Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMIAH

PRODUK PENYALURAN DANA BANK SYARIAH :


PEMBIAYAAN QARDH DAN PEMBIAYAAN MULTIJASA

Mata Kuliah:
Produk Dan Jasa Bank Syariah

Oleh :
Raudhoh (41904012)
Sitti Nur Aini (41904013)

Dosen Pengampu:
Dr. Asgaft Asysyad Rasyid, SEI., Msi

FAKULTAS MUAMALAT
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM SEBI
1443H/2021 M
PRODUK PENYALURAN DANA BANK SYARIAH : PEMBIAYAAN
QARDH DAN PEMBIAYAAN MULTIJASA

Raudhoh & Sitti Nur Aini


Mahasiswi Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI

Dosen Pengampu: Dr. Asgaft Asysyad Rasyid, SEI., Msi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat dan rahmat-Nya kita senantiasa
diberi Kesehatan jasmani maupun rihani dan berkah yang tak terhingga. Sholawat beserta
salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benerang seperi yang kita
rasakan saat ini.
Pembuatan makalah ini sebagai pemenuhan tugas mata kuliah “ Produk dan Jasa Bank
Syariah”, guna lebih ingin mengetahui dan memahami mengenai Produk pembiayaan Bank
Syari’ah Qardh dan Multijasa.
Kami berharap dengan selesainya tugas makalah ini dapat memudahkan kita semua
untuk memahami mata kuliah “Produk dan Jasa Bank Syariah” khususnya Produk
pembiayaan Bank Syari’ah Qardh dan Multijasa. Kami juga menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penulisan,
pemilihan kata, kerapian, dan isi. Oleh karena itu, kepada pembaca makalah ini, kami sangat
mengharap kritik dan saran yang sifatnya membangun guna terealisasinya kesempurnaan
penyusunan makalh ini dan perbaikan dalam berbagai hal untuk kedepannya.

BAB 1: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbankan Syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang
dikembangkan berdasarkan syariat (hukum) Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari
oleh larangan dalam agama Islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau
yang disebut dengan riba1. Lahirnya Bank Syariah pertama di Indonesia yang merupakan
hasil kerja tim perbankan MUI adalah dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia
(BMI) yang akte pendiriannya ditandatangani pada tanggal 1 November 1991.2 Saat ini BMI
sudah memiliki puluhan cabang yang tersebar dibeberapa kota besar seperti Jakarta,
Surabaya, Bandung, Makassar dan kota-kota lainnya. Disamping BMI, saat ini juga telah

1
Laily Anzalani, “Ekonomi Syariah” (2018): 14.
2
Muhammad Hasyim Al Rasid, Pengaruh Terra (Tangibles, Emphaty, Responsiveness, Reliability, Assurance)
Terhadap Loyalitas Nasabah Di Bank Muamalat Cabang Margonda Depok, 2018.

i
lahir Bank Syariah milik pemerintah seperti Bank Syariah Mandiri (BSM). Perkembangan
perbankan di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat saat ini. Bank merupakan lembaga
keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya” bank yang
berfungsi menyalurkan dana kepada masyarakat, khusunya kepada dunia usaha,
mengakibatkan kegiatan transaksi perbankan pun juga maju pesat. Tidak sedikit jumlah bank
yang berdiri di Indonesia. Kita mengenal adanya bank Asing, bank Swasta, maupun bank
Pemerintah. Tidak hanya bank lokal tetapi bank Asing pun berusaha untuk mendirikan
perusahaan di Indonesia. Pertumbuhan perbankan tersebut berimbas juga pada adanya
persaingan antar bank. Masing-masing bank berlomba-lomba untuk menarik minat nasabah
dan pada akhirnya nasabah mendapatkan keuntungan dari keadaan tersebut. Karena itu,
perbankan tidak mempunyai banyak pilihan kecuali meningkatkan profesionalisme,
kompetensi dan daya saing. Bank Syariah juga termasuk dalam lembaga keuangan yang
semakin meningkatkan mutu pelayanan dan produk yang mampu bersaing ditengah tinggi
nya kepercayaan terhadap Bank Konvensional. Ini terbukti dari banyaknya pilihan produk
serta akad yang ditawarkan oleh Bank Syariah salah satunya produk penyaluran dana dalam
pembiayaan menggunakan akad Qardh dan Ijarah. Qardh adalah pinjaman dana tanpa
imbalan dalam jangka waktu tetentu yang bertujuan murni untuk tolong menolong sedangkan
Pembiayaan multijasa adalah suatu kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan
dalam akad ijarah dalam penyaluran jasa keuangannya antara lain: penyaluran pelayanan jasa
pendidikan, kesehatan, walimah, pergi haji atau umrah, kepariwisataan dan lain lain.3 Dalam
pemberian pembiayaan multijasa ini, bank syariah akan memperoleh imbalan jasa (ujrah)
atau fee menurut kesepakatan di muka dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam
bentuk prosentase. Landasan hukum pembiayaan multijasa yaitu dalam surah Al-Qashas
28:26 yang berbunyi :

