pengujian yang lebih spesifik difokuskan pada signifikansi masing-masing
variabel prediktor dalam mempengaruhi variabel respon secara individu dengan
menggunakan nilai uji statistik Z yang diindikasikan dengan nilai p-value. Jika pvalue pada suatu variabel lebih kecil dari maka dapat disimpulkan bahwa faktor
tersebut berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumsi. Pada selang
kepercayaan 90 persen ( = 0,1) dapat disimpulkan bahwa variabel yang secara
signifikan berpengaruh pada tingkat pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR)
oleh nasabah BRI Unit Cimanggis adalah pinjaman pada pihak lain, jumlah
pinjaman, dan besarnya omzet usaha sedangkan jenis kelamin, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan dalam keluarga, lama usaha, serta lamanya masa
pengembalian yang disepakati tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
kelancaran pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh nasabah BRI Unit
Cimanggis.
6.2.1. Karakteristik Personal
Karakteristik personal yang diduga berpengaruh terhadap tingkat
pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) terdiri dari faktor jenis kelamin,
tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dalam keluarga, pasangan yang bekerja,
65
kepemilikan rumah, serta ada tidaknya pinjaman pada pihak lain. Pengaruh
masing-masing variabel tersebut diuraikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Logistic Regression Table
Variabel
Coef
SE Coef
P Value
Jenis Kelamin
0,53
0,72
0,46
Tingkat Pendidikan
-0,14
0,13
0,27
Jumlah Tanggungan
-0,34
0,27
0,20
Kredit Lain
-1,74
0,72
0,01
Omzet Usaha
0,06
0,02
0,02
Lama Usaha
0,01
0,04
0,76
Jumlah Pinjaman
0,71
0,38
0,06
Jangka Waktu
0,03
0,07
0,67
Log-Likelihood = -28.833
Test that all slopes are zero: G = 28.950, DF = 8, P-Value = 0.000
Odds Ratio
1,71
0,86
0,71
1,17
1,06
1,01
2,04
1,03
1) Jenis Kelamin
Jenis kelamin tidak memiliki pengaruh nyata dalam kelancaran
pengembalian kredit. Hasil tersebut juga didukung oleh hasil analisis
deskriptif sebelumnya bahwa sebagian besar debitur baik yang lancar
maupun menunggak adalah pria. Hal ini sehubungan dengan peran pria
sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab dalam memenuhi
kebutuhan hidup anggota keluarganya. Sehingga pengelola usaha yang
menjadi debitur penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini sebagian besar
adalah pria, Maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak memberi
pengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit.
2) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh nyata dalam kelancaran
pengembalian kredit. Hasil tersebut juga didukung dengan hasil analisis
deskriptif sebelumnya bahwa tidak terdapat perbedaan yang berarti antara
debitur responden lancar dengan menunggak bila dilihat berdasarkan tingkat
pendidikan. Baik responden debitur lancar maupun menunggak keduanya
sebagian besar masih berpendidikan rendah. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kelancaran pengembalian kredit tidak dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan.
66
Buchholz AS. 2005. Jender di periurban. Di dalam Koesmapardi, editor. Jurnal Dinamika
Periurban: Periurban sebagai Perhatian Kualitas Hidup I (Mei): 11.
2
Loc.cit
67
4)
sebesar 0,17 mengartikan bahwa nasabah yang memiliki pinjaman pada pihak
lain akan berpeluang lebih 0,17 kali lebih kecil untuk mengembalikan kredit
secara lancar.
6.2.2. Karakteristik Usaha
Karakteristik
usaha
yang
diduga
berpengaruh
terhadap
tingkat
pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada BRI Unit Cimanggis terdiri dari
faktor omzet usaha serta lamanya usaha tersebut sudah dijalankan oleh pemilik.
Adapun output hasil olahan dan pengaruh masing-masing faktor dipaparkan
sebagai berikut:
1) Omzet Usaha
Besarnya omzet usaha memiliki pengaruh nyata dalam kelancaran
pengembalian kredit. Pada analisis deskriptif sebelumnya ditemukan bahwa
karakteristik debitur yang mampu mengembalikan kredit dengan baik dan
menunggak dapat dibedakan berdasarkan besarnya omzet usaha per bulan.
Responden debitur lancar cenderung memiliki omzet usaha yang lebih besar
jika dibandingkan dengan responden debitur menunggak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa besarnya omzet usaha memberi pengaruh terhadap
kelancaran pengembalian kredit.
