Di susun Oleh :
SEMESTER VI
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI'AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-MA’ARIF CIAMIS
2023M /1444H
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT pencipta seluruh alam semesta, karena
atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW sebagai penuntun dan pengikut
terbaik bagi umat yang membawa cahaya islam. Makalah ini dibuat dengan tujuan
untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Manajemen Keuangan Syari’ah dengan judul
“Prinsip Dasar dan Analisis Kelayakan Pemberian Pembiayaan.”
Penyusun menyadari bahwasannya seorang manusia tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanyalah milik Allah Azza Wa Jalla,
sehingga dalam penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang konstruktif akan senantiasa dinanti dalam upaya evaluasi diri.
Harapannya, bahwa dibalik ketidaksempurnaan dalam penyusunan makalah ini bisa
ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi
penyusun dan pembaca. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PRINSIP DASAR DAN ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN
PEMBIAYAAN
2
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh
sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri,
pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan
menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam
rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
b. Fungsi Pembiayaan
- Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan
sistem bagi hasil yang tidak memberatkan debitur.
- Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank
konvensional karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh bank konvensional.
- Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan
oleh rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha
yang dilakukan.
2.2. Sistem Pembiayaan Bank Syari’ah
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak- pihak yang
merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya pembiayaan dapat
dibagi menjadi dua hal berikut:
1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produktif dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun
investasi.
2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal
berikut:
3
1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan.
a. Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil
produksi, maupun secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas
mutu hasil produksi.
b. Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan dari utility of
place suatu barang.
2. Pembiayaan investasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-
barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat
kaitannya dengan itu.
2.3. Jenis- jenis Pembiayaan Bank Syari’ah
Jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva
produktif dan aktiva tidak produktif, yaitu:
1. Jenis aktiva produktif pada bank syariah, dialokasikan dalam bentuk
pembiayaan sebagai berikut:
a) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang meliputi:
1) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah adalah suatu kontrak kemitraan
(partnership) yang berlandaskan pada prinsip pembagian hasil
dengan cara seseorang memberikan modalnya kepada yang lain
untuk melakukan bisnis dan kedua belah pihak membagi
keuntungan atau memikul beban kerugian berdasarkan isi
perjanjian bersama. Pihak pertama, suplier atau pemilik modal
disebut dengan mudharib dan pihak kedua pemakai atau
pengelola atau penguasa disebut dengan dharib. Dengan demikian
mudharabah merupakan kemitraan antara penyumbang modal,
pada satu pihak dan pemakai modal dipihak lain. Seseorang
menyumbangkan modalnya dan yang lain sebagai pekerjanya
yang berkemampuan, kemauan usaha serta kemampuan
mengelola, dan menurut isi kontrak mutual yang telah disepakati
pembagian keuntungan bagi keduanya yaitu mudharib menerima
4
60% dan dharib menerima 40% atau dengan persentase lain yang
mereka sepakati.
2) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah atau syirkah yaitu suatu perjanjian
usaha antara dua atau beberapa pemilik modal untuk menyertakan
modalnya pada suatu proyek, dimana masing-masing pihak
mempunyai hak untuk ikut serta, mewakilkan, atau
menggugurkan haknya dalam manajemen proyek. Keuntungan
dari hasil usaha bersama ini dapat dibagikan baik menurut
proporsi penyertaan modal masing-masing maupun sesuai dengan
kesepakatan bersama (unproporsional). Manakala merugi
kewajiban hanya terbatas sampai batas modal masing-masing.
b) Pembiayaan dengan prinsip jual beli yang meliputi:
1) Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah adalah akad jual beli barang dengan
menyatakan harga pokok perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu
bentuk natural certainty contratcs, karena dalam murabahah
ditentukan berapa required of profit-nya (keuntungan yang ingin
diperoleh). Karena dalam defenisinya disebut adanya “keuntungan
yang disepakati” karakteristik murabahah adalah si penjual harus
memberitahu pembeli tentang harga pembelian barang dan
menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya
tersebut.
2) Pembiayaan Salam
Salam merupakan bentuk jual beli dengan pembayaran dimuka dan
penyerahan barang dikemudian hari (advanced payment atau forward
buying atau future sales) dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas,
tanggal dan tempat penyerahan yang jelas, serta disepakati
sebelumnya dalam perjanjian. Barang yang diperjual belikan belum
tersedia pada saat transaksi dan harus diproduksi terlebih dahulu,
5
seperti produk-produk pertania, dan produk-produk fungible (barang
yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran dan
jumlahnya) lainnya. Barang-barang non-fungible seperti batu mulia,
lukisan berharga, dan lain-lain yang merupakan barang langka tidak
dapat dijadikan sebagai objek salam.
