Kelas : VB
2021
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Studi
Kelayakan Bisnis Islam yang berjudul “Analisis Pembiayaan Secara Syariah Islam ”.
DAFTAR ISI
i
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
C. .Tujuan Penulisan............................................................................................................iii
A. Kesimpulan......................................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihaklain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil. Dalam menjalankan pembiayaan maka perbankan harus melihat
studi kelayakan dulu agar dana yang disalurkan dalam menjalankan pembiayaan agar dana yang
disalurkan oleh perbankan tidak macet. Kelayakan mempunyai arti kata yang sesuai atau baik,
dalam hal ini karena berkaitan dengan usaha maka dapat pula diartikan sebagai laba.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pembiayaan syariah ?
2. Apa saja jenis-jenis akad dalam pembiayaan syariah ?
3. Bagaimana Jenis-Jenis Pembiayaan Syariah ?
C. Tujuan Penulisan
iii
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti dijelaskan sebelumnya, pembiayaan syariah merupakan salah satu bentuk penyediaan
uang maupun barang dengan mengamalkan sistem syariah dalam praktiknya. Di mana bank dan
nasabah saling menyepakati tentang jangka waktu pengembalian uang atau tagihan dengan
imbalan berupa bagi hasil. Selain itu, kita juga mengenal perusahaan pembiayaan syariah atau
disebut juga dengan PP syariah. PP syariah ini merupakan suatu perusahaan pembiayaan yang
menggunakan sistem akad syariah dalam menjalankan usahanya yaitu berupa penyaluran
pendanaan atau pembiayaan pada masyarakat umum.
Salah satu hal yang membedakan pembiayaan konvensional dengan syariah yaitu, pada
pembiayaan syariah semua jenis bentuk pembiayaan haruslah mengacu pada Pernyataan
Kesesuaian Syariah dari DSN MUI atau juga Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN MUI).
B. Analisis Pembiayaan
1
dibutuhkan dalam analisis pembiayaan menyangkut informasi dan data umum
tentang nasabah dan tentang pembiayaan nasabah yang diperoleh dari nasabah itu
sendiri maupun dari pihak ketiga. Sedangkan informasi yang didapat dapat
melalui intervie yang dilakukan langsung kepada calon nasabah dan pemeriksaan
setempat (on the spot) ke tempat usaha calon nasabah.
c. Teknis Analisis
Analisis harus dilakukan secara teliti dan mengikuti ketentuan. Secara umum,
teknis analisis meliputi dua cara, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.
d. Jenis – Jenis Aspek yang Dianalisa
Jenis-jenis aspek yang dianalisa secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu :
1. Analisa terhadap kemauan bayar, disebut analisa kualitatif . Aspek
yang dianalisa mencakup karakter/ watak dan komitmen dari
nasabah.
2. Analisa terhadap kemampuan bayar, disebut dengan analisa
kuantitatif. Pendekatan yang dilakukan dalam perhitungan
kuantitatif , yaitu untuk menentukan kemampuan bayar dan
perhitungan kebutuhan modal kerja nasabah adalah dengan
pendekatan pendapatan bersih.
e. Prinsip – Prinsip Analisis Pembiayaan
Pemberian pembiayaan kepada seorang nasabah agar dapat dipertimbangkan
terlebih dahulu harus terpenuhi persyaratan yang dikenal dengan prinsip 6
C’s.keenam prinsip klasik itu adalah:
1. Character, adalah keadaan watak/sifat dari Customer baik dalam
kehidupan pribadi maupun lingkungan usaha. Gunanya untuk
mengetahui sejauh mana ikhtikad/kemauan customer untuk
memenuhi kewajibannya.
2. Capital, yaitu jumlah dana /modal sendiri yang dimiliki oleh calon
mudharib. Makin besar modal yang dimiliki mudharib maka
semakin tinggi kesungguhan mudhari buntuk menjalankan
usahanya.
2
3. Capacity, yaitu kemampuan mudharib untuk menjalankan
usahanya guna memperoleh laba yang di harapkan. Kegunaan nya
untuk mengetahui/mengukur sampai sejauh mana calon mudharib
mampu mengembalikan atau melunasi utang nya secara tepat
waktu.
4. Collateral, yaitu barang yang diserahkan mudharib sebagai agunan
terhadap pembiayaan yang diterimanya. Collateral harus dinilai
untuk mengetahui sejauh mana resikokewajiban finansial mudharib
kepada bank.