Adapun nilai koefisien variabel ini adalah bertanda positif, mencerminkan
omzet usaha memiliki pengaruh positif dalam mendukung kelancaran
pengembalian kredit sebagai variabel respon. Odds ratio sebesar 1,06
mengartikan bahwa peningkatan omzet usaha sebesar satu satuan (juta rupiah)
akan meningkatkan peluang tingkat kelancaran pengembalian kredit sebesar
1,06 kali lebih besar.
Kesimpulan ini sejalan dengan kesimpulan pada hasil-hasil penelitian
terdahulu yang menyatakan bahwa besarnya omzet usaha berpengaruh nyata
terhadap kelancaran pengembalian kredit. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Hermawan (2007), omzet usaha memberi pengaruh nyata dan positif terhadap
tingkat pengembalian Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES) untuk usaha
mikro,kecil, dan menengah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Studi Kasus BRI
Unit Leuwiliang. Begitu pula halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh
69
Lama Usaha
Lama
usaha
tidak
memiliki
pengaruh
nyata
dalam
kelancaran
dianggap
telah
memiliki
kapabilitas
dan
profitabilitas
yang
memungkinkan.
Nilai koefisien variabel ini positif (0,713) menunjukkan bahwa besarnya
jumlah pinjaman memiliki pengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian
kredit. Semakin besar jumlah pinjaman yang diperoleh debitur maka
peluangnya untuk dapat mengambalikan secara lancarakan semakin besar.
Nilai odds ratio sebesar 2,04 mengartikan bahwa peningkatan jumlah
pinjaman sebesar satu satuan (Rp 1 juta) akan meningkatkan peluang
lancarnya pengembalian menjadi 2,04 jika tidak terjadi peningkatan jumlah
pinjaman.
2)
Masa Pengembalian
Penentuan jangka waktu pengembalian kredit ditentukan berdasarkan
kesepakan antara pihak bank dengan debitur. Kesepakatan tersebut
71
Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
73
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa karakteristik responden debitur KUR BRI Unit Cimanggis, baik responden debitur
lancar maupun menunggak sebagian berjenis kelamin pria dengan tingkat pendidikan yang
rendah. Jumlah tanggungan dalam keluarga sebagian besar berjumlah empat orang. Mereka
sebagian besar mengakses dengan masa pengembalian 12 bulan. Antara responden debitur
lancar dengan responden debitur menunggak dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya
pinjaman lain yang sedang diakses responden debitur bersamaan dengan KUR pada BRI Unit
Cimanggis, besarnya jumlah pinjaman serta besarnya omset usaha.
Responden debitur menunggak sebagian besar memiliki pinjaman lain, sementara
pada responden debitur lancar sebaliknya. Responden debitur lancar sebagian besar memiliki
kemampuan mengakses pinjaman sebesar Rp 5.000.000, berbeda pada responden debitur
menunggak yang memiliki kemampuan mengakses pinjaman sebesar Rp 5.000.000 dan Rp
3.000.000. Besarnya omzet usaha pada responden debitur lancar cenderung lebih besar jika
dibandingkan dengan besarnya omzet usaha responden debitur menunggak.
Faktor-faktor
yang
berpengaruh
secara
nyata
terhadap
tingkat
kelancaran
pengembalian KUR adalah omzet usaha, jumlah pinjaman, dan pinjaman lain. Omzet usaha
memiliki pengaruh dan keterkaitan positif dengan kelancaran pengembalian kredit. Artinya,
semakin tinggi omzet usaha maka peluang dan kecenderungannya untuk dapat
mengembalikan kredit dengan lancar semakin tinggi. Begitu pula dengan besarnya jumlah
pinjaman pengaruh dan positif terhadap kelancaran pengembalian kredit. Artinya, semakin
besar jumlah pinjaman maka peluang dan kecenderungannya untuk dapat mengembalikan
kredit dengan lancar semakin tinggi. Hal ini disebabkan pemberian sejumlah pinjaman telah
melalui analisis mendalam mengenai estimasi besar modal yang benar-benar dibutuhkan oleh
calon debitur. Berbeda dengan pinjaman lain yang memiliki pengaruh dan keterkaitan negatif
dengan tingkat pengembalian kredit, dimana jika debitur memiliki atau sedang terlibat
dengan pinjaman pada pihak lain selain pada BRI Unit Cimanggis maka peluang dan
kecenderungannya untuk dapat mengembalikan kredit dengan lancar semakin kecil.
Faktor-faktor yang tidak berpengaruh nyata antara lain jenis kelamin, tingkat
pendidikan, jumlah tanggungan dalam keluarga, lama usaha, serta jangka waktu
pengembalian. Faktor-faktor ini tidak memberi pengaruh nyata disebabkan adanya kesamaan
karakteristik responden yang berada pada wilayah yang sama sehingga keadaan sosial
ekonomi, kultur, serta nilai-nilai
yang dianut
kecenderungan serupa.
