Anda di halaman 1dari 134

Bab 11

ANALISIS PEMBIAYAAN
A. Pengertian
Analisis pembiayaan atau penilaian pembiayaan dilakukan oleh Acount Officer dari suatu bank
dan Account Officer tersebut dari sisi level jabatannya adalah level seksi atau bagian, atau bahkan
dapat pula berupa committee (tim) yang ditugaskan untuk menganalisis permohonan pembiayaan.
Analisis pembiayaan ini dilakukan dengan tujuan agar pembiayaan yang diberikan mencapai
sasaran, yaitu aman, artinya kredeit tersebut harus diterima kembali pengembaliannya secara tertib,
teratur dan tepat wqaktu, sesuai dengan perjanjian antar bank dengan customer sebagai penerima
dan pemakai pembiayaan. Selain itu dengan tujuan terarah, artinya pembiayaan yang diberikan
tersebut akan digunakan untuk tujuan seperti yang dimaksud dalam permohonan pembiayaan dan
sesuai dengan peraturan dan kesepakatan ketika disyaratkan dalam akad pembiayaan.
Untuk mewujudkan hal di atas, perlu dilakukan persiapan pembiayaan, yaitu dengan
mengumpulkan informasi dan data untuk bahan analisis. Kualitas hasil analisis tergantung pada
kualitas SDM, data yang diperoleh dan teknik analisis.
Seorang Account Officer dituntut memiliki keahlian dan keterampilan baik teknis, maupun
operasional serta memiliki penguasaan pengetahuan yang bersifat teoretis. Seorang Account Officer
yang baik telah terbiasa dengan berbagai borang yang lazim digunakan untuk menganalisis dan
mengetahui tentang cara-cara menganalisis, memiliki pengetahuan yang memadai tentang aspek
ekonomi, keuangan, manajemen, hokum, teknis serta memiliki wawasan yang luas mengenai
prinsip-prinsip perpembiayaanan.
Kualitas data yang digunakan untuk menganalisis harus dijamin akurat, mutakhir dan dapat
dipercaya. Untuk itu perlu melakukan penyidikan (investigasi) atau penelitian ke lokasi atau
pemeriksaan setempat atau dapat pula menggunakan bantuan konsultan yang ahli pada bidangnya,
sehingga akan diperoleh kesimpulan yang tepat dan mendalam.
Teknik analisis dilakukan secara cermat dan teliti dengan senantiasa memperhatikan atau
berpedoman pada ketentuan yang berlaku yang mencakup analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.
Penilaian setiap permohonan pembiayaan sangat tergantung pada faktor-faktor seperti jenis usaha,
sector ekonomi, tujuan penggunaan pembiayaan, jumlah pembiayaan. Prinsip dasar dalam
menganalisis pembiayaan yang lazim dikenal dengan Prinsip 6 Cs, yaitu Character, Capacity,
Capital, Collateral, Condition of Economic dan Contrains. 6 Cs financial analysis ini dengan
meneliti aspek-aspek yang terdapat di dalam kegiatan usaha customer seperti aspek manajemen,
marketing, teknis dan keuangan

254
B. Tujuan Analisis Pembiayaan
Tujuan utama dari analisis permohonan pembiayaan adalah untuk memperoleh keyakinan
apakah customer mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibanya kepada bank secara
tertib, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya sesuai dengan kesepakatan dengan
bank. Dalam pemberian pembiayaan kepada customer, bank menghadapi risiko, yaitu tidak
kembalinya uang yang dipinjamkan kepada customer. Oleh karena itu, keadaan dan perkembangan
customer harus diikuti secara terus menerus mulai saat pembiayaan diberikan sampai pembiayaan
lunas. Dalam menganalisis pembiayaan, pertama-tama yang harus diperhatikan kemauan dan
kemampuan dari customer itu untuk memenuhi kewajibanya. Faktor lain yang harus diperhatikan
ialah perekonomian atau aktivitas usaha pada umumnya (Ekonomi makro dan AMDAL). Mengingat
risiko tidak kembalinya pembiayaan selalu ada, maka setiap pembiayaan harus disertai jaminan
yang cukup sesuai dengan yang ada. Kesemuanya tadi akan dijelaskan lebih lanjut dalam bab ini.
Dalam menganalisis pembiayaan harus mencangkup penilaian kuantitatif maupun kualitatif, karena
analisis kualitatif yang diikuti dengan kuantitatif akan memberi kejelasan bagi pembuat keputusan.
Walaupun demikian, di dalam analisis mungkin yang dipakai hanya salah satu saja misalnya
karakter dinilai secara kualitatif saja tetapi masalah-masalah keuangan, produksi, pemasaran, dan
agunan harus dinilai baik secara kualitatif maupum kuantitatif, sedangkan kondisi ekonomi
sebenarnya harus juga dinilai secara kuantitatif, tetapi jika tidak memungkinkan cukup secara
kualitatif saja.
C. Prinsip 6 Cs Analysis
Untuk dapat dipertimbangkan pemberian pembiayaan kepada seseorang customer, terlebih
dahulu harus memenuhi persyaratan yang dikenal dengan prinsip 6 Cs. Keenam prinsip klasik
tersebut adalah:
1. Character
Character adalah keadaan watak/sifat dari mudharib, baik dalm kehidupan pribadi maupun dalam
lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sampai
sejauh mana iktikad/kemauan mudharib untuk memenuhi kewajibanya (willingness to pay) sesuai
dengan perjanjian yang telah ditetapkan.
Suatu pemberian pembiayaan adalah atas dasar kepercayaan, jadi yang mendasari suatu
kepercayaan yaitu adanya dari pihak bank, bahwa sipeminjam mempunyai moral, watak maupun
sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif
Di samping itu mempunyai rasa tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia,
kehidupannya sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya. Karakter
ini merupakan faktor yang dominan, sebab walaupun calon mudharib tersebut cukup mampu untuk

255
menyelesaikan hutangnya tetapi kalau tidak mempunyai itikad baik tentu akan membawa berbagai
kesulitan bagi bank dikemudian hari. Dalam dunia White Collar Crime, ciri-ciri seseorang yang
mempunyai bakat kriminal justru di luar dugaan kita semua, ciri-ciri tersebut antara lain
digambarkan sebagai berikut :
orang yang pandai bergaul
orang yang cerdas
orang yang mempunyai motivasi tinggi serta suka menghadapi tantangan
Umur relatif muda sampai dengan 45 tahun.
Sebagai alat untuk memperoleh gambaran tentang karakter dari calon customer tersebut dapat
ditempuh melalui upaya sebagai berikut :
meneliti riwayat hidup calon customer
meneliti reputasi calon customer tersebut di lingkungan usahanya.
Meminta bank to bank information
Mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha di mana calon mudharib berada
Mencari informasi apakah calon mudharib suka berjudi
Mencari informasi apakah calon mudharib memiliki hobbi berfoya-foya.
Dalam wawancara dengan calon mudharib dalam menilai karakter seseorang perlu diperhatikan
nilai-nilai yang terdapat dalam dirinya.
Adapun nilai (value) yang perlu diamati adalah :
Social Value
Theoritical Value
Esthetical Value
Economical Value
Religious value
Political Value
Seorang calon customer yang mempunyai value yang sangat dominan dibidang economical
value dan political value akan ada kecenderungan mempunyai itikad/karakter yang tidak baik.
Idealnya karakter calon customer mempunyai nilai-nilai (values) yang berimbang dalam diri
pribadinya.
2. Capital
Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon mudharib. Makin besar
modal sendiri dalam perusahaan tentu semakin tinggi kesungguhan calon mudharib menjalankan
usahanya dan bank akan merasa lebih yakin memberikan pembiayaan. Kemapuan modal sendiri
akan merupakan

256
Banteng yang kuat agar tidak mudah mendapat goncangan dari luar, misalnya jika terjadi kenaikan
suku bunga, komposisi modal sendiri ini perlu ditingkatkan. Penilaian atas besarnya modal sendiri
adalah penting mengingat pembiayaan bank hanya sebagai tambahan pembiayaan dan bukan untuk
membiayai seluruh modal yang diperlukan.
Modal sendiri juga diperlukan bank sebagai alat kesungguhan dan tanggung jawab mudharib dalam
menjalankan usahanya, karena ikut menaggung risiko terhadap gagalnya usaha. Dalam praktek,
kemapuan capital ini dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban untuk menyediakan self financial,
yang sebaiknya jumlahnya lebih besar dari kerdit yang dimintakan kepada bank. Bentuk dari self
finsncing ini tidak selalu harus berupa uang tunai, namun juga dalam bentuk barang modal seperti
tanah, bangunan, mesin-mesin. Besar kecilnya capital ini dapat dilihat dari neraca perusahaan yaitu
pada komponen Owner Equity, laba yang ditahan dan lain-lain. Untuk perorangan dapat dilihat
dari daftar kekayaan yang bersangkutan setelah dikurangi hutang-hutangnya.
3. Capacity
Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon mudharib dalam menjalankan usahanya guna
memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilain ini adalah untuk mengetahui/mengukur
sampai sejauh mana calon mudharib mampu untuk mengembalikan atau melunasi hutang-
hutangnya (ability to pay) secara tepat waktu, dari usaha yang diperolehnya.
Pengukuran capacity tersebut dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, antara lain :
a) Pendekatan historis yaitu menilai past performance, apakah menunjukkan perkembangan dari
waktu ke waktu.
b) Pendekatan finansiil, yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus. Hal ini sangat
penting untuk perusahaan-perusahaan yang menghendaki keahlian teknologi tinggi atau
perusahaan yang memerlukan profesionalisme tinggi seperti rumah sakit, biro konsultan dan
lain-lain.
c) Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon mudharib mempunyai kapasitas untuk
mewakili badan usaha yang diwakilinya untuk mengadakan perjanjian pembiayaan dengan
bank.
d) Pendekatan manajerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan kertampilan customer
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan.
e) Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemapuan calon mudharib mengelola
faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan-peralatan/mesin-
mesin, administrasi dan keuangan, industrial relation sampai pada kemapuan merebut pasar.
4. Collateral

257
Collateral adalah barang-barang yang diserahkan mudharib sebagai agunan terhadap pembiayaan
yang diterimanya. Collateral tersebut harus dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana risiko
kewajiban finansiil mudharib kepada bank. Penilain terhadap agunan ini meliiputi jenis, lokasi,
bukti pemilikan dan status hukumnya.
Pada hakekatnya bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan, tetapi juga collateral yang
tidak berwujud seperti jaminan pribadi (borgtocht), letter of guarantee, letter of comfort,
rekomendasi, dan avalis. Penilaian terhadap Collateral ini dapat ditinjau dari 2 segi yaitu :
a) Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan diagunkan,
b) Segi yuridis, yaitu apakah agunan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai
sebagai agunan.
Risiko pemberian pembiayaan dapat dikurangi sebagian atau selurunya dengan meminta
collateral yang baik kepada customer.
5. Condition of Economy
Condition of Economy yaitu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya yang
mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat yang kemungkinannya mempengaruhi
kelancaran perusahaan calon mudharib. Untuk mendapat gambaran mengenai hal tersebut perlu
diadakan penelitian mengenai hal-hal antara lain :
a) Keadaan konjungtur
b) Peraturan-peraturan Pemerintah.
c) Situasi, politik dan perekonomian dunia.
d) Keadaan lain yang mempengaruhi pemasaran.
Kondisi ekonomi yang perlu disoroti mencangkup hal-hal sebagai berikut :

Pemasaran : Kebutuhan, daya beli masyarakat, luas pasar, perubahan mode,


bentuk persaingan, peranan barang subsitusi dll.
Tehnis produksi : Perkembagan tehnologi, tersedianya bahan baku, cara penjualan
dengan sistem cash atau pembiayaan.
Peraturan pemerintah : Kemungkinan pengarunya terhadap produk yang dihasilkan,
misalnya larangan peredaran jenis obat tertentu.

6. Constraint
Constraint adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan
pada tempat tertentu, misalkanya pendirian suatu usaha pompa bensin yang disekitarnya banyak
bengkel-bengkel las atau pembakaran batu bata.
Dari keenam prinsip di atas yang paling perlu mendapatkan perhatian Account Officer adalah
character, dan apabila prinsip ini tidak terpenuhi prinsip lainnya tidak berarti, dengan perkataan lain
permohonannya harus ditolak.

258
D. Peran Account Officer Dalam Analisis Pembiayaan
Account Officer merupakan point of contact antara bank dengan pihak customer, yang harus
memelihara hubungan dengan customer dan wajib memonitor seluruh kegiatan customer secara
terus menerus.
Pertimbangann pemberian fasilitas kepada customer harus dipandang secara menyeluruh atas
kebutuhannya, baik keperluan cash-loan. Non-cash loan (garansi bank, negosiasi wesel ekspor dan
lain-lain) dalam suatu periode tahunan. Di samping itu harus pula dikemukakan fasilitas-fasilitas
yang telah atau akan diterima oleh grup perusahaan atau perorangan yang terkait dengan customer.
Segala keperluan fasilitas customer dan grupnya atau yang terkait dengan customer tersebut harus
tertuang didalam Memo Pembiayaan Customer dan dalam Ringkasan Fasilitas Pembiayaan.
Di samping memberikan fasilitas kepada customer atau grup atau terkait, Account Officer harus
pula mampu melakukan cross selling atas produk-produk Bank, dalam rangka peningkatan Fee
Base Income dengan meefektifkan Rencana Pemasaran Kepada Customer, sehingga hubungan
keseluruhan dengan customer dapat diukur efektivitasnya dengan total margin yang diperoleh secara
net atas hubungan tersebut (profitability relationship) yang tertuang dalam Customer Profitability
Analysis.Besarnya nilai margin ini secara periodik akan ditetapkan oleh kantor pusat.
E. Aspek_aspek Analisis Pembiayaan dan Perhitungan Pembiayaan
1. Aspek Yuridis.
Di dalam aspek yuridis diberikan beberapa batasan untuk memudahkan
pelaksanaan penganalisisannya, yaitu meleui penelitian yang meliputi legalitas pendirian
perusahaan (badan usaha), legalitas usaha, legalitas pengajuan permohonan Pembiayaan dan
legalitas barang-barang jaminan.
a) Legalitas Pendirian Perusahaan
Di dalam batasan ini supaya digambarkan, apakah pendirian perusahaan sudah sah dan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Undang-Undang / peraturan pemerintah.
Hal yang perlui diteliti dalam analisis legalitas pendirian badan usaha adalah:
1) Penelitian apakah customer telah memenuhi syarat sebagai subyek hukum.
2) Penelitian mengenai keabsahan pendirian perusahaan, sesuai dengan bentuk hukum
perusahaan.
3) Penelitian apakah ada akta-akta perubahan dari perusahaan berbadan hukum, seperti
perubahan kepemilikan, perubahan pengurus, perubahan modal dan sebagainya.
4) Simpulkan apakah perusahaan telah berbadan hukum penuh atau masih in-opricting.
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian/analisis di atas, dibuatkan kesimpulan mengenai
legalitas pendirian usaha.

259
Contoh:
Pendirian PT. Telah sah/sempurna karena Anggaran Dasar Perusahaan telah ditempatkan
(dimuat) dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia.
Pendirian CV telah sah karena telah ada akta pendirian yang dibuat dengan akta notaris dan
telah didaftarkan dalam kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat.
b) Legalitas Usaha
Penelitian di sini ditujukan kepada legalitas kegiatan customer. Semua ijin-ijin yang ada
harus diteliti kebenaran dan masa berlakunya. Selain itu harus digambarkan pula apakah
kegiatan yang dijalankan dan atau direncanakan customer secara yuridis sudah didukung oleh
ijin-ijin yang sesuai dan sah menurut ketentuan yang berlaku. Misalkan kegiatan yang
direncanakan adalah industri, maka disamping ijin usaha dari Departemen Perdagangan dan
Perindustrian, perlu ijin dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan lain sebaginya.
Penelitian meliputi:
1) penelitian apakah customer telah memeiliki ijin dari usaha dari instansi yang berwenang.
2) Penelitian apakah ijin usaha customer sesuai dengan kegiatan usahanya yang tercantum
dalam Anggran Dasar perusahan.
3) Penelitian apakah ijin usaha customer masih berlaku.
c) Legalitas Pengajuan Permohonan pembiayaan.
Yang harus digambarkan dalam bahasa ini adalah apakah orang yang mengajukan
permohonan pembiayaan adalah orang yang berhak bertindak atas nama perusahaan, dilihat dari
ketentuan-ketentuan Anggran Dasar Perusahaan.
Pada umumnya wewenang pemimpin/Direksi perusahaan suatu badan usaha mempunyai
batasan antara lain:
Untuk Perseroan Terbatas (PT) :
o Apabila meminjamkan/mengagunkan harta kekayaan sebagian atau seluruhnya kepada
pihak lain harus terlebih dahulu mendapat persetujuan Dewan Komisaris Perusahaan.
o Apabila mengajukan permohonan pembiayaan kepada bank harus mendapat persetujuan
Dewan Komisaris.
Untuk Perseroan Komanditer:
Adakalanya dalam wewenang Anggaran Dasar Perseroan Komoditer disebutkan bahwa
pengajuan permohonan pembiayaan oleh persero pengurus kepada bank harus mendapat
persetujuan dari persero diam.

260
Adanya pembatasan wewenag pimpinan perusahaan tersebut di atas, maka perlu
diuraikan untuk menjaga keamanan pembiayaan
Bila pengikat pembiayaan dilakukan tanpa persetujuan Dewan Komisaris/persero
Komanditer, sedangkan hal tersebut disebutkan dalam Anggaran Dasar Perusahaan, maka
bila terjadi perselisihan dikemudian hari, bank akan berada pada kedudukan yang lemah.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dibuatkan penilain singkat mengenai pengajuan
permohonan pembiayaan.
d) Legalitas Barang Jaminan
Yang harus diperhatikan adalah :
Meneliti bukti-bukti pemilikan barang yang diajukan sebagai agunan/jaminan :
o Untuk sertifikat tanah dengan mengecek keabsahannya ke BPN setempat
o Untuk bangunan, meneliti IBM (Izin Mendirikan Bangunan) ke Pemerintah Daerah
setempat.
o Untuk mesin-mesin, dengan meneliti faktur/invoice pembelian
o Untuk kendaraan, mengecek BPKB (Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor) ke kantor
Polisi Daerah setempat.
Meneliti surat kuasa menjaminkan dari pemilik barang agunan dalam hal barang tersebut
bukan milik customer/perusahaan sendiri.
Meneliti status kepemilikan atas agunan, baik agunan utama atau tambahan harus
dijelaskan apakah secara yuridis dapat dilaksanakan pengikatan secara notariil.
e) Kontak Kerja sebagai dasar permohonan pembiayaan
Pada umumnya perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang kontraktor/leveransir
mengajukan kontrak kerja sebagai dasar permohonan pembiayaannya. Oleh karena pelunasan
pembiayaan adalah tergantung/dikaitkan dengan kerja tersebut, maka demi keamanan
pengembalian pembiayaan, perlu pula dianalisis
Penelitian disini meliputi, apakah kontrak tersebut telah memenuhi persyaratan yuridis
dalam arti kata, bahwa kontrak tersebut telah ditandatangani secara sah dan mengikat kedua
belah pihak, baik kontrak/surat perjanjian tersebut dibuat dibawah tangan atau dibuat
dihadapan notaris.
Untuk kontrak-kontrak yang sudah jatuh tempo, walaupun sudah mengikat kedua belah
pihak, jelas tidak dapat dipertimbangkan karena batas waktunya telah terlampaui.
2. Aspek Pemasaran

261
Di dalam penelitian aspek pemasaran ini hal yang perlu diketahui adalah kemampuan
perusahaan memasarkan barang produksi/jasa, hasil usahanya baik yang sekarang maupun yang
direncanakan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam aspek pemasaran antara lain :
a) Produk atau jasa yang akan dipasarkan.
Hal-hal yang perlu diteliti adalah :
1) Product life cycle dari barang atau jasa tersebut
2) Adanya barang subsitusi
3) Adanya perusahaan yang memeproduksi barang yang sama (perusahaan pesaing)
4) Apakah barang yang dihasilkan merupakan barang setengah jadi atau barang jadi
5) Segmen pasar yang akan dituju untuk produk tersebut.
b) Penentuan volume atau rencana pemasaran produk.
Masalah yang utama dalam aspek pemasaran adalah menentukaan volume atau rencana
pemasaran produk customer. Untuk menilai apakah volume atau rencana pemasaran customer
cukup feasible atau tidak, dapat dilakukan pengujian melalui beberapa pendekatan antara lain:
1) Market Test Approach
Yaitu melakukan uji coba pemasaran secara konkrit ke suatu pasar tertentu atau kepada
kelompok konsumen tertentu untuk mengetahui apakah target pemasaran untuk kelompok
konsumen tertentu dapat dicapai atau tidak.
Apabila hasil uji coba ini berhasil, diharapkan rencana pemasaran secara keseluruhan
dapat tercapai pula.
Sifat dari Market Test Approach adalah :
Untuk customer yang produknya baru masuk pasar.
Produk customer bukan merupakan produk untuk kebutuhan sehari - hari.
Produk yang baru sama sekali.
Parameter yang digunakan adalah :
Jumlah konsumen yang merupakan potential demand =0
Jumlah produk pesaing di pasar yang merupakan market supply =s
Unit yang dapat dijual di pasar asaran =q
Jumlah konsumen yang menyerap pasar sasaran =p
Rencana pemasaran oleh customer =z
Penjualan per periode (Bulanan, Triwulan, Semesteran, tahunan dsb)

