DISUSUN OLEH:
Muspida L (11000120105)
Ayu Puspitasari (11000120103)
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB 1..................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................4
A. Latar Belakang ........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................5
C. Tujuan Pembahasan ...............................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN ....................................................................................................................6
1. Konsep Pembiayaan Perbankan Syari’ah................................................................6
2. Proses Pembiayaan Perbankan Syariah ................................................................11
BAB III...............................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................15
Kesimpulan...................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................16
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Pembiayaan Perbankan Syari’ah
A. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan atau financing ialah suatu pendanaan yang diberikan
oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan oleh perseorangan maupun suatu lembaga. Sedangkan
definisi pembiayaan menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut dengan
jangka waktu tertentu dengan adanya imbalan atau bagi hasil sesuai
dengan hukum islam.
Untuk itu, dapat dikemukakan bahwa pembiayaan berarti saya
percaya lalu menaruh kepercayaan. Kata pembiayaan yang berarti
lembaga merupakan objek sesuatu yang berikan kepercayaan untuk
melaksanakan amanah yang diberikan. Lalu adanya hal tersebut maka
amanah tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan adanya syarat-
syarat yang menguntungkan kedua belah pihak.
Dalam hubungannya antara pembiayaan pada perbankan islam, kata
lainnya disebut dengan aktuva produktif, aktiva produktif adalah
penanaan dana bank islam, baik rupiah maupun valuta asing, dalam
bentuk pembiayaann, piutang, qard, surat berharga islam, penempatan,
penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan
kontijensi pada rekening administrasi, serta sertifikat wadiah.1
B. Falsafah Pembiayaan
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang didasarkan pada
prinsip-prinsip syariah dalam pengelolaan keuangannya. Salah satu
1
Rahmat Ilyas, “Konsep Pembiayaan Dalam Perbankan Syari’ah,” Jurnal Penelitian Vol.
9, No. 1 (2015): 183.
6
prinsip syariah yang menjadi landasan utama dalam kegiatan operasional
bank syariah adalah prinsip mudharabah dan musyarakah. Dalam prinsip
ini, bank bertindak sebagai pemilik modal (shahibul maal), sementara
nasabah berperan sebagai pengusaha (mudharib atau musyarakah).
Prinsip mudharabah dan musyarakah memiliki nilai-nilai yang
menginspirasi dalam pembiayaan di bank syariah. Nilai-nilai tersebut
antara lain:
a) Keadilan (al-‘adl)
b) Kerjasama (at-ta’awun)
c) Kepercayaan (al-amanah)
d) Tanggung jawab sosial (al-mas’uliyyah al-ijtima’iyyah)
Falsafah pembiayaan di bank syariah didasarkan pada prinsip-
prinsip Islam yang melarang riba atau bunga dalam transaksi keuangan.
Sebagai gantinya, bank syariah menggunakan mekanisme pembiayaan
yang lebih kompleks dan terstruktur untuk menghasilkan keuntungan
bagi klien dan bank itu sendiri.
Salah satu prinsip utama dalam pembiayaan bank syariah adalah
profit and loss sharing (PLS). Prinsip ini menyatakan bahwa bank syariah
dan klien harus berbagi keuntungan dan kerugian dalam transaksi
keuangan. Dalam hal ini, bank syariah memberikan pembiayaan kepada
klien, dan keuntungan yang dihasilkan dari transaksi tersebut dibagi
antara bank syariah dan klien. Jika transaksi menghasilkan kerugian,
kerugian tersebut juga dibagi antara bank syariah dan klien.2
C. Jenis-Jenis Pembiayaan
Berikut 5 jenis pembiayaan berbasis syariat;
a) Pembiayaan konsumtif
Pembiayaan ini biasanya dimanfaatkan oleh perorangan dan
bertujuan mendanai kebutuhan di luar usaha. Umumnya, terdapat 5
2
Helvi Laili, “Falsafah Pembiayaan Di Bank Syariah,” Kompasiana.Com,
https://www.kompasiana.com/helvilaili8843/641477083555e42a1663da22/falsafah-pembiayaan-
di-bank-syariah. Diakses pada tanggal 17 September 2023, pukul 22.00 WITA.
7
akad yang diterapkan dalam pembiayaan konsumtif, antara lain,
qardh dan ijarah, istisna, ijarah, murabahah, dan IMBT.
8
c) Pembiayaan investasi
Pembiayaan investasi syariah memerlukan beberapa analisi, di
antaranya adalah;
1) Analisis rasio
Analisis rasio digunakan untuk mengidentifikasi kelayakan
finansial (financial viability), proyeksi, kinerja, serta probabilitas
dari suatu perusahaan.
2) Analisis perbandingan penanaman modal antara beberapa proyek
(capital project comparisons)
Analisis ini membandingkan potensi penghasilan dari sebuah
proyek dengan proyek lain berdasarkan profit keseluruhan, laba
rata-rata, periode pengembalian dana, arus kas terdiskonto.