َ ‫ت ا ْستَأ ْ ِج ْره ۖا َِّن َخي َْر َم ِن ا ْستَأ ْ َج ْر‬


ُّ ‫ت ْالقَ ِو‬
‫ي ْاْلَ ِميْن‬ ِ ‫ت ا ِْح ٰدىه َما ٰ ٰٓيا َ َب‬
ْ َ‫قَال‬
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang
bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.4
Idealnya sebuah produk multijasa dilaksanakan seperti pembiayaan ijarah, di mana
bank membeli/menyewa aset dan menyewakannya kepada nasabah, lalu nasabah
3
Nur Fathoni, “Konsep Jual Beli Dalam Fatwa Dsn-Mui,” Economica: Jurnal Ekonomi Islam 4, no. 1 (2016):
51.
4
QS. Al-Qhasas Ayat 26

ii
menyewanya secara cicilan. Itulah fungsi sebenarnya dari lembaga perantara seperti bank.
Produk yang lahir dari fatwa DSN-MUI No. 44/DSN-MUI/VIII/2014 tentang pembiayaan
multijasa itu kini berkembang menjadi produk pembiayaan multiguna untuk jenis jasa.
Produk bank syariah memang banyak, beragam dan mudah dilaksankan, karena seirama dan
sejalan dangan transaksi disektor riil. Tetapi ia memiliki karakter, prosedur dan teknik yang
harus diikuti dengan disiplin. Mungkin satu-satunya kiat menjalankan pembiayaan multijasa
dengan benar dan aman di sisi syariah, adalah mendorong bank untuk menciptakan kerjasama
sebanyak-banyaknya dengan penyedia jasa, seperti sekolah, rumah sakit dan lain-lain5. Jika
program- pogram ini dilaksanakan, tentu jaringan keuangan perbankan syariah dengan
sekolah, rumah sakit dan sebagainya akan kuat. Dengan demikian stabilitas sistem keuangan
dalam sistem mikro akan terbangun. Dalam konteks perbankan syariah, maka bank bertindak
sebagai muajjir dan nasabah menjadi musta’jir. Jadi, keuntungan pada bank terletak pada
nilai sewa yang dibayarkan oleh nasabah.

1.2 Rumusan Masalah


Perumusan makalah ini terdapat beberapa permasalahan :
1. Apakah pengertian pembiayaan Qardh dan Multijasa?
2. Apa perbedaan pembiayaan Qardh dan Multijasa ?
3. Bagaimana praktik penggunaan produk penyaluran dana Bank Syariah dengan
pembiayaan Qardh dan Multijasa ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Lebih mengenal tentang Qardh dan Multijasa sebagai produk penyalur dana Bank
Syariah.
2. Menambah khazanah keilmuan khususnya dalam bidang Perbankan Syariah dan
Ekonomi Syariah.
3. Memahami perbedaan praktik penggunaan produk penyalur dana dengan prinsip
Qardh dan Multijasa.

