SYARIAH
KELOMPOK 3
WIWIT SETRINA
RION SANDRI GANDI
DANANG ANDRIYANTO
REZA RAMANDA
RESA AMANDA
SALPIA DANI
Perbankan Syariah merupakan
suatu sistem perbankan yang
dikembangkan berdasarkan
sistem syariah (hukum islam).
BEBERAPA KENDALA
Kelemahan SDM
• Penguasaan konsep operasional bank syariah kurang
• Terpengaruh pengelolaan bank konvesional
• Sikap “inkonsistensi” yang fatal.
Ikatan aqidah
Nasabah sebagai mitra
Aksesibilitas bank syariah sangat luas
Bertumpu pada kelayakan usaha dan bukan pada
jaminan
Bagi hasil akan menghilangkan inflasi
Mandiri dan resisten terhadap gejolak moneter
Persaingan melalui profesionalisme dan pelayanan
yang terbaik
Tersedianya al-qardhul hasan
KELEMBAGAAN BANK SYARIAH
PENGEMBANGAN SDM
Pendidikan dan pelatihan
Kerjasama dengan bank syariah yang sudah ada serta
lembaga pendidikan dan pelatihan di dalam dan luar negeri
OPERASIONAL
PENGHIMPUNAN DANA
(funding product)
WADI’AH
MUDHARABAH
PENYALURAN DANA
(lending product)
JUAL BELI FEE BASED INCOME
SYIRKAH (services product)
JASA Agency/wakalah
PERBANKAN/Sewa
Jasa/Ujrah
A. PENGHIMPUNAN DANA (SUMBER DANA) :
1. Al-Wadiah
Aqad di mana dana/harta menyimpan uang atau barang
untuk dijaga oleh Bank.
Bank meminta izin menggunakan dana
Segala keuntungan dan risiko penggunaan dana ditanggung
pihak bank
Bank dapat memberikan bonus kepada pemilik dana tanpa
perjanjian di muka
Pemilik dana bebas mengambil dana tanpa waktu yang
ditentukan
2. Al-Mudharabah
MUDHARABAH
Mudharabah adalah suatu akad kerja sama antara 2 (dua) pihak di mana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan modal 100%, sedangkan pihak lainnya
(Mudharib) menjadi pengelola dengan pembagian keuntungan yang diperoleh dari
pengelolaan tersebut dibagi menurut kesepakatan di muka sementara kerugian
yang timbul menjadi tanggung jawab pemilik modal kecuali jika kerugian tersebut
disebabkan oleh kelalaian mudharib (pengelola).
Salam didefenisikan dengan bentuk jual beli dengan pembayaran dimuka dan
penyerahan barang di kemudian hari (advanced payment atauforward buying atau future
sale) dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal dan tempat penyerahan yang
jelas, serta disepakati sebelumnya dalam perjanjian.
Keterangan:
Koperasi petani mangga harum manis memerlukan bantuan dana untuk mensukseskan
panen anggota-anggotanya tahun depan terhitung dari sekarang. Untuk itu, koperasi
petani tersebut mendatangi bank syariah dan menawarkan skema jual beli salam agar
bank syariah tidak rugi dan petanipun dapat panen dengan baik. Maka prosesnya
adalah sebagai berikut:
•Bank syariah membeli 10 ton mangga harum manis dari koperasi petani buah mangga
harum manis dengan harga Rp. 50.000,- per kilogram menggunakan akad jual beli
salam untuk 1 tahun kedepan.
•Bank syariah membayar tunai kepada koperasi tersebut sebesar: Rp.50.000,- x 1000 x
10 = Rp. 500.000.000,- .
•Bank syariah menjual kepada pemborong buah mangga harum manis dengan harga
Rp.55.000,- per kilogram menggunakan akad jual beli salam untuk 1 tahun kedepan.
•Pemborong membayar tunai kepada bank syariah sebesar: Rp.55.000,- x 1000 x 10 =
Rp.550.000.000,-.
• Setelah satu tahun berlalu, koperasi petani mengirimkan mangga harum
manis dengan jumlah dan kualitas sesuai pesanan kepada bank syariah.
• Bank syariah kemudian mengirimkan buah-buah tersebut kepada
pemborong.
• Pemborong menjual mangga harum manis di pasar buah dengan harga
Rp.100.000,- per kilogram.
• Pemborong mendapatkan keuntungan dari penjualan mangga di pasar
buah.
Dari penjelasan dalam skema di atas, terlihat bahwa semua yang terlibat
dalam jual beli salam mendapatkan keuntungan mereka masing-masing.
Para petani mendapatkan keuntungan berupa panen yang baik dengan
hasil yang memuaskan disebabkan keperluan-keperluan mereka dalam
mengelola perkebunan tersebut dapat terpenuhi dengan uang tunai yang
dibayarkan di muka oleh pihak bank syariah. Sedangkan pihak bank
syariah mendapatkan keuntungan sebesar lima puluh juta rupiah yang
merupakan selisih harga jual kepada pemborong dengan harga beli dari
petani mangga. Dan pihak pemborong mendapatkan keuntungan dari
selisih harga beli dari bank syariah dengan harga jual di pasar buah.
Al-Istishna’
adalah akad jual beli pesanan antara pihak produsen / pengrajin /
penerima pesanan ( shani’) dengan pemesan ( mustashni’) untuk
membuat suatu produk barang dengan spesifikasi tertentu (mashnu’)
dimana bahan baku dan biaya produksi menjadi tanggungjawab pihak
produsen sedangkan sistem pembayaran bisa dilakukan di muka, tengah
atau akhir.
Contoh :
Sebuah perusahaan konveksi meminta pembiayaan untuk pembuatan
kostum tim sepakbola sebesar Rp 20juta. Produksi ini akan dibayar oleh
pemesannya dua bulan yang akan datang. Harga sepasang kostum
biasanya Rp 40.000,00, sedangkan perusahaan itu menjual pada bank
dengan harga Rp 38.000,00. Berapa keuntungan yang didapatkan bank?
Dalam kasus ini, produsen tidak ingin diketahui modal pokok pembuatan
kostum. Ia hanya ingin memberikan untung sebesar Rp 2.000,00 per
kostum atau sekitar Rp 1juta ( 20 juta / 38 000 x 2000 ) atau 5% dari
modal. Bank bisa menawar lebih lanjut agar kostum itu lebih murah dan
dijual kepada pembeli dengan harga pasar.
wassalam