3) Pembiayaan Istishna
Istishna adalah jual beli dalam bentuk pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan (pembeli) dan penjual (pembuat). Pembeli dalam akad
istishna tidak mewajibkan bank untuk membuat sendiri barang
pesanan, maka untuk memenuhi kewajiban pada akad pertama, bank
dapat mengadakan akad istishna kedua dengan pihak ketiga
(subkontraktor). Akad istishna kedua ini disebut dengan istishna
paralel. Menurut jumhur ulama, istishna sama dengan salam yaitu
dari segi objek pesanannya yaitu harus dibuat atau dipesan terlebih
dahulu dengan ciriciri khusus. Perbedaannya hanya pada sistem
pembayaran, salam pembayarannya dilakukan sebelum barang
diterima dan istishna bisa diawal, ditengah atau di akhir pesanan.
c) Pembiayaan dengan prinsip sewa meliputi:
1) Pembiayaan Ijarah.
2) Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik.
2. Jenis aktiva tidak produktif yang berkaitan dengan pembiayaan adalah
berbentuk pinjaman, yang disebut dengan pinjaman Qardh. Qardh bukan
transaksi komersial, maka dana yang digunakan untuk penyaluran dana ini
harus berasal dari dana sosial juga seperti zakat, infaq, shadaqah (ZIS).
Jadi pembiayaan qardh adalah semata-mata produk bank yang dalam
fungsinya untuk menjalankan kegiatan sosial.
2.4. Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan merupakan suatu proses analisis yang dilakukan oleh
bank syariah untuk menilai suatu permohonan pembiayaan yang telah
diajukan oleh calon nasabah. (Ismail, 2011). Tujuan utama dari analisis
6
kelayakan tersebut adalah menilai seberapa besar kemampuan pihak yang
mengajukan pembiayaan dalam mengembalikan pembiayaan yang mereka
pinjam dan memberikan margin atau bagi hasil yang sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati sebelumnya. Selain itu tujuan analisis pembiayaan
adalah untuk: (1) menilai kelayakan usaha calon peminjam, (2) menekan
risiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan dan (3) menghitung kebutuhan
pembiayaan yang layak. Dengan melakukan serangkaian prosedur ini, bank
dapat memperkirakan resiko yang akan ditanggung dan mencegah secara dini
kemungkinan terjadinya resiko tersebut.
2.4.1. Prinsip Analisis Pembiayaan
Pemberian pembiayaan kepada seorang nasabah agar dapat
dipertimbangkan terlebih dahulu harus terpenuhi persyaratan yang
dikenal dengan prinsip 6 C, Keenam prinsip itu adalah :
1. Character
Character adalah keadaan watak/sifat dari customer, baik
dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha.
Kegunaan dari penilaian terhadap karakter ini adalah untuk
mengetahui sampai sejauh mana iktikad/kemauan customer untuk
memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan
perjanjian yang telah ditetapkan.
Pemberian pembiayaan harus atas dasar kepercayaan,
sedangkan yang mendasari suatu kepercayaan, yaitu adanya
keyakinan dari pihak bank, bahwa peminjam memiliki moral,
watak dan sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif. Di
samping itu, mempunyai rasa tanggung jawab, baik dalam
kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupannya sebagai
anggota masyarakat, maupun dalam menjalankan kegiatan
usahanya.
2. Capital
Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki
oleh calon mudharib. Semakin besar modal sendiri dalam
7
perusahaan, tentu semakin tinggi kesungguhan calon mudharib
menjalankan usahanya. Penilaian atas besarnya modal sendiri
adalah penting, mengingat pembiayaan bank hanya sebagai
tambahan pembiayaan dan bukan untuk membiayai seluruh modal
yang diperlukan.
Dalam praktiknya, kemampuan capital ini dimanifestasikan
dalam bentuk kewajiban untuk menyediakan self financial, yang
sebaiknya jumlahnya lebih besar dari pembiayaan yang diminta
kepada bank. Bentuk dari self financial ini tidak selalu harus
berupa uang tunai, bisa juga dalam bentuk barang modal seperti
tanah, bangunan dan mesin-mesin.
3. Capacity
Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon mudharib
dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang
diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk
mengetahui/mengukur sampai sejauh mana calon mudharib
mampu mengembalikan atau melunasi utang-utangnya (ability to
pay) secara tepat waktu, dari hasil usaha yang diperolehnya.
Pengukuran Capacity dapat dilakukan melalui berbagai
pendekatan, antara lain:
a. Pendekatan historis, yaitu menilai past performace, apakah
menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu.
b. Pendekatan financial, yaitu menilai latar belakang pendidikan
para pengurus. Hal ini sangat penting untuk perusahaan-
perusahaan yang mengandalkan keahlian teknologi tinggi atau
perusahaan yang memerlukan profesionalitas tinggi, seperti
rumah sakit dan biro konsultan.
c. Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon
mudharib mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha
untuk mendapatkan perjanjian pembiayaan dengan bank.
8
d. Pendekatan manajerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan
dan keterampilan customer melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen dengan memimpin perusahaan.
e. Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana
kemampuan calon mudharib mengelolah faktor-faktor
produksi, seperti tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan-
peralatan/mesin-mesin, adminitrasi dan keuangan, industrial
relation, sampai pada kemampuan merebut pasar.
4. Collateral
Collateral adalah barang yang diserahkan mudharib sebagai
angunan terhadap pembiayaan yang diterimanya. Collateral harus
dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana risiko kewajiban
financial mudharib kepada bank. Penilaian terhadap agunan ini
meliputi jenis, lokal, bukti kepemilikan dan status hukumnya.