5
Anzalani, “Ekonomi Syariah.”

iii
BAB II: PEMBAHASAN
2.1.Pembiayaan Qardh Bank Syariah
A. pengertian
Qardh dalam arti bahasa berasal dari kata qaradha yang sinonimnya qatha’a
artinya memotong. Diartikan demikian karna orang yang memberikan utang
memotong sebagian dari hartanya untuk diberikan kepada prang yang menerima utang
(muqtaridh). Dalam pengertian istilah, qardh didefinisikan oleh Hanafiah yaitu Qardh
adalah harta yang diberikan kepada orang lain dengan mal mitsli untuk kemudian
dibayar atau dikembalikan atau dengan ungkapan yang lain, Qardh adalah suatu
perjanjian yang khusus untuk menyerahkan harta kepada orang lain untuk kemudian
dikembalikan persis seperti yang diterimanya.
Akad Pembiayaan Qardh adalah Pinjamna atau akad pemberian pinjaman dari
Bank kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak.Pengembalian
pinjaman ditentukan dalam jumlah yang sama dan dalam jangka waktu tertentu
(sesuai kesepakatan bersama) dan pembayarannya bisa dilakukan secara angsuran
atau sekaligus.
Sumber dana Qardh diperoleh dari dana wadiah atau dana khusus yang
disediakan oleh Bank dan sumber dana yang diperoleh dari Muzakki atau kaum
dermawan dalam bentuk Zakat, Infaq, Shadaqah, dan sebagainya, digunakan untuk
bantuan bersifat social (seperti mendapat musibah dan sejenisnya), atau untuk
membantu kaum dhu’afa.6
1. Tujuan akad Qardh
 Membiayai usaha produktif dari kaum dhu’afa
 Pinjaman untuk menutup hutang pada rentenir
 Pinjaman untuk biaya sewa rumah
 Pinjaman untuk memenuhi kebutuhan mendesak karena tertimpa musibah
2. Rukun
 Rukun Qardh
 Peminjam
 Pemberi pinjaman
 Jumlah dana
3. Syarat Qardh

6
Ifham ahmad, 2015,bedah akad pembiayaan syariah.(Heryamedia;depok),hal.125

1
 Kerelaan kedua belah pihak yang melakukan akad
 Dana yang akan digunakan bermanfaat dan halal
4. Skema Pembiayaan Qardh
Mekanisme pembiayaan Qardh dapat digambarkan sebagai berikut: Nasabah
mengajukan permohonan Qardh. Bank menganalisa permohonan nasabah apabila
permohonan disetujui, persetujuan dituangkan dalam akad Qardh.Pelaksana
kebutuhan/usaha: Bank memberikan pinjaman 100% kepada nasabah dan nasabah
hanya member tanaga/keahlian dalam usaha tersebut Bilamana pembiayaan telah
jatuh tempo, maka pinjaman wajib dikembalikan oleh nasabah, pembayaran kembali
dapat dilakukan secara angsuran atau sekaligus.Keuntungan atas usaha yang dibiayai,
100% milik nasabah.7
5. Ketentuan akad Qardh
 Tujuan pemberian fasilitas Qardh harus jelas dan sangat diharapkan tidak
perjadi penyimpangan dalam penggunaannya, serta sesuai pula dengan kondisi
yang sesungguhnya (bukan dibuat-buat)
 Masa pinjaman dan cara pengembaliannya harus dicantumkan dengan jelas
didalam akad, secara sekaligus atau angsur.
 Nasabah Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada
waktu yang telah disepakati bersama.
 Biaya administrasi dibebankan oleh nasabah.
 Nasabah dapat memberikan tambahan/sumbangan dengan sukarela kepada
bank selama tidak diperjanjikan dalam akad,
 Bank dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu Jika
nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada
saat yang telah disepakati dan bank telah memastikan ketidakmampuannya,
bank dapat:
- Memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau
- Menghapus sebagian atau seluruh kewajiban
B. Dasar Hukum Qardh
Qardh adalah perbuatan baik yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul dalam
Alquran, Qardh disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 245:

7
Syafi'i Antonio, Muhammad (2001). Bank Syariah, Dari Teori ke Praktik, penyunting Dadi M.H. Basri, Farida
R. Dewi, Cet. 1, Jakarta: Gema Insani Press.