262
0
Formula : Estimasi volume pasar (r) a unit
p
Rencana pemasaran customer feasible jika : z < r s
Misalnya PT. Andria Permata akan meluncurkan produk minuman sehat bernama STMJE
(susu telor madu jahe enak) di Tangerang dengan sasaran para pengemudi Becak, angkot
dan ojek.
Diperkirakan konsumen berjumlah 10.000 orang (= 0)
Untuk tahap awal akan diuji coba disekitar pasar Bintaro yang diperkirakan beroperasi
sekitar 50 orang pengemudi Becak, angkot dan ojek (= P)
Menurut hasil survey ternyata bisa laku 500 saset/hari (= q), sehingga rata-rata tingkat
konsumsi pengemudi becak, angkot dan ojek pada pasar sasaran adalah 500/50 = 10 permen
per orang per hari.
Solusi :
Kebutuhan konsumen di pasar sasaran (a) yaitu 500 permen / 50 pengemudi = 10 saset /
pengemudi per hari.
Penentuan volume pasar dengan menggunakan rumus:
Potensial demand (0)
Volume Pasar kebutuhan konsumen (a)
Jumlah konsumen sasaran (p)
10.000
sehingga 10 2.000 aset /hari
50
Jika customer merupakan satu-satunya produsen minuman STMJE , maka tingkat
pemasaran yang dianggap layak atau wajar bagi customer adalah tidak melebihi (2000)=
2000 permen /hari. Produksi lebih besar dari 2000 adalah tidak feasible.
2) Market Corrolary Approach
Dengan pendekatan ini, volume pemasaran suatu barang atau jasa ditentukan oleh
perkembangan volume pemasaran dari produk utamanya (mempunyai korelasi positif)
Misalnya :
Meningkatkan usaha real estate pembangunan akan meningkatkan permintaan akan
semen, bahan-bahan bangunan dan lain-lain.
Kenaikan volume penjualan mobil akan menaikan permintaan akan ban mobil dan suku
cadang/orderdil mobil.
Parameter yang digunakan :
Jumlah produk utama yang dihasilkan untuk periode tertentu (Bulanan/Tahunan)

263
Besarnya kebutuhan dari produk customer untuk setiap produk akhir (n)
Umur pemakain alat, jika ada (t)
Dapat digunakan untuk :
Kebutuhan Ban untuk Truk/Bis
Kebutuhan Cengkeh untuk Industri rokok kretek
Kebutuhan gula untuk pabrik sirop
Kebutuhan kancing baju untuk industri garment.
Misalnya :
Kebutuhan ban untuk setiap truk pengangkut yang dioperasikan oleh PT. Bintaro Real
Estate 10 ban (=n). Karena kondisi jalan yang dilalui armada truk itu kurang mulus,
penggantian ban harus dilakukan setiap enam bulan sekali (=t), Dengan demikian untuk
setiap truk akan menghabiskan 20 ban /tahun. Jika PT Bintaro Real Estate mempunyai
armada truk sejumlah 100 unit (=k) maka kebutuhan ban selama setahun adalah :
= (n) x (t) x (k)
= 10 x (12/6) x 100
= 2000 ban / tahun
produksi 2000 ban per tahun adalah feasible, sedangkan kalau target produksi customer
diatas 2000 ban per tahun adalah tidak feasible.
3) Industrial Market Approach
Penilaian rencana atau volume pemasaran suatu barang atau jasa dikaitkan dengan
perkembangan barang atau jasa yang mempunyai koefisien korelasi yang positif.
Misalnya :
Di gunakan untuk customer yang memproduksi barang yang telah terbukti sangat
tergantung dari pertumbuhan ekonomi lainnya. Seperti kebutuhan akan jumlah kamar hotel
mempunyai kaitan dengan jumlah wisatawan yang datang. Suatu perusahaan perhotelan di
Bandung mengajukan permohonan pembiayaan untuk mendirikan Hotel Baru di Bandung
dengan kapasitas 125 kamar. Hotel yang telah tersedia adalah 3.000 kamar, dikaitkan
dengan frekuensi penerbangan dari luar negeri menuju Bandung dalam periode 1 tahun.
Rata-rata penerbangan per hari 60 flight (=k)
Rata-rata penumpang / flight : 125 orang turis (=n)
Rata-rata lama menginap : 4 hari (=h) ; 2 orang per kamar (=I)
Yang tidak menginap : 20 % (=t)
Dengan menggunakan formula sebagai berikut :

264
100 - t k x n x h
Volume Pasar
100 I
100 - 20 60 x 125 x 4
= 3.000
100 2
maka dalam 1 hari akan tiba : 60x125x (orang turis) = 7.500 orang.
Rata-rata tidak menginap 20 % x 7.500/oarng = 1.500 orang
Yang menginap = 6.000 orang
1 kamar diisi 2 orang turis, sehingga butuh kamar = 6000/2=3.000 kamar.
Kamar yang telah tersedia = 2.000 kamr, sehingga peluang pasar penyediaan kamar hotel
adalah 3.000-2.000 kamar = 1.000 kamar.
Permohonan customer untuk Hotel baru kapasitas 500 kamar adalah feasible.
4) Market Equilibrium Approach
Dengan pendekatan ini penilaian volume pemasaran suatu barang atau jasa melalui
pengukuran suatu keseimbangan antara volume penawaran dan permintaan.
Dalam hal ini volume penawaran barang atau jasa yang akan diproduksi tidak boleh
melampaui volume permintaan akan barang dan jasa tersebut.
Sufat dari Market Equilibrium Approach :
Untuk barang yang diproduksi dalam jumlah besar (Mass production)
Mempunyai skala nasional/regional.
Dikonsumsi oleh masyarakat luas (contoh: pabrik semen, cat, biskuit)
Misalnya total kebutuhan semen nasional (d) 20 juta ton/tahun Produksi dalam negeri :
Indocement 8 juta ton / thn
Semen Cibinong 0.5 juta ton / thn
Semen Padang 3 juta ton / thn
Semen Gresik 2 juta ton / thn
Semen Nusantara 0.2 juta ton / thn
Semen Tonasa 3 juta ton / thn
Lain-lain 1 juta ton / thn
Impor 3 juta ton / thn
Total 18.7 juta ton / thn
Peluang pasar (20 18.7) juta ton / thn = 1.3 juta ton / thn (q)
Feasible apabila q < atau = d s
5) Market Factor Approach

265
Penentuan volume pemasaran dengan pendekatan ini didasarkan atas adanya perkembangan
kebutuhan dipasar (oleh karena adanya peraturan pemerintah atau kebutuhan suatu produk
pada acara acara tertentu, dan sebagainya )
Misalnya ;
Adanya instruksi untuk pemakaian helm, safety belt
Kebutuhan seragam sekolah.
Sifat :
Regulation (kebutuhan produk untuk jasa sehubungan adanya peraturan pemerintah
atau pihak yang berwenang)
Kebutuhan produk atau jasa untuk acara tertentu
Contoh :
Investasi untuk memproduksi helm, safety belt dari kepolisian.
Keperluan pegawai sekolah
Kebutuhan jasa angkutan Bis/KA/penerbangan untuk hari raya.
Data yang diperlukan :
Populasi yang membutuhkan produk yang bersangkutan = (x)
Kebutuhan tiap populasi akan produk ybs / periode = (y)
Total permintaan produk = (x,y)
Produksi yang sudah ada = (z)
Misalnya di kota jakarta terdapat 25.000 buah kendaraan bermotor roda empat.
Dengan asumsi bahwa setiap kendaraan minimal menggunakan 2 set Safety Belt, maka
dapat ditentukan tingkat pemasaran yang layak atau wajar untuk produsen Safety Belt.
Kalau ada 4 buah produsen masing-masing memasarkan 3000 unit/tahun berati 12.000
unit, masih ada peluang pasar 38.000 unit.
Kalau produksi customer < (x,y) (z) berarti feasible
6) Statistical Approach
Pendekatan ini menggunakan metode statistik, yaitu regresi linier dan parabolic, dan
digunakan untuk barang dan jasa yang bersifat tradisonal dimana dibutuhkan untuk
keperluan sehari-hari atau barang/jasa yang telah dihasilkan pada waktu yang lalu.
Misalnya :
Regresi linear untuk beras, toko kelontong, dsb.
Parabolic untuk barang atau jasa sekunder (mobil, elektronika, dsb)
Contoh :

266
Regresi Linier.
PT. Permata Hati menyampaikan data penjualan sebagai berikut:

Tahun Penjualan
1997 1950
1998 2020
1999 1980
2000 1960
2001 2000
2002 2200
2003 2240
2004 2220

Tahun Unit Jumlah Kelompok Rata-rata kelompok


1997 1950
1998 2020
7910 : 4 = 1977 (a)
1999 1980
2000 1960
2001 2000
2002 2200
2003 2240 8660 : 4 = 2165 (b)
2004 2220

Fungsi garis lurus Y = a + bx dapat diketahui dengan menggunakan rumus :

a = rata-rata kelompok satu (K1) = 1977

rata - rata K2 - rata - rata K1 2165 - 1977


b= 47
n 4

n = jarak waktu antara rat-rata K1 dengan K2.

Sehingga persamaan fungsi garis lurus yang dicari adalah :

Y = a + 47 (x)
Dengan rumus diatas dapat dilakukan perkiraan unit penjualan untuk tahun 2005 dan
seterusnya sebagai berikut :

Tahun Unit Penjualan


2005 2330
2006 2377
2007 2424

Parabolik
PT. Permata Hati bergerak dalam bidang usaha industri barang elektonika
menyampaikan data penjualan sebagai berikut:

267
Tahun Unit Penjualan
1996 2.000
1997 10.000
1998 14.000
1999 16.000
2000 20.000
2001 22.000
2002 24.000
2003 20.000
2004 18.000

Penjualan customer cenderung mengalami penurunan.


Untuk kondisi yang demikian, perkiraan unit penjualan PT. Permata Hati di masa
mendatang dapat menggunakan metode parabolik sebagai berikut:

Tahun Unit (Y) X (XY) (X2Y) (X2) (X4)


1996 2.000 -4 -8.000 32.000 16 256
1997 10.000 -3 -30.000 90.000 9 81
1998 14.000 -2 -28.000 56.000 4 16
1999 16.000 -1 -16.000 16.000 1 1
2000 20.000 0 0 0 0 0
2001 22.000 +1 22.000 22.000 1 1
2002 24.000 +2 48.000 96.000 4 16
2003 20.000 +3 60.000 180.000 9 81
2004 18.000 +4 72.000 288.000 16 256
Total 146.000 0 120.000 780.000 60 708

Perhitungan dengan fungsi parabolik dapat dilakukan dengan beberapa rumus sebagai
berikut :
Y = a + bX + cX2
Y = n.a + cX2
XY = b X2
2
XY = aX2 + cX4
Dengan menerapkan rumus tersebut, maka dapat dihitung :

(I) 146000 = 10 a + 60 c x 30
(II) 780000 = 60 a + 708 c x5

(I) 2920000 = 300 a + 1.800 c


(II) 2310000 = 300 a + 3.540 c

580000 = - 1.740 c
c = - 333

jika nilai c = - 333 dimasukkan ke dalam persamaan (I), maka akan diperoleh hasil
a = 20406,9 dan b = 2000
dengan demikian diperoleh fungsi parabola sebagai berikut :

268
Y = 20406.9 + 2000 x 333 X2
Dengan memasukkan parameter X kedalam fungsi parabola tersebut maka akan
diketahui trend penjualan sejak tahun 1996 sampai tahun 2004 sebagai berikut:
Tahun Unit Penjualan
1996 2.363.7
1997 8.757.6
1998 13.896.1
1999 17.779.2
2000 20.406.9
2001 21.779.2
2002 21.896.1
2003 20.757.6
2004 18.363.7

Untuk perkiraan penjualan selama tiga tahun mendatang dapat diketahui dengan cara
sebagai berikut :
Tahun Unit Penjualan
2005 14.714.4
2006 9.809.7
2007 3.649.5

penggunaan pendekatan-pendekatan tersebut disesuaikan dengan sifat/jenis usaha yang


dibiayai. Pendekatan-pendekatan tersebut disarankan,namun apabila ada pendekatan
lain dapat dipergunakan sepanjang Account Officer dapat mengetahui volume
permintaan dan penawaran pasar.
c) Mengadakan penilian tentang kebijakan dan srategi pemasaran yang akan ditempuh oleh
customer, hal ini meliputi 6 P :
1) Pricing Policy
2) Program promosi, advertaising
3) Product/service delivery, disrtibusi
4) Program public Relation
5) Power (political power) yang dipakai untuk menopang pemasarannya
6) Power (economical power) juga menopang pemasarannya
Apakah kebijakan dan srtategi pemasaran tersebut cukup handal untuk merebut market share.
d) Mengadakan penilaian terhadap management pemasaran perusahaan customer. Oleh customer.
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1) Organisasi pemasaran apakah telah mempunyai kualitas dan kuantitas yang memadai
dengan volume usaha yang ada.
2) Strategi pemasaran yang akan ditempuh.

269
3) Biaya yang dianggarkan untuk kegiatan promosi dan pemenuhan permintaan apakah cukup
memadai.
4) Pengalaman para salesman / sales officer menangani masalah pemasaran.
5) Sarana pemasaran yang dimiliki
e) Keadaan pemasaran saat ini.
Penelitian ditekankan kepada :
1) Realisasi produksi dan penjualan
Meneliti realisasi produksi dan penjualan yang telah dicapai (bagi perusahaan yang
sudah berjalan). Sedangkan untuk perusahaan baru dari proyeksi dan dikaitkan dengan
potensi pasar.
Lakukan analisis terhadap perkembangan dari satu periode ke periode berikutnya.
Contoh :

Keterangan Realisasi Produksi Realisasi Penjualan


Volume Rupiah % Volume Rupiah %

Ketearangan : Data di atas dicross chek dengan Laporan Laba- Rugi Customer

Dari data di atas dapat disimpulkan :


Apakah Produk customer laku dipasarkan
Apakah realisasi penjualan produk perusahaan sesuai dengan target yang ditetapkan
bank.
Apakah realisasi usaha disalurkan melalui Bank.
Jika usaha customer lokal dan ekspor, agar diperinci secara jalas, baik kuantum maupun
nilai rupiahnya.
2) Sistem pemasaran yang digunakan, apakah langsung atau melaui distributor, tunai atau
pembiayaan. Daerah pemasaran apakah Nasional atau Internasional.
3) Berapa market share yang dapat dikuasai oleh perusahaan.
f) Prospek pemasaran
Masalah yang perlu diperhatikan dalam meneliti prospek pemasaran customer dimasa yang
akan datang, antara lain :

270
1) Meneliti pemasaran yang direncanakan customer meliputi jumlah, cara, daerah, letter of
intend dari calon-calon pembeli dan lain-lain.
2) Meneliti apakah terdapat kontrak jangka panjang/jangka pendek dari pihak pembeli
3) Meneliti kemungkinan perlunasan pemasaran yang berhubungan dengan kemungkinan
perubahan kondisi ekonomi keuangan dalam dan luar negeri.
4) Meneliti perkembangan pembangunan ekonomi/keuangan di dalam negeri perkembangan
teknologi, perkembangan harga dan lain-lain.
5) Meneliti apakah ada kententeuan yang membatasi atau justru membantu, misalnya untuk
komoditi ekspor apakah ada kententuan quota atau pengenaan pajak yang memberatkan
atau meringankan, meneliti pengaruh peraturan/ketentuan GATT untuk komoditi-komoditi
ekspor
g) Target pemasaran
1) Meneliti apakah target pemasaran/omzet telah dibuat akan dapat dicapai oleh customer
dengan memperhatikan antar lain faktor-faktor sbb :
Meneliti mudharib dikaitkan dengan kemampuan mudharib dalam menjalankan
usahanya.
Marketability produk / jasa yang dihasilkan.
Mesin-mesin yang dipergunakan untuk menghasilkan produk/jasa
Man (tenaga kerja yang ada)
Material (bahan baku dan bahan pembantu) yang tersedia
Metode produksi, mekanisme kerja usaha
Makro Ekonomi, situasi perekonomian yang ada.
Kondisi keuangan perusahaan, cash flow
2) Dalam meneliti target yang ditetapakan juga sebaikanya dikaitkan dengan realisisi pada
periode sebelumnya.
3. Aspek Manajemen dan Organisasi
a) Aspek manajemen dan organisasi
Setiap unit usaha memerlukan pimpinan/manajer yang bertugas mengelola usaha. Persyaratan
yang diperlukan bagi seorang manajer berbeda-beda, kendatipun pada dasarnya sama, yaitu
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai. Pengetahuan dapat diperoleh dari
pendidikan formal maupun non formal, sedangkan pengalaman dapat diperoleh dari praktik.
Kombinasi yang baik antara pengetahuan dan keterampilan tersebut menjadikan kompetensi
yang memadai.

271
Pada perusahaan besar, perusahaan dipimpin oleh sekelompok pimpinan yang disebut
Direksi. Direksi terdiri dari Presiden Direktur atau Direktur Utama dan beberapa orang
Direktur yang memiliki dasar pengetahuan dan pengalaman dari berbagai disiplin ilmu dan
praktik yang berbeda-beda. Pada perusahaan kecil umumnya pemimpin menjalankan berbagai
fungsi, misalnya berfungsi sebagai Direktur Utama, Direktur, Manajer Pemasaran, Manajer
SDM, Manajer Produksi, Manajer Keuangan dan lain-lain.
Tentang Organisasi, bahwa manusia pada dasarnya tidak dapat berdiri sendiri untuk mencukupi
semua kebutuhannya, maka secara naluri manusi memerlukan kerjasama dengan orang lain.
Kerjasama dengan orang lain dengan cara demikian dinamakan berorganisasi. Perkembangan
organisasi sejalan dengan tingkat perkembangan kemajuan manusia, sistem dan teknologi.
Dengan demikian organisasi dapat bersifat kompleks. Organisasi pada dasarnya suatu tempat
atau alat yang digunakan untuk melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Proyek atau usaha yang akan dibiayai pembiayaan bank sangat perlu dilakukan penilaian aspek
manajemen dan organisasinya. Simpulan penilaian aspek ini harus dapat menentukan tentang
kecukupan manajemen keterampilan teknis (technical and managerial skill). Penyaluran
pembiayaan hendaknya lebih didasarkan pada prinsip saling menguntungkan (win-win solution).
Pada keadaan seperti ini, pihake perbankan melakukan pemilihan secara selektif dari
usaha/proyek yang prospektif dan dikelola secara potensial. Tindakan ini sebagai cermin operasi
bank yang hati-hati (prudent banking operation). Kenyataan ini dijumpai bahwa banyak
perusahaan di Indonesia (utamanya perusahaan kecil) yang memiliki berbagai kelamahan,
seperti:
1) Pemilik sebagai pengelola
2) Perusahaan berkembang dari usaha kecil-kecilan, oleh karena itu terkadang memiliki rasa
percaya diri secara berlebihan
3) Tidak membuat perencanaan secara tertulis
4) Kurang membuat catatan secara tertib
5) Pendelegasian wewenang dilakukan secara lisan
6) Kurang mampu mempertahankan kualitas
7) Sangat tergantung pada pelanggan dan pemasok sekitar usahanya
8) Kurang membina saluran informasi mengenai usahanya
Hasil penelitian (Rivai, 2003) kegagalan usaha customer terbesar disebabkan faktor
manajemen:
Bencana alam = 5 %
Trend industri yang tidak menguntungkan = 20 %

272
Manajerial yang tidak kompeten = 60 %
Lain-lain = 15 %
100%
Pada aspek organisasi, alat analisis yang dapat diagunakan dalam penerapan rencana
bisnis antara lain model 7 S dari Mc. Kinsey. Prinsip dasar model 7 S ini adalah:
1) 7 S (staff, system, style, structure, skill, strategy, shared value) akan saling mempengaruhi
kinerja organisasi dalam beradaptasi dengan lingkungan
2) Elemen S tersebut saling berinteraksi satu sama dengan lainnya sehingga perubahan satu
elemen S tidak akan efektif jika tidak diikuti dengan penyesuaian elemen S lainnya.
Organisasi akan bekerja efektif apabila 7 S yang berbeda tersebut sesuai satu dengan lainnya
dan secara bersama-sama mempengaruhi budaya perusahaan (corporate culture). Model 7 S
dapat digunakan sebagai alat analisis untuk memahami mengapa organisasi tidak berjalan,
secara sistematis model 7 S tersebut dapar digambarkan sebagai berikut:

Bagaimana Organisasi merencanakan


menghadapi pesaing

STRATEGY

Sesuatu yang Keyakinan yang


dikerjakan mengarahkan
organisasi dengan karyawan dalam
baik organisasi mengenai
keberadaannya

SHARED
SKILL
VALUE

STAFF SYSTEM STYLE STRUCTURE

Sistem teknis Cara melakukan Garis-garis dan kotak-


Manusia dalam pengerjaan akuntansi, sesuatu disini kotak pada bagan
organisasi laporan SDM dan terutama pada organisasi termasuka
melakukan pekerjaan manajer senior komite, tim khusus

Gambar: 6. 1. Model 7 S McKinsey


b) Manajemen
1) Pengertian Manajemen
Pengertian manajemen dapat dilihat dari berbagai sisi pandang:

273
Pertama, arti manajemen yang terkait dengan 4 fungsinya yaitu planning, organizing,
actuating dan controlling. Pengertian manajemen di sini berarti pemimpin. Dalam
praktek sehari-hari disebut juga dengan Top Manajer yang diartikan sebagai
pemimpin tertinggi dari suatu lembaga atau perbankan. Dilingkungan perbankan,
pengertian manajemen dapat disamakan dengan Direksi Bank
Kedua, perkataan manajemen berasal dari kata manage yang apabila ditambah dengan
awalan me, (memanage) berarti mengelola atau mengurus.
Menurut pendekatan ekonomi, bidang administrasi organisasi dan sosiologi, manajemen
dapat diartikan sebagai:
o Pendekatan ekonomi, manajemen ialah salah satu faktor produksi bersama dengan
tanah, tenaga kerja dan modal. Apabila perekonomian suatu bangsa meningkat,
maka kebutuhan akan manajemen meningkat pula sebagai pengganti modal dan
tenaga kerja
o Pendekatan bidang administrasi dan organisasi, manajemen ialah sistem otoritas
yang menurut sejarahnya manajemen pertama-tama mengembangkan filsafat
otoriter dengan sejumlah kecil orang-orang tapi orang-orang menentukan semua
langkah dan lapisan masyarakat. Lalu kemudian menyusul konsep-konsep
manusiawi yang menyebabkan beberapa manajemen mengembangkan pendidikan
paternalistis. Kemudian muncul manajemen konstitusional yang bercorak khas
dengan melibatkan kebijakan yang tegas dan konsisten serta prosedur-prosedur
menyangkut kelompok-kelompok kerja.
o Pendekatan sosiologi, manajemen yaitu suatu sistem kelas dan status perkembangan
di dalam kompleksitas hubungan dalam masyaraikat modern menurut para manajer
menjadi kelompok elite pemikir dan pendidik.
2) Proses Manajemen
Manajemen sebagai suatu proses tindakan yang sistematis dan berkesinambungan
dalam rangka mencapai suatu tujuan dari organisasi pada dasarnya dapat dibagi dalam 4
kegiatan utama, yaitu:
Perencanaan, yaitu kegiatan untuk menciptakan: Apa yang akan dikerjakan? (deciding
what to do), dengan menyusun kerangka kerja atau perencanaan atas pekerjaan yang
akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dari organoisasi. Dalam penyusunan
perencanaan ini perlu diperhitungkan masalah kemampuan dan potensi yang dimiliki
oleh organisasi (internal factor) dan apa yang telah dan akan dihadapi akibat dari

274
pengaruh luar (external factor) serta sumber daya lingkungan yang dapat dimanfaatkan
untuk perncapaian tujuan organisasi.
Pengorganisasian, suatu langkah dalam menentukan: Bagaimana melaksanakannya?
(deciding how to do it), yaitu meliputi kegiatan pengorganisasian seluruh fungsi yang
ada di dalam organisasi agar dapat bekerja dan berfungsi sebagaimana seharusnya.
Termasuk dalam hal ini pengorganisasian atas faktor luar yang akan dimanfaatkan.
Pelaksanaan, kegiatan berikutnya adalah bagaimana pengorganisasiannya, yaitu:
Bagaimana pelaksanaan dan pengarahannya? (How to execute it), yang merupakan
implementasi dari seluruh rencana kerja yang telah disiapkan dan telah diorganisir.
Tahap ini sangat penting dalam upaya mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan.
Beberapa faktor yang ikut menunjang keberhasilannya antara lain adalah:
o Kepemimpinan
o Komunikasi
o Keterampilan
o Kejelasan tujuan yang kan dicapai dan pekerjaan yang akan dilakukan
Pengawasan dan pengendalian
Dari hasil pelaksanaan tersebut maka perlu diadakan sistem pengawasan dan
pengendalian atas pelaksanaan kerja agar mencapai tujuan sebagaimana yang
diharapkan. Di samping itu perlu pula diadakan penilaian serta evaluasi atas hasil kerja.
Apakah ada yang perlu diubah? (deciding what should be changed). Dengan demikian
tahap berikutnya kembali lagi pada tahap perencanaan untuk mencapai hasil yang
optimal dan tujuan organisasi yang lebih realistis.
3) Jenjang Manajemen
Dalam suatu organisasi ada beberapa tingkat jenjang manajemen. Pada umumnya dapat
dibagi dalam 3 jenjang yaitu: manajer puncak, menengah dan lini pertama.
Manajer Puncak, sering pula disebut sebagai top executive atau top management,
adalah merupakan sekumpulan kecil dari suatu organisasi yang menduduki posisi
puncak. Manajemen puncak bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan organisasi
baik kedalam maupun keluar. Mereka yang menyusun kebijakan umum, strategi, arah
dan tujuan organisasi. Bilaman terdiri dari beberapa orang maka kelompok pimpinan
puncak ini diketuai oleh salah seorang Ketua Pelaksana (Chief executive Officer/CEO)
atau seorang Presiden Direktur (Direktur Utama).