Pada hakikatnya bentuk collateral tidak hanya berbentuk
kebendaan, bisa juga collateral tidak berwujud, seperti jaminan
pribadi (borgtocht), letter of guarantee, letter of comfort,
rekomendasi dan avails.
Penilaian terhadap collateral dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:
a. Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang
akan diagunkan.
b. Segi yuridis, yaitu apakah agunan tersebut memenuhi syarat-
syarat yuridis untuk dipakai sebagai agunan.
5. Condition Of Economy
Condition of Economy adalah situasi dan kondisi politik,
social, ekonomi dan budaya yang mempengaruhi keadaan
perekonomian yang kemungkinan pada suatu saat mempengaruhi
kelancaran perusahaan calon mudharib.
Kondisi ekonomi yang perlu disorot mencakup hal-hal
sebagai berikut: (1) Pemasaran, yaitu mencakup kebutuhan, daya
beli masyarakat, luas pasar, perubahan mode, bentuk persaingan,
9
peranan barang subtitusi dan lain-lain, (2) Teknis produksi, yaitu
berkaitan dengan perkembangan teknologi, tersedianya bahan
baku, dan cara penjualan dengan sistem cash atau pembiayaan.
6. Constraint
Constraits adalah batasan hambatan yang tidak
memungkinkan suatu bisnis untu dilakukan pada tempat atau
kondisi tertentu. Misalnya, pendirian suatu usaha pompa bensin
yang di sekitarnya banyak bengkel-bengkel las.
2.4.2. Prosedur Analisis Pembiayaan
Dengan memperhatikan ketentuan umum manajemen pembiayaan
di bank syari’ah, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
prosedur analisis pembiayaan. Aspek-aspek penting dalam analisis
pembiayaan yang perlu dipahami oleh pengelola bank syariah, yaitu:
a. Prosedur Analisis
1) Berkas pencataan.
2) Data pokok dan analisis pendahuluan
- Realisasi pembelian, produksi dan penjualan.
- Rencana pembelian, produksi dan penjualan.
- Jaminan.
- Laporan keuangan.
- Data kualitatif dari calon debitur.
- Penelitian data.
- Penelitian atas realisasi usaha.
- Penelitian atas rencana usaha.
- Penelitian dan penilaian barang jaminan.
- Laporan keuangan dan penelitiannya.
b. Keputusan Permohonan Pembiayaan
1) Bahan pertimbangan pengambilan keputusan.
2) Wewenang pengambilan keputusan.
2.4.3. Aspek-aspek Analisis Pembiayaan
10
Dalam penyaluran pembiayaan kepada calon nasabah terdapat
aspek-aspek yang perlu diperhatikan untuk memutuskan calon
nasabah memiliki tingkat kelayakan pembiayaan atau tidak, aspek-
aspek tersebut meliputi:
a. Evaluasi pasar dan pemasaran hasil produksi
Kemampuan perusahaan menciptakan dana untuk
mengembalikan pembiayaan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan
pemasaran hasil produksi mereka. Semakin maju dan berhasil
pemasaran hasil produksi, akan semakin besar kemampuan
perusahaan meningkatkan jumlah penjualan dan keuntungan
mereka.
b. Evaluasi Manajemen perusahaan debitur
Manajemen merupakan faktor produksi yang paling
menentukan dalam memelihara kelangsungan dan perkembangan
hidup perusahaan. Beberapa macam kriteria pokok yang dapat
digunakan oleh bank maupun para analisis pembiayaan untuk
menilai kemampuan calon debitur dalam mengelola perusahaan
antara lain:
a) Usia perusahaan
b) Kualifikasi dan kekompakan kerja pimpinan teras
c) Kedudukan perusahaan dipasar
d) Kemampuan mengelola harta perusahaan
e) Kemampuan mengelola sumber daya manusia
f) Kemampuan memperoleh keuntungan.
c. Analisis kondisi keuangan
Seorang analis pembiayaan mengevaluasi kondisi keuangan
calon debitur dengan tujuan:
1) Kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan.
2) Struktur pendanaan operasional perusahaan.
3) Kemampuan untuk melunasi pinjaman yang jatuh tempo.
4) Efisiensi pengelolaan harta perusahaan untuk masa lampau.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun Lembaga. Dengan kata lain,
pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan.
Dalam melakukan pembiayaan maka bank syariah memerlukan
analisis pembiayaan agar bank syariah memperoleh keyakinan bahwa
pembiayaan yang diberikan dapat dikembalikan oleh nasabah. Adapun
tujuan analisis pembiayaan yang dilakukan oleh pelaksanaan pembiayaan
di bank syariah yaitu untuk:
- Menilai kelayakan usaha calon pemimpin.
- Menekankan resiko akibat tidak terbayarkan pembiayaan.
- Menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak.
3.2. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari pada pembaca.
12
DAFTAR PUSTAKA
Syafi’i Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syari’ah dari teori ke praktek. Jakarta:
Usanti, Trisandini dan Abdul Shomad. 2013. Transaksi Bank Sayari’ah. Jakarta:
13