5. Condition of Economy, yaitu situasi dan kondisi politik,sosial,
ekonomi dan budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian
yang kemungkinan pada suatu saat mempengaruhi kelancaran
perusahaan calon debitur.
6. Contrains, yaitu batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan
suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu.
f. Prosedur Analisis Pembiayaan
Aspek-aspek penting dalam analisis pembiayaan yang perlu dipahami oleh
pengelola bank syariah, yaitu:
1. Berkas pencataan
2. Data pokok dan analisis pendahuluan
a) Realisasi pembelian, produksi dan penjualan
b) Rencana pembelian, produksi dan penjualan
c) Jaminan
d) Laporan keuangan
e) Data kualitatif dari calon debitur
3. Penelitian data
4. Penelitian atas realisasi usaha
5. Penelitian atas rencana usaha
6. Penelitian dan penilaian barang jaminan
7. Laporan keuangan dan penelitiannya
C. Kebijakan Persetujuan Pembiayaan
3
Kebijakan persetujuan pembiayaan yang dibuat harus mencangkup hal-hal sebagai berikut:
a. Konsep humargin total permohonan pembiayaan
Persetujuan pemberian pembiayaan di dasarkan atas penilaian seluruh
pembiayaan dari pemohon pembiayaan yang telah diberikan dan atau akan
diberikan
b. Penetapan batas wewenang pembiayaan
Ini harus dituangkan secara tertulis melalui keputusan direksi yang memuat
jumlah pembiayaan dan pejabat pembiayaan yang ditunjuk.
c. Tanggung jawab pejabat pemutus pembiayaan, memastikan bahwa:
- Setiap pembiayaan yang diberikan telah sesuai dengan ketentuan
perbankan dan asas-asas pembiyaan yang sehat
- Pelaksanaan pemberian pembiayaan telah sesuai dengan kebijakan
pembiayaan dan pedoman kebijakan pembiayaan
- Pemberian pembiayaan telah didasarkan pada penilaian yang jujur,
objektif, cermat dan seksama serta independen
- Meyakinkan bahwa pembiayaan dapat dilunasi dan tidak akan
bermasalah
d. Proses persetujuan pembiayaan, minimal telah mencangkup:
Permohonan pembiayaan secara tertulis dan lengkap
Analisis pembiayaan yang lengkap dan objektif
Rekomendasi persetujuan pembiayaan sesuai dengan analisis
Pemberian persetujuan pembiayaan dengan memerhatikan analisis dan
rekomendasi. Keputusan pembiayaan yang berbeda dengan rekomendasi harus
dijelaskan secara tertulis.
e. Perjanjian pembiayaan dibuat secara tertulis, bentuk, format ditetapkan dan
minimal harus memerhatikan hal-hal sebagai berikut:
Memenuhi aspek legalitas yang dapat melindungi kepentingan perusahaan
Memuat jumlah, jangka waktu, tata cara pembayaran kembali
pembiayaan, serta persyaratan-persyaratan pembiayaan lainnya.
f. Persetujuan pencairan pembiayaan, hendaknya didasarkan pada prinsip:
4
Hanya menyetujui pencairan pembiayaan apabila seluruh persyaratan yang
ditetapkan dalam persetujuan telah dipenuhi oleh pemohon pembiayaan
Sebelum pencairan pembiayaan dilakukan, harus memastikan hbahwa
seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan pembiayaan telah
diselesaikan dan telah memberikan perlindungan yang memadai
perusahaan.
Dalam praktik menjalankan usahanya, PP syariah bekerja dengan berdasar pada beberapa
prinsip akad syariah yang tidak melanggar ajaran atau aturan dalam agama khususnya islam.
Adapun beberapa jenis prinsip akad yang dijadikan dasar pada pelaksanaan pembiayaan sesuai
syariat Islam diantaranya:
1. Murabahah
Prinsip akad murabahah ini merupakan prinsip transaksi jual beli antara pihak nasabah dan
pihak bank. Nasabah hanya akan mendapatkan pembiayaan melalui persetujuan atau kesepakatan
yang sudah dibuat antara kedua belah pihak, yaitu nasabah dan bank.
2. Wadiah
Prinsip akad wadiah ini lebih merujuk pada titipan yang sifatnya murni. Titipan ini berupa
dana yang dititipkan oleh satu pihak pada pihak lainnya. Prinsip wadiah sendiri terdiri atas dua
jenis, yaitu:
Wadiah yad dhamanah, yang merupakan akad penitipan uang dimana pihak yang
menerima titipan boleh mempergunakan uang tersebut. Akan tetapi jika uang yang
dititipkan tersebut rusak atau hilang, maka pihak tersebut harus menggantinya.
