Anda di halaman 1dari 8

Nama : Halimatus sa’diyah

NIM : F.22.01.022
Prodi : Akutansi

1. Dalam jual beli sharf, yaitu pertukaran antara satu mata uang Indonesia dengan
mata uang Arab saudi (saat musim haji) dimana kurs mata uang jual beli antara
calon haji dengan bank, ditetapkan bahwa kurs yang berlaku pada Bank Syariah
Indonesia (BSI) menetapkan kurs jual dinar Rp.3.500,- sedang kurs beli dinar
Rp.3.400, jika calon haji ingin menukar uang Rp.2.000.000, berapa dinar yang
calon haji peroleh, hitunglah ?
Untuk menghitung jumlah dinar yang akan diperoleh oleh calon haji, kita perlu
menggunakan kurs jual dinar yang ditetapkan oleh Bank Syariah Indonesia (BSI).
Berdasarkan informasi yang diberikan, kurs jual dinar adalah Rp.3.500,-.

Langkah-langkah untuk menghitungnya adalah sebagai berikut:

Tentukan jumlah rupiah yang ingin ditukarkan oleh calon haji, yaitu Rp.2.000.000,-.

Gunakan kurs jual dinar yang ditetapkan oleh Bank Syariah Indonesia (BSI), yaitu
Rp.3.500,- per dinar.

Bagi jumlah rupiah dengan kurs jual dinar:

Jumlah dinar = Jumlah rupiah / Kurs jual dinar

Jumlah dinar = Rp.2.000.000,- / Rp.3.500,- per dinar

Jumlah dinar ≈ 571,43 dinar


Jadi, calon haji akan memperoleh sekitar 571,43 dinar jika menukarkan uang Rp.2.000.000,-
berdasarkan kurs jual dinar yang ditetapkan oleh Bank Syariah Indonesia (BSI).

2. Sebutkan rukun dalam jual beli akad salam, apa manfaat akad salam bagi
masyarakat, beri contohnya ?

Rukun dalam jual beli akad salam, juga dikenal sebagai "bay' al-salam", terdiri dari dua unsur
utama:

Al-Muslam (Pihak yang Membeli): Pihak yang membeli dalam akad salam adalah orang
yang menyepakati pembelian produk atau barang di masa depan dengan pembayaran di
awal.

Al-Musallam (Pihak yang Menjual): Pihak yang menjual adalah orang atau entitas yang
menyetujui untuk menjual produk atau barang di masa depan dan menerima pembayaran
di awal.

Manfaat akad salam bagi masyarakat antara lain:

Kemudahan Permodalan: Akad salam memungkinkan produsen atau petani untuk


mendapatkan modal di awal tanpa harus menunggu hasil panen atau produksi. Hal ini
membantu mereka memenuhi kebutuhan modal untuk memulai atau melanjutkan usaha
mereka.

Menghindari Risiko Harga: Dalam akad salam, harga produk atau barang telah ditentukan
di awal. Ini memberikan perlindungan bagi produsen atau petani dari fluktuasi harga di
pasar yang mungkin terjadi di masa depan. Mereka dapat menjual produk mereka dengan
harga yang sudah disepakati sebelumnya.

Meningkatkan Kesejahteraan Petani: Akad salam memungkinkan petani untuk


mendapatkan pendapatan yang lebih stabil dan pasti. Dengan menerima pembayaran di
awal, mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, mengelola biaya produksi,
dan meningkatkan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.

Contoh akad salam adalah sebagai berikut:

Misalkan seorang petani menanam padi dan membutuhkan modal untuk biaya produksi.
Seorang pedagang setuju untuk membeli hasil panen padi tersebut dengan akad salam.
Mereka menentukan harga dan jumlah padi yang akan dijual dalam akad tersebut.
Pedagang membayar sejumlah uang kepada petani di awal sebagai pembayaran penuh.
Setelah panen, petani mengirimkan padi sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat.
Dengan demikian, petani mendapatkan modal untuk biaya produksi mereka, sementara
pedagang mendapatkan padi dengan harga yang telah disepakati sebelumnya.