275
Manajer Menengah (middle management), yang menjembatani hubungan antara
pimpinan puncak/ eksekutif dengan bawahannya. Manajer mengenah ini bertanggung
jawab atas bidang-bidang atau bagian-bagian yang dipimpinnya. Dengan demikian pada
jenjang manajer menengah ini mereka bertanggung jawab atas implementasi
perencanaan dan pelaksanaan dibidangnya atau bagian yang dibawahinya.
Manajer Lini Pertama (first-line management), jenjang manajer terbawah ini adalah
yang biasa disebut sebagai manajer lini pertama, yaitu merupakan tenaga supervisi pada
tingkat bawah atau pimpinan dari sub-bagian dari kelompok kerja yang kecil dengan
beberapa bawahan. Manajer lini pertama ini bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas
atau pekerjaan dari bawahan yang berada pada sub-bidang atau sub-bagian yang
dibawahinya.
4) Aspek Manajerial dalam Fungsi Manajemen
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa manajemen sebagai proses tindakan yang
sistematis dan berkesinambungan dalam mencapai tujuan organisasi, maka fungsi
manajerial dapat dibagi dalam 4 fungsi utama yaitu:
Fungsi perencanaan
Fungsi pengorganisasian
Fungsi pelaksanaan
Fungsi pengawasan dan pengendalian
Berdasarkan penjenjangan manajemen, maka bobot setiap fungsi dari setiap jenjang
manajer terdapat perbedaan peran dan aktivitas sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel: 6.1
Bobot Fungsi Manajerial Pada Setiap Jenjang Manajemen

Fungsi Manajerial Tingkat Jenjang Manajemen


Manajer Puncak Manajer Madya Manajer Lini Satu
Perencanaan 35% 15% 10%
Pengorganisasian 20% 25% 10%
Pelaksanaan 15% 30% 55%
Pengawasan dan pengendalian 30% 20% 25%
Jumlah 100% 100% 100%

5) Keterampilan Manajerial
Dalam pelaksanaannya tugas sehari-hari manajer dituntut untuk memiliki keterampilan
manajerial tertentu yang pada dasarnya dapat dibagi dalam 4 bidang keterampilan, yaitu:
Keterampilan teknik (technical Skill), yaitu kemampuan untuk menggunakan peralatan,
metoda kerja, perhitungan teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas pada bidang

276
yang dipimpinnya (keuangan, produksi, SDM, pemasaran) serta penggunaan sarana
pendukung lainnya (mesin, komputer, laboratorium) untuk kelancaran tugasnya.
Keterampilan komunikasi dan hubungan antar manusia (human relation skill),
Sebagai pimpinan tidak terlepas dari hubungan antar manusia baik dengan bawahan
maupun atasan serta pihak luar yang berhubungan dengan bidang pekerjaan yang
dipimpinnya. Dalam hal ini keterampilan berkomunikasi antar manusia sangat
diperlukan baik dalam rangka penyampaian tugas yang harus dilaksanakan oleh
bawahan maupun laporan yang disampaiakan untuk atasannya, serta kemampuan untuk
negosiasi dengan pihak luar. Demikian pula dalam rangka melakukan wawancara
ataupun seleksi atas calon karuawan/bawahannya.
Keterampilan membuat konsep (conceptual skill), kemampuan dalam mengemukakan
ide serta menyusun konsep untuk pengembangan organisasi atau bagian yang
dipimpinnya sangat diperlukn agar setiap tugass dan pekrjaan yang diberikan dapat
dituangkan dalam suatu konsep kerja yang jelas sehingga mudah dipahami dan dapat
dilaksanakan oleh bawahannya secara baik dan tepat
Keterampilan menganalisis (diagnostic skill), di samping itu seorang manaje juga harus
mempunyai keterampilan dalam menganalisis atas hasil yang telah dicapai, baik
menganalisis atas hasil kerja bawahan maupun hasil kerja bagianm (sub-bagian)yang
dipimpinnya. Dari hasil analisis inilah dapat disusun rencan kerja. Strategi serta
prosedur kerja yang lebih baik untuk mencapai heail yang optimum.
Berdasarkan penjenjangan manajemen, maka bobot keterampilan dari setiap jenjang
manajer terdapat perbedaan peran sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel: 6.2
Bobot Keterampilan Manajerial Pada Setiap Jenjang Manajemen

Keterampilan Manajerial Tingkat Jenjang Manajemen


Manajer Puncak Manajer Madya Manajer Lini Satu
Taknis 8% 25% 43%
Komunikasi 25% 50% 41%
Konsepsi 42% 20% 8%
Analisis 25% 10% 8%
Jumlah 100% 100% 100%

c) Pentingnya penilaian aspek manajemen dan organisasi


Di dalam suatu perusahaan, pimpinan dan kepemimpinan mempunyai peranan yang sangat
menentukan maju mundurnya perusahaan. Pemimpin atau manajer adalah orang-orang yang
memimpin serta bertanggung jawab atas terselenggaranya proses penggerakkan orang-orang

277
atau karyawan dan pengarahan fasilitas dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan
perusahaan. Betapapun besarnya modal yang dimilikinya, namun bila pimpinan perusahaan
tersebut tidak mampu mengelolanya, maka dalam waktu yang tidak lama perusahaan itu akan
terancam kesulitan (kebangkrutan). Oleh karena itu pentingnya peranan pimpinan perusahaan,
maka pimpinan perusahaan di samping mempunyai status kedudukan sebagai pimpinan, harus
benar-benar memiliki kualitas yang memadai sebagai pemimpin. Penilaian aspek manajemen
meliputi pengamatan/penilaian terhadap kualitas orang-orang yang menduduki posisi penting,
sampai berapa jauh mampu mengeterapkan fungsi manajemen dalam menjalankan perusahaan.
Sehubungan dengan hal tersebut hendaknya ditelahaan pula apakah struktur organisasi dalm
perusahaan tersebut cukup menunjang keberhasilan pimpinan perusahaan tersebut dalam
menjalankan perusahaannya.
Di dalam menganalisis peribadi pimpinan perusahaan, sepatutnya tidak hanya dilihat
characternya yang berkaitan dengan kaitannya dengan usaha, tetapi hendaknya selalu dikaitkan
dengan kedudukannya sebagai pimpinan perusahaan. Ketika dunia bisnis belum berkembang
seperti saat ini, bank tidak terlalu sulit menilai pribadi pimpinan perusahaan, sehingga
pembiayaan yang diberikan benar-benar hanya didasarkan atas kepercayaan yang paling murni.
Sulitnya mendapatkan data yang akurat (keadaan nyata) para pengusaha menjadikan semakin
penting penilaian aspek ini. Demikian pula bentuk organisasi yang serba cepat berubah baik
struktur maupun bidang usaha
Dalam era globalisasi dengan persaingan yang ketat, permasalahan dunia bisnis semakin
beragam dan kompleks, sehingga di samping karakter yang baik, pimpinan perusahaan harus
mempunyai kacakapan, pengetahuan dan pengalaman yang memadai tas bidang usaha yang
dijalankannya. Pimpinan perusahaan tersebut harus berjiwa dinamis, kreatif, berpandangan luas,
inovatif, enerjik atau memiliki kemampuan manajerial yang memadai.
Seorang yang ramah, rajin, jujur, sabar, setia, suka menolong sesame, adalah menggambarkan
pribadi yang berkarakter baik, tetapi tidaklah menjamin bahwa orang tersebut dapat memimpin
dengan baik. Dengan kata lain, di samping karakter yang baik, seorang pimpinan dituntut
memilii sifat-sifat dan syarat-syarat yang diperlukan bagi seorang manajer. Dalam
mengukur/menilai apakah seorang pimpinan memenuhi persyaratan/sifat-sifat yang diperlukan
bagi seorang manajer tersebut, hendaknya disesuaikan dengan skala besar kecilnya perusahaan
yang dipimpin oleh manajer tersebut. Dalam konteks penilaian aspek manajemen yang perlu
diperhatikan adalah karakter, kecakapan dan pengetahuan, pengalaman, kesungguhan dan
keberanian, penampilan, kemampuan membina karyawan dan pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen.

278
Karakter, karakter yang baik merupakan syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang
manajer. Untuk itu hendaknya sebanyak mungkin dikumpulkan informasi mengenai pribadi
manajer tersebut, baik dalam hal kejujuran, sifat/tabiatnya, kedisiplinan/ ketertiban, perilaku
dan sebagainya. Bagi Account Officer yang melakukan penilaian yang penting
memdapatkan keyakinan apakah dari segi karakter manajer tersebut dapat dipercaya untuk
diberikan fasilitas pembiayaan. Bagaimana account officer dapat memperoleh informasi
tentang manejer tersebut?. Sumber informasi dapat dikumpulkan dari berbagai pihak
seperti, dari masyakarat, sesama pengusaha di lokasi perusahaan calon customer, dari bank-
bank lain (melalui Bank to Bank Information). Informatioan bank To bank ini diperlukan
untuk mengetahuhi apakah calon customer pernah tercata sebagai customer pembiayaan
macet, pernah terlibah kasus cheque kosong, ataupun penyelewengan-penyelewengan
lainnya.
Kecakapan dan pengetahuan, manajer tidak harus berpendidikan tinggi, namun hendaknya
mempunyai kecakapan dan pengetahuan yang cukup, sesuai dengan besarnya perusahaan
yang dipimpin. Dengan demikian seorang manajer tersebut akan dapat berpikir kreatif,
mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan baik. Untuk menilai tingkat
kecerrdasan dan pengetahuan tersebut disadari tidak terlepas dari dari subyektifitas Account
Officer sebagai penilai, oleh karena penilaia hendaknya mempunyai bekal pengetahuan
manajemen yang memadai. Dengan dukungan data perusahan yang bersangkutan dapat
membandingkan dengan perusahaan lain, memperhatikan kebijalkan perusahaan pada masa
lalu, melakukan wawancara yang terarah kiranya akan dapat memeberikan gambaran
tingkat kecakapan dan pengetahuan manajer perusahaan tersebut. Perlu dikaji apakah
dengan tingkat kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya saat ini, apakah manajer
tersebut mampu mengelola usahanya bila perusahaan tersebut bertambah besar setelah
mendapat fasilitas pembiayaan dari bank.
Pengalaman menjalankan usaha, seseorang yang memiliki pengalaman dalam bidang usaha
yuang dijalankannya merupakan salah satu pertimbangan yang sangat penting dalam
menilai apalah yang bersangkutan dapat dipercaya mengelola fasilitas pembiayaan yang
diberikan. Memberikan fasilitas pembiayaan kepada orang yang belum memiliki
pengalaman sama sekali dalam dunia usaha yang digelutinya jelas sangat tinggi risikonya.
Terlebih lagi bila fasilitas pembiayaan yang diberikan dalam jumlah yang besar, tentu
sangat membahayakan bagi Bank. Dalam dunia usaha banyak menghaadapi persaingan,
keadaan perenomoian yang sering berubah, harga yang berfluktuasi, kebijakan pemerintah

279
yang selalu berubaha, dan sebagainya, sehingga diperlukan pengalaman yang cukup untuk
menghadapinya. Pengalaman manajer itu dapat dicatat dari riwayat hidupnya serta riwayat
perkembangan usahanya.
Kesungguhan dan keberanian mengambil risiko, manajer harus berani (courage) baik
berani dalam mengambil keputusan maupun mengambil risiko, tetapi bukan gambler
(penjudi). Dalam memberikan fasilitas pembiayaan, bank menghendaki agar pembiayaan
tersebut dimanfaatkan sungguh-sungguh untuk pengembangan usaha untuk kepentingan
perusahaannya, sesuai dengan tujuannya. Kesungguhan sudah dapat dipastikan perusahaan
tersebut akan mengalami kesulitan.
Penampilan, tingkah laku seseorang pada dasarnya tidak sama, dan tidak ada manusia yang
sempurna dinilai dari etika pergaulan dalam masyarakat. Seorang manajer yang baik adalah
seorang yang penampilan pribadinya (personalitynya) baik, mempunyai kewibawaan
terhadap orang-orang yang dipimpinnya maupun terhadap masyarakat pada umumnya.
Penampilan ini penting karena untuk dapat bernegosiasi orang-orang agar mau bekerja sama
untuk mencapai tujuan, seorang manajer harus dapat mempengaruhi orantg-orang tersebut.
Untuk itulah diperlukan kepandaian bergaul, berkomunikasi dengan baik. Agar dalam
mengelola perusahaannya dapat berjalan lancar, manajer harus dapat menciptakan
komunikasi intern (dalam perusahaan itu sendiri) dan komunikasi ekstern (diluar
perusahaan seperti pelanggan, perusahaan lain, pemerintah, masyarakat) secara baik.
Komunikasi intern akan terlihat dari kekompakkan kerja dalam perusahaan tersebut, dan
adanya moral kerja yang tinggi dari karyawan yang bersangkutan. Sedangkan komunikasi
ekstern dapat dilihat dari reaksi pelanggan atau mitra bisnisnya, ataupun pihak-pihak
lainnya yang terkait atau yang berkepentingan.
Kemampuan membina karyawan, dalam bisnis yang banyak mempekerjakan karyawan atau
orang-orang agar dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan perusahaan. Seorang manajer
harus mampu menjadi pendidik, pembimbing dan memberikan petunjuk serta contoh-
contoh yang mudah dimengerti dan mudah diikuti. Di sinilah diperlukan seni dalam
menggerakkan dan membina orang-orang yang dipimpinnya. Untuk dapat memberikan
bimbingan, petunjuk serta contoh-contoh tersebut diperlukan pengetahuan, kemampuan dan
kewibawaan dari pimpinan yang bersangkutan.
Pelaksanaan fungi-fungsi manajemen
o Fungsi perencanaan, perlu diselidiki apakah manajer tersebut dalam kegiatan kerjanya
sehar-hari selalu membuat perencanaan/program kerja secara cermat. Untuk

280
membuktikan apakah manajer tersebut dapat menyusun perencanaan/program kerja
secara cermat, Account Officer dapat mengamati perencanaan/program kerja yang telah
dibuat manajer tersebut pada waktu yang lalu dibandingkan dengan realisasi hasil
kerjanya apakah tidak terlalu jauh menyimpang. Manajer yang dalam kegiatannya tidak
pernah menyusun perancanaan/program kerja secara cermat, akan membahayakan
apabil kepada yang bersngkutan diberikan fasilitas pembiayaan. Perlu diketahui bahwa
pada hakikatnya fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh Bank adalah untuk
membiayai suatu usaha yang merupakan hasil perencanaan yang dibuat oleh manajer
secara baik, baik perencanaan investasinya, perencanaan peroduksi, perencanaan
pemasaran.
o Fungsi penorganisasian, dalam upaya mencapai tujuan perusahaan, manajer harus
mampu mengkoordinir, menggunakan dan menggerakkan orang-orang bahawannya
secara terarah. Kemampuan manajer dalam mengorganisir sumberdaya manusia untuk
mencapai hasil yang direncanakan, mutlak diperlukan dalam perusahaan.
o Fungsi, fungsi staffing dimaksud disini adalah menilai kemampuan manajer dalam
memilih orang yang tepat dan menempatkan pada bidang-bidang yang tepat (the right
man on the right place). Pemilihan dan penemapatan orang yang tepat pada
pekerjaannya akan memperoleh kinerja yang baik.
o Fungsi directing, fungsi manajemen di sini adalah bagaimana usaha memotivasi
karyawan agar mempunyai kemampuan dan kemauan untuk giat bekerja, kompak dan
efektif. Penilaian hendaknya dapat mengamati apakah manajer yang bersangkutan
mampu menjalin hubungan kerja secara harmonis dengan karyawannya. Petunjuk lain
yang dapat menggambarkan kemampuan manajer dalam melaksanakan fungsi directing
tersebut antara lain dapat diketahui dari, daftar absensi karyawan, pakah karyawan
sering tidak masuk kerja. Di samping itu dapat dilihat pula dari sering tidaknya
karyawan memutuskan/diputuskan hubungan kerjanya dengan perusahaan (labour turn
over)
o Fungsi pengawasan, seorang manajer yang bekerja cermat, di samping mampu
membuat perencanaan yang cermat harus mampu pula melakukan pengawasan secara
cermat sehingga apa yang direncanakan dapat berjalan secara baik, tidak terjadi
penyimpangan. Pengawasan dalam hal ini meliputi banyak hal, yang mencakup semua
kegiatan yang menjadi bidang usahanya. Penting bagi manajer bahwa pengawasan yang
dilakukan bukan mencari kesalahan tetapi harus dapat lebih positif, meluruskan hal-hal
yang terjadi tidak sesuai dengan yang direncanakan, bahkan manajer harus mengetahui

281
masalah potensial (problem potencial) dari pekerjaan yang akan dilaksanakan agar
pengawasan secara dini dapat dilakukan.
Organisasi, organisasi adalah alat yang dapat membantu mencapai tujuan perusahaan
dengan efektif dan efisien. Ujud sehatnya suatu organisasi atau perusahaan adalah
merupakan hasil gabungan dari semua usaha penyehatan manajemen sebagai keseluruhan.
Ujud sehatnya organisasi ini dapat ditunjukkan dengan adanya efisiensi kerja dalam arti
luas, baik ekonomis ataupun non ekonomis (economic efficiency and non economic
eficiency). Efisiensi ekonomis terwujud dalam bentuk: (1) terciptanya tabungan yang
diperoleh perusahaan, (2) adanya pengembangan bagi perusahaan sampai
timbulnya/diperolehnya profit, dan (3) adanya kemampuan untuk menyelenggarakan
pemeliharaan dan penggantian mesin-mesin pada waktunya dengan baik. Efisiensi non
ekonomis dapat berwujud antara lain, terciptanya: (1) hubungan kerja yang harmonis antara
manajemen dengan karyawan, (2) semangat dan gairah kerja yang tinggi, dan (3) kepuasan
kerja serta pengembangan masing-masing individu dalam proyek/perusahaan yang
bersangkutan baik ditinjau dari segi pribadi maupun dari segi proyak/perusahaan sebagai
keseluruhan.
Suatu organisasi perusahaan yang sehat dapat mencerminkan: (1) adanya usaha-usaha
yang menjamin ke arah pengeterapan azaz spesialis dengan pengaturan hubungan kerja satu
sama lain baik horizontal maupun vertical, dan (20 adanya pendelegasian serta pengaturan
yang tegas antara wewenang masing-masing manajer dengan tanggung jawabnya masing-
masing sesuai dengan tingkat kedudukan manajemennya. Hal ini penting karena adanya
azaz division of labour dan pendelegasian wewenang dapat mendorong
terciptanya/timbulnya pembidangan kegiatan-kegiatan yang mendorong manajer atau
bawahannya (subordinate) sebagai suatu kesatuan kumpulan specialist dan memperoleh
manfaat dari specialisasinya ini untuk kepentingan pelaksanaan tugas-tugas kewajiban
masing-masing dalam rangka mencapai rencana dan tujuan perusahaan. Kelompok orang
yang tergabung dalam suatu bidang/departemen/ bagian misalnya dapat merupakan suatu
kesatuan unit organisasi yang kompak dan dinamis.
Lingkup penelitian organisasi, hal penting yang perlu diteliti adalah untuk mengetahui sehat
tidaknya organisasi, yang dapat dilihat pada struktur organisasi, uraian tugas dan masalah-
masalah yang dijumpai. Melalui struktur organisasi dapat memberikan gambaran sekilas
tentang organisasi/ perusahaan sebagai sebuah potret sekaligus sifatnya. Akan tetapi
sekalipun demikian bagan ini berguna karena dapat memberikan gambaran tentang
hubungan komando, koordinasi, komunikasi dari masing-masing manajer yang menduduki