Wadiah yad amanah, berupa penitipan murni yang memberikan amanah pada pihak yang
dititipi uang untuk menjaga dan tidak diperbolehkan memanfaatkan uang titipan tersebut.
Jika uang yang dititipkan rusak atau hilang maka pihak bank tidak berkewajiban untuk
mengganti.
5
3. Mudharabah
Prinsip akad mudharabah lebih merujuk pada prinsip kerja sama yang terjalin antara pihak
yang memiliki modal dan pihak pengelola. Besarnya keuntungan yang didapatkan kedua belah
pihak sebelumnya sudah disetujui di awal perjanjian. Meski begitu, apabila terjadi kerugian
maka pihak yang bertanggung jawab adalah pihak pemodal saja. Pihak pengelola bisa juga
dikenakan kewajiban untuk bertanggung jawab apabila kerugian yang terjadi akibat kelalaian
atau kesalahan yang dibuat pihak pengelola.
4. Musyarakah
Musyarakah adalah bentuk kerjasama dua orang atau lebih dengan pembagian keuntungan
secara bagi hasil.Menurut Dewan Syariah Nasional MUI dan PSAK Np. 1069 mendefinisikan
musyarakah sebagai akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
dimana masing – masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan dibagi
berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan kontribusi dan
5. Salam
Akad salam merupakan akad pembiayaan untuk suatu barang dimana cara mendapatkannya
adalah dengan cara memesan dan membayar harga terlebih dahulu sesuai persayaratan yangs
udah disepakati.
6. Ijarah
Akad ijarah ini merupakan akad mengenai penyediaan dana yang bertujuan untuk
memindahkan manfaat atau hak guna dari sebuah barang maupun jasa dengan dasar transaksi
sewa. Ini berarti dalam pelaksanaan akad ijarah tidak melakukan pemindahan kepemilikan atas
barang atau jasa itu sendiri.
7. Istishna
Wiroso (2009:287) mendefinisikan Istishna,yaitu akad jual beli antar pembeli dan produsen
yang juga bertindak sebagai penjual. Berdasarkan akad tersebut pembeli menugasi produsen
6
untuk menyediakan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan
menjualnya dengan harga yang disepakati. Cara pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka,
cicilan atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. (Wiroso, 2009, Produk Perbankan
Syariah, Edisi 1, Cetakan Pertama, Jakarta, LPFE Universitas Trisakti ).
8. Qardh
Merupakan akad pinjaman dana yang diberikan pada nasabah dengan ketentuan bahwa
nasabah akan mengembalikan dana pinjaman tersebut sesuai jangka waktu yang sudah
disepakati.
Ini merupakan jenis akad yang merujuk pada pemindahan manfaat atau hak guna atas suatu
barang atau jasa melalui transaksi sewa, namun juga terdapat pilihan untuk pemindahan
kepemilikan.
kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sesuai yang diatur dalam Pasal 6 Peraturan
Ketua BAPEPAM LK No: PER-03/BL/2007 adalah sebagai berikut:
1. Sewa Guna Usaha, yang dilakukan berdasarkan: Ijarah; Ijarah Muntahiya Bittamlik;
Dalam praktiknya, ada beberapa jenis pembiayaan syariah yang sering kita jumpai. Dari sisi
pihak penyedia jasa pembiayaan, maka dibagi dua, yakni pembiayaan dari Perbankan dan
pembiayaan dari lembaga keuangan non bank.
Pembiayaan jasa, berupa pemberian jasa dalam bentuk pemberian manfaat atas barang,
pemberian pelayanan baik dengan dan/atau tanpa pembayaran ujrah (imbal jasa), atau
juga pemberian pinjaman dana talangan sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati
bersama.
Pembiayaan jual beli, berupa pembiayaan berbentuk penyediaan barang melewati suatu
transaksi jual beli menggunakan pembiayaan yang sudah disepakati bersama.
Pembiayaan investasi, berupa penyediaan modal untuk jangka waktu yang cukup panjang
guna kegiatan usaha produktif yang nantinya akan mendapatkan pembagian hasil
keuntungan sesuai perjanjian yang sudah disepakati.
Dalam pelaksanaannya masing-masing jenis pembiayaan ini merujuk pada akad-akad yang sudah
dijelaskan sebelumnya.