7.2.
Saran
Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran
pengembalian KUR pada BRI Unit Cimanggis diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang
memiliki pengaruh nyata. Ketiga faktor tersebut adalah pinjaman lain, besarnya jumlah
pinjaman, dan omzet usaha debitur. Dengan demikian, ketiga hal tersebut perlu
dipertimbangkan lebih dalam lagi dalam proses pemberian KUR kepada calon debitur untuk
mengantisipasi terjadinya penunggakan kredit.
Kriteria penelitian yang dilakukan pada analisa awal dapat ditambahkan sehubungan
dengan ada tidaknya pinjaman lain yang sedang diperoleh calon debitur. Analisa mendalam
mengenai besarnya jumlah kredit yang dapat disalurkan juga perlu lebih diperhatikan akibat
pengaruhnya yang nyata. Besarnya jumlah kredit harus terus disesuaikan dengan kebutuhan
modal dan kemampuan yang dimiliki oleh calon debitur. Selain menambahkan kriteria
penilaian, BRI juga perlu membantu nasabah dalam memecahkan permasalahan penurunan
omzet dengan memberikan masukan manajerial dalam upaya penguatan capacity building di
bidang pemasaran dan manajemen usaha nasabah. Bersaman dengan hal tersebut, bagi
debitur sendiri dapat melakukan upaya-upaya agar omzet usaha berkembang yakni antara lain
dengan meningkatkan profesionalisme, membangun jaringan usaha sesama usaha mikro,
melakukan kemitraan usaha, memanfaatkan jaringan informasi bisnis yang ada baik secara
horizontal antara usaha mikro maupun secara vertikal dengan usaha besar bersamaan dengan
upaya peningkatan keahlian untuk mencapai efisiensi dan produktifitas yang lebih tinggi serta
perbaikan, penyempurnaan, dan peningkatan kualitas terus-menerus terhadap produk dan
pelayanan.
Namun berdasarkan metode pemilihan sampel yang digunakan, hasil penelitian
memiliki kemungkinan tidak merepresentasikan seluruh debitur KUR BRI Unit Cimanggis,
sehingga diperlukan penelitian lanjutan dengan metode pemilihan sampel secara acak. Selain
itu penelitian dengan menggunakan alat analisis lain juga dianjurkan agar dapat melihat
permasalah dari sudut pandang lain sehingga dapat ditemukan solusi terbaik.
75
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah T. 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pengembalian kredit macet pada Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes): studi
kasus PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Ciomas, Cabang Bogor [skripsi].
Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
[BI] Bank Indonesia. 2008. Statistik Perbankan Indonesia. http://www.bi.go.id.
[2 Agustus 2009].
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Perkembangan Indikator Makro Tahun 2006.
Sensus Ekonomi. Jakarta: Biro Pusat Statistik.
Chadwick B, Bahr HM, dan Albrecht. 1991. Metode Penelitian Ilmu Sosial.
Sulistia, Yan M, Sofwan A, Suhardjito, penerjemah; Jakarta: IKIP
Semarang Press.
Djianarto B. 2000. Banking Asset Liability Management. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Dendawijaya L. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Faisal S. 2005. Format-Format Penelitian Sosial: Dasar-Dasar dan Aplikasi,
edisi 1.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Firdaus M dan MA Farid. Seri Metode Kuantitatif : Aplikasi Metode Kuantitatif
Terpilih untuk Manajemen dan Bisnis. 2008. Bogor : Penerbit Institut
Pertanian Bogor, IPB-Press.
Firmansyah. 2000. Implementasi Model Grameen Bank di Kabupaten Magetan.
Di dalam Thoha M, editor. Pemberdayaan Usaha Kecil melalui Model
Grameen Bank. Jakarta: Puslitbang Ekonomi Pembangunan, Lembaga
Pengetahuan Indonesia. Hlm 103.
Gujarati. 1997. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hair, J, et al. 1998. Multivariate Data Analysis. New Jersey: Prentice Hall
Handoyo M. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian
pembiayaan syariah untuk UMKM agribisnis pada KBMT Wihdatul
Ummah Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Hermawan A.R. 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pengembalian kredit umum pedesaan (Kupedes) untuk usaha mikro dan
menengah di Kabupaten Bogor: kasus BRI Unit Leuwiliang [skripsi].
Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kadir F. 1985. Faktor-faktor penghambat bagi perkebunan besar swasta nasional
dalam hubungannya dengan kesempatan memeproleh kredit investasi
[Laporan Penelitian]. Makasar: Universitas Hasanudin
78
79