282
jabatan-jabatan pada organisasi. Dengan menilai struktur dan job description oorganisasi
dapat diketahui ada atau tidaknya pembagian kerja, specialisasi bagi masing-masing
bidang/depertemen ataupun bagian sampai dengan unit organisasi yang lebih kecil
dibawahnya. Di samping itu, struktur dan job descriptionnya dapat tercermin pula sampai di
mana penentuan dan pendelegasian wewenang (desentralisasi) serta pertautannya dengan
tanggung jawab masing-masing manajernya.
Sementara itu masalah-masalah lain yang terkait antara lain: (1) apakah masing-masing
kegiatan yang terdapat dalam perusahaan benar-benar diperlukan atau tidak, baik untuk
sekarangf maupun waktu mendatang dalam rangka mencapai rencana dan tujuana
perusahaannya; (2) apakah pengelompokkan/pembidangan kegiatan-kegiatan tersebut di
atas memiliki hal-hal seperti : (a) fungsi-fungsi, seperti rpoduksi, keuangan dan pemasaran
(production, finance and marketing), (b) cabang-cabang perusahaan atau anak perusahaan di
daerah lain; (3) apakah pembidangan/ pengelompokkan kegiatan-kegiatan menurut landasan
fungsi ataupun lainnya itu telah memperhitungkan dan menyesuaikan diri terhadap: (a)
macam, jenis perusahaan, misalnya perusahaan yang bersifat perdagangan, industri,
pertambangan dan pertanian yang selanjutnya dapat dirinci lebih lanjut, (b) besarnya
perusahaan yang dinyatakan dalam jumlah modal yang ditanam dan jumlah karyawan yang
bekerja pada perusahaan tersebut, dan lain-lain; (4) apakah telah ada penentuan dan
pendelegasian wewenang bagi masing-masing pejabat sesuai dengan tingkat manajemennya
dengan harapan keputusan dapat diambil dengan cepat serta memungkinkan pengembangan
dan kemajuan bagi manajernya serta perusahaan; (5) apakah penentuan tanggung jawab
pada masing-masing manajer sesuai/sepadan dengan wewenang yang diterimanya serta
jelas. Hal ini sangat penting untuk pengawasan bagi masing-masing manajer dalam
menggunakan wewenangnya, apakah sesuai dengan rencana, target ataupun tujuan
perusahaan sebagau keseluruhan; (6) apakah telah terwujud pembidangan /
pengelompokkan kegiatan dalam suatu departemen/bagian atau sub unit organisasi yang
lebih kecil lainnya seimbang satu sama lain dalam level yang sama, (7) apakah pengaturan
hubungan departemen/bagian baik vertical maupun horizontal telah jelas dan tidak simpang
siur, sehingga memungkiinkan kemudahan dan kelancaran berkomunikasi serta kerjasama
satu sama lain dengan baik; (8) apakah organisasinya sesuai dengan rencana jangka panjang
maupun jangka pendek, dan (9) apakah telah memiliki system administrasi serta tata
laksana kerja yang berbentuk manual.
Struktur organisasi, struktur organisasi perusahaan harus sesuai dan pimpinan perusahaan
harus meneliti secara cermat struktur organisasi yang sedang berjalan. Organisasi di artikan

283
sebagai kumpulan dari beberapa orang yang secara bersama-sama berusaha mencapai suatu
tujuan. Tujuan di atas hanya dapat dicapai dengan adanya pembagian kerja. Jika suatu saat
terjadi perubahan, perusahaan wajib merubah atau menyesuaikan struktur organisasinya.
Dalam penyusunan organisasi hendaknya dapat diingat beberapa hal hal yaitu: (1)
organisasi adalah system di mana setiap anggotanya saling berinteraksi dan akan
mempengaruhi kinerja anggota lainnya., (2) organisasi selalu terbuka terhadap
lingkungannya, (3) organisasi memiliki tujuan dan sasaran, (4) organisasi perlu selalu
beradaptasi, (5) organisasi mempunyai keterbatasan yang berasal dari lingkungan luar dan
juga dalam organisasi tersebut (intern organisasi), dan (6) organisasi memebutuhkan umpan
balik (feed back).
Hingga kini bentuk struktur organisasi telah berkembang sangat cepat, berbagai macam
struktur diciptakan untuk mengikuti perkembangan organisasi yang semakin rumit dan
kompleks. Struktur organisasi yang baik akan menggambarkan masalah-masalah seperti: (1)
pendifinisian pekerjaan secara jelas, (2) pengelompokkan dan kombinasi pekerjaan serta
ukuran yang tepat untuk setiap kelomppok, (3) rentang pengawasan dari tim manajemen,
(4) hubungan antara unit/divisi dalam organisasi, dan (5) distribusi kekuasaan dan
wewenang.
Dalam ukuran perusahaan (baik besar atau kecil) desain struktur organisasi hendaknya
dapat bersifat flexible dalam arti dapat menyesuaikan dengan mudah apabila diwaktu yang
akan dating terjadi perubahan.
Bentuk struktur organisasi, terdapat beberapa bentuk struktur organisasi yang dapat
digunakan oleh perusahaan. Bentuk struktur organisasi tergantung jenis usaha dan besar
kecilnya perusahaan.
Borang yang dapat digunakan untuk menganalisis aspek manajemen dan organisasi adalah
sebagai berikut:

284
No. Data dan Keterangan
1 Riwayat Hidup Pengurus Perusahaan:

2 Hubungan kerja sama antar pengurus

3 Hubungan pengurus dengan karyawan dan pihak ketiga

4 Keadaan tata usaha perusahaan

5 Hubungan pemohon dengan Bank

6 Referensi Bank

7 Informasi dari luar Bank

8 Rekomendasi

4. Aspek Teknis
Lingkup aspek teknis dalam analisis pembiayaan adalah menilai apakah barang yang diproduksi
customer dapat dibuat dengan kualitas yang baik dan dengan biaya produksi yang rendah sehingga
laku dijual dan menguntungkan.
a) Ruang lingkup analisis aspek teknis

285
Meskipun ada permintaan pasar atas barang yang direncanakan akan diproduksi dan calon
customer dinilai mempunyai kemampuan untuk memasarkannya serta mejalankan usahanya,
tetapi bank masih harus menilai apakah barang dapat diproduksi. Secara teknis ada
kemungkinan tidak akan dapat dibuat, atau dapat dibuat tetapi dengan biaya produksi yang
sangat tinggi. Bila demikian keadaanya maka dikatakan secara teknis tidak fleksible. Untuk
menjalankan usaha, apapun sektornya, apakah ekstraktif, agraris, perdagangan, insdustri
ataupun jasa, pasti membutuhkan sarana sebagai berikut:
Tanah untuk tempat usaha
Bangunan untuk pabrik, took, gudang, kantor, rumah makan dan lain-lain
Mesin
Peralatan penunjang antara lain computer, kalkulator
Cara memperoleh (proses)
Kebutuhan penunjang antara lain air, listrik, bahan baker
Ketepan memilih sarana tersebut di atas akan mempengaruhi kualitas dan biaya produksi barang
yang dihasilkan. Memilih secara tepat saran-saraana tersebut di atas akan dapat menghasilkan
barang dengan kualitas baik dan biaya produksi rendah. Sebaliknya salah memilih sarana-sarana
tersebut dapat mengakibatkan kualitas produksinya jelek atau biaya produksinya tinggi.
Penilaian pemilihan dan penentuan satana-sarana tersebut di atas yang kemudian dilanjutkan
dengan memperkirakan jumlah biaya proyek serta kalkulasi biaya produksi itulah yang
merupakan ruang lingkup aspek teknis, secara rinci bidang yang mencakup dalam analisis aspek
teknis antara lain sebagai berikut:
b) Proses analisis aspek teknis
Analisis dari aspek teknis harus menggambarkan apakah rencana kerja yang diajukan customer
secara teknis dapat terlaksana atau tidak. Secara umum penilaian aspek tehnis harus mencakup:
1) Lokasi usaha
Penilaian lokasi usaha atau lokasi yang ada apakah memenuhi syarat kebutuhan untuk
mendukung keberhasilan usaha (dekat dengan bahan baku). daerah pemasaran atau sumber
tenaga keerja) yang sesuai dengan sifat-sifat dari kegiatan usaha yang bersangkutan, serta
tidak bertentangan dengan agama moral dan sosial budaya,dampak lingkungan dan lain-
lain. Sering terjadi suatu perusahaan telah didirikan disuatu tempat karena pabriknya
memang sudah berada disitu dari dahulu, atau tanahnya telah tersedia disitu, atau karena
murah harganya, atau karena memang sudah dimiliki. Dalam beberapa kasus lokasi
memang sudah ditentukan terlebih dahulu (misalnya pertambangan), atau lokasi tidak telalu

286
besar pengaruhnya (misalnya industri pada karya dengan produksi yang tinggi nilainya bila
dibandingkan dengan ukuran/beratnya antara lain barang-barang elektronik, industri
presisi). Sebagaimana pemilihan factor-faktor produksi lainnya, seorang analis pembiayaan
walaupun tidak terlibat dalam proses pemilihannya, tetap harus mempertanyakan apa alasan
memilih suatu lokasi tertentu dan apakah ada plihan lain.
Adapun factor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan lokasi usaha adalah:
Faktor teknis
o Tersedianya bahan baku baik kuantitas maupun kualitasnya
o Tersedianya kebutuhan-kebutuhan penunjang antara lain: air, listrik, tempat
pembuangan limbah, drainase
o Srana pengangkutan
o Karakteristik lokasi antara lain sifat tanah, topografi
Harga factor-faktor produksi: upah buruh, bahan baku, kebutuhan penunjang, biaya
angkutan
Tersedianya tanaga kerja
Factor social p;olitik
Pertimbangan lain dalam memilih lokasi adalah:
Dekat dengan lokasi sumber bahan baku, apabila biaya bahan baku adalah merupakan
komponen terbesar dalam biaya produksi atau apabila transportasi bahan baku sulit dan
mahal biayanya
Dekat dengan pasar, apabila transportasi hasil produksinya sulit dan mahal biayanya
Dekat dengan sembeu tenaga kerja, apbila tenaga kerja merupakan factor produksi
dalam proses produksi
2) Sumber Daya Manusia
Penelitian diarahkan kepada sifat dan jenis tenaga kerja/ahli yang ada dan dibutuhkan,
bagaimana cara pemenuhannya, dari mana sumbernya, sesuaikah tenaga kerja yang ada /
perencanaan pemakaian tenaga kerja baru dengan rencana kerja / produksi dan lain
sebagainya
3) Pengalaman usaha
Yang perlu diteliti disini adalah pengalaman usaha di masa lalu di dalam melaksanakan
usaha-usaha yang sejenis dengan direncanakannya dan bagaimana reputasinya di dalam
dunia usaha untuk kegiatan/usaha tersebut
4) Kapasitas perusahaan dan mesin-mesin serta proses produksi yang sesuai

287
Kapasitas di sini dimaksudkan sebagai daya atau kemampuan teknis yang dimiliki oleh
perusahaan didalam merealisasikan rencana kerjanya. Penelitian meliputi:
Mesin-mesin yang dimiliki meliputi jenis, jumlah dan kondisinya.
Apakah produksi telah mencapai kapasitas maksimum atau dibawah kapasitas.
Reputasi merek yang dipakai.
Kemudahan reparasi, pemeliharaan dan kemudahan dalam mendapatkan suku cadang.
Keseimbangan mesin.
Proses produksi
Penelitian disini ditekankan kepada
o Lamanya waktu yang diperlukan dalam proses produksi
o Harga yang tersedianya bahan baku
o Karakteristik bahan baku
o Harga yang tersedianya bahan baker dan kebutuhan-kebutuhan penunjang
o Terwsedianya mesin-mesin dan peralatan yang sesuai
o Tingkat pengetahuan teknis yang ada
o Luas pasar
o Cara pengaturan proses tersebut
o Tehnologi yang dipakai
o Software dan lain-lain untuk menghasilkan produk tersebut apakah telah dibuktikan
keunggulannya.
o Apakah skala usaha (kapasitas produksi barang dan jasa) yang akan dihasilkan
tersebut telah berimbang satu sama lainya.
o Biaya produksi
5) Pemilihan mesin dan peralatan
Pemilihan ini sudah tentu harus sesuai dengan karakteristik dari produksi dan berkaitan erat
dengan jenis proses produksi yang dipilih dan skala output. Perlu disadari bahwa pemilihan
jenis proses produksi dan peralatan produksi akan menentukan efisiensi dan flesibilitas
perusahaan dimasa-masa yang akan dating. Pemilihan harus atas dasar analisis kondisi
opersional yang akan terjadi secermat mungkin. Meskipun seorang analis pembiayaan tidak
turut menentukan pemilihan, namun setidaknya dia harus mempertanyakan hal-hal berikut
ini:
Apa alasan memilih suatu jenis mesin tertentu
Apakah penawaran dari supplier lainnya telah ada

288
Apakah alasan memilih satu supplier tertentu
Adapun factor-faktor yang menentukan pemilihan mesin dan peralatan antara lain adalah:
Jenis proses produksi yang dipilih
Tingkat pengetahuan teknis yang ada
Kapasitas, fleksibilitas, dan karakteristik dari mesin dan peralatan
Tersedianya supplier
Harga mesin dan peralatan
Biaya operasi mesin dan peralatan yang dipilih
6) Fasilitas pemeliharaan
Yang harus digambarkan dalam hal ini adalah ada tidaknya fasilitas pemeliharaan yang
meliputi customer, bagaimana peralatannya, jika ada, dan lain-lain. Jika tidak ada dari mana
fasilitas pemeliharaan tersebut bisa diperoleh, jauh dekatnya usahan pemeliharaan yang
bersangkutan, cara penggunaanya dan lain sebagainya
7) Lay out
Gedung, bangunan apakah disainya sesuai dengan kontruksi lay out yang ada atau yan
sedang dirancang dapat mengakomodasikan segala kegiatan dengan efisien serta tidak
bertentangan dengan kesehatan lingkungan, ekologi dan lain-lain.apakah telah tersedia
pengolahan limbah industri sesuai standar AMDAL.
8) Sarana dan Prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana serta faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk
kegiatan usaha yang dilakukan tersebut secara ekonomis. Apakah cukup tersedia secara
ekonomis:
Infrastruktur yang diperlukan untuk kegiatan usaha yang bersangkutan.
Sumber bahan baku, bahan pembantu.
Sumber tenaga kerja baik skill atau unskill.
Sumber energi, sumber alam lainnya, air, gas, alam dll.
Sarana transportasi, komunikasi.
Keamanan, gangguan hama.
Lahan tempat usaha dalam kualitas dan luas yang memadai.
Dll.
9) Memperkirakan kebutuhan biaya
Setelah kebutuhan fisik investasi ditentukan dan dianalisis ketepatannya kemudian disusun
perkiraan jumlah biaya investasi dan biaya produksi. Suatu proyek/perusahaan mungkin

289
feasible secara teknis, tetapi hanya dapat dilaksanakan dengan biaya yang sangat tinggi.
Atau sebaliknya suatu proyek dapat didirikan dengan biaya yang relative rendah, tetapi
secara teknis tidak feasible.
Analisis biaya memang merupakan tugas yang sulit bagi analis pembiayaan. Beberapa jenis
biaya mudah untuk diperkirakan, tetapi adapula beberapa yang sulit diperkirakan. Perkiraan
biaya diperlukan untuk menganalisis kemampuan untuk mendapatkan laba dan penentuan
harga. Beberapa metoda yang dpat digunakan untuk memperkirakan antara lain:
Mengacu pada perusahaan sejenis
Bank sebaiknya mempunyai kumpulan data dari berbagai jenis perusahaan yang dapat
dipergunakan sebagai acuan dalam menganalisis permohonan pembiayaan. Permohonan
pembiayaan biasanya menggunakan biaya yang selama ini terjadi diperusahaannya
sebagai acuan, kemudian peningkatan kapasitas diperkirakan kenaikan biayanya secara
proporsional. Kenyataanya biaya tidak meningkat secra proporsional dengan
peningkatan kapasitas, sehingga bank harus memiliki cara dan acuan penialaian.
Menanyakan kepada supplier
Biasanya supplier bukan saja memberitahukan harga peralatan, tetapi juga berikut biaya
pengoperasiannya. Untuk menentukan biaya investasi, harga-harga tersebut masih perlu
ditambah dengan biaya transportasi dan pemasaran
Menyerahkan kepada konsultan teknis
Hal ini merupakan cara yang mudah dan cepat, akan tetapi tentu ada biayanya.
Sumber kesalahan dalam memperkirakan biaya investasi biasanya adalah:
Kurangnya sempurnanya analisis teknis dan analisis pendahuluan yang akan
menyebabkan tingginya biaya produksi atau kapasitas yang direncanakan tidak pernah
tercapai
Memperkirakan biaya investasi terlalu rendah yang biasanya disebabkan oleh kesalahan
memperkirakan waktu yang diperlukan untuk transportasi dan pemasangan mesin-
mesin/peralatan. Setiap tertundanya penyelesaian pembangunan proyek akan berakibat
naiknya biaya
Tidak memperhitungkan kebutuhan modal kerja awal
Terlalu optimis memperkirakan besarnya biaya dan output pada tahap-tahap awal
operasi. Pada tahap awal produksi biasanya output masih rendah dan biaya justru tinggi,
karena masih dalam masa percobaab dan pelatihan

290
Tidak mengasumsikan trend kenaikan biaya dimasa depan. Biaya-biaya biasanya selalu
naik dari waktu ke waktu. Biaya tetap naik dengan naiknya kapasitas atau
bertambahnya shift kerja.
Selanjutnya dalam memperkirakan biaya proyek harus diyakini pula seberapa besar
tingkat kesalahaannya. Semua perkiraan mengandung ketidak pastian, sehingga perlu
dikemukakan kemungkinan kesalahan dalam membuat perkiraan.
Dalam pelaksanaannya harus dikros cek dengan laporan keuangan (antara lain peralatan yang
dimiliki disesuaikan dengan aktifa pada neraca, dsb) dan laporan hasil on the spot.
Selanjutnya mengingat bentuk dan jenis usaha sangat beraneka ragam, maka dalam analisis
aspek teknis ini harus disesuaikan dengan masing-masing jenis usaha yang bersangkutan.
1) Bidang usaha perdagangan
Tempat usaha
o Luas tanah
o Bangunan: Luas bangunan (kantor atau toko)
Kondisi bangunan (kantor atau toko)
o Lay out / interior barang dagangan / toko, apakah menarik pembeli atau tidak
Status tempat usaha atau gudang, apakah milik sendiri atau sewa atau sewa beli
(leasing)
Gudang penyimpanan (kondisi/kapasitas/konstruksi bangunan) layout dan sistem
penyimpanan stok.
Tenaga kerja, tenaga ahli (jumlah kemampuan serta pengalaman dalam bidangnya
ataupun pada setiap unit/divisi), untuk menjalankan rencana-rencana kegiatan
berdasarkan curriculum vitae.
Peralatan kerja, peralatan kantor (dikaitkan dengan aktifitas usaha)
Alat angkut/transportasi (dikaitkan dengan katifitas usaha)
Sumber baha atau barang dagangan yang menjamin kontinuitasnya, baik supply,
maupun kualitasnya
Pemeliharaan kantor, gudang, peralatan serta barang dagangan
2) Bidang usaha kontraktor
Tempat usaha:
o Luas tanah
o Bangunan: Luas bangunan (kantor atau toko)
Kondisi bangunan (kantor atau toko)

291
Peralatan kantor, apakah mendukung administrasi laporan proyek kepada bouwheer,
sehingga realisasi pembayaran terjamin.
Peralatan kerja/alat-alat berat (jenis/kapasitas/jumlah/tahun dan konsidi serta tempat
penyimpanan yang dikaitkan dengan volume pekerjaan)
Status pemilikan peralatan kerja/lat-alat berat apakah milik sendiri atau sewa atau
leasing.
Sumber bahan baku (lokasi penimbunan yang dikaitkan dengan kontinuitas supply dan
mutunya dan sebagainya).
Tenaga kerja/tenaga ahli (jumlah kemampuan serta pengalaman didalam bidangnya
ataupun pada setiap unit/divisi, termasuk operator mesin untuk menjalankan rencana-
rencana kegiatan perusahaan, misalnya bangunan/air/jalan atau jembatan, dan lain-lain.
Alat angkut/transportasi (dikaitkan dengan aktifitas usaha).
Lokasi proyek dikaitkan dengan peralatan kerja/sumber-sumber material dan tenaga
kerja lokal.
Pemeliharaan peralatan
3) Bidang usaha industri manufaktur
Tempat usaha
o Luas tanah
o Bangunan pabrik/kantor/gudang/sarana/prasarana:
Luas bangunan
Konstruksi/kondisi bangunan
Lay out pabrik dan bangunan lainny
Status tempat usaha/gudang/pabrik/kantor apakah milik sendir atau sewa atau sewa beli
(leasing).
Layout stok bahan baku, bahan dalam proses, dan barang jadi serta sistem
penyimpanannya.
Produk yang dibuat dan tujaun penggunaan (jenis/hasil produksi, serta standard kuliatas
produksi dikaitakn dengan weaktu yang dibutuhkan sampai dengan mendapatkan
lisaensi/sertifikat industri ini, hal ini berhubungan dengan fasilitas IDC).
Tenaga kerja/tenaga ahli (kajian untuk menyipakan tengaa yangh trampil, baik pada
setiap unit/divisi untuk menjalankan rencana-rencana kegiatan perusahaan yang
dikaitkan dengan ketepatan jadual produksi).

