Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AKAD DALAM PEMBIAYAAN DALAM MURABAHAH,ISTISHNA, DAN


SALAM

Dosen Pembimbing : Dr.Rizal Agus, S.E,M.Sc


Disusun Oleh :
Ega Rivalda
Arkan Muhammad

Jurusan Akuntansi
Program Studi Keuangan & Perbankan Syariah
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga bukudapat diselesaikan oleh penulis.
Shalawat serta salam disanjungkan ke pangkuan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai pembawa
risalah universal di muka bumi ini. Perjalanan sejarah perbankan syariah di Indonesia telah
berjalan lebih dari 25 tahun. Usia ini cukup dewasa apabila melakukan penilaian terhadap
perkembangannya, sehingga wajar dalam perjalanannya banyak sorotan dan pendapat dari
berbagai kalangan masyarakat, baik positif maupun negatif. Sejak diberlakukannya Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang di dalamnya selain mencakup
sistem bagi hasil juga mencakup sistem jual beli atau murabahah yang selanjutnya dijalankan
oleh bank-bank syariah hingga saat ini.
DiIndonesia, pembiayaan murabahah menjadi produk pembiayaan yang utama di dalam
bank syariah menjalankan bisnis pembiayaannya, sehingga pengikatan pembiayaannya
menggunakan akad pembiayaan murabahah.Pada umumnya perbankan syariah di Indonesia
dalam menyalurkan pembiayaannya menggunakan skema akad pembiayaan murabahah bil
wakalah. Untuk itu, dalam buku inipenulis ingin menjelaskan bagaimana prosedur dalam
menyalurkan produk pembiayaannya dengan menggunakan akad pembiayaan murabahah bil
wakalah sesuai dengan peraturanperaturan yang berlaku, sehingga terpenuhinya prinsip syariah.

DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................
Daftar Isi............................................................................................................
Bab I Pendahuluan ............................................................................................................
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ..........................................................................................................

Bab II Pembahasan ..........................................................................................................


2.1 Pengertian Pembiayaan Murabahah,Istishna,Dan Salam.............................................
2.2 Perbedaan Murabahah,Istishna Salam .........................................................................
2.3 Perhitungan Pembiayaan Murabahah,Istishna Dan Salam ..........................................

Bab III Penutup ..................................................................................................................


3.1 Kesimpulan .................................................................................................................
3.2 Saran ...........................................................................................................................

Daftar Pustaka ............................................................................................................................


BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sistem keuangan dan perbankan Islam merupakan bagian dari konsep yang lebih luas tentang
ekonomi Islam dimana tujuannya sebagaimana dianjurkan oleh para ulama, adalah
memberlakukan sistem nilai dan etika Islam ke dalam lingkungan ekonomi. Karena dasar etika
inilah, maka keuangan dan perbankan Islam bagi kebanyakan muslim adalah bukan sekedar
sistem transaksi komersial. Persepsi Islam dalam transaksi finansial itu dipandang oleh banyak
kalangan muslim sebagai kewajiban agama. Kemampuan keuangan lembaga Islam menarik
investor dengan sukses bukan hanya tergantung pada tingkat kemampuan lembaga itu
menghasilkan keuntungan, tetapi juga pada persepsi bahwa lembaga tersebut secara sungguh-
sungguh memperhatikan batas-batas yang digariskan oleh Islam. 1
Pada umumnya terdapat perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional. Terutama
terletak pada landasan operasional yang digunakan. Bank konvensional menjalankan
operasionalnya berdasarkan bunga sedangkan bank syariah berlandaskan bagi hasil, jual beli dan
sewa. Hal ini berdasarkan keyakinan umat Islam bahwa bunga mengandung unsur riba yang
dilarang oleh agama Islam. Menurut pandangan Islam, sistem bunga mengandung unsur
ketidakadilan dikarenakan pemilik dana memberikan pinjaman kepada peminjam, dan peminjam
tersebut diwajibkan untuk membayar lebih dari pada yang dipinjam tanpa melihat si peminjam
tersebut rugi atau untung. Sebaliknya dalam bank syariah dengan system bagi hasil yang
digunakan adalah dimana antara pemilik modal dan yang mengelola modal berbagi resiko dan
keuntungan sesuai dengan kesepakatan, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
Bank syariah pertama kali muncul pada tahun 1963 sebagai pilot project dalam bentuk
bank tabungan pedesaan di kota kecil Mit Ghamr, Mesir. Percobaan berikutnya terjadi di
Pakistan pada tahun 1965 dalam bentuk bank koperasi. Setelah itu, gerakan bank syariah mulai
hidup kembali pada pertengahan tahun 1970-an. Berdirinya Islamic Development
Bank pada 20 Oktober 1975, yang merupakan lembaga keuangan internasional Islam
multilateral, mengawali periode ini dengan memicu bermunculannya bank syariah penuh di
berbagai negara, seperti Dubai Islamic Bank di Dubai (Maret 1975), Faisal Islamic Bank di
Mesir dan Sudan (1977), dan Kuwait Finance House di Kuwait (1977). Sampai saat ini lebih dari
200 bank dan lembaga keuangan syariah beroperasi di 70 negara muslim dan non muslim yang
total porfolionya sekitar $200milyar.
2