Jenis pembiayaan sesuai syariat dari lembaga keuangan non perbankan memiliki cakupan
yang lebih luas, sebab tidak hanya berkaitan dengan penyediaan uang, namun juga hal lain
seperti wakaf, asuransi, pasar modal, dan sebagainya.
Nah, berikut ini beberapa jenis lembaga keuangan non perbankan yang menyediakan
pembiayaan sesuai syariat Islam:
BMT (Baitul Maal wa Tamwil) atau Balai Usaha Mandiri Terpadu merupakan salah satu
lembaga keuangan mikro yang dalam menyediakan berbagai jenis pembiayaan
menggunakan sistem dan prinsip syariah. Pembiayaan di BMT berasal dari modal yang
dihimpun dari anggota BMT, untuk kemudian dikelola sesuai dengan kesepakatan
bersama. Umumnya bentuk pembiayaan yang diberikan berupa pembiayaan gadai, modal
usaha, agunan tunai dan sebagainya.
8
Koperasi syariah, merupakan sebuah badan usaha yang dalam pelaksanaannya
berdasarkan pada hukum-hukum islam, baik itu yang terdapat pada Alquran maupun
hadist. Beberapa jenis pembiayaan di koperasi syariah hampir sama dengan perbankan,
meliputi pembiayaan jual beli, sewa, konsumtif dan sebagianya.
Pembiayaan bank syariah faktanya memang dapat memberikan banyak manfaat baik untuk
masyarakat umum, pihak bank, juga pemerintah. Nah, untuk lebih jelasnya coba simak ulasan
berikut.
Ada beberapa manfaat yang bisa dirasakan nasabah dari adanya pembiayaan bank syariah,
diantaranya:
Ada banyak pilihan jenis pembiayaan, sehingga nasabah dapat memilih sesuai kebutuhan
dan kemampuan.
Ada lebih banyak fasilitas yang bisa didapatkan nasabah melalui pembiayaan sesuai
syariat Islam.
Tak hanya memberikan manfaat bagi nasabah, pembiayaan secara syariah juga nyatanya bisa
memberikan manfaat bagi pihak bank, diantaranya:
Mendapatkan hasil timbal balik berupa bagi hasil, pendapatan sewa, maupun margin
keuntungan.
9
Menambah laba bagi perusahaan bank, sehingga dapat memberikan efek pada
profitabilitas bank tersebut.
Membantu bank memasarkan produk lain dari banknya, seperti pembukaan rekening.
Mengasah kemampuan karyawan bank dalam memahami dunia usaha di berbagai sektor
atau bidang yang dijalani nasabah.
Adanya pembiayaan yang diberikan oleh pihak bank pada nasabah dapat membuka
kemungkinan adanya peningkatan usaha yang dijalani nasabah. Hal ini rupanya juga bisa
memberikan dampak yang baik bagi pemerintah, diantaranya:
Terjadinya pertumbuhan pada sektor riil, hal ini karena dana tersalur pada pihak yang
menjalankan usaha.
Sebagai alat pengendali moneter yang berimbas pada stabilnya nilai uang.
Masyarakat luas secara tidak langsung memang akan ikut merasakan adanya berbagai
manfaat jika pembiayaan ini dapat berjalan dengan lancar. Salah satu contohnya adalah adanya
kesempatan peluang kerja yang baru dari usaha-usaha yang berhasil dikembangkan dari
pembiayaan ini.
Hal ini tentu akan mengurangi jumlah pengangguran di kalangan masyarakat luas. Selain
itu proses pembiayaan tanpa riba yang berjalan dengan baik juga akan membawa peran yang
lebih banyak bagi beberapa profesi, mulai dari akuntan, notaris, hingga ke asuransi.
a. Kelebihan
10
Pinjaman syariah dinilai lebih meringankan masyarakat karena tidak menyertakan beban
bunga dalam pengembaliannya. Melainkan bagi hasil yang nilainya sudah disepakati antara
pihak pemberi pinjaman dengan nasabah. Jadi dari awal akad hutang piutang nasabah sudah
mengetahui dan menyetujui nilai bagi hasil yang harus dibayarkan kepada pemberi pinjaman.
Nilai bagi hasil relatif jauh lebih kecil dibandingkan dengan jenis pinjaman lainnya.
Sehingga tidak membebani nasabah peminjam. Tujuan pemberian pinjaman adalah untuk
membantu nasabah dan meningkatkan gairah usaha masyarakat dengan mengharap keberkahan
bagi kedua belah pihak. Ini sesuai dengan prinsip syariah.