292
Alat-alat produksi (mesin-mesin perlengkapan/peralatan dan jumlah/jenis/tahun/negara
asal/umur tehnis maupun ekonomisnya serta layout yang dikaitkan dengan kualitas
untuk kelancaran produksinya.
Kapasitas mesin terpasang
Kapasitas normal (kapasitas yang terpakai/terawat dan mampu menampung
permintaan).
Pendapatan mengenai proses produksi
Sumber energi (PLN/diesel/generator dan kapasitasnya)
Jenids dan sumber bahan baku/bahan pembantu, yang dikaitkan dengan kontinuitas
supply dan kualitas bagi kelancaran produksinya
Alat pengangkutan/transportasi
Penjelasan mengenai proses pengolahan limbah
Realisasi produksi
Balancing capacity (berhubungan dengan kapasitas terkecil daripada rangkaian unut
mesin produksi yang ada)
Teknologi dan perbandingan alasan pemilihan teknologinya (resiko investasi)
Maintenace aktiva tetap perusaahan (bangunan, mesin-mesin, kendaraan)
4) Bidang usaha jasa
Tempat usaha
o Luas tanah
o Bangunan kantor/lokasi tanah:
Luas bangunan
Konstruksi/kondisi bangunan
Lay out pabrik dan bangunan lainnya
Tenaga kerja/tenaga ahli (jumlah dan kemampuan serta pengalama dalam bidangnya
ataupun pada setiap unit/divisi untuk menjalankan rencana-rencana kegiatan perusahaan
berdasarkan curriculum vitae)
Peralatan kerja/alat-alat berat (jenis/jumlah/kapasitas dan konsidi yang dikaitkan
dengan luas lahan/jenis tanaman).
Alat angkut/transportasi dikaitkan dengan aktifitas usaha.
Penanganan pasca panen dikaitkan dengan penyimpanan/pengawetan.
Proses produksi/proses tanam dan pemeliharaan s/d umur tanaman (panen):

293
o Produktivitas produk/tanaman (khusus untuk kehutanan apabila memiliki HPH,
harus dijelaskan jangka waktu HPH dan RKT-nya).
o Rendemen masing-masing produk/tanaman (untuk pertanian)
o Phase pemupukan/pemeliharaan tanaman dan dikaitkan dengan jenis tanaman,
misal tanaman yang dalam masa pemeliharaan serta kalkulasi harga tanaman/kebun
pada phase tsb.
o Kapasitas mesin/pabrik pengolahan:
Sesuai perijinan
Sesuai kapasitas terpasang
Sesuai kapasitas produksi
Laporan Inspection service dalam bentuk penjelasan berikut alasan keberhasilan atau
kegagalan proyek.
Maintenance sarana produksi, misalnya obat-obatan, bibit, peralatan
5. Aspek Keuangan
a) Penjelasan
Aspek Finansiil ini merupakan aspek yang sangat penting di dalam analisis permohonan
pembiayaan, meskipun aspek-aspek lainnya juga bisa merupakan aspek yang menentukan.
Penelitian terhadap aspek ini di dalam analisis minimal harus diarahkan kepada batasan-batasan
posisi keuangan customer, kemampuan penyediaan dana sendiri oleh customer dan kebutuhan
pembiayaannya. Disamping itu perhitungan pembiayaan juga masuk di dalam aspek keuangan
mengingat kaitannya sangat erat dengan aspek keuangan.
Khusus untuk permohonan Pembiayaan Investasi, penilaian aspek keuangan dapat diiakukan
berdasarkan cash flow dan dapat pula dilakukan dengan cara proyeksi discounted cash flow,
dimana kelayakan suatu/proyek digambarkan oleh :
1) Internal Rate of Return (IRR) yang harus lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku
bagi jenis pembiayaan yang bersangkutan.
2) Net Present Value (NPV) yang harus positif, dan
3) Benefit Cost Ratio (BCR) yang harus lebih besar dari 1 (satu)
Di dalam analisis aspek keuangan ini perlu dibedakan untuk perusahaan yang telah lama
berdiri/beroperasi dengan perusahaan baru. Sumber data utama untuk menganalisis aspek
keuangan ini adalah Neraca dan Laba-Rugi, oleh karena itu sebelum menganalisis laporan
keuangan tersebut perlu diteliti apakah Neraca dan Rugi/Laba. tersebut telah disusun sesuai
dengan Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).

294
Laporan keuangan yang utama adalah Neraca dan laporan Laba Rugi. Disamping itu ada pula
antara lain laporan mengenai sisa laba tahun-tahun yang lalu dan laporan mengenai perubahan
modal kerja.
Tentu saja dalam menganalisis, laporan keuangan tersebut masing-masing pihak akan menitik
beratkan pada hal-hal yang berbeda karena kepentingan mereka berbeda. Dalam hal ini bagi
bank sebagai pihak pemberi pembiayaan, titik berat analisisnya adalah kemampuan perusahaan
untuk mengembalikan pokok pinjaman sekaligus bunganya, secara teratur dan tepat pada
waktunya.
b) Neraca, Laporan Rugi/Laba dan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Neraca :
Neraca adalah laporan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu yang
menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal perusahaan. yang menunjukkan jumlah aktiva,
hutang dan modal dari perusahaan tersebut.
Laporan Rugi/Laba :
Laporan Rugi/Laba adalah laporan hasil usaha suatu perusahaan, yang menunjukkan jumlah
pendapatan dan biaya yang dikeluarkan pada suatu periode tertentu.
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana :
Laporan sumber dan penggunaan dana adalah laporan mengenai dari mana perusahaan
memperoleh dana untuk membiayai kegiatan usahanya dan untuk apa dana tersebut digunakan
pada suatu periode tertentu.
Dari pengertian tersebut dan dihadapkan dengan kepentingan bank sebagai pembiayaanur, maka
tujuan utama analisis neraca rugi/laba adalah untuk mengetahui posisi dan perkembangan
keadaan keuangan customer dan kemampuannya untuk memper oleh laba guna memenuhi
kewajibannya kepada bank.
Agar analisis neraca dan rugi/laba dapat memenuhi fungsinya sebagaimana mestinya, maka :
1) analis harus benar-benar menguasai tehnik analisis Neraca & Laba-Rugi dan melakukannya
secara teliti dan obyektif.
2) Data-data yang disajikan haruslah sesuai dengan kelaziman/sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku di Indonesia. Untuk maksud ini bank dapat meminta penjelasan
kepada customer atau kalau perlu Bank dapat menentukan bahwa neraca dan rugi laba harus
diaudit oleh Akuntan Publik, kecuali untuk pembiayaan di bawah jumlah tertentu.
3) Laporan keuangan yang bersifat Window Dressing maupun yang diperkecil (untuk
keperluan pajak misalnya) jelaslah tidak akan memenuhi sasaran yang diharapkan. Selain
dari itu, neraca dan rugi laba harus disertai dengan rincian penjelasan per posnya.

295
c) Analisis Neraca
Untuk menilai neraca suatu perusahaan kita mengenal beberapa cara analisis yang masing-
masing mempunyai kegunaan tersendiri. Supaya terdapat keseragaman dalam cara analisis
neraca untuk semua cabang maka analisis yang digunakan adalah :
1) analisis Horizontal
2) analisis Vertical
3) analisis Per Pos Neraca (single Segment)
Perbandingan Laporan Keuangan :
Pada dasarnya dalam penilaian terhadap neraca adalah membandingkan laporan neraca
beberapa periode, minimal 2 (dua) periode.
Dalam analisis mengenai perbandingan neraca, yang perlu diperhatikan adalah :
1) Bagaimana perkembangan setiap pos neraca, apakah perkembangannya positip atau negatip.
2) Untuk pos-pos neraca yang mengalami perubahan cukup besar perlu penjelasan lebih lanjut.
3) Pos piutang harus diteliti mengenai umur piutang.
4) Pos stock harus diteliti melalui kaitannya dengan penjualan, apakah cukup wajar/tidak,
apakah turn overnya lambat atau adanya over stock yang diakibatkan adanya barang tidak
laku/rusak.
5) Pos aktiva tetap terutama yang mengalami penyusutan apakah sudah disusut.
6) Penelitian hutang-hutang yang cukup besar yang hampir jatuh tempo baik hutang bank,
hutang dagang maupun hutang pada pemegang saham yang dikaitkan dengan cash flow
customer.
7) Bagaimanakah distribusi dari tiap pos neraca, misalnya : Tahun 2005 equity meliputi 85 %
dari total pasiva, hutang meliputi 15 %-nya. Tahun 2006 equity meliputi 75% dari total
pasiva, hutang meliputi 25%-nya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peranan equity pada
permodalan semakin menurun dan lain-lain.
1) Analisis Horizontal
Cara ini bertujuan untuk menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi dalam masing-
masing pos neraca dari suatu periode ke periode yang lain, misalnya tahun sekarang
dibandingkan dengan tahun yang lalu.
Perubahan-perubahan tersebut dihitung secara absolut (dalam rupiah) dan secara relatif
(dalam prosentase). Perubahan yang terjadi baik secara absolut maupun relatif harus
dianalisis secara teliti untuk diketahui sebab-sebabnya (Cabang harus mencantumkan
penjelasan dan pendapatnya pada analisis pembiayaannya).
2) Analisis Vertical

296
Dalam hal ini kita menganalisis prosentase dari masing-masing pos dalam neraca dengan
jumlah pos tertentu datam neraca, misalnya prosentase masing-masing pos neraca atas dasar
seluruh aktiva/passiva

3) Analisis Per Pos Neraca (Single Segment)


Analisis per pos neraca adalah untuk mencek secara terinci angka-angka yang tercantum
dalam neraca.
Dengan analisis horizontal maupun vertical hanya dapat diketahui perubahan-perubahan
dari pos-pos neraca secara absolut maupun secara relatif. Apabila dianggap perlu adanya
penilaian yang lebih mendalam, maka analisis horizontal dan vertikal ini supaya dilengkapi
dengan analisis per pos neraca yang bersangkutan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis tiap pos neraca customer adalah
sebagai berikut :
Kas dan Bank/Cash & Bank
Berapa jumlah uang kas dan saldo Bank yang sebaiknya tersedia dalam perusahaan ?
Berapa persen sebaiknya peranannya dalam jumlah aktiva dan bagaimana
perkembangannya ? Besar kecilnya uang Kas & Bank adalah sangat relatif tergantung
jenis usaha dan keadaannya. Jumlah Kas & Bank yang terlalu besar dapat menunjukkan
bahwa perusahaan kurang pandai memutar dana, sedangkan jumlah yang terlatu kecil
juga membahayakan likuiditas.
Misalnya bagi customer yang sedang mengajukan permohonan pembiayaan investasi,
maka:
o Posisi Kas & Bank harus cukup besar '`sehingga mampu menampung kebutuhan
self financial dan pembayaran bunga pada masa grace period.
o Posisi Kas & Bank harus diperiksa kebenarannya.
Piutang Dagang/Account Receivable
Yang dimaksud dalam pos ini adalah piutang dagang yang timbul karena adanya
penjualan secara pembiayaan. Piutang kepada Direksi/Pegawai harus dikeluarkan dari
pos ini. Hal-hal yang dianalisis dalam pos ini sebagai berikut :
o Berapa besar peranannya dalam aktiva dan bagaimana perkembangannya.
o Siapa-siapa mudharib customer tersebut, bagaimana kualitasnya.
o Bagaimana hubungan piutangnya dengan Kas/Bank, Produksi dan Penjualan.
o Bagaimana hubungan antara average collection period (jangka waktu perputaran
piutang) dengan syarat pembayaran pada waktu diadakan penjualan pembiayaan.

297
Suatu jangka waktu perputaran piutang (average collection period) yang melebihi
jangka waktu syarat penjualan menunjukkan piutang tidak dapat diterima cepat
pada waktunya
Saldo piutang yang tinggi antara lain disebabkan karena :
o Penjualan (secara pembiayaan) meningkat, bila demikian harus dilihat
perkembangan realisasi produksi dan penjualannya.
o Jumlah piutang yang menumpuk dan sulit ditagih. Dalam keadaan demikian agar
diteliti umur piutang dan bonafiditasnya.
Saldo piutang yang rendah antara lain disebabkan karena :
o Penjualan dilakukan secara tunai atau penagihan piutang berjalan lancar, atau
o Volume penjualan menurun, bila demikian harus dilihat perkembangan realisasi
produksi dan penjualannya.
Dengan meneliti jumfah dan perkembangan piutang serta informasi yang erat
hubungannya, maka akan dapat diketahui keadaan yang sebenarnya dari angka-angka
piutang tersebut serta akan dapat dipakai sebagai salah satu bahan dalam analisis.
4) Persediaan/Inventory
Penilaian persediaan/stock harus dilakukan secara konsisten. Menggunakan metode FIFO
(First In First Out), LIFO (Last In First Out) atau metode rata-rata. Dinilai atas dasar harga
pokok/beli atau jual ? Dasar penilaian tersebut perlu ditanyakan kepada customer. Untuk
industri harus dilihat/diketahui stock bahan baku, bahan pembantu, barang setengah jadi,
dan barang jadi. Selanjutnya mengenai persediaan harus ditihat/dinilai :
Apakah stock tersebut ada dan merupakan milik perusahaan
Bagaimana cara pembiayaan dari stock yang bersangkutan
Bagaimana perbandingan persediaan dengan produksi/penjualan
dan sebagainya.
5) Aktiva lancar lainnya (Other Current Assets)
Analisis pos aktiva lancar lainnya yang terpenting adalah apakah pos tersebut benar-benar
ada dan mudah dicairkan.
6) Aktiva Tetap (Fixed Assets)
Inventaris Kantor, Alat-alat Pengangkutan dan Mesin-mesin Peralatan Pabrik.
Yang dimasukkan dalam pos-pos ini adalah harga beli setelah dikurangi penyusutan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis pos ini adalah sbb.:
Apakah peralatan-peralatan tersebut betul-betul milik perusahaan.

298
Bagaimana cara perolehan peralatan yang bersangkutan.
Bagaimana methode penghapusan, apakah methode penghapusan dilakukan secara
konsisten.
dan sebagainya.
7) Gedung dan Tanah
Angka dalam neraca untuk pos ini adalah harga buku setelah dikurangi cadangan
penyusutan.
Selanjutnya hal yang perlu diperhatikan adalah :
Adakah bukti-bukti pemilikannya, apakah bukti pemilikannya lengkap dan syah
(periksa legalitas pemilikannya).
Bagaimana cara perolehannya barang-barang tersebut.
Bagaimana methode penghapusan, apakah methode penghapusan dilakukan secara
konsisten.
dan lainnya sebagainya.
8) Aktiva lainnya(Other Assets)
Yang dimasukkan dalam pos-pos ini adalah pos yang tidak dapat dimasukkan dalam
pos-pos aktiva lancar dan tetap. Masing-masing pos ini harus dinilai jumlahnya
berdasarkan nilai buku, peranan dan perkembangannya serta hubungannnya dengan
pos-pos lainnya (bilamana ada). Di samping itu juga harus dinilai kewajarannya.
9) Pembiayaan Bank Jangka Pendek (Due Bank, Short Term)
Angka-angka dalam pos ini harus dicocokan dengan baki debet yang dibukukan Bank.
Selanjutnya harus diperhatikan bagaimana perkembangan hutang tersebut dihadapkan
dengan kekayaan perusahaan. Juga harus diperhatikan :
Tujuan (untuk apa) pinjam tersebut dilakukan dan bagaimana penggunaannya.
Syarat-syarat pinjaman : Bunga, jangka waktu dan lain sebagainya.
Apakah customer menjadi lebih berkembang dengan adanya pinjaman tersebut
atau sebaliknya.
Apakah senantiasa memenuhi kewajibannya dengan baik (kepada Bank) atau
tidak, bila tidak apa sebabnya.
Sepanjang pembiayaan tersebut dari Bank ini, untuk memperoleh data tersebut tidak
sulit, akan tetapi bila pembiayaannya dari bank lain harus diusahakan "Bank to Bank
Information". Dalam keadaan demikian, harus dilihat secara mendalam apa latar
belakang customer ingin pindah ke Bank ini

299
10) Hutang Dagang (Account Payable)
Pos ini harus dilihat peranan dan perkembangannya dalam beberapa tahun. Juga harus
diperhatikan hubungannya dengan stock bahan baku, bahan pembantu dan realisasi
produksi. Masalah yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi pos ini sbb. :
Bagaimana syarat-syarat penjualan (secara pembiayaan) yang ditetapkan supplier.
Apakah atas pembelian secara pembiayaan itu customer dikenakan bunga, ataukah
harganya lebih mahal daripada pembelian tunai. Bila demikian apakah bunga/selisih
harga tersebut cukup memadai.
Apakah atas pinjaman tersebut customer harus menyediakan jaminan. Bila ada barang
apa yang dijaminkan.
Bagaimana masing-masing umur hutang tersebut. Pernahkah atau seringkah customer
melakukan penunggakan hutang kepada pembiayaanur-pembiayaanurnya.
Kebenaran surat perjanjian pembiayaan dengan supplier
Apakah ada jaminan yang diserahkan
Apakah pembayaran pembiayaan kepada supplier oleh customer melalui kita, kalau
tidak beri penjelasan.
Pos ini sangat penting untuk dinilai, karena selain akan mempengaruhi solvabilitas
perusahaan, juga dapat dipakai sebagai bahan dalam memperkirakan kepandaian customer
dalam menggunakan dana pihak ketiga serta kejujuran customer dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban finansiil kepada pembiayaanur-pembiayaanurnya.
11) Hutang Jangka Pendek Lainnya (Other Current Liabilities)
Yang termasuk dalam pos ini adalah hutang jangka pendek selain pembiayaan Bank dan
hutang dagang yang perlu diketahui mengenai pos ini, antara lain:
Apakah hutang tersebut kepada pengurus/pemegang saham atau kepada pihak lain.
Kalau kepada pihak lain apakah terikat dengan bunga dan berapa tingkat bunganya.
Bagaimana perkembangan pos ini setiap tah
Hal-hal menyolok mengenai pos ini harus diberikan penjelasan.
12) Pembiayaan Bank Jangka Panjang (Long Term Debt)
Cara menilai pos ini maupun hubungannya dengan pos-pos lain tidak terlalu berbeda
dengan menilai pos Pembiayaan Bank Jangka Pendek. Perbedaan pokoknya terutama dalam
tujuan penggunaan dan jangka waktunya. Pembiayaan jangka pendek pada umumnya untuk
modal kerja sedangkan pembiayaan jangka panjang untuk tujuan investasi. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam evaluasi pos ini sbb:

300
Tujuan dan realisasi penggunaannya.
Hubungan pos ini dengan aktiva tetap (mesin-mesin,kendaraan,tanah, gedung dan lain-
lain).
Jangka waktu angsuran dan tingkat bunganya
Bagaimana pemenuhan kewajiban finansiil customer terhadap pembiayaanurnya.
13) Modal Sendiri/Net Worth.
Modal yang telah disetor, cadangan dan laba bersih yang tidak dibagikan dinamakan Net
Worth (owner's equity). Masing-masing pos ini harus pula dilihat jumlah peranan dan
perkembangannya dalam neraca. Dengan catatan bahwa pelaksanaannya diatur menurut
norma-norma yang wajar dan tanpa adanya window dressing. Perlu diperhatikan dalam
perkembangan modal. Apabila ada tambahan modal baik adanya setoran/fresh money
ataupun adanya hutang dijadikan modal harus dicek dengan akte perubahan-perubahan.
d) Analisis Laba-Rugi
Cara analisis Laba-Rugi sama halnya dengan analisis neraca, yaitu menggunakan :
1) analisis Vertikal
2) analisis Horizontal
3) analisis Per Unsur Laba-Rugi (Segmen)
Perubahan-perubahan laporan Laba-Rugi yang menyolok secara absolut maupun relatif dalam
laporan Laba-Rugi agar diberi penjelasan berikut alasan-alasannya.
1) Analisis Vertikal
Pada analisis Vertikal diperlukan Laba-Rugi untuk satu periode saja, dimana analis
membuat suatu perbandingan prosentase antara pos-pos yang terdapat dalam laporan Laba-
Rugi dengan penjualan bersih. Jadi dalam hal ini penjualan bersih dijadikan dasar. Pada
kolom prosentase pos penjualan bersih diberi angka 100, misalnya antara biaya umum dan
penjualan bersih, harga pokok penjualan dengan penjualan bersih atau laba bersih dengan
penjualan bersih.
2) Analisis Horizontal
Pada analisis horizontal diperlukan laporan Laba-Rugi lebih dari satu periode misalnya 2
atau 3 tahun, di mana Account Officer membuat perbandingan masing-masing pos dalam
laporan Laba-Rugi antara tahun pertama dengan tahun berikutnya. Dengan analisis ini akan
diketahui perubahan masing-masing pos. Perubahan-perubahan yang kecil baik secara
absolut maupun relatif dapat diabaikan. Sebaliknya perubahan-perubahan yang besar yang
terjadi secara absolut maupun relatif harus dianalisis secara teliti untuk diketahui sebab-

301
sebabnya (Cabang harus mencantumkan penjelasan berikut sebab-sebabnya dan
pendapatnya).
3) Analisis Per Unsur Rugi/Laba (Segment)
Adalah analisis masing-masing pos secara rinci dari laporan Laba-Rugi tahun terakhir.
Misalnya laporan Laba-Rugi tahun 2002, 2003 dan 2004, maka yang dianalisis secara
segment adalah hanya laporan tahun 2004 saja. Analisis per pos Rugi/Laba adalah untuk
mencek secara terinci angka-angka yang tercantum dalam laporan Laba-Rugi.
Apabila dianggap perlu adanya penilaian yang lebih mendalam, maka analisis Horizontal
dan Vertikal ini supaya dilengkapi dengan analisis per pos Laba-Rugi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis tiap Laba-Rugi customer adalah
sebagai berikut :
Hasil Penjualan
o Penjualan / Sales
Yang terpenting dalam analisis penjualan adalah menganalisis,pos penjualan bersih,
yakni penjualan kotor dikurangi penjualan retur/potongan harga. Dalam hal ini
perlu diteliti antara lain :
Berapa prosentase penjualan tunai? Penjualan tunai 100% menunjukkan
pemasaran barang-barang/jasa customer relatif baik dibandingkan dengan
secara penjualan pembiayaan sebagian. Apakah setiap tahun prosentase
penjualan tunai meningkat / menurun. Prosentase penjualan tunai yang
menurun menunjukkan keadaan pemasaran semakin sulit/persaingan semakin
tajam.
Apakah penjualan dipengaruhi oleh musim (season), agar dijelaskan musimnya.
Apakah target penjualan sudah tercapai. Target penjualan yang belum tercapai
mungkin disebabkan antara lain :
Kesulitan dalam pemasaran
Kesulitan dalam produksi.,
Apakah jenis/kualitas barang/jasa yang dijual satu macam atau lebih.
Jenis/kualitas mana yang mempunyai pasaran yang besar dalam pos penjualan.
o Penjualan Retur/Potongan Harga
Penjual retur/potongan harga yang besar jumlahnya/meningkat setiap bulan/tahun
perlu diteliti sebab-sebabnya.
Kemungkinan disebabkan antara lain :
Kualitas barang tidak sesuai dengan yang dipesan.