2
ُ ‫ٱَّللُ يَ ْق ِب‬
‫ض‬ َّ ‫يرة ً ۚ َو‬ ْ َ ‫ض ِعفَ ۥهُ لَ ٓۥهُ أ‬
َ ِ‫ضعَافًا َكث‬ َ َٰ ُ‫سنًا فَي‬ ً ‫ٱَّللَ قَ ْر‬
َ ‫ضا َح‬ َّ ‫ض‬ ُ ‫َّمن ذَا ٱلَّذِى يُ ْق ِر‬
ُ ‫َو َيب‬
ُ ‫ْص‬
َ‫ط َو ِإلَ ْي ِه ت ُ ْر َجعُون‬
Artinya: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan
dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”.8
Ayat tersebut pada dasarnya berisi anjuran untuk melakukan perbuatan qardh
(memberi utang) kepada orang lain dan imbalannya akan digandakan oleh Allah. Dari
sisi muqridh (pemberi hutang), Islam menganjurkan kepada umatnya untuk
memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan dengan cara memberi
hutang. Dari sisi muqtaridh (penerima hutang), utang bukanlah perbuatan yang
dilarang melainkan diperbolehkan karena seseorang berhutang dengan tujuan untuk
memanfaatkan barang atau uang yang diutangnya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dan ia akan mengembalikannya persis seperti yang diterimanya.
C. Penerapan Qardh pada Produk Bank Syariah
Akad Qardh biasanya diterapkan sebagai berikut:
a. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan
bonafiditasinya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang
relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah
uang yang dipinjamnya itu.
b. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak bisa
menarik dananya karena misalnya sedang tersimpan dalam bentuk deposito.
c. Sebagai produk khusus yaitu al-qardh al-hasan. Qardh adalah pinjaman uang.
Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya dalam empat hal
d. Sebagai dana talangan haji, dimana nasabah sebagai calon haji diberikan
pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya.9
2.2. Pembiayaan Multijasa Bank Syariah
Pembiayaan multijasa merupakan pembiayaan yang diberikan oleh lembaga
keuangan syari’ah ( LKS) kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa.
Dalam fatwa DSN sendiri pembiayaan multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan

8
QS. Al-Baqarah
ayat 245 Diakses Melalui Merdeka.com Pada tanggal 22 Oktober 2021 pukul 18.45
9
Syafi'i Antonio, Muhammad (2001). Bank Syariah, Dari Teori ke Praktik, penyunting Dadi M.H. Basri, Farida
R. Dewi, Cet. 1, Jakarta: Gema Insani Press.

3
menggunakan akad ijarah atau kafalah.keuntungan yang diperoleh dari pembiayaan
multijasa tersebut berbentuk imbalah jasa (ujrah) atau fee.Besarnya ujrah atau fee
harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan dalam bentuk
prosentase1 . 0

Dalam melakukan pembiayaan multijasa,dalam konteks sewa-menyewa akan


menggunakan akad ijarah. Selain menggunakan akad ijarah,pembiayaan multijasa
juga menggunakan akad kafalah. Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional
No.44/.DSNMUI/VII/2004 tentang pembiayaan multijasa,bahwa salah satu bentuk
pelayanan jasa keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pembiayaan
multi jasa, yaitu pembiayaan yang diberikan LKS kepada nasabah dalam memperoleh
manfaat atau suatu jasa, dalam pembiayaan multijasa lembaga keuangan syariah dapat
memperoleh imbalan jasa (ujroh) atau fee1 . 1