3. Dalam pembagian bagi hasil bank syarih, ditentukan sistem atas dasar Profit and
Loss sharing atau Revenue sharing, jelaskan dari kedua bagi hasil tersebut, mana
yang menguntungkan bagi masyarakat ?

Dalam pembagian bagi hasil (profit sharing) pada bank syariah, terdapat dua sistem yang
umum digunakan: Profit and Loss Sharing (bagi hasil berdasarkan keuntungan dan
kerugian) dan Revenue Sharing (bagi hasil berdasarkan pendapatan).

Profit and Loss Sharing (PLS): Sistem ini didasarkan pada prinsip bahwa keuntungan atau
kerugian dalam bisnis harus dibagikan antara bank syariah sebagai penyedia dana dan
nasabah sebagai pengguna dana. Dalam PLS, bank syariah dan nasabah berbagi risiko
dan keuntungan secara proporsional. Jika bisnis menghasilkan keuntungan, keuntungan
dibagi antara bank syariah dan nasabah sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Namun,
jika bisnis mengalami kerugian, kerugian juga akan dibagi secara proporsional antara
bank syariah dan nasabah.

Revenue Sharing: Sistem ini didasarkan pada pembagian pendapatan (revenue) antara
bank syariah dan nasabah. Pendapatan yang dihasilkan dari transaksi atau investasi
diberikan kepada bank syariah dalam persentase yang telah disepakati sebelumnya. Bagi
nasabah, manfaatnya adalah mendapatkan pendapatan tetap tanpa harus menanggung
risiko kerugian yang mungkin terjadi.

Antara kedua sistem pembagian bagi hasil tersebut, PLS (Profit and Loss Sharing)
cenderung lebih menguntungkan bagi masyarakat. Berikut adalah beberapa alasan
mengapa PLS dapat memberikan manfaat yang lebih besar:

Berbagi Risiko: Dalam PLS, bank syariah dan nasabah berbagi risiko bisnis. Jika bisnis
mengalami kerugian, kerugian tersebut dibagi secara adil antara bank dan nasabah. Ini
mendorong kesadaran bersama dan motivasi untuk melakukan bisnis dengan hati-hati dan
bertanggung jawab.

Mendorong Keadilan: Dalam PLS, pembagian keuntungan didasarkan pada kontribusi


nyata masing-masing pihak. Hal ini mendorong keadilan dan kesetaraan dalam
pembagian hasil, menghindari praktik bunga (riba) yang dianggap tidak adil dalam sistem
keuangan konvensional.

Pendorong Ekonomi Riil: Dengan membagi keuntungan dan kerugian secara adil, PLS
mendorong partisipasi masyarakat dalam sektor riil ekonomi dan memfasilitasi
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Meskipun PLS cenderung menguntungkan bagi masyarakat, penting untuk diingat bahwa
setiap sistem memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Pilihan sistem
pembagian bagi hasil dapat bervariasi tergantung pada tujuan dan kebijakan bank syariah
yang bersangkutan.

4. Jelaskan mekamnisme akad Murabahah serta rukunnya ?

Akad Murabahah adalah salah satu akad jual beli yang umum digunakan dalam transaksi
perbankan syariah. Akad ini melibatkan pembelian barang oleh bank syariah dan
penjualan kembali barang tersebut kepada nasabah dengan harga yang sudah ditentukan
dengan penambahan margin keuntungan.

Mekanisme akad Murabahah melibatkan langkah-langkah berikut:

Nasabah menyampaikan permintaan untuk membeli barang tertentu kepada bank syariah.

Bank syariah melakukan penelitian terhadap permintaan nasabah dan menentukan harga
jual barang tersebut.

Bank syariah membeli barang tersebut dengan menggunakan dana yang dimiliki atau
mengambil pinjaman dari pihak ketiga.

Setelah bank syariah memperoleh barang, bank syariah menjual kembali barang tersebut
kepada nasabah dengan harga yang lebih tinggi dari harga beli, termasuk penambahan
margin keuntungan.

Nasabah dan bank syariah sepakat mengenai harga jual dan jangka waktu pembayaran.
Biasanya, pembayaran dilakukan dalam bentuk angsuran yang tetap dan disepakati
sebelumnya.