302
Waktu pengiriman tidak sesuai dengan perjanjian.
Account Officer harus meneliti latar belakang dari faktor-faktor di atas, apakah
manajemen atau peralatan produksinya tidak baik dan lain sebagainya.
o Penjualan Bersih (Net Sales)
Lihat penjelasan penjualan di atas.

Cost of Good Sold


o Bahan Baku/Pembantu/Penolong
Pada pos ini diteliti antara lain:
Apakah pemakaian bahan sesuai dengan rencana.
Pemakaian bahan yang lebih banyak dari rencana disebabkan ntara lain :
Alat produksi/mesin yang tidak sesuai/baik sehingga mengakibatkan
adanya pemborosan-pemborosan pemakaian bahan.
Tenaga kerja yang tidak mampu menghemat pemakaian bahan.
dan lain sebagainya.
Apakah kualitas bahan sesuai dengan selera dan daya beli konsumen.
Pemakaian bahan yang tidak disesuaikan dengan konsumen'bisa berakibat
kesulitan dalam penjualan.
Jenis/kualitas bahan apa yang terbesar dalam pos ini. Apakah sulit untuk
memperoleh bahan tersebut sehingga dapat mengganggu kelancaran produksi
atau memerlukan stock yang cukup besar.
Apakah bahan tersebut cukup tersedia atau banyak penjualnya atau bergantung
pada satu orang supplier/pemasok saja (monopolistis).
Dan lain sebagainya.
o Upah Langsung
Apakah jumlah upah langsung sesuai dengan rencana.
Realisasi upah langsung melebihi rencana perlu diteliti sebab-sebabnya dan
berikan penjelasan-penjelasan.
Dan lain sebagainya.
Selling, General and Administration Expenses
o Penyusutan / Depreciation
Apakah penyusutan atas aktiva tetap telah dilaksanakan secara konsisten. Apakah
jumlah penyusutan sudah dihitung secara wajar sesuai ketentuan umum masing-

303
masing aktiva tetap tersebut, misalnya sebuah kendaraan baru yang nilai belinya Rp
200.000.000,yang pada umumnya umur teknisnya 5 tahun.
o Amortisasi (Amortization)
Perlu dinilai kewajaran dari jumlahnya.
o Biaya Penjualan (Selling Expenses)
Yang perlu diteliti dalam pos ini adalah sbb:
Apakah jumlah realisasi penjualan sama dengan rencana.
Perlu diteliti bagaimana hubungan pos ini dengan penjualan.
Komponen biaya apa yang terbesar dalam pos in
Apakah jumlah masing-masing komponen dari biaya penjualan sudah cukup
wajar.
Dan lain sebagainya.
Bunga (Interest Expenses)
Yang perlu diteliti dalam pos ini adalah sbb:
o Apakah jumlahnya sudah sama dengan kewajiban bunga dan beban lainnya yang
dihitung menurut perhitungan Bank atau tingkat bunga yang ditetapkan bank.
o Apakah bunga tvi sebut sudah dibayarkan kepada Bank sesuai jangka waktunya.
Apabila belum dilunasi perlu diteliti sebab-sebanya dan berikan penjelasan.
o Dan lain sebagainya.
Laba Operasi
Laba Operasi menggambarkan laba yang diperoleh dari kegiatan operasi
sebelum.diperhitungkan dengan penyusutan dan amortisasi. Jumlah ini diperoleh
dengan mengurangkan laba kotor/pendapatan itu dengan beban penjualan/operasi,
administrasi, dan umum, serta beban penghapusan piutang ragu-ragu.
Pendapatan dan Beban Lain-lain
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah rupa-rupa pendapatan (beban) yang timbul
dari aktifitas di. luar kegiatan utama perusahaan di luar beban bunga. Pendapatan lain-
lain contohnya pendapatan devidend, pendapatan bunga deposito, keuntungan penjualan
mata uang asing bukan karena devaluasi, keuntungan penjualan aktiva tetap, penjualan
scrap/aval.
Dalam penjualan aktiva tetap yang tidak terpakai atau hasil penanaman modal di luar
perusahaan dan lain-lain, perlu diteliti apakah penjualan tersebut tidak akan
mengganggu kelancaran usaha. Beban lain-lain, antar lain : kerugian penjualan surat

304
berharga, penjualan aktiva tetap, penjualan mata uang asing bukan karena devaluasi dan
lain -lain.
Pajak/Tax
Apakah jumlah pajak telah dibayar. Berapakah jumlah pajak yang masih terhutang. Beri
penjelasan kenapa terjadi hutang pajak. Apakah kesulitan uang tunai atau belum adanya
ketetapan jumlah yang harus dibayar dari Kantor Pajak
Deviden
o Apakah pembayaran deviden menunggak ?
o Kepada siapa menunggak ?
o Bagaimana cara penyelesaian yang akan diambil dan seterusnya.
e) Analisis Sumber dan Penggunaan Dana
analisis sumber dan penggunaan dana dimaksudkan untuk mengetahui dari mana perusahaan
memperoleh dana dan untuk apa dana tersebut digunakan dalam suatu periode tertentu. Bagi
Bank analisis sumber dan penggunaan dana ini sangat penting oleh karena dengan ini bank
dapat mengetahui :
1) Kebijakan pembelanjaan yang diambil perusahaan pada periode yang bersangkutan.
2) Perubahan pos-pos aktiva dan perubahan pada pos-pos hutang dan modal dalam neraca
dapat menunjukkan bertambah atau berkurangnya modal kerja.
Pada analisis sumber dan penggunaan dana termaksud akan terdapat selisih bersih, dengan
selisih bersih mana modal kerja (working capital) bertambah atau berkurang. Dalam suatu
analisis permohonan pembiayaan perubahan-perubahan ini perlu dianalisis terutama perubahan
pada modal kerja (working capital). Yang dimaksud dengan modal kerja di sini adalah aktiva
lancar dikurangi dengan hutang jangka pendek.
Jika sumber dana lebih besar dari penggunaan dana, maka akan terjadi surplus dan modal kerja
akan bertambah, sebaliknya jika sumber dana lebih kecil dari penggunaan dana, maka akan
terjadi defisit dan modal kerja akan berkurang. Untuk mengadakan analisis tersebut, Account
Officer harus membandingkan angka pos-pos neraca 2 tahun terakhir.

Merupakan Sumber Dana Merupakan Penggunaan Dana


1. Penjualan Aktiva Tetap 1. Pembelian aktiva tetap
2. Bertambahnya hutang jangka panjang 2. Berkurangnya hutang jangka panjang
3. Bertambahnya modal sendiri 3. Berkurangnya modal sendiri
4. Penyusutan

Modal Kerja Bertambah Bertambah Modal Kerja Berkurang

305
1. Bertambahnya pos-2 aktiva lancar 1. Berkurangnya pos-2 aktiva lancar
2. Berkurangnya pos-2 pasiva lancar 2. Berkurangnya pos-2 pasiva lancar

Dalam menganalisis sumber dan penggunaan dana berikut perubahan modal kerja hendaknya
digunakan formulir sebagai berikut:

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA


Nama Customer : Kantor Cabang :
Bidang Usaha : Dibuat Tanggal :
Diaudit oleh Kantor
Akuntan :
POSISI AKHIR SUMBER ALOKASI MODAL KERJA
POS-POS NERACA BULAN/TAHUN DANA DANA
20. 20 Bertambah Berkurang
AKTIVA
Kas
Bank
Piutang Dagang
Persediaan
Aktiva Lancar Lannya
AKTIVA LANCAR
Inventaris Kantor
Alat angkut
Mesin dab Peralatan
Pabrik
Gedung
Tanah
Aktiva Tetap lainnya
AKTIVA TETAP
Biaya Pendirian Perusahaan
Investasi Jangka Panjang

AKTIVA LAINNYA
JUMLAH AKTIVA

PASSIVA
Pembiayaan Bank
Pembiayaan Bank
Hutang Dagang
Hutang Pajak
Hutang lain-lain
PASSIVA JANGKA
PENDEK
Pembiayaan Bank
Pembiayaan Bank
Pembiayaan Supplier

PASSIVA JANGKA
PANJANG
Modal Yang Telah Disetor
Cadangan

306
Sisa Laba yang tidak
dibagikan
MODAL
JUMLAH PASSIVA

Didalam Laporan Neraca dan Laba-Rugi yang diaudit oleh Akuntan Publik dan ada disertai
dengan laporan/analisis sumber dan penggunaan dana.

f) Analisis Ratio
1) Penjelasan
Analisis ratio merupakan analisis mengenai hubungan antara satu pos/grup rekening lain
didalam laporan keuangan customer. Ratio merupakan pernyataan yang sederhana dan pada
hubungan perbandingan antara 2 komponen laporan keuangan.
2) Tujuan Analisis Ratio
Analisis ratio merupakan analisis pelengkap dalam analisis keuangan asabah. Analisis ratio
merupakan salah satu dasar untuk mengambil keputusan, yaitu dalam hubungannya dengan
penelitian keadaan keuangan customer.
Perbandingan ratio untuk beberapa tahun, misalnya 3 tahun, akan menunjukkan angka-
angka perbandingan yang lebih berarti dibandingkan dengan angka ratio 1 tahun saja. Juga
dengan membandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis akan memberikan
faedah yang lebih besar lagi. Di dalam analisis ratio harus dapat menunjukkan hubungan
antara satu pos dengan pos yang lain misalnya total hutang (kewajiban) iarus mempunyai
hubungan dengan jumlah modal sendiri. Aktiva lancar harus mempunyai hubungan dengan
hutang lancar. Persediaan dan piutang harus mempunyai hubungan dengan penjualan dan
laba bersih dengan modal sendiri. Perubahan-perubahan yang menyolok/besar dari analisis
ratio ini harus dijelaskan sebab-sebab/alasan-alasannya.
Dalam analisis ratio, perkiraan laporan keuangan tertentu dibandingkan dengan perkiraan
lainnya sehingga dapat diketahui sifat dan hubungannya satu dengan lainnya. Setiap ratio
keuangan tertentu menunjukkan makna tertentu pula sesuai dengan perkiraan yang
dibandingkan.
Ratio keuangan akan lebih bermakna apabila ada angka pembandingnya, angka pembanding
ini dapat berupa ratio standar untuk industri atau sektor usaha yang bersangkutan, angka-
angka ratio periode sebetumnya, atau berdasarkan pertimbangan profesional masing-masing
analis yang berasal dari pengalaman ataupun pengetahuan yang dimilikinya.

307
Dalam bab ini akan dibahas 4 jenis ratio keuangan yang sering digunakan perusahaan
yaitu : Ratio Likuiditas, Ratio Leverage/Solvabilitas, Ratio Aktivitas, Ratio Profitabilitas
dan Ratio Coverage.
Ratio Likuiditas
Ratio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
yang jatuh tempo. Perusahaan yang likuid adalah yang dapat memenuhi seluruh
kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo.
Pengukuran likuiditas dilakukan melalui beberapa indikator sebagai berikut :
o Current Ratio
o Quick Ratio
o Cash Ratio
o Modal Kerja Bersih (Net Working Capital)
o Penjualan Bersih Terhadap Modal Kerja Bersih (Net Sales to Net Working Capital)
Current Ratio
ialah hubungan antara total aktiva lancar dengan total hutang jangka pendek. Ratio ini
menunjukkan berapa dari setiap rupiah aktiva lancar dibiayai oleh hutang jangka
pendek atau berapa kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang jangka pendek.
Rumusnya sebagai berikut
Total Aktiva Lancar
Current Ratio
Total Hutang Jangka Pendek
Dalam keadaan normal current ratio 1,5 dapat dianggap baik. Current kurang daripada 1
menunjukkan adanya hutang jangka pendek yang digunakan untuk membiayai aktiva di
luar aktiva lancar, atau customer tidak akan mampu membayar hutang-hutang jangka
pendeknya.
Keadaan ini dapat diatasi dengan:
o Menjual sebagian aktiva tetap yang tidak terpakai untuk membiayai/melunasi
hutang jangka pendek atau untuk mempertinggi aktiva lancar.
o Merubah sebagian hutang jangka pendek ke hutang jangka panjang.
o Menambah modal sendiri untuk melunasi/membayar hutang jangka pendek atau
untuk mempertinggi aktiva lancar.
Quick Ratio
ialah hubungan aritara total aktiva lancar setelah dikurangi persediaan atas hutang
jangka pendek. Ratio ini menunjukkan berapa rupiah dari aktiva lancar yang segera

308
dapat dicairkan untuk membayar setiap rupiah hutang jangka pendek tanpa menunggu
pencairan persediaan. Quick ratio sama dengan 1 dapat dianggap baik.
Rumusnya sebagai berikut :
Total Aktiva Lancar - Persediaan
Quick Ratio
Total Hutang Jangka Pendek
Cash Ratio
ialah hubungan antara uang kas dan bank dengan total hutang jangka pendek. Ratio ini
menunjukkan berapa uang yang tersedia yang segera dapat dipergunakan untuk
membayar hutang jangka pendek tanpa menunggu pencairan piutang dan persediaan.
Besarnya cash ratio yang baik berbeda untuk setiap jenis usaha.
Rumusnya sebagai berikut
Kas Bank
Cash Ratio
Total Hutang Jangka Pendek
Modal Kerja Bersih (Net Working Capital)
Merupakan modal kerja atau aktiva lancar perusahaan yang dananya bukan berasal dari
Kewajiban Lancar, tetapi berasal dari sumber-sumber permanen, yaitu Kewajiban
Jangka Panjang dan Modal.
Modal Kerja Bersih sama dengan jumlah Aktiva Lancar dikurangi dengan Passiva
Lancar atau :
Modal Kerja Bersih Aktiva Lancar - Kewajiban Lancar
Perusahaan yang mempunyai likuiditas yang baik akan mempunyai Modal Kerja Bersih
yang positip dalam jumlah yang memadai.
Penjualan Bersih terhadap Modal Kerja Bersih (Net Sales to Working Capital)
Hubungan antara Penjualan Bersih dan Modal Kerja Bersih menunjukkan sejauh mana
modal kerja bersih mendukung penjualan yang dilakukan selama periode tersebut.
Makin besar ratio ini, berarti makin besar penjualan dibelanjai oleh Kewajiban lancar,
dan sebaliknya. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Penjualan Bersih
Penjualan Bersih Terhadap Modal Kerja Bersih
Aktiva Lancar - Hutang Lancar
Ratio Leverage / Solvabilitas
Ratio ini mengukur peranan dana dari fuar perusahaan dibandingkan dengan total dana
pemilik, dan dibandingkan dengan total aktiva perusahaan.

309
Suatu perusahaan dikatakan solvable bila Assets yang dimilikinya lebih besar dari
kewajiban-kewajibannya. Oleh karena itu perlu diteliti di sini mengenai assets dan
kewajiban-kewajiban tersebut, status dari assest, perkembangan dalam beberapa tahun,
kondisi-kondisi kewajiban, dan lain - lain
Bahan-bahan penelitian solvabilitas adalah neraca-neraca perusahaan. Indikator yang
digunakan adalah ratio:
o Total Kewajiban terhadap equity (Debt to Equity Ratio)
o Total Kewajiban terhadap Total Aktiva (Debt to Total Assets Ratio)
o Total Kewajiban Jangka Panjang terhadap Equity ( Long Term Leverage)
Total Kewajiban terhadap Equity
Ratio ini sering disebut Debt Equity Ratio, mengukur perbandingan antara sumber
dana perusahaan yang diperoleh dari pihak luar dengan yang disediakan oleh pemilik.
Makin besar peranan dana yang berasal dari luar dibandingkan dengan modal sendiri,
makin besar risiko yang harus ditanggung oleh penyedia dana/pembiayaanur.
Perhitungan ratio dilakukan dengan jalan membandingkan jumlah kewajiban keuangan
perusahaan dengan modal sendiri (equity) setelah dikurangi aktiva tetap tidak berwujud
(intangible assets) pada tanggal neraca. Jumlah kewajiban meliputi baik kewajiban
lancar maupun kewajiban jangka panjang.
Rumusnya sebagai berikut:
Total Hutang/Lia bilities
Total Debt to Tangible Net Worth
Total Equity - Intangible Assets
Ratio ini menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman dan modal sendiri
yang ditanam dalanm perusahaan. Sernakin kecil ratio semakin baik bagi
pembiayaanur. Ratio lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa pembiayaanur
menanggung resiko lebih besar dari pemilik.
Total Kewajiban terhadap Total Aktiva
Ratio ini, sering disebut Debt to Total Assets Ratio, mengukur prosentase dana
yang disediakan pembiayaanur terhadap total aktiva perusahaan. Perhitungan ratio
dilakukan dengan jalan membandingkan Total Kewajiban dengan Total Aktiva
setelah clikurangi Aktiva Tetap Tak Berwujud. Total kewajiban meliputi
kewajiban Lancar dan semua Kewajiban Jangka Panjang.
Rumusnya sebagai berikut:

310
Total Kewajiban /Liabiliti es
Debt to Total Asset Ratio
Total Assets - Intangible Assets
Makin besar ratio ini berarti makin besar peranan dana dari luar perusahaan untuk
membelaniai aktiva dan makin besar resiko pembiayaanur.
Total Kewajiban Jangka Panjang Terhadap Equity
Ratio ini mengukur prosentase kernampuan equity perusahaan
terhadap hutang jangka panjang.
Rumusnya sebagai berikut:
Long Term Debt
Long Term Leverage
Total Equity
Ratio Profitabilitas
Dengan profitabilitas ini yang ingin diketahui adalah kemarnpuan perusahaan
untuk memperoleh keuntungan. Penelitian di sini juga diarahkan kepada neraca-
neraca dan Rugi/Laba perusahaan.
Ratio ini mengukur kemampuan/efektifitas manajemen dalam menghasilkan laba
selama periode tertentu. Indikator-indikator yang digunakan adalah sebagai berikut :
o Laba Kotor terhadap Penjualan Bersih
o Laba Operasi terhadap Penjualan Bersih
o Laba Bersih terhadap Penjualan Bersih
o Return on Investment
o Return on Equity
Laba Kotor terhadap Penjualan Bersih
Ratio ini sering disebut Gross Profit Margin menunjukkan prosentase Laba Kotor
dinyatakan dari penjualan Bersih. Laba Kotor adalah Penjualan Bersih dikurangi Harga
Pokok Penjualan. Makin besar ratio ini, makin besar hasil yang diperoleh untuk setiap
rupiah penjualan yang dihasilkan
Rumusnva sebaqai berikut :
Laba Kotor/Sales - COGS
Gross Profit Margin 100%
Penjualan Bersih/Net Sales
Ratio ini hanya berlaku untuk industri Manufacture dan industri perdagangan.

Laba Operasi terhadap Penjualan Bersih

311
Ratio ini sering disebut operating profit margin yang menunjukkan prosentase laba
operasi yang dinyatakan dari Penjualan bersih. Laba Operasi adalah Laba Kotor
dikurangi dengan beban operasi ( di luar penyusutan dan amortisasi). Makin besar ratio
ini, makin besar kemampuan perusahaan untuk menutup biaya operasi dari laba kotor
penjualan, yang sekaligus juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba operasi. Ratio ini juga mengukur kemampuan perusahaan dalam
menekan beban operasi yang terjadi.
Rumusnya sebagai berikut :
Laba Operasi /Operating Profit
Operating profit margin 100%
Penjualan Bersih /Ne t Sales
Ratio ini berlaku untuk perusahaan yang bergerak dalam industri manufacture dan
industri perdagangan. Untuk perusahaan yang bergerak dalam industri jasa digunakan
ratio laba operasi terhadap pendapatan bersih dengan perhitungan yang sama.
Laba Bersih terhadap Penjualan Bersih
Ratio ini sering disebut dengan Net Profit Margin yang menunjukkan prosentase laba
bersih terhadap penjualan bersih. Laba bersih adalah laba operasi bersih dikurangi
(ditambah) beban (pendapatan) di luar operasi, dikurangi dengan pajak Penghasilan
badan untuk periode tersebut.
Makin besar ratio ini, makin besar kemampuan perusahaan untuk menutup beban di
luar operasi dan pajak penghasilan, yang sekaligus juga menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba bersih.
Rumusnya sebagai berikut:
Laba Bersih /Ne t Profit After Tax
Net Profit Margin 100%
Penjualan Bersih /Ne t Sales
Ratio ini berlaku untuk perusahaan yang bergerak dalam industri manufacture dan
industri perdagangan maupun jasa.
Return on Investment
Ratio ini menunjukkan prosentase laba bersih yang dinyatakan dari total aktiva setelah
dikurangi aktiva tetap tak berwujud yang dimiliki perusahaan. Dari ratio ini dapat
diketahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (return) dari hasil investasi
yang dilakukan seperti tercermin dalam aktiva perusahaan.
Makin besar ratio ini, makin besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dari total aktiva yang ada.