Praktik yang terjadi di lapangan adalah anggota yang mengajukan pembiayaan


pendidikan, langkah yang ditempuh adalah pertama anggota datang ke LKS kemudian
mengajukan pembiayaan dengan sejumlah dana untuk keperluan nya tersebut lalu
anggota diwajibkan mengisi formulir pengajuan pembiayaan dengan melengkapi
persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan, setelah anggota memenuhi persyaratan
persyaratan pembiayaan jika disetujui oleh LKS maka dalam jangka maksimal satu
minggu barulah LKS memanggil anggota untuk melaksanakan akad dan mencairkan
dana pembiayaan yang kemudian dana tersebut diserahkan melalui dua cara yaitu
pertama, Bank Syariah langsung membayarkan dana yang dipinjam oleh nasabah ke
rekening nasabah yang ada di lembaga Pendidikan tempat nasabah menuntut ilmu
atau tempat anaknya menuntut ilmu. Kedua, Bank Syariah membayarkan dana
tersebut langsung kepada nasabah dengan diikuti akad wakalah agar nasabah
mewakili pihak bank untuk membayarkan biaya pendidikan kelembaga pendidikan
tempat nasabah/anaknya menuntut ilmu.1 2

sama halnya dengan pembiayaan rumah sakit atau pembiayaan persalinan


anggota biasanya mengajukan pembiayaan kesehatan seperti rawat inap dan
persalinan, lalu anggota mengisi formulir pengajuan pembiayaan yang telah
disediakan LKS dan selanjutnya anggota menyerahkan berkas dokumen sebagai
persyaratan yang telah ditetapkan oleh LKS setelah itu jika LKS setuju maka LKS

1 0
Moh.mufid, kaidah fikih ekonomi dan keuangan kontemporer,(Jakarta:prenadamedia group,2019),73.
1 1
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.44/DSN-MUI/VII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa
1 2
Ajeng Mar’atus solihah”Penerapan akad ijarah pada pembiayaan multijasa dalam perspektifislam, Az-
Zarqa,vol.6 No.1 (Juni 2014)110.

4
memberikan dana yang diajukan oleh anggota tersebut untuk dibayarkan kepada
rumah sakit.
Sebagaimana telah dinyatakan dalam fatwa DSN MUI nomor 44/ds n
MUI/VII/2004 pada ketentuan umum pembiayaan multijasa yang dinyatakan bahwa1 :
a. Pembiayaan multijasa hukumnya boleh (Jaiz) dengan menggunakan akad ijarah
atau kafalah.
b. Dalam hal LKS menggunakan akad ijarah maka harus mengikuti semua ketentuan
dalam fatwa ıjarah
c. Dalam hal LKS menggunakan akad kafalah harus mengikuti semua ketentuan
dalam fatwa kafalah.
d. Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut LKS dapat memperoleh imbalan jasa
atau ujroh atau fee
e. Besar ujroh atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk
nominal rujukan dalam bentuk prosentasi.
Berbagai produk multi jasa pada perbankan syariah, antara lain:
1. Pembiayaan pendidikan sesuai syariah adalah multijasa dengan fasilitas
pembiayaan menggunakan konsep ijarah, dengan angsuran sewa sesuai
kemampuan nasabah yang telah disepakati sejak awal sampai akhir masa
pembiayaan, sehingga memberikan ketenangan dan kepastian jumlah
pembayaran (angsuran) sewa bagi nasabah.
2. Pembiayaan haji dan umroh adalah multijasa untuk membiayai kebutuhan
nasabah dalam rangka memperoleh manfaat atas suatu jasa. Pembiayaan
multijasa digunakan untuk tujuan biaya perjalanan ibadah haji, biaya perjalanan
umrah, biaya kesehatan, biaya pendidikan, dan biaya jasa-jasa lainnya.
dengan hipotik atau hak tanggungan. pun juga dapat meminta orang lain untuk
menjadi penjamin atas utang-utangnya. Dalam konteks Islam penanggungan utang
dikenal dengan istilah kafalah, yaitu orang diperbolehkan bertindak (berakal sehat)
berjanji menunaikan hak yang wajib ditunaikan orang lain atau berjanji menghadirkan
hak tersebut dipengadilan.1 4

1 3
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.44/DSN-MUI/VII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa
1 4
Ajeng Mar’atus solihah”Penerapan akad ijarah pada pembiayaan multijasa dalam perspektifislam, Az-
Zarqa,vol.6 No.1 (Juni 2014)110.