Nilai angsuran setiap bulannya sama atau flat. Bagi nasabah tentu menjadi angin segar,
nasabah bisa menghitung kemampuannya dalam membayar angsuran, memilih tenor pinjaman
dan besarnya plafon pinjaman yang dibutuhkan. Sehingga diharapkan tidak terjadi keterlambatan
pembayaran. Karena tidak akan terjadi kenaikan jumlah angsuran secara tiba-tiba.
Menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Tidak dibebankan biaya administrasi. Biaya ini umumnya memberatkan karena sama saja
mengurangi nominal pinjaman yang diberikan. Meskipun sudah diinfokan kepada nasabah di
awal kesepakatan pinjaman. Biaya administrasi biasanya dibebankan di awal peminjaman dana.
Tetapi dalam sistem syariah tidak ada biaya administrasi untuk pinjaman dalam nominal
berapapun.
Menerapkan prinsip-prinsip syariah yang menguntungkan bagi nasabah. Meningkatkan daya
guna uang, dana yang mengendap di Bank sebagai hasil dari setoran nasabah digunakan
semaksimal mungkin untuk kemanfaatan bersama. Meningkatkan daya guna barang,
berhubungan dengan pembiayaan syariah. Meningkatkan peredaran uang, meningkatkan gairah
usaha dan menjaga stabilitas ekonomi.
b. Kekurangan
Lembaga keuangan syariah rawan terhadap penipuan dari pihak nasabah, karena
menganggap bahwa semua nasabah syariah memiliki I’tikad baik. Bisa terjadi penyalahgunaan
dana pinjaman oleh nasabah, sehingga merugikan pihak lembaga keuangan. Sistem bagi hasil
yang menguntungkan, merupakan peluang menggiurkan untuk melakukan kecurangan demi
kesenangan diri sendiri.
11
Sistem bagi hasil sebagai pengganti bunga pinjaman memerlukan perhitungan yang cukup
rumit. Banyak terjadi kemungkinan kesalahan dalam penghitungan. Sehingga butuh waktu untuk
menentukan besarnya jumlah nominal yang akan menjadi kesepakatan kedua belah pihak. Agar
saling menguntungkan dan sesuai dengan ketentuan syariah, maka dari itulah rosesnya cukup
rumit.
Kebijakan resiko ditanggung bersama membawa konsekuensi pada proses pengajuan
pinjaman yang agak berbelit. Lebih sulit dibanding pinjaman konvensional. Tujuannya untuk
melindungi nasabah dan lembaga penyedia jasa pinjaman. Karena lembaga keuangan penyedia
jasa pinjaman juga ikut menanggung jika terjadi resiko selama masa pinjaman berlangsung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembiayaan syariah merupakan salah satu bentuk penyediaan uang maupun barang dengan
mengamalkan sistem syariah dalam praktiknya. Di mana bank dan nasabah saling menyepakati
tentang jangka waktu pengembalian uang atau tagihan dengan imbalan berupa bagi hasil. Selain
itu, kita juga mengenal perusahaan pembiayaan syariah atau disebut juga dengan PP syariah. PP
syariah ini merupakan suatu perusahaan pembiayaan yang menggunakan sistem akad syariah
12
dalam menjalankan usahanya yaitu berupa penyaluran pendanaan atau pembiayaan pada
masyarakat umum.
Salah satu hal yang membedakan pembiayaan konvensional dengan syariah yaitu, pada
pembiayaan syariah semua jenis bentuk pembiayaan haruslah mengacu pada Pernyataan
Kesesuaian Syariah dari DSN MUI atau juga Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN MUI).
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 106. (Jakarta:
Salemba Empat, 2009) h. 106.
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik.(Jakarta: Gema Insani,
2001) h.92
Karim, Adiwarman, 2004, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta : PT.Raja
Grafindo Persada
13
Antonio, Muhammad Syafi’i, 2001, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta :Gema
Insani Press.
Wiroso, 2009, Produk Perbankan Syariah, Edisi 1, Cetakan Pertama, Jakarta, LPFE
Universitas Trisakti
https://lifepal.co.id/media/pembiayaan-syariah
https:business-law.binus.ac.id/2016/01/27/lembaga-pembiayaan-syariah-di-indonesia
https://www.radarbogor.id/2020/01/24/kelebihan-dan-kekurangan-produk-pinjaman-syariah/
14