Anda di halaman 1dari 19

PERBANKAN

SYARIAH
 KELOMPOK 3
 WIWIT SETRINA
 RION SANDRI GANDI
 DANANG ANDRIYANTO
 REZA RAMANDA
 RESA AMANDA
 SALPIA DANI
Perbankan Syariah merupakan
suatu sistem perbankan yang
dikembangkan berdasarkan
sistem syariah (hukum islam).
BEBERAPA KENDALA

Kelemahan SDM
• Penguasaan konsep operasional bank syariah kurang
• Terpengaruh pengelolaan bank konvesional
• Sikap “inkonsistensi” yang fatal.

Kurang Siapnya Pengguna Jasa


• Kurangnya sosialisasi tentang konsep bank syariah
• Konsep perbankan konvensional yang telah mengakar
• Tokoh masyarakat kurang berperan sebagai media tranformasi–
edukasi sosialisasi bank syariah
• Bank Syariah “existing” belum membuktikan kelebihannya

Kurangnya Dukungan Regulasi PRA UU No 10 Th 1998


PERBANKAN SYARIAH DUNIA

 Awal bank Islam Mit Ghamr di Mesir (1963),


Nasir Social Bank, Mesir (1973), Islamic
Development Bank, Jeddah (1973) dan Dubai
Islamic Bank, Dubai (1975)
 Bank Islam berkembang di berbagai negeri
Islam dan Eropa
 1997 : 3 lembaga keuangan Barat yang
menginvestasikan dananya dalam pendirian
lembaga keuangan Islam yaitu Citibank (USA),
ABN Amro (Eropa) dan ANZ (Australia).
SISTEM PERBANKAN SYARIAH
 Umat Islam terjerat sistem ekonomi kapitalis yang ribawi
 Praktek riba diharamkan Islam
 "Dan suatu riba yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah...". (QS Ar-
Rum : 39)
 "dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya
mereka telah melarang daripadanya, dan karena mereka memakan
harta orang dengan jalan batil. Kami telah menyediakan untuk orang-
orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih" (QS An
Nisa : 161)
 “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda...” (QS Ali Imran ayat 130-132)
 “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba".
(QS Al Baqarah ayat 275)
PENGARUH PERBANKAN SYARIAH

 Pertumbuhan ekonomi secara pesat


 Menekan tingkat inflasi dalam negeri
 Iklim usaha akan berpindah dari usaha non riil (riba,
perdagangan uang, perdagangan saham) menjadi
usaha riil (perdagangan barang dan jasa halal)
KONSEP BUNGA VS BAGI HASIL

BUNGA BAGI HASIL

 Akad tanpa pedoman  Akad berpedoman untung


untung rugi rugi
 Berdasarkan pada jumlah  Berdasarkan pada jumlah
pinjaman keuntungan
 Kerugian tidak  Kerugian ditanggung
dipertimbangkan bersama
 Pembayaran bunga tetap  Laba sesuai pendapatan
 Dikecam semua agama  Tidak diragukan keabsahan
bagi hasil
BANK ISLAM VS KONVENSIONAL

BANK ISLAM BANK KONVENSIONAL


Berdasarkan margin keuntungan Perangkat bunga atau bagi hasil

Profit dan falah oriented Profit oriented

Hubungan kemitraan nasabah Hubungan debitur-kreditur

Users of real funds Creator of money supply

Investasi halal saja Investasi yang halal dan haram

Melalui Dewan Pengawas Syariah Tidak terdapat dewan sejenis ini.


KEUNGGULAN BANK SYARIAH

 Ikatan aqidah
 Nasabah sebagai mitra
 Aksesibilitas bank syariah sangat luas
 Bertumpu pada kelayakan usaha dan bukan pada
jaminan
 Bagi hasil akan menghilangkan inflasi
 Mandiri dan resisten terhadap gejolak moneter
 Persaingan melalui profesionalisme dan pelayanan
yang terbaik
 Tersedianya al-qardhul hasan
KELEMBAGAAN BANK SYARIAH

 Dapat berbentuk Bank Umum / BPR


 Perizinan melalui Gubernur Bank Indonesia
 Sumber dana tidak berasal dari sumber yang
diharamkan (money laundering)
 Wajib mencantumkan kata ”Bank Syariah”
 Dilengkapi sarana kantor yang memperhatikan
kaidah syariah, sarana keamanan fisik,
keamanan material untuk menyimpan uang, surat
atau dokumen berharga
SDM BANK SYARIAH
SYARAT
 Kemampuan teknis di bidang perbankan
 Mengetahui ketentuan dan prinsip syariah
 Amanah dan berkepribadian Islami

PENGEMBANGAN SDM
 Pendidikan dan pelatihan
 Kerjasama dengan bank syariah yang sudah ada serta
lembaga pendidikan dan pelatihan di dalam dan luar negeri
OPERASIONAL

PENGHIMPUNAN DANA
(funding product)
 WADI’AH
 MUDHARABAH

PENYALURAN DANA
(lending product)
 JUAL BELI FEE BASED INCOME
 SYIRKAH (services product)
 JASA  Agency/wakalah
PERBANKAN/Sewa
 Jasa/Ujrah
A. PENGHIMPUNAN DANA (SUMBER DANA) :