5
A. Pembiayaan multijasa dengan akad ijaroh
Lembaga Keuangan Syariah juga menerapkan akad ijarah pada layanan produk
pembiayaan multijasa untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat yang semakin
beragam yaitu pemenuhan kebutuhan pendidikan dan kesehatan. Yang dimaksud
dengan ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas barang atau jasa
melaui pembayaran upah/sewa tanpa diikuti oleh transfer kepemilikan atas barang,1
dalam transaksi ijarah, bank menyewakan suatu asset kepada nasabahnya yang
sebelumnya telah disewa oleh bank untuk jangka waktu tertentu dengan jumlah sewa
yang telah disetujui di muka.1 6

Dalam akad ijarah maka harus terjadi kejelasan dari unsur-unsur ijarah yang
meliputi suplayer, objek ijarah, dan pengguna jasa. Pelaksanaan akad ijarah harus ada
keterkaitan kerjasama antara pihak Lembaga Keuangan Syariah selaku penyedia dana
dan penyewa yang akan menyewakan kembali asset kepada anggota dengan pihak
yang memberikan sewa asset tersebut. Selain itu, pengertian objek akad ijarah adalah
manfaat dari barang yang disewakan kembali oleh LKS kepada anggota, seperti
menyewakan manfaat dari bangunan atau mesin-mesin produksi yang manfaat dan
kegunaannya bisa diambil oleh anggota,
Dalam perjanjian atau akad ijarah untuk pembiayaan multijasa di LKS, para
pihak pembuat akadnya yaitu LKS selaku pemberi sewa (mu’ajjir), anggota selaku
penyewa (musta’jir), dan fee (ujrah) atau biaya tambahan sebagai upah yang diperoleh
LKS, sigat al-aqd dibuat secara tertulis dalam bentuk sebuah draft kontrak, yang
didalamnya memuat Pasal-pasal yang menerangkan segala hak dan kewajiban yang
harus dipenuhi oleh LKS maupun oleh anggota yang pada akhirnya ditandatangani
oleh para pihak yaitu LKS dengan anggota beserta saksi yang dilangsungkan di dalam
satu majelis yakni di kantor LKS.
Pengertian jasa yang dimaksud adalah jasa yang disediakan dan dikerjakan
oleh LKS bukan jasa yang dimiliki atau yang disediakan oleh sekolah ataupun
rumahsakit. Seperti yang tercantum dalam buku pintar ekonomi syariah pengertian
jasa yang dimaksud adalah jasa bank syariah yaitu produk jasa bank syariah1 . Bank
syariah dapat pula melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah

1 5
As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, (Beirut: Daarul AlKitab, 1987), III: 183.
1 6
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia,
(Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2007), hlm. 70
1
Ahmad Ifham Sholihin, Buku7 Pintar Ekonomi Syariah, cet ke-I (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2010),
hlm. 369.

6
dengan mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan, jasa perbankan tersebut
adalah yang pertama, sharf (jual beli valuta asing) yaitu jual beli mata uang tidak
sejenis penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama (spot), yang kedua
adalah ijarah (sewa) antara lain penyewaan kotak simpanan (safe deposit box) dan
jasa tatalaksana administrasi dokumen (custodian), bank dapat imbalan dari sewa jasa
tersebut.1 Atau terdapat juga istilah
8
pembiayaan dengan prinsip jasa, pembiayaan ini
disebut dengan prinsip jasa karena pada prinsip dasar akadnya adalah ta’awuni atau
tabarru’i yakni akad yang tujuannya tolong menolong dalam hal kebajikan, berbagai
pengembangan dari akad tabarru’i meliputi wakalah, kafalah, qord,hawalah, rahn,
ijarah.1 9