312
Rumusnya sebagai berikut :
Laba Bersih/Net Profit After Tax
Return on Investment 100%
Total Assets - Intangible Assets
Return on Equity
Ratio ini menunjukkan prosentase laba bersih yang dinyatakan dari total equity (modal
sendiri) pada tanggal neraca setelah dikurangi aktiva tetap tak berwujud. Total Equity
(modal sendiri) adalah jumlah modal ditambah kenaikan modal karena revaluasi aktiva
tetap dan laba ditahan. Dari ratio ini dapat diketahui kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba (return) dari modal sendiri.
Makin besar ratio ini, makin besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dari total modal sendiri.
Rumusnya sebagai berikut :
Laba Bersih/Net Profit After Tax
Return on Equity 100%
Total Equity - Intangible Assets
a) Ratio Aktivitas
Ratio ini mengukur efektifitas perusahaan delam menggunakan sumber -sumbernya
dengan menggunakan indikator-indikator sebagai berikut:
o Days Receivable
o Days Inventory
o Days Payable
o Working Capital Turn Over
o Penjualan Bersih terhadap Total Aktiva / Net Sales to Total Assets
Days Receivable
Menunjukkan rata-rata umur piutang. Hal ini mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam mengelola piutang-piutangnya seperti tercermin dalam jangka
waktu yang diperlukan untuk mengkonversi piutang dagang kembali menjadi kas.
Ratio ini akan sangat berarti apabila dibandingkan dengan jangka waktu penjualan
yang diberikanoleh customer.
Apabila days receivable lebih besar berarti manajemen piutang dilakukan kurang
baik.
Makin singkat waktu yang diperlukan untuk mencairkan piutang makin baik
pengelolaan piutang perusahaan.
Rumusnya sebagai berikut :

313
Piutang Dagang/Acc ountReceivable
Days Receivable 360
Penjualan Bersih/Net Sales
Days Inventory
Rasio ini untuk mengukur efektifitas pengelolaan persediaan yang menunjukkan
berapa hari persediaan barang dijual dan diganti selama suatu periode. Makin
rendah angka ini makin baik pengelolaan persediaan yang dilakukan perusahaan.
Hasil perhitungan turn over ini bermanfaat apabila dibandingkan dengan usaha
sejenis.

Rumusnya sebagai berikut :


Persediaan/Inventory
Days Inventory 360
Harga Pokok Penjualan/ COGS
Days Payable
Ratio ini untuk mengukur lama perusahaan dapat membayar kewajiban -
kewajibannya yang timbul karena pembelian barang dalam suatu periode. Pada
hakekatnya hutang dagang sebaiknya dilunasi pada saat terakhir yang
memungkinkan tanpa harus dikenakan denda/bunga.
Penyelesaian hutang dagang yang lebih lambat atau paling tidak sama dengan
Days Receivable, akan makin baik bagi perusahaan.
Rumusnya sebagai berikut:
Hutang Dagang/Account Payable
Days Payable 360
Harga Pokok Penjualan
Working Capital Turn Over
Ratio ini mengukur lamanya perputaran modal kerja kembali menjadi kas.
Besarnya working capital ini untuk setiap industri berbeda-beda. Seorang Account
Officer harus membandingkan besarnya Working Capital Turn Over ini untuk
industri sejenis dengan skala usaha yang sama.
Rumusnya sebagai berikut :
Current Assets
Working Capital Turn Over 360
Net Sales
Total Assets Turn Over (Net Sales To Total Assets)

314
Menunjukkan perputaran total assets. Ratio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam meningkatkan penjualan dengan menggunakan seluruh aktiva yang
dimilikinya.
Makin tinggi ratio ini semakin baik bagi perusahaan.
Rumusnya sebagai berikut :
Net Sales
Total Assets Turn Over 360
Total Assets - Intangible Assets
b) Coverage
Ratio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar bunga pinjaman dan
kewajiban yang jatuh tempo.
Pengukuran coverage ditakukan dengan menggunakan indikatorsebagai berikut :
o Interest Coverage
o Debt Service Coverage
Interest Coverage
Ratio ini mengukur kemampuan pendapatan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
bunga. Jumlah pendapatan yang tersedia untuk membayar bunga adalah laba bersih
sebelum pajak ditambah dengan penyusutan dan amortisasi serta beban bunga. Jumlah
ini dibagi dengan jumlah bunga, akan menggambarkan berapa kali beban bunga dapat
dicover oleh pendapatan yang tersedia untuk keperluan tersebut. Semakin besar covered
ini, makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman dari hasil
operasinya.
Rumusnya sebagai berikut :
Laba bersih sebelum pajak Penyusutan Amortasi Bunga
Interest Coverage
Bunga
Debt Service Covered
Ratio ini memperlihatkan berapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban yang berkenaan dengan pinjaman yang diterimanya baik berupa pembayaran
kembali pinjaman maupun bunganya dari pendapatan operasi yang diperolehnya setelah
dikurangi beban-beban lainnya. Jumlah pendapatan yang tersedia untuk membayar
kewajiban pinjaman (debt service) adalah laba sebelum pajak ditambah dengan
penyusutan dan amortisasi serta beban bunga. Jumlah ini dibagi dengan jumlah
pinjaman yang harus dibayar ditambah bunga, akan menggambarkan berapa kali debt
service dapat dicover oleh pendapatan yang tersedia untuk keperluan

315
tersebut.
Makin besar coverage ini, makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar bunga
dan pinjaman dari hasil operasinya.
Rumusnya sebagai berikut :
Laba bersih sebelum pajak Penyusutan Amortasi Bunga
Debt Service Coverage
Bunga Angsuran Pokok Pinjaman
g) Model Spread Sheet
Dalam membuat analisa keuangan Bank menggunakan model spread sheet. Data-data keuangan
yang berasal dari neraca dan rugi/laba beberapa periode akan dituangkan dalam bentuk spread
sheet ini.
Tujuan Spread Sheet:
1) Memperoleh informasi keuangan customer
2) Mempercepat analisis keuangan
3) Mempercepat hasil proyeksi keuangan
Formulir Spread Sheet terdiri dari :
1) Neraca
2) Rugi / Laba
3) Cash Generation
4) Projection Section
Dalam penyusunan Spread Sheet ini, asumsi-asumsi yang digunakan atau dimasukkan dalam
projection section, harus diberikan penjelasan/alasan-alasan yang wajar.
Contoh :
Input untuk sales growth rate (%), didasarkan kepada perkembangan penjualan
sebelumnya, supply demand dan prospek usaha dikaitkan dengan penurunan/kenaikan yang
telah diuraikan dalam aspek teknis dan aspek pemasaran.
Input untuk CGS/sales (%), didasarkan kepada perkembangan CGS periode sebelumnya
dan perkembangan harga bahan baku dipasaran dan tenaga kerja dan lain sebagainya
Dari Spread Sheet ini akan diperoleh informasi :
o Perbandingan Laporan Keuangan (Neraca dan Rugi/Laba)
o analisis Rugi/Laba
o Perubahan Modal
o Perubahan Aktiva Tetap
o analisis Sumber dan Penggunaan Dana dari Cash Generation

316
o Laporan pendapatan Kas dari Operasi atau Non Operasi
h) Proyeksi Neraca, Rugi/Laba dan Ratio Keuangan\
1) Proyeksi Neraca
Pengertian
Neraca Proyeksi adalah perkiraan posisi keuangan perusahaan pada untuk beberapa
waktu tertentu di masa yang akan datang, yang menunjukkan jumlah aktiva, hutang,
dan modal.
Sumber Data dan Cara Penyusunan
Sumber data guna penyusunan neraca proyeksi adalah :
o Neraca actual, 3 periode terakhir.
o Projected Income Statement serta asumsi-asumsi yang dipergunakan.
o Cash -Flow Projection serta asumsi-asumsi yang dipergunakan.
Penilaian atas Neraca proyeksi
Dengan adanya neraca proyeksi untuk beberapa periode dimasa yang akan datang,
maka dapat dilihat arah perkembangan (trend) posisi keuangan customer balk secara
kelompok (total aktiva, hutang dan modal) naupun pos demi pos, sehingga pada
akhirnya juga diketahui bagaimana posisi kewajibannya kepada bank per akhir periode.
Penilaian atas neraca proyeksi akan mendekati tujuan yang diharapkan apabila angka-
angka yang disajikan pada penyusunan neraca terakhir, angka-angka dalam projected
income statement serta cash flow projection, rencana-rencana customer serta asumsi-
asumsi yang digunakan telah diuji kebenarannya; setidak-tidaknya rencana customer
tersebut dapat dipertanggung jawabkan.
2) Proyeksi Rugi / Laba
Pengertian
Proyeksi Rugi/Laba adalah rencana atau target keuntungan suatu perusahaan dalam
beberapa periode tertentu. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka proyeksi Rugi/Laba
terdiri dari tiga kelompok, yaitu :
o Pendapatan
o Biaya, dan
o Laba
Sumber data utama untuk pelunasan pembiayaan adalah laba. Oleh karena itu,
keuntungan atau laba yang direncanakan secara rasional akan sangat penting artinya

317
dalam menentukan jumlah dan jangka waktu pembiayaan. Dalam hal ini harus
diperhatikan, bahwa proyek yang akan dibiayai akan memperoleh laba.
Sumber Data dan Cara Penyusunan
o Sumber Data Guna Penyusunan Proyeksi Laba-Rugi adalah :
Laporan Rugi/Laba aktual 3 tahun terakhir.
Rencana pendapatan/penjualan yang disusun customer berikut asumsinya yang
dipergunakan.
Rencana produksi berikut rencana biaya produksi dan operasi sehubungan
dengan rencana penjualan yang diajukan customer.
o Cara Penyusunan Proyeksi Laba-Rugi
3) Penilaian atas Proyeksi Laba-Rugi
Ada kemungkinan customer menyerahkan target keuntung besar (over estimate) baik
dengan jalan meningkatkan nendapatan/peniualan (kuantum dan nilai) atau menurunkan
biaya agar -encana usaha nampak profitable.
Di dalam menilai rencana pendapatan/penjualan perlu diqerhatikan antara lain mengenai :
Kewajaran/kebenaran dari asumsi yang dipakai dalam menaksir permintaan dan
penawaran.
Realisasi pendapatan/penjualan (bagi perusahaan yang telah beroperasi). Apakah
realisasi menunjukkan trend yang naik/menurun dari bulan ke bulan atau tahun ke
tahun. Berdasarkan trend penjualan tersebut dapat dinilai apakah rencana penjualan
cukup wajar.
Faktor-faktor yang menunjang rencana penjualan baik faktor ekstern maupun intern,
misalnya :
o Kapasitas alat-alat produksi, apakah kapasitas produksi dapat memenuhi rencana
penjualan.
o Tenaga kerja (sumber daya manusia)
o Peraturan-peraturan Pemerintah
Dari rencana pendapatan/penjualan di atas, maka dapat dihitung rencana produksi berikut
rencana biaya produksi dan operasi. Kewajaran jumlah dan komponen biaya produksi dan
operasi perlu diteliti dengan memperhatikan realisasi biaya dan operasi perusahaan yang
bersangkutan dan atau perusahaan/proyek yang menghasilkan produksi sejenis.
i) Analisis Cash Generation
1) Pengertian

318
Analisis cash generation ini diperlukan oleh seorang Account Officer di dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang mendasar mengenai situasi keuangan dari suatu perusahaan di
masa yang akan datang antara lain :
Apakah usaha yang bersangkutan wajar dibiayai ?
Bagaimana kemampuan perusahaan untuk penggantian Fixed Assets ?
Berapa besar kemampuan perusahaan mengcover Debt Service ?
Berapa besar kemampuan perusahaan membayar devidend ?
Bagaimana ekspansi yang sedang berjalan dikaitkan dengan kemampuan nash
Generation ?
Anansis casn generation akan membantu Account Officer untuk mengidentifikasikan
pergerakan dana, distribusinya, komposisinya, besarnya dan kecukupannya pada masa lalu.
Disamping itu metode ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi pergerakan cash di
masa yang akan proyeksi yang didasarkan pada asumsi-asumsi yang logis.
1) Maksud dan Tujuan
Tujuan utamanya adalah untuk menetapkan kemampuan membayar kembali pinjaman.
Cash Generation statement membantu mengidentifikasi pergerakan cash secara global dan
individual dari suatu periode ke periode lain. Pergerakan ini diidentifikasi dari segi
keperluan dana dan sumber dana.
Account Officer memfokuskan pada perbedaan-perbedaan rekening neraca dari suatu
periode, ke periode lain. Sehingga jika hanya tersedia laporan keuangan untuk satu periode
saja, cash generation statement tidak dapat dihitung.
Bertitik tolak dari pengertian neraca yaitu keseimbangan antara Assets dengan Liabilities
ditambah Equity, maka peningkatan pada Assets harus sama dengan peningkatan pada
Liabilities ditambah equity dari suatu periode ke periode lain. Peningkatan pada
penggunaan dana, normalnya diikuti peningkatan Assets, sehingga seharusnya sama dengan
peningkatan pada Liabilities atau Equity (dalam bentuk Earning yang ditahan di dalam
usaha)
Mekanisme analisis cash generation adalah dengan menghitung.perbedaan pada masing-
masing rekening neraca dari suatu periode ke periode lainnya, untuk mendeteksi pergerakan
cash. Rekening-rekening ini dikatagorikan dalam kelompok Operasi dan Non Operasi,
untuk Sources dan Uses masing-masing.
Kelompok Operasi mewakili pergerakan tunai akibat dari operasi sehari-hari perusahaan
(contoh : penjualan tunai, penerimaan piutang, pembelian persediaan, dsb), sementara

319
kelompok Non Operasi mewakili pergerakan tunai untuk rekening-rekening Non-Current
(contoh : pembayaran hutang atau devidend, perluasan pabrik dan perlengkapan, dsb).
Dalam hal ini seorang Account Officer dapat mendeteksi penggunaan dana sumber utama
dari dana tersebut.
Yang penting pengertian ini terdiri dari tiga bagian, diukur dengan :
Gross Operating Funds Generation.
Sumber dan penggunaan Operasi, dihitung dari perobahan suatu periode periode lain,
didalam Current Accounts dan Current Liabilities, kecuali untuk hutang bank jangka
pendek.
Sumber dan penggunaan Non-Operasi, ditimbulkan oleh perobahan dalam Non-Current
Assets dan Liabilities dan dalam hutang bank jangka pendek.
2) Cara Perhitungan
Perhitungan Gross Operating Funds Generation
Yang termasuk dalam Gross Operating Funds Generation adalah :
o Net Income
o Depreciation Expenes (biaya penyusutan), karena ini merupakan biaya non tunai
yang telah dikurangkan dari pendapatan dalam income statement tetapi tidak
dibayarkan.
o Other Non-Cash misalnya amortisasi. Sepertihalnya Depreciation harus
ditambahkan kembali karena biaya ini timbul dari pengurangan pendapatan dalam
Income Statement (tidak ada kaitannya dengan perubahan cash out flow).
Perhitungan Operating Needs
Pos-pos Operating Needs terdiri dari :
o Cash atau Marketable Securities
o Account Receivable - Inventory
o Other Current Assets
o Prepaid Expense
Dalam perhitungan operating needs yang dicantumkan dalam analisis Cash
Generation adalah angka-angka perubahan dari masing-masing pos tersebut diatas
untuk beberapa periode.
Angka-angka perubahan tersebut selanjutnya dijumlahkan yang merupakan Total
Operating Needs.

320
Pada umumnya angka-angka perubahan tersebut merupakan angka kenaikan
(increase) namun apabila terjadi penurunan (decrease) akan muncul sebagai angka
negatif.
Perhitungan Operating Sources
Cara perhitungan Operating Sources sama seperti perhitungan Operating Needs.
Namun dilakukan untuk kelompok Current Liabilities.
Pos-pos yang yang termasuk dalam Operating Sources adalah :
o Account Payable
o Accruals
o Taxes Payable
o Other Current Liabilities
Catatan :
Current Portion of Long Term Debt dikeluarkan dalam perhitungan.
Perhitungan Non Operating Needs
o Non-Operating Needs adalah :
Capital Expenditure untuk pabrik dan peralatan
Pembentukan Long Term Investment
Peningkatan dalam Intangibles
Pembayaran Devidends
Angsuran dari Hutang Jangka Panjang dan Hutang Jangka Pendek.
Angsuran dari Others Long Term Debt
Harap dicatat bahwa Capital Expenditures dan Dividends harus bersumber dari
hasil rekonsiliasi Fixed Assets dan Net Worth.
o Fixed Assets Reconciliations
Rekonsiliasi dimulai dari angka-angka permulaan pada daftar Fixed Assets,
angka ini sama dengan Ending Net Fixed Assets dari periode yang lalu.
Angka depreciation dari Income Statement harus ditempatkan pada baris
berikutnya dan dikurangkan dari Beginning Net.
Fixed Assets sampai pada sub total
Sub total ini diperbandingkan dengan net fixed assets akhir dari neraca.
Angka yang merupakan selisih adalah sebagai Capital Expenditures
(pembelian plant, equipment, vehicles, dsb) pada periode tersebut.,
Tetapi kalau angkanya negatif; hal ini menyatakan penjualan atau write off
dari Fixed Assets pada periode itu.

321
Net Worth Reconciliation
Dimulai dengan angka Net Worth awal dari periode (sama dengan Net
Worth akhir peiode lalu).
Tambahkan net Income.
Angka Net Worth akhir (dari Neraca kedua) harus dicatat pada akhir
rekonsiliasi.
Selisih antara Net Worth awal dan akhir harus clihitung dan ditempatkan
pada baris "Increase/Decrease in Net Worth".
Jika keseluruhan perbedaan lebih besar dari Net Worth awal ditambah
dengan net Income, berarti dana tambahan telah diinjeksikan kepada
perusahaan, dan jumlah yang diinjeksikan ini kemudian dimasukkan dalam
baris "Fresh Capital"dan "Total Increase" harus dihitung.
Jika perbedaan lebih kecil dari Net Worth awal ditambah Net Income,
berarti dana ditarik dari perusahaan, umumnya adalah devidend, dan semua
baris sub total dihitung.
Jika Devidends terdeteksi, hal ini harus dimintakan penegasan dari
customer.
Perhitungan Non-Operating Sources
Yang termasuk dalam Non-Operating Sources adalah:
o Peningkatan dalam hutang bank jangka panjang dan pendek.
o Peningkatan dalam Other Long Term Liabilities.
o Fresh Capital atau peningkatan Net Worth lain.
Harus dicatat bahwa seperti rekening capital, hanya peningkatannya dan erubahan yang
mungkin terjadi seperti di atas (Devidend atau pengurang Net Worth lainnya) yang
dihasilkan dari rekonsiliasi net Worth yang merupakan penjelasan Cash Generation.
Kemungkinan perubahan lain (seperti peningkatan Common Stock berasal dari
kapitalisasi Retain Earnings, atau peningktan cadangan diluar Retain Earning) tidak
menimbulkan pergerakan tunai dan harus diabaikan. Rekonsiliasi Net Worth akan
mengindentifikasi semua informasi yang perlu sebagai rekening modal.
Pengujian Angka-Angka
Karena ini merupakan pengujian akuntansi, semua peningkatan dalam assets dari satu
periode ke periode lain (penggunaan dana) harus sama dengan total peningkatan dalam
Liabilities ditambah Equity (sumber dana). Karena itu dalam uraian Cash Generation,
kita menilai semua perubahan dalam rekening Neraca (termasuk Retained Earnings,

322
yang berisi Net Income pada periode tersebut) dari suatau periode ke periode lain,
setiap ada perubahaan harus diseimbangkan satu sama lain. Sehingga :
(Net Operating Cash Generation) - (Total Non-Operating Needs)- + (Total Non-
Operating Sources) = 0 (nol)
Didalam spread sheet untuk menguji kebenaran analisis cash generation, baris terakhir
dari perhitungan harus sama dengan Nol. Jika hasilnya tidak nol, berarti terjadi
kesalahan/kekeliruan atau ada yang terabaikan dalam perhitungan. Angka-angka harus
ditinjau kembali untuk mendapatkan dan memperbaiki kesalahan/kekeliruan.
3) Membuat interprestasi
Pada Gross Operating Fund Generation yang menjadi fokus penting adalah pada angka Net
Income, dan jumlah ini sering merupakan sumber utama untuk pendanaan pembayaran
hutang. Depreciation dapat menjadi sangat penting, terutama untuk usaha yang memiliki
peralatan dalam jumlah besar dan Other Fixed Assets. Dalam hal ini, besarnya Depreciation
menjadi pertimbangan dan bahkan kadang-kadang lebih besar dari Net income.
Untuk memberi gambaran yang lebih jelas arus dana operasi, sumber dan enggunaan dana
operasi harus merupakan persamaan. Sumber dan enggunaan diambil bersama-sama untuk
pemenuhan Working Capital Need (atau contribution) perusahaan.
Setiap kekurangan dana, yaitu apabila Operating Funds Needs lebih besar dari pada sumber
(Operating Sources), harus ditutup oleh Gross Operating Generating atau sumber luar,
sebesar pembiayaan bank.
Net Operating Cash Generating adalah akibat dari Gross Generating dikurangi Operating
Needs ditambah Operating Sources. Angka ini merupakan hal yang paling penting dari
semua pengujian dan menyatakan jumlah tunai yang telah diciptakan oleh Perusahaan
selama periode dimaksud untuk menutupi Non Operating Needs seperti pelunasan Hutang
Bank (jangka panjang dan jangka pendek), Capital Expenditures, dan Devidend.
Suatu perusahaan yang dengan cepat berkembang bisa memberi refleksi angka negatip
karena keperluannya untuk operasi, yaitu meningkatnya recievables secara proporsional
dibarding inventory, melampaui kapasitas untuk membayar. Tetapi kadang-kadang suatu
saat perusahaan harus menciptakan Non Operating Cash Generation seperti Recievable dan
tingkat inventory distop atau dikurangi, atau akan terjadi cash problems. Jika hal ini terjadi,
pencairan recievable atau pengurangan inventory mungkin dapat
menjadi alternatif yang sangat bagus dari segi Bank.
Jika NOCG secara kronologis kecil atau negatif, ini menunjukkan ketidak mampuan untuk
membayar hutang dalam jangka panjang, sehingga perusahaan harus tetap

323
meneruskan/mengharapkan pembiayaan untuk memungkinkan pengambilan pembiayaan
baru yang lebih tinggi untuk melunasi pembiayaan yang ada. Hal ini dapat menyatakan
suatu situasi Under Capitalization yang harus diselamatkan dengan Fresh Capital, kalau
tidak dari pemegang saham yang lama atau baru. Dalam keadaan demikian Bank akan hati-
hati untuk meneruskan hubungan dengan customer.
Capital Equiment harus dibiayai secara tepat bukan dengan mengambil dari Working
Capital (modal kerja) melainkan dari Long Term Debt. Bank harus merasa pasti bahwa
dana jangka pendek tidak terpaku dalam Assets Illikuid yang tidak dapat melunasi hutang
jangka pendek yang jatuh tempo.
Penggunaan Cash Generation ini akan menolong Account Officer untuk melakukan
penetrasi dibalik angka-angka dan pengertian kemana dana mengalir awal dan akhirnya,
oleh sebab itu ia membantu pengertian bisnis customer dari segi prospektip keuangannya.
Selanjutnya dalam pelaksanaannya akan dibantu dengan program komputer, sehingga
memudahkan pembuatan cash generation.
j) Proyeksi Kas (Cash Budget/Cash Flow/Rencana Pelunasan)
1) Pengertian
Cash budget/cash flow projection adalah gambaran atas seluruh rericana penerimaan dan
penge(uaran uang kas suatu perusahaan dalam beberapa periode. Bagi Bank cash
budget/cash flow ini sangat panting artinya baik untuk analisis maupun pengawasan
pembiayaan.
Dengan cash budget/cash flow projection antara lain dapat ditentukan/direncanakan :
Jumlah dan jangka waktu pembiayaan
Kapan dan berapa besarnya disposisi pembiayaan akan dilaksanakan
Kapan dan berapa besarnya angsuran pembiayaan dapat dilakukan
Pada dasarnya cash budget/cash flow projection harus dilampirkan pada semua permohonan
pembiayaan.
Cash budget dipergunakan untuk jangka pendek, maksimal 1 (satu) tahun, sedangkan cash
flow projection dipergunakan untuk jangka panjang.
2) Sumber Data dan Cara Penyusunan Cash flow
Sumber Data
Data yang diperlukan untuk menyusun cash budget / cash flow terutama dari :

Jenis Kegunaan
Neraca, Rugi/Laba dan Proyeksi Neraca Posisi Neraca & Rugi/Laba terakhir untuk

324
diambil sebagai dasar penentuan posisi
awal; sedangkan posisi Neraca &
Rugi/Laba beberapa tahun terakhir untuk
bahan pertimbangan/perbandingan dalam
menyusun neraca yang akan datang.
Rencana kerja (rencana produksi, Dipakai sebagai dasar dalam menghitung
penjualan investasi, dsb) rencana penerimaan dan pengeluaran.
P'royeksi Rugi/Laba Dipakai sebagai salah satu bahan dalam
menyusun renacana penerimaan dan
pengeluaran.