1.2 Rumusan Masalah

1
Nita, Fauzia Sembayang, ”Gambaran Umum Bank Syariah”,
https://tugas2kampus.wordpress.com/2013/10/10/gambaran-umum-banksyariah/, Diakses tanggal 25-09-2017,
dikutip dari Zainul Arifin, Dasar-Dasar manajemen Bank Syariah,Cet. 2, ( Jakarta: AlvaBet, 2003), hlm. 12
2
Ascarya Diana Yumanita, Bank Syariah: Gambaran Umum, Jakarta : (PPSK Bank Indonesia Seri Kebanksentralan
No. 14, Januari 2005), hlm 2, Dikutip Dari Algoud, Latifa M, et al, Perbankan Syariah, Terjemahan, Serambi,
Jakarta : 2001
1. Apa Pengertian Pembiayaan Murabahah,Istishna,Salam
2. Apa Perbedaan Pembiayaan Murabahah,Istishna,Dan Salam
3. Bagaimana Perhitungan Pembiayaan Murabahah,Istishna,Dan Salam
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Apa itu Pembiayaan Murabahah,Istishna ,dan Salam
2. Untuk Mengetahui Apa Perbedaan Pembiayaan Murabahah,Istishna,Dan Salam
3. Untuk Mengetahui Perhitungan Pembiayaan Murabahah,Istishna,Dan Salam

BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Pembiayaan Murabahah,Istishna,Dan Salam

1. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah adalah transaksi jual beli, yaitu pihak bank syariah bertindak
sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli, dengan harga jual dari bank adalah harga
beli dari pemasok ditambah keuntungan dalam persentase tertentu bagi bank syariah
sesuai dengan kesepakatan. Kepemilikan barang akan berpindah kepada nasabah segera
setelah perjanjian jual beli ditandatangani dan nasabah akan membayar barang tersebut
dengan cicilan tetap yang besarnya sesuai kesepakatan sampai dengan pelunasannya3.
2. Pembiayaan Istishna
Pembiayaan istishna adalah akad jual beli antara pemesan/pembeli dengan
produsen/penjual atas barang yang harus dipesan terlebih dahulu, dengan spesifikasi dan
harga yang disepakati. Pembayarannya dapat dilakukan di muka, di tengah atau pada saat
penyerahan barang. Pada umumnya pembiayaan istishna dilakukan untuk membiayai
pembangunan konstruksi.
3. Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana baran yang diperjual belikan belum ada. Oleh
karena itu,barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan secara
tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas
transaksi ini mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan
waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. 4Dalam praktik perbankan, ketika
barang telah diserahkan kepada bank, maka bank akan menjualnya kepada rekanan
nasabah atau nasabah itu sendiri secara tunai atau secara cicilan. Harga jual yang
ditetapkan oleh bank adalah harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan5

2.2 Perbedaan Murabahah,Istishna Salam


1.Murabahah
Sesuai dengan Fatwa DSN MUI Nomor 4 tahun 2000, transaksi murabahah adalah transaksi jual
beli antara nasabah yang membutuhkan barang dengan bank syariah yang membeli barang
tersebut untuk dijual kembali kepada nasabah. Dalam hal ini nasabah dapat melakukan
pembayaran secara angsuran kepada bank syariah dengan perjanjian jangka waktu tertentu.