Maka dalam pengertian jasa yang dijadikan sebagai objek pembiayaan ini telah
terjadi ketidak sesuaian karena jasa yang menjadi objek dalam transaksi ijarah yang
dimaksud adalah jasa sebagai prinsip atau jasa yang dimiliki dan dilakukan oleh bank
yaitu jasa penyewaan kotak simpanan (safe deposit box) dan jasa tatalaksana
administrasi dokumen (custodian) atau manfaat dari suatu benda.
Dimana pembiayaan Al-Ijarah biaya pendidikan merupakan bagian dari
Pembiayaan Multijasa yang dioperasionalkan untuk menyalurkan dana kepada
masyarakat, khususnya bidang jasa keuangan.proses atau skema pembiayaan
multijasa menggunakan akad ijaroh dengan dan tanpa adanya wakalah yaitu :
1. Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan kepada Bank Syariah,apabila
permohonan pembiayaan dianggap sudah lengkap dan telah memenuhi syarat yang
ditentukan oleh pihak bank, selanjutnya permohonan tersebut disetujui, kemudian
bank membuatkan Akad AlIjarah Pendidikan yang dilengkapi dengan Akad Wakalah
maupun tidak.
2. Cara pembayaran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pertama, Bank Syariah
langsung membayarkan dana yang dipinjam oleh nasabah ke rekening lembaga terkait
sehingga tidak adanya akad wakalah. Kedua, Bank Syariah membayarkan dana
tersebut langsung kepada nasabah dengan diikuti akad wakalah agar nasabah
mewakili pihak bank untuk membayarkan biaya kelembaga tersebut.
3. Akad Wakalah merupakan akad pelengkap dari akad al-ijarah multijasa yang
berisikan pemberi kuasa dari pihak bank kepada nasabah sebagai penerima kuasa

1
Adi Warman A Karim, Bank8 Islam Analisis Fiqh dan keuangan, edisi kelima (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2013), hlm. 112.
1 9
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, (Yogyakarta : UII Press, 2004), hlm. 171.

7
untuk mewakili pihak bank untuk melakukan pembayaran biaya pendidikan ke
lembaga pendidikan tempat nasabah/anaknya menuntut ilmu sebesar dana yang
dipinjam dalam waktu yang telah ditentukan dan disepakati dalam akad. 2 Selanjutnya 0

nasabah berkewajiban menyerahkan fotocopy tanda bukti pembayaran dari lembaga


pendidikan sebesar dana yang dipinjam kepada pihak bank. Dimana tidak boleh
melebihi waktu yang telahdisepakati oleh kedua belah pihak dalam akad.
B. Pembiayaan multijasa dengan akad kafalah
Dimana akad kafalah adalah mengumpulkan tanggung jawab penjamin dengan
tanggung jawab orang yang dijamin dalam masalah hak atau utang atau jaminan yang
diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban
pihak kedua atau yang ditanggung ( makful/nasabah ).sehingga hak atau hutang
tersebut menjadi tanggung jawab keduanya. Kafalah semata-mata untuk memperkuat
kepercayaan hak seseorang,mewujudkan rasa tolong-menolong,mempermudah
hubungan sesama dalam hal hutang-piutang, dan lain lain.
Jenis kafalah yang digunakan adalah kafalah bil ujrah yang merupakan jaminan
pembayaran barang atau pelunasan hutang,dalam hal ini LKS sebagai kafil dapat
menerima imbalan (fee/ujrah) sepanjang tidak memberatkan anggota sebagaimana
telah dinyatakan dalam fatwa DSN-MUI tentang kafalah. Juga seperti yang telah
disampaikan oleh Muhammad Baqir As-Shadr bahwa dalam kafalah kafil dibolehkan
mengambil upah ( ujrah ) atas tanggungannya tersebut.2 1

Sebagai contoh “ayah tuan baba sedang dirawat di rumah sakit 123, pada saat
pembayaran tuan baba tidak memiliki uang untuk membayar sehingga tuan baba tidak
bisa membayar perawatan dibulan selanjutnya. Maka dari itu tuan baba mengajukan
pembiayaan multi jasa untuk biaya perawatan kepada perbankan syariah.”