Rukun akad Murabahah terdiri dari:


Al-'Aqd (Persetujuan): Terdapat kesepakatan antara bank syariah dan nasabah mengenai
pembelian barang dan penjualan kembali barang tersebut dengan harga yang telah
disepakati.

Al-Murabahah (Barang yang Dibeli): Barang yang akan dibeli oleh bank syariah haruslah
jelas jenis dan spesifikasinya.

Al-Musawamah (Pendekatan yang Adil): Baik bank syariah maupun nasabah harus
melakukan transaksi dengan pendekatan yang adil dan saling menghormati hak dan
kewajiban masing-masing.

Al-Qabul (Penerimaan): Nasabah harus menerima penawaran yang diajukan oleh bank
syariah mengenai harga jual barang.

Al-Ijab dan Al-Qabul (Penawaran dan Penerimaan): Terdapat penawaran dari bank
syariah dan penerimaan oleh nasabah mengenai harga jual dan persyaratan pembelian.

Akad Murabahah digunakan dalam berbagai transaksi perbankan syariah, seperti


pembiayaan kendaraan, rumah, dan barang modal. Dalam akad ini, bank syariah
mengambil peran sebagai pemilik sementara barang dan memindahkan kepemilikan
barang kepada nasabah dengan harga yang telah disepakati.

5. Apa yang dimaksud dengan akad wadiah yad amanah / titipan pada bank syariah ?

Akad Wadiah Yad Amanah, juga dikenal sebagai Akad Wadiah atau Akad Titipan, adalah salah
satu akad yang digunakan dalam operasional perbankan syariah. Akad ini melibatkan penitipan
harta atau aset oleh nasabah kepada bank syariah dengan persetujuan bahwa bank akan menjaga
dan mengelola harta tersebut dengan itikad yang amanah.

Berikut adalah beberapa poin penting yang terkait dengan Akad Wadiah Yad Amanah:
Kepercayaan dan Penitipan: Nasabah menitipkan harta atau aset kepada bank syariah untuk
dijaga, dijamin keamanannya, dan dikelola dengan itikad yang amanah. Bank bertindak sebagai
penjaga harta nasabah.

Tanggung Jawab Bank: Bank syariah memiliki tanggung jawab untuk menjaga harta nasabah
dengan cermat dan melakukan tugas pengamanan dengan itikad yang baik. Bank juga harus
memberikan laporan kepada nasabah mengenai status harta yang dititipkan.

Kewajiban Bank: Bank tidak diperbolehkan menggunakan harta nasabah dalam kegiatan
investasi atau kegiatan bisnis lainnya tanpa izin atau persetujuan khusus dari nasabah.

Tidak Ada Bagi Hasil: Dalam akad Wadiah, nasabah tidak memperoleh keuntungan atau bagi
hasil dari penitipan harta mereka. Bank juga tidak berkewajiban memberikan imbalan kepada
nasabah.

Jaminan Keamanan: Bank syariah bertanggung jawab untuk menjaga keamanan harta yang
dititipkan oleh nasabah dengan baik dan sebaik-baiknya, kecuali ada kondisi yang diatur
sebelumnya.

Pembatasan Penggunaan: Bank tidak boleh menggunakan harta nasabah tanpa izin, kecuali
dalam keadaan tertentu yang disepakati sebelumnya, seperti biaya administrasi atau biaya yang
diperlukan untuk menjaga harta tersebut.

Penarikan dan Pengembalian: Nasabah memiliki hak untuk menarik harta atau aset mereka
sesuai dengan syarat dan ketentuan yang telah disepakati. Bank wajib mengembalikan harta
nasabah kepada pemiliknya saat diminta.

Akad Wadiah Yad Amanah digunakan dalam beberapa produk dan layanan perbankan syariah,
seperti tabungan, deposito, safe deposit box, dan pengamanan dokumen berharga. Dengan
menggunakan akad ini, nasabah dapat mempercayakan harta mereka kepada bank syariah dengan
harapan bahwa bank akan menjaga dan mengelolanya dengan itikad yang amanah.

Anda mungkin juga menyukai