Beberapa hal penting yang harus dipenuhi dalam transaksi murabahah antara bank syariah
dengan nasabah diantaranya adalah:

3
Zainuddin Ali, Op Cit, hlm 30
4
Nara, Op Cit
5
Ibid
1. Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal. Bank syariah tidak boleh melayani nasabah
yang ingin membeli barang haram melalui pembiayaan bank syariah.

2. Bank memberitahu nasabah harga beli barang dan keuntungan yang diambil, termasuk biaya
yang diperlukan.

3. Nasabah sepakat dengan harga jual yang diberikan oleh bank syariah, sehingga selama waktu
pembayaran sampai lunas nasabah merasa ridha atas transaksi jual beli tersebut.

4. Jika bank syariah hendak mewakilkan transaksi jual beli barang dengan pihak ketiga kepada nasabah,
maka akad murabahah ini harus dilakukan setelah barang tersebut secara prinsip sudah menjadi milik
bank.

2.Salam
Akad salam adalah salah satu bentuk jual beli dimana seseorang melakukan pembelian barang
dengan cara pesanan. Pola transaksi ini banyak dipraktikkan pada sistem jual beli online. Dimana
pembeli membayar terlebih dahulu barang yang disediakan penjual namun tidak dapat langsung
menerima barang tersebut. Setelah pembayaran lunas oleh pembeli, penjual mengirimkan barang
sesuai spesifikasi yang dimaksud.

Pola transaksi ini juga dapat dilakukan melalui lembaga keuangan syariah, seperti bank syariah
atau BPR Syariah. Pembiayaan salam dapat dilakukan jika nasabah memiliki dana cukup untuk
membeli barang melalui perantara lembaga keuangan syariah.

3.Istishna
Akad istishna’ merupakan salah satu bentuk jual beli dengan cara pesanan. Pada umumnya akad
ini digunakan untuk jual beli barang yang tidak dijual di pasaran. Misalnya untuk pembangunan
gedung, jembatan, dan sebagainya. Nasabah yang melakukan pengajuan pembiayaan istishna’
dapat bekerjasama dengan bank untuk menyelesaikan proyek secara keseluruhan atau sebagian.

2.3 Perhitungan Pembiayaan Murabahah,Istishna Dan Salam


1.Murabahah
1. Perhitungan penentuan Margin Murabahah. Dalam praktik, perbankan, biasanya margin di
hitung dengan menggunakan metode anuitas, makin lama jangka waktu maka makin besar
margin yang di kenakan pada nasabah. Dalam diskusi ekonomi syariah, pembolehan konsep
tersebut dikarenakan konsep anuitas hanya digunakan sebagai dasar perhitungan margin. Setelah
margin ditentuka, nilai margin tersebut bersifat tetap dan tidak berubah kendatin terjadi
keterlambatan pembayaran oleh nasabah.
2. Perhitungan angsuran perbulan dan pendapatan yang diakui. Angsuran perbulan bersifat
merata atau tetap sepanjang masa pelunasan. Perhitungan angsuran dapat dilakukan dengan
rumus sebagai berikut:
Angsuran perbulan = total piutang – uang muka
Jumlah bulan pelunasan Misalkan dengan mengunakan data
murabahah dengan pesanan diatas (total piutang Rp 118 juta, uang muka 10
juta, jangka waktu 24 bulan), maka : Angsuran perbulan =(total piutang –
uang muka) jumlah bulan pelunasan = (Rp 118.000.000 – Rp 10.000.000) /
24 = Rp 108.000.000 / 24 = Rp 4.500.000,- Untuk mendapatkan hasil yang
sama, angsuran perbulan juga dapat dihitung dengan menjumlahkan pokok
perbulan dengan margin per bulan.

3. Perhitungan pendapatan margin yang diakui saat jatuh tempo atau pembayaran angsuran.
Setiap tanggal jatuh tempo, bank syariah akan mengakui adanya pendapatan margin. Besarnya
pendapatan margin yang diakui tergantung pada alternatif pendekatan yang digunakan. Bila bank
menggunakaan pendekatan proporsional, maka besarnya margin setiap bulan adalah sama,
sedangkan bila menggunakan tabel anuitas, maka margin pada bulan pertama akan lebih besar
dibanding dengan bulan kedua dan seterusnya.