2 0
Ajeng mar’atus Sholihah “penerapan akad ijarah pada pembiayaan multijasa dalam spektif hukum islam,Az-
Zarqa, vol.6 No.1(Juni 2014)110.
2 1
Mahmud Abdul Karim Ahmad Irsyad, Asy-Syamil fī Mu’amalai ‘Amaliyyati al Musharif al Islamiyah, hlm.
178.

8
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali
atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Sedangkan Pembiayaan
multijasa adalah suatu kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan dalam akad ijarah
atau dengan akad kafalah dengan adanya upah/ujrah.
2. dalam literatur fiqh klasik, qardh dikategorikan dalam aqd tathowwu’i atau akad saling
membantu dan bukan transaksi komersial yang mengambil keuntungan sedangkan
pembiayaan multijasa adalah pembiayaan yang mengambil keuntungan berupa ujra (fee).
3. Aplikasi qardh antara lain: sebagai pinjaman talangan haji, pinjaman tunai dari produk
kredit syariah. Penerapan Qardh pada Produk Bank Syaria antara lain; Sebagai produk
pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan bonafiditasinya, yang
membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan
mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjamnya itu dan Sebagai fasilitas
nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak bisa menarik dananya karena
misalnya sedang tersimpan dalam bentuk deposito. Sedangkan multijasa penyaluran jasa
keuangannya antara lain: penyaluran pelayanan jasa pendidikan, kesehatan, walimah, pergi
haji atau umrah, kepariwisataan dan lain lain. Berbagai produk multi jasa pada perbankan
syariah, antara lain: Pembiayaan pendidikan sesuai syariah adalah multijasa, dengan angsuran
sewa sesuai kemampuan nasabah yang teah disepakati sejak awal sampai akhir masa
pembiayaan, sehingga memberikan ketenangan dan kepastian jumlah pembayaran (angsuran)
sewa bagi nasabah dan Pembiayaan haji serta umroh adalah multijasa untuk membiayai
kebutuhan nasabah dakam rangka memperoleh manfaat atas suatu jasa. Pembiayaan multijasa
digunakan untuk tujuan biaya perjalanan ibadah haji, biaya perjalanan umrah, biaya
kesehatan, biaya pendidikan, dan biaya jasa-jasa lainnya

9
DAFTAR PUSTAKA

Anzalani, Laily. “Ekonomi Syariah” (2018): 14.

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah, Jakarta : Raja Grafindo, 2008;

Ali, Hasan. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalah ), Jakarta : Raja Wall
pers, 2006 A.Perwataatmadja;

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 990 mengenai Mudharabah;

Fathoni, Nur. “Konsep Jual Beli Dalam Fatwa Dsn-Mui.” Economica: Jurnal Ekonomi Islam
4, no. 1 (2016): 51.

Jamil, Fathurrahman. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah, Jakarta : Sinar Grafika, 2014;

Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, (Yogyakarta : UII Press, 2004)

Karim, Adiwarman. Bank Islam “Analisa Fikih dan Keuangan”, Jakarta : PT Raja grafindo
Persada, 2011 Kasmir;

As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, (Beirut: Daarul AlKitab, 1987), III: 183.

Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta : 2005 Muljono, Djoko.


Perbankan dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta, 2015;

Muslich, Ahmad Wardi. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah, 2017.

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia,
(Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2007),

Ifham ahmad, 2015,bedah akad pembiayaan syariah.(Heryamedia;depok),hal.125

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,
2009.

Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, cet ke-I (Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama, 2010),

Fatwa Dewan Syariah Nasional No.44/DSN-MUI/VII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa

Ajeng mar’atus Sholihah “penerapan akad ijarah pada pembiayaan multijasa dalam spektif
hukum islam,Az-Zarqa, vol.6 No.1(Juni 2014)110.

10

Anda mungkin juga menyukai