1. Al-Wadiah
 Aqad di mana dana/harta menyimpan uang atau barang
untuk dijaga oleh Bank.
 Bank meminta izin menggunakan dana
 Segala keuntungan dan risiko penggunaan dana ditanggung
pihak bank
 Bank dapat memberikan bonus kepada pemilik dana tanpa
perjanjian di muka
 Pemilik dana bebas mengambil dana tanpa waktu yang
ditentukan
2. Al-Mudharabah

penyimpanan dana dengan tujuan utk pembiayaan


mudharabah atau ijarah
B. PENYALURAN DANA (KREDIT):

MUDHARABAH

Mudharabah adalah suatu akad kerja sama antara 2 (dua) pihak di mana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan modal 100%, sedangkan pihak lainnya
(Mudharib) menjadi pengelola dengan pembagian keuntungan yang diperoleh dari
pengelolaan tersebut dibagi menurut kesepakatan di muka sementara kerugian
yang timbul menjadi tanggung jawab pemilik modal kecuali jika kerugian tersebut
disebabkan oleh kelalaian mudharib (pengelola).

Pembiayaan mudharabah biasa digunakan untuk pembiayaan modal kerja. Guna


menghindari perselisihan antara bank dan nasabah, bagi hasil ditentukan atas
pendapatan (revenue sharing) berdasarkan nisbah tertentu yang sudah disepakati
keduanya.
SALAM

Salam didefenisikan dengan bentuk jual beli dengan pembayaran dimuka dan
penyerahan barang di kemudian hari (advanced payment atauforward buying atau future
sale) dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal dan tempat penyerahan yang
jelas, serta disepakati sebelumnya dalam perjanjian.
Keterangan:
Koperasi petani mangga harum manis memerlukan bantuan dana untuk mensukseskan
panen anggota-anggotanya tahun depan terhitung dari sekarang. Untuk itu, koperasi
petani tersebut mendatangi bank syariah dan menawarkan skema jual beli salam agar
bank syariah tidak rugi dan petanipun dapat panen dengan baik. Maka prosesnya
adalah sebagai berikut:
•Bank syariah membeli 10 ton mangga harum manis dari koperasi petani buah mangga
harum manis dengan harga Rp. 50.000,- per kilogram menggunakan akad jual beli
salam untuk 1 tahun kedepan.
•Bank syariah membayar tunai kepada koperasi tersebut sebesar: Rp.50.000,- x 1000 x
10 = Rp. 500.000.000,- .
•Bank syariah menjual kepada pemborong buah mangga harum manis dengan harga
Rp.55.000,- per kilogram menggunakan akad jual beli salam untuk 1 tahun kedepan.
•Pemborong membayar tunai kepada bank syariah sebesar: Rp.55.000,- x 1000 x 10 =
Rp.550.000.000,-.
• Setelah satu tahun berlalu, koperasi petani mengirimkan mangga harum
manis dengan jumlah dan kualitas sesuai pesanan kepada bank syariah.
• Bank syariah kemudian mengirimkan buah-buah tersebut kepada
pemborong.
• Pemborong menjual mangga harum manis di pasar buah dengan harga
Rp.100.000,- per kilogram.
• Pemborong mendapatkan keuntungan dari penjualan mangga di pasar
buah.

Dari penjelasan dalam skema di atas, terlihat bahwa semua yang terlibat
dalam jual beli salam mendapatkan keuntungan mereka masing-masing.
Para petani mendapatkan keuntungan berupa panen yang baik dengan
hasil yang memuaskan disebabkan keperluan-keperluan mereka dalam
mengelola perkebunan tersebut dapat terpenuhi dengan uang tunai yang
dibayarkan di muka oleh pihak bank syariah. Sedangkan pihak bank
syariah mendapatkan keuntungan sebesar lima puluh juta rupiah yang
merupakan selisih harga jual kepada pemborong dengan harga beli dari
petani mangga. Dan pihak pemborong mendapatkan keuntungan dari
selisih harga beli dari bank syariah dengan harga jual di pasar buah.
Al-Istishna’
adalah akad jual beli pesanan antara pihak produsen / pengrajin /
penerima pesanan ( shani’) dengan pemesan ( mustashni’) untuk
membuat suatu produk barang dengan spesifikasi tertentu (mashnu’)
dimana bahan baku dan biaya produksi menjadi tanggungjawab pihak
produsen sedangkan sistem pembayaran bisa dilakukan di muka, tengah
atau akhir.
Contoh :
Sebuah perusahaan konveksi meminta pembiayaan untuk pembuatan
kostum tim sepakbola sebesar Rp 20juta. Produksi ini akan dibayar oleh
pemesannya dua bulan yang akan datang. Harga sepasang kostum
biasanya Rp 40.000,00, sedangkan perusahaan itu menjual pada bank
dengan harga Rp 38.000,00. Berapa keuntungan yang didapatkan bank?

Dalam kasus ini, produsen tidak ingin diketahui modal pokok pembuatan
kostum. Ia hanya ingin memberikan untung sebesar Rp 2.000,00 per
kostum atau sekitar Rp 1juta ( 20 juta / 38 000 x 2000 ) atau 5% dari
modal. Bank bisa menawar lebih lanjut agar kostum itu lebih murah dan
dijual kepada pembeli dengan harga pasar.
wassalam

Anda mungkin juga menyukai