2.Salam
Bai'as-salam adalah pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran
diserahkan di muka. Prinsip yang dianut adalah kondisi barang pembayaran sudah disepakati.
Barang yang akan dijual sudah diketahui baik jenis, kualitas, maupun jumlah dengan hukum
awal pembayaran dalam bentuk uang.
Contoh Soal Perhitungan Keuntungan Bai'as Salam
Tuan Ardra Memiliki lahan tanah dua hektar yang akan ditanami pohon teh dan membutuhkan
modal sebesar 25 juta rupiah. Tuan Ardra dan Bank Syariah sepakat melakukan akad dimana
Bank Syariah akan membeli hasil panen Tuan Ardra sebanyak 10 ton senilai 25 juta rupiah
selama satu tahun. Pada jatuh tempo, Tuan Ardra harus menyerahkan teh seberat 10 ton kepada
Bank Syariah. Selanjutnya Bank Syariah menjual teh10 ton dengan harga 3000 rupiah per
kilogram.Berapakah keuntungan bank syariah
Pendapatan Bank Syariah dengan Menjual 10 ton teh pada harag Rp 3000 per kg adalah
10 ton = 10.000 kg
Pendapatan rupiah = 10.000 x 3.000 = 30 juta
Keuntungan Bank Syariah
Keuntungan = 30-25
Keuntungan = 5 juta rupiah

3.Istishna
Bai' Al-Istishna' adalah bentuk khusus dari akad bai'as-salam, oleh karena ketentuan dalam bai'
al-istishna mengikuti ketentuan dan aturan dari bai' al-istishna. Pengertian Bai' Al-Istishna'
adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen sebagai pembuat barang. Kedua pihak
harus sepakat terlebih dahulu dengan harga dan sistem pembayarannya. Harga ditentukan dengan
tawar menawar, pembayaran dapat dilakukan di muka, atau secara angsuran per bulan atau di
belakang.
Contoh kasus
Sebuah perusahaan konveksi meminta pembiayaan untuk pembuatan kostum sebuah tim bola
voly sebesar Rp. 10.000.000,-. Produksi ini akan dibayar oleh pemesannya sebulan yang akan
datang. Harga sepasang kostum di pasaran biasanya Rp. 60.000,- sedangkan perusahaan itu bisa
menjual kepada bank dengan harga Rp. 58.000,-.
Penyelesaiannya:
Dalam kasus ini, produsen tidak ingin diketahui modal pokok pembuatan
kostum tersebut. Dia hanya ingin memberikan untung sebesar Rp. 2.000,- per
kostum atau sekitar Rp. 344.827,58 ( Rp. 10.000.000,- / Rp. 58.000,- X Rp.
2.000,-) atau sekitar 3 persen dari modal. Bank bisa menawarkan lebih lanjut agar
kostum itu lebih murah dan di jual kepada pembeli dengan harga pasaran.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Pembiayaan Murabahah adalah transaksi jual beli, yaitu pihak bank syariah bertindak sebagai
penjual dan nasabah sebagai pembeli, dengan harga jual dari bank adalah harga beli dari
pemasok ditambah keuntungan dalam persentase tertentu bagi bank syariah sesuai dengan
kesepakatan, Pembiayaan istishna adalah akad jual beli antara pemesan/pembeli dengan
produsen/penjual atas barang yang harus dipesan terlebih dahulu, dengan spesifikasi dan harga
yang disepakati, Salam adalah transaksi jual beli dimana baran yang diperjual belikan belum
ada. Oleh karena itu,barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan secara
tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual.

3.2 Saran
Saran :
Dengan Dibuatnya makalah ini kita bisa mengetahui perhitungan dan manfaat”pembiayaan di
bank syariah Seperti ,Manfaat akad salam bagi pembeli adalah jaminan memperoleh barang
dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia membutuhkan dengan harga yang telah
disepakatinya diawal. Sementara manfaat bagi penjual adalah diperolehnya dana untuk
melakukan aktifitas produksi dan memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya. Pembiayaan Istishna
adalah penyediaan dana dari Bank kepada nasabah untuk membeli barang sesuai dengan pesanan
nasabah yang menegaskan harga belinya kepada pembeli (nasabah) dan pembeli (nasabah)
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan Bank yang disepakati.
Sedangkan Murabahah merupakan salah satu jenis kontrak (akad) yang paling umum diterapkan
dalam aktivitas pembiayaan perbankan syariah. Murabahah diterapkan melalui mekanisme jual
beli barang dengan penambahan margin sebagai keuntungan yang akan diperoleh bank.

Anda mungkin juga menyukai