3) Analisis risiko
Analisis ini terbagi dalam dua macam, yaitu analisis probabilitas
dan sensitivitas. Analisis probabilitas menilai risiko pembiayaan
investasi dengan menghitung statistik setiap proyek yang
mengandung unsur perkiraan dan kemungkinan. Adapun analisis
sensitivitas yang menilai risiko tak terduga atau di luar
perhitungan, seperti cost over run akibat inflasi.
4) Analisis break even
Analisis ini dilakukan untuk menetapkan harga terendah dan
tingkat produksi supaya proyek dapat beroperasi tanpa terancam
risko. Kemudian, untuk memutuskan pembiayaan investasi,
dibutyhkan beragam pertimbangan seperti:
• Penilaian telah dituntaskan,
• Suatu proyek dapat didanai secara finansial,
• Pihak lembaga keuangan, tanpa menyebutkan calon investir,
meminta surat rekomenadsi umum terkait keseluruhan proyek
dari lintas atau departemen setempat.,
9
• Bila diperlukan, lembaga keuangan syariah menyertakan
syarat keterlibatan konsultan khusus untuk mengawasi aktiva
tetap perusahaan.
d) Pembiayaan sindikasi
Pembiayaan sindikasi diterapkan oleh beberapa lembaga keuangan
syariah untuk mendanai suatu objek. Terdapat 3 jenis sindikasi yang
dapat dibiayai, diantaranya:
• Club Deal, yaitu sejumlah lembaga keuangan syariah yang
bekerja sama membiayai suatu proyek, tetapi masing-masing
lembaga tidak memiliki kesepakatan bisnis dalam hal
penyatuan modal.
• Lead Syndication, yakni beberapa lembaga keuangan yang
mendanai suatu proyek bersama-sama dan menjadikan salah
satu pihak di antara mereka sebagai pemimpin.
• Subsyndication, yakni suatu kerja sama bisnis yang terjadi
dalam sekelompok lembaga keuangan, tetapi hanya beberapa
peserta yang terlibat di dalamnya.
e) Pembiayaan pengaliahn utang (Take Over)
Jenis pembiayaan ini dipakai untuk mengalihkan utang akibat
transaksi nonsyariat yang masih berjalan. Ada dua ragam utang
nasabah kepada lembaga keuangan konvensional yang dapat di-take
over, antara lain, utang pokok ditambah bunga atau utang pokok
saja.
Dalam menangani utang berbentuk pokok plus bunga, lembaga
keuangan syariah menawarkan layanan berakad qardh. Sementara
itu, untuk menangani utang pokok, nasabah dapat menggunakan jasa
hawalah.3
3
“5 Jenis Pembiayaan Syariah Yang Bisa Dimanfaatkan,” MyBank Finance,
https://www.maybankfinance.co.id/artikel/jenis-pembiayaan-syariah. Diakses pada tanggal 17
September 2023, Pukul 21.00 WITA.
10
D. Prinsip-Prinsip Pembiayaan
Secara umum, prinsip kegiatan usaha pembiayaan syariah meliputi
keadilan (‘adl), keseimbangan (tawazun), kemashlahatan (maslahah),
universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maisir, riba,
zhulm, risywah, dan objek haram lainnya. Selain itu ada berbagai macam
akad yang digunakan dalam pembiayaan syariah sesuai dengan kegiatan
usaha yang dilakukannya. Namun, ada beberapa akad yang umum
dikenal dalam pembiayaan syariah di antaranya:
4
“Pembiayaan Syariah, Alternatif Pembiayaan Zaman Now!,”
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/20647#:~:text=Secara umum%2C prinsip
kegiatan usaha,risywah%2C dan objek haram lainnya. Diakses Pada Tanggal 17 September 2023,
Pukul 22.20 WITA
11
berjalannya pembiayaan perbankan syariah tersebut. Apabila telah ada
ketentuan dari kedua beli pihak, maka pihak yang dibiayai tersebut
melakukan pengembalian uang sesuai dengan jangk waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.
Produk Bank Syari’ah dan BPR Syari’ah pada sistem operasi Bank
Syari’ah pada waktu pemilik dana menanamkan uangnya akan tetapi tidak
ada motif mendapatkan suatu bunga di dalamnya. Akan tetapi mendapatkan
keuntungan bagi hasil. Dana tersebut kemudian disalurkan untuk suatu
kepentingan bagi yang membutuhkan (misalnya untuk keperluan modal
usaha), dengan perjanjian keuntungan sesuai kesepakatan;
a) Giro Wadi’ah
Dana nasabah yang dititipkan di bank. Setiap saat nasabah berhak
mengambilnya dan berhak mendapatkan bonus dari keuntungan
pemanfaatan dana giro oleh bank. Besarnya bonus tidak ditetapkan di
muka tetapi benar-benar merupakan “kebijaksanaan” bank. Sunggguh
pun demikian nominalnya diupayakan sedemikian rupa untuk senantiasa
kompetitif.
b) Tabungan Mudharabah
Dana yang akan disimpan nasabah dikelola bank, untuk memperoleh
keuntungan. Keuntungan akan diberikan kepada nasabah berdasarkan
kesepakatan bersama.
c) Deposito Investasi Mudharabah
Dana yang disimpan nasabah hanya bisa ditarik berdasarkan ajngka
waktu yang telah ditentukan, dengan bagi hasil keuntungan berdasarkan
kesepakatan bersama.
d) Tabungan haji Mudharabah
Simpanan pihak ketiga yang penarikannya dilakukan pada saat nasabah
akan menunaikan ibadah haji, atau pada kondisi-kondisi tertentu sesuai
dengan perjanjian nasabah. Merupakan simpanan dengan memperoleh
imbalan bagi hasil (mudharabah).
e) Tabungan Qurban
12
Simpanan pihak ketiga yang dihimpunkan untuk ibadah qurban dengan
penarikan dilakukan pada saat nasabah akan melaksanakan ibadah
qurban, atau atas kesepakatan antara pihak bank dengan nasabah. Juga
merupakan simpanan yang akan memperoleh imbalan bagi hasil
(Mudharabah).
f) Mudharabah
Bank dapat menyediakan pembiayaan modal investasi atau modal kerja,
hingga 100%, sedangkan nasabah menyediakan usaha dan
managemennya. Bagi hasil keuntungan melalui perjanjian yang sesuai
dengan proporsinya.
Pembiayaan kepada nasabah untuk membuat barang tertentu atas
pesanan pihak-pihak lain atau pembeli. Bank memberikan dana pembiayaan
diawal untuk membuat barang tersebut setelah adanya kesepakatan tentang
harga jual kepada pembeli. Barang yang akan dibeli berada dalam tanggungan
nasabah dengan ciri-ciri yang telah ditentukan. Pembiayaan kepada nasabah
yang terlebih dahulu memesan barang kepada bank atau produsen lain dengan
kriteria tertentu. Kemudian nasabah dan bank membuat perjanjian yang
mengikat tentang harga jual dan cara pembayarannya. Ijarah wa iqtina’
Merupakan penggabungan sewa dan beli, di mana si penyewa mempunyai
hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa (finansial lease).
Bila kita kaji secara hukum Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syari’ah
mengenai pengadaan produk-produk Bank Syari’ah tersebut di atas kita akan
kembali kepada ketentuan dari Undang-Undang tentang Perbankan No. 10
Tahun 1998, di mana pada undang-undang ini telah dilakukan revisi terhadap
beberapa pasal yang dianggap penting dan merupakan aturan hukum secara
leluasa menggunakan istilah syari’ah dengan tidak lagi menggunakan istilah
bagi hasil.
Perbedaan sistem bunga dengan sistem bagi hasil pada bank syari’ah
merupakan hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan non
Islamia dan Islam adalah terletak pada pengembalian dan pembagian
keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau
13
yang diberikan olehlembaga keuangan kepada nasabah sehingga terdapat
istilah bunga dan bagi hasil. Persoalan bunga bank yang disebut sebagai riba
telah menjadi bahan perdebatan di kalangan pemikir dan fiqh Islam.
Tampaknya kondisi ini tidak akan pernah berhenti sampai di sini, namun akan
terus diperbincangkan dari masa ke masa. Untuk mengatasi persoalan
tersebut, sekarang umat Islam telah mencoba mengembangkan paradigma
perekonomian lama yang akan terus dikembangkan dalam rangka perbaikan
ekonomi ummat dan peningkatan kesejahteraan ummat.8 Realisasinya
adalah berupa operasinya bank-bank Islam (Bank Syari’ah) di pelosok bumi
tercinta ini, dengan beroperasi tidak mendasarkan pada bunga, namun dengan
sistem bagi hasil.
Berdasarkan perbedaan bentuk usaha tersebut tentunya BPR Syari’ah,
berpotensi menjadi alternatif bagi masyarakat umum untuk melakukan
simpan pinjam dengan pola usaha yang disediakan. Masyarakat muslim yang
selama ini ragu, bahkan alergi, dengan bank konvensional yang menggunakan
bunga sebagai pijakan kerjanya, dengan munculnya BPR Syari’ah tersebut
bisa berpartisipasi tanpa ada hambatan sedikit pun sehingga secara teoritis,
sebenarnya keberadaan BPR Syari’ah memiliki prospek yang cerah karena
potensi captive market yang jelas. Dengan posisi seperti itu tidak salah bila
di kemudian hari perkembangan dari BPR Syari’ah ini akan meningkat secara
pesat sehingga akan menjadi alternatif yang sepadan dengan jenis bank
konvensional yang telah lama beroperasi.5
Deasy Soeikromo, “Proses Penyaluran Kredit Atas Pembiayaan Pada Bank Syari’ah
5
Dalam Perspektif Hukum Perbankan Di Indonesia,” Jurnal Hukum Unsrat Vol. 23 No. 10 (2017):
23–26.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Rahmat. “Konsep Pembiayaan Dalam Perbankan Syari’ah.” Jurnal
Penelitian Vol. 9, No. 1 (2015): 183.
16