Cara Penyusunan
Cash Budget/Cash Flow yang disusun oleh customer harus diteliti oleh Account
Officer. Selanjutnya dari hasil penelitian tersebut Account Officer membuat
koreksi/penyesuaian-penyesuaian seperlunya.
Pos-pos dalam Cash Budget/Cash Flow disusun secara vertikal dan periode Cash
Budget/Cash Flow disusun secara horisontal.
o Uraian Vertikal
Saldo kas awal
penerimaan
pengeluaran
Saldo kas akhir
Semua aktivitas keuangan yang mempengaruhi saldo kas harus dimasukkan
kedalam cash budget/cash flow. Sebaiknya pos-pos yang tidak mempengaruhi
saldo kas dikeluarkan dari cash budget/cash flow.

Contoh :
Jenis-jenis Dalam Cash Flow
penerimaan/pengeluaran Masuk Tidak
1. Hasil penjualan Masuk -
2. Penerimaan Piutang Masuk -
3. Penyusutan - Tidak
4. Pembayaran hutang/pembelian tunai Masuk -
5. Penarikan/pelunasan pembiayaan Masuk -
6. Pembagian keuntungan/Deviden Masuk -
7 Penghapusan Piutang Macet - Tidak

o Horizontal

325
Secara horizontal penyusunan cash budget/cash flow terbagi untuk beberapa
periode. Periode tersebut dapat dibuat per minggu,per bulan atau per triwulan;
tergantung dari kebutuhannya.
Untuk pembiayaan modal kerja yang berjangka waktu kurang dari setahun,
minimal diperlukan cash budget/cash flow yang dirinci setiap bulan, sedangkan
untuk pembiayaan investasi umumnya per triwulan sudah mencukupi.
Secara sederhana penyusunan cash flow dapat digambarkan sebagai berikut :

Uraian Bulan 1. Bulan 2.

1. Saldo kas awal x a


2. Penerimaan y b
3. Jumlah persediaan kas x+y a+b
4. Pengeluaran z c
5. Saldo kas akhir (x+y)-z=a (a+b)-c=p dst

3) Penilaian atas Cash Budget/Cash Flow


Pada umumnya customer cenderung menyusun cash budget/cash flow yang terlalu optimis
agar permohonannya dapat disetujui Bank. Oleh karena itu cash budget/cash flow yang
diajukan customer harus diteliti secermat mungkin. Dalam menilai suatu cash budget/cash
flow hendaknya selalu diingat bahwa cash flow sebenarnya hanyalah merupakan akibat di
bidang keuangan dari sesuatu rencana kerja. Dengan demikian, sebelum diadakan penilaian
suatu cash budget/cash flow terlebih dahulu harus dinilai apakah rencana kerja phisik sudah
rasional atau tidak. Setiap perubahan dalam rencana kerja, misalnya pengurangan target
penjualan, akan mengurangi penerimaan hasil penjualan yang pada gilirannya akan
mempengaruhi pula pos-pos lainnya.
Penerimaan
o Penerimaan dari hasil penjualan
Penerimaan dari hasil penjualan terdiri dari penerimaan penjualan tunai dan
penerimaan dari hasil penjualan secara pembiayaan (hasil penagihan piutang
dagang).
Penerimaan-penerimaan dari hasil penjualan merupakan unsur yang sangat penting
untuk diperhatikan dalam analisis cash flow, karena :
Pada umumnya penjualan merupakan sumber utama dari penerimaan tunai.

326
Pengeluaran-pengeluaran operasional pada umumnya berhubungan erat dengan
volume produksi/penjualan yang direncanakan.
Perhitungan kebutuhan pembiayaan dan pelunasan-pelunasannya, juga sangat
dipengaruhi oleh hasil penjualan dan biaya-biaya operasionil.
Dengan demikian mudah dibayangkan bahwa kekeliruan dalam penyusunan
perkiraan penerimaan penjualan akan mengakibatkan kesalahan dalam penyusunan
cash flow secara keseluruhan. Suatu rencana penjualan harus didasarkan minimal
pada :
Sales contract, L/C dsb.
Realisasi atas hasil-hasil penjualan di masa lalu (baik penjualan tunai mau:pun
pembiayaan/hasil-hasil penagihan piutangnya).
Policy kebijaksanaan penjualan, keadaan persaingan atas barang-barang yang
sejenis, sales promotion, situasi ekonomi/moneter, dan unsur-unsur lain yang
mempengaruhi realisasi penjualan tersebut.
analisis pasar, kapasitas produksi, kebijaksanaan dalam penjualan secara
pembiayaan, rencana sales promotion dan lain-lain unsur yang akan dapat
mempengaruhi rencana penjualan.
Misal analisis statistik dsb.
Pada umumnya target/rencana penjualan yang diajukan customer sering optimis,
dalam hal demikian Cabang harus cukup waspada, misalnya :
Realisasi penjualan tahun-tahun sebelumnya rata-rata 1.000 ton/bulan, dalam
bulan-bulan yang akan datang direncanakan rata-rata 2.000 ton.
Pada masa-masa yang lalu penjualan tunai hanya + 10 % sedangkan sisanya
secara pembiayaan dengan jangka waktu pembayaran 3 bulan, dan dalam
neraca terakhir terdapat mudharib macet sebesar 5 % dari total penjualan.
Cash flow projection yang disusun didasarkan pada rencana penjualan tunai 30
%, sisanya secara pembiayaan selama 2 bulan.
Terhadap rencana tersebut Cabang secara kritis harus melihat :
Apakah keadaan pasar sudah lebih terbuka sehingga target penjualan 2.000
ton/bulan tersebut dapat dicapai.
Unsur-unsur apakah yang dapat mendorong ataupun menghambat merealisirnya
target tersebut ?

327
Apabila ternyata menurut analisis Cabang target 2.000 ton/bulan tersebut
meragukan, dalam penyusunan cash budget/cash flow, abang harus
mengadakan penyesuaian target yang lebih rasional.
Asumsi-asumsi apa yang dipakai customer sehingga begitu optimis, bahwa
penjualan tunai dapat meningkat menjadi 30 % dan waktu penagihan dapat
dipercepat 1 bulan ?. Apabila menurut data- data/informasi yang masuk analisis
Cabang bahwa " keadaan pasar memungkinkan" sehingga rencana customer
tersebut dapat diterima, maka cash budget/cash flow dapat diterima sesuai
dengan rencana customer. Tetapi sebaliknya apabila keadaan pasar tidak
memungkinkan" maka rencana tersebut harus diadakan koreksi-koreksi.
Untuk dapat membuat analisis penjualan yang baik, RO harus mendalami
ilmu/pengetahuan tetang marketing dan senantiasa mengikuti keadaan pasar atas
barang-barng yang diprodusir para customernya.
o Penerimaan tunai lainnya
Pada umumnya jumlah penerimaan dari sektor ini relatif kecil Penerimaan tunai
lainnya dapat berupa penjualan aktiva tetap, sewa bunga dan lain sebagainya.
Cabang perlu menanyakan kepada customer, rincian dari penerimaan dari sektor ini,
apalagi bila penerimaannya menunjukkan angka-angka yang cukup besar.
o Penerimaan dari pembiayaan bank
Pos ini disusun dan dianalisis pada tahap terakhir, setelah penerimaan-penerimaan
dari penjualan, penerimaan lain dan seluruh pengeluaran operasionil dan investasi
selesai disusun/dianalisis. Dengan demikian pada dasarnya pos-pos pembiayaan
Bank ini peranannya adalah untuk menutup kekurangan likuiditas pada beberapa
periode, karena dalam periode-periode tersebut rencana penerimaan lainnya
masih lebih kecil dibandingkan dengan pengeluaran, dengan memperhatikan
saldo kas minimum yang harus ada sesuai dengan jenis usaha yang
bersangkutan.
Pengeluaran
o Pengeluaran untuk pembelian bahan
Pos ini sangat erat hubungannya dengan rencana penjualan, rencana produksi
dan kebijaksanaan dalam pengadaan stock. Dengan demikian apabila terjadi
perubahan-perubahan dalam rencana penjualan yang mengakibatkan
perubahan dalam rencana produksi akan mempengaruhi rencana pembelian
bahan-bahan baku maupun bahan pembantu.

328
Apabila jumlah dan jenis barang yang akan dibeli sudah jelas kapan
dilakukan, untuk selanjutnya harus diperhatikan
Apakah harga-harga per satuan yang diajukan customer sesuai dengan
harga pasaran ? Apabila harga-harga ternyata lebin tinggi, harus
diitanyakan apa sebabnya dan bilamana perlu ditunjukan penjual-
penjual/supplier bahan-bahan yang menjual lebih murah dengan kualitas
yang sama.
Apakah bahan-bahan tersebut akan dibeli dengan tunai ataukah dengan
pembiayaan? Apabila ternyata pembelian secara pembiayaan lebih
menguntungkan, maka penyusunan penyeluaran dalam cash budget/cash
flow harus disesuaikan dengan syarat-syarat jangka waktu pembiayaan
tersebut.
Dalam kebijaksanaan pengadaan stock perlu diperhatikan stock yang besar
akan dapat membawa ke dalam kesulitan-kesulitan likuiditas, sebaliknya stock
yang terlalu sedikit akan dapat menyulitkan kontinuitas produksi maupun
pemasaran
o Pengeluaran untuk Upah, Biaya Overhead, Biaya Penjualan dan
Pengeluaran-pengeluran Operasional lainnya.
Rincian/jenis-jenis pengeluaran operational umumnya berbeda-beda antara
perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya.
Seperti halnya dengan pengeluaran untuk pembelian bahan, pos -pos ini juga
berhubungan erat dengan rencana produksi dan penjualan.
Perusahaan-perusahaan yang padat karya pengeluaran untuk upah akan cukup besar
sedangkan yang padat modal umumnya relatif kecil. Besarnya jumlah biaya
penjualan sangat tergantung dari sifat dan keadaan pasar. Barang-barang yang
banyak saingannya dan konsumennya masyarakat luas akan memerlukan biaya
penjualan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan barang-barang yang bersifat
monopolistis.
Pengeluaran-pengeluaran. operasionil lainnya seperti biaya overhead, biaya
administrasi dan biaya umum juga harus dimasukkan ke dalam perhitungan cash
budget/cash flow.
Realisasi pengeluaran pada masa-masa yang lalu perlu diperhatikan sebagai bahan
pembanding dalam penyusunan cash budget/cash flow. Kecuali terdapat hal-hal

329
yang luar biasa pada umumnya perbedaan pengeluaran antara periode yang satu
dengan periode sebelumnya tidak terlalu besa
o Pembayaran Bunga Pembiayaan Modal Kerja
Bunga pembiayaan modal kerja baru dapat dihitung setelah diperoleh angka-angka
atas rencana penarikan/penggunaan pembiayaan modal kerja.
o Pengeluaran Investasi
Rincian/jenis pos-pos ini berbeda-beda, tergantung dari jenis investasinya.
Misalnya investasi untuk industri pada umumnya terdapat pos-pos untuk pendirian
bangunan, pembelian dan pemasangan mesin-mesin, dan lain sebagainya.
Untuk permohonan pembiayaan investasi pos-pos ini adalah merupakan pos-pos
yang sangat penting, karena antara lain akan menentukan jumlah dan jangka waktu
pembiayaan pembiayaan serta schedule penarikannya. Pada umumnya customer
cenderung untuk membesarkan angka-angka dalam pos-pos ini serta mempercepat
jadwal penarikannya. Oleh karena itu cabang benar-benar harus waspada, peranan
Biro Konsultan hendaknya dimanfaatkan agar benar-benar meneliti apakah mesin-
mesin (dalam jumlah, merk dan kapasitasnya) yang diajukan customer benar-benar
telah direncanakan secara efisien. Selanjutnya apabila rencana investasi (secara
phisik) telah diteliti secara mendalam, maka cabang perlu mengadakan pengecekan
atas harga-harga yang diajukan oleh customer. Misalnya apakah benar bahwa harga
tanah di daerah yang direncanakan untuk investasi tersebut rata-rata Rp 2.000.000 /
m2 ? , apakah benar misalnya mesin diesel merk tertentu dengan kapasitas 1000
KVA harganya Rp 2.000. 000.000 ?
o Pengeluaran untuk angsuran/Pelunasan Pembiayaan Bank.
Pos-pos ini akan menunjukkan kapan customer akan mampu
mengangsur/melunasi hutang-hutangnya. Pos-pos ini sebenarnya merupakan
hasil operasi perusahaan. Apabila hasil operasi tersebut (dana untuk pelunasan
pembiayaan) ternyata baru dapat dihimpun lebih dari setahun, maka akan ada
dua kemungkinan:
Jumlah pembiayaan diperkecil (yang akan membawa pengaruh ke pos-pos
lainnya juga) atau
Pembiayaan tidak disetujui (karena hasil usaha tidak mampu melunasi
pembiayaan dalam waktu kurang dari setahun).

330
Lain halnya untuk pembiayaan investasi, di mana hasil usaha customer surplus
dalam jangka waktu tertentu harus dapat melunasi pembiayaan sesuai dengan
jangka waktu pembiayaan yang ditetapkan.
Mengingat bahwa pos-pos ini akan menentukan jangka waktu pembiayaan,
maka pada umumnya customer dalam mengajukan permohonan pembiayaan
akan menunjukkan bahwa pembiayaannya akan dilunasi dengan cepat. Untuk
mana pos-pos pengeluaran. lainnya diperkecil atau penerimaan diperbesar.
Karena itu cabang harus meneliti dengan seksama pos-pos tersebut.
o Pengeluaran untuk Pembagian Keuntungan/Deviden
Meskipun perusahaan memperoleh laba, pembagian keuntungan kepada
pemegang saham sebaiknya dilakukan apabila pembiayaan kepada Bank sudah
lunas.
4) Penggunaan Cash Budget/Cash Flow untuk Alat Pengawasan
Rencana kerja customer dan proyeksi keuangan yang dibuat pada waktu permohonan
pembiayaan diajukan sering kali tidak sesuai lagi dengan keadaan pada waktu
pembiayaan akan digunakan (setelah diputuskan). Hal tersebut antara lain disebabkan
karena :
Rencana/permohonan pembiayaan customer belum tentu disetujui sepenuhnya.
Adanya gap/perbedaan waktu antara permohonan pembiayaan dan keputusan
pembiayaan yang dapat mengakibatkan perbedaan harga dan perubahan-perubahan
keadaan lainnya yang memerlukan adanya penyesuaian-penyesuaian.
Akibat dari perbedaan tersebut tentu berpengaruh terhadap cash budget/cash
flownya. Dengan demikian agar cash budget/cash flow tersebut benar -benar dapat
berfungsi sebagaimana diharapkan, maka perlu diadakan perubahan -
perubahan/penyesuaian-penyesuaian.
Perbedaan-perbedaan tersebut masih dapat dimengerti sepanjang :
o Terjadinya karena di luar kemampuan customer (misalnya adanya kenaikan harga
barang-barang, kesulitan marketing sebagai akibat keadaan ekonomi yang berubah
dan lain sebagainya), atau
o Perbedaan-perbedaan tersebut tidak terlalu besar atau customer tidak mempunyai
itikad yang jelek terhadap Bank.
Dengan demikian jelaslah bahwa apabila terjadi perbedaan-perbedaan yang menyolok
antara cash budget/cash flow yang disetujui dan realisasinya baik dari segi penerimaan

331
maupun pengeluaran, Cabang harus mencari sebab-sebabnya dan segera melakukan
tangkah-langkah pengamanan/ menyesuaikan jumlah pembiayaan.

k) Sensitifity Analysis
Dalam penyiapan sales forecast dan estimasi hal lainnya termasuk cash budget/cash flow kita
dihadapkan pada resiko ketidakpastian (uncertainty risk). Dalam hal ketidak pastian c a s h i n
flow/pendapatan yang mungkin timbul misalnya penurunan penjualan, peraturan Pemerintah
dan sebagainya. Dilain pihak keakuratan dari proyeksi cash budget/cash flow ini sangat penting,
karena akan berhubungan dengan analisis feasibility suatu proyek (misalnya Net Present Value,
IRR dst), di mana ketidaktepatan proyeksi cash budget/cash flow yang cukup material akan
berpengaruh terhadap laik/layak tidaknya suatu proyek untuk dibiayai. Pendekatan untuk
mengatasi uncertainty risk ini biasanya digunakan analisis sensitifiti, yaitu pendekatan yang
menggunakan beberapa kemungkinan perkiraaan cash inflow (laba setelah pajak ditambah
penyusutan) suatu proyek. Hal ini dilakukan dengan cara:
1) Menyusun beberapa cash budget/cash flow atas dasar:
Forecast yang pesimistic
Forecast yang moderat (yang diharapkan)
Forecast yang optimistic
Bagi seorang Account Officer yang paling berguna adalah cash budget/cash flow
berdasarkan forecast pesimistic dan moderat, hal ini dikaitkan dengan sifat kehati-hatian
dalam analisis pembiayaan.
Evaluasi cash budget/cash flow yang disusun berdasarkan asumsi yang berbeda tersebut
dapat memberikan gambaran kepada analis kebutuhan dana apabila situasi berubah, dan
seberapa jauh resiko yang akan timbul.
Alat yang dipergunakan dalam analisis ini adalah spread sheet dan cash budget/cash flow
dengan merubah-rubah input project sesuai dengan forecast pesimistic dan moderat. Setelah
dicetak hasilnya dapat dianalisis/dibandingkan, selanjutnya Account Officer harus
memberikan penilaian.
2) Menggunakan simulasi computer (computer simulation):
Dengan mensimulasikan beberapa kemungkinan besarnya penjualan dan ketidakpastian
lainnya misalnya kenaikan harga bahan baku dan sebagainya. Dengan cara ini probability
distribusi cash budget/cash flow dapat ditentukan dan atas dasar tersebut Account Officer
dapat menentukan jumlah pembiayaan yang diperlukan.
l) Test Feasibility

332
Dalam menilai/mereview proporsal suatu proyek disamping menilai kelayakan tujuan dan
rencana proyek juga yang paling penting adalah mengevaluasi aspek finansial feasibility/capital
budgeting teknik. Teknik-teknik yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan suatu proyek
dilihat dari aspek ini dapat,dilakukan dengan cara :
1) Payback Period
Payback period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian investasi
berdasarkan estimasi cash inflownya.
Cash inflow = Net Profit After Tax + Depreciation
Sebagai contoh :
Total Project cost 20 miliar
Estimasi operating cash inflow sebagai berikut :
Tahun : 1 Rp 3 miliar
2 Rp 4 miliar
3 Rp 5 miliar
4 Rp 5 miliar
5 Rp 6 miliar
Dengan demikian payback period adalah 4,5 tahun. Hal ini dihitung dengan cara : Jumlah
operating cash inflow tahun 1 s/d 4 Rp 17 miliar, sehingga untuk menutup total proyek cost
Rp 20 miliar masih dibutuhkan bagian cash inflo tahun ke lima sebesar Rp 3 miliar.
Jumlah Rp 3 miliar ini merupakan bagian cash inflow tahun ke lima selama 6 bulan (3/6 x
12 bulan).
Kriteria keputusan dengan menggunakan pendekatan payback period ini dilakukan :
Apabila payback period kurang atau sama dengan maksimum payback period yang
wajar/acceptable project diterima, dan sebaliknya.
Kelemahan dari metode payback period ini adalah tidak memperhatikan/memasukkan
faktor waktu dalam nilai uang (the time value of money). Guna mengatasi kelemahan
tersebut biasanya digunakan metode present value payback period. Dengan metode ini
yang pertama kali kita cari adalah present value dari tiap-tiap cash inflows dengan suatu
discount rate tertentu misalnya sebesar tingkat bunga pembiayaan, kemudian dihitung
payback period dengan menggunakan present value dari cash inflows.
2) Net Present Value (NPV)
Berbeda dengan metode payback periode, metode NPV mempertimbangkan the time
value of money dalam perhitungannya.
Net Present Value (NPV) dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

333
NPV = Present value dari cash inflow - Initial Investment (Project Cost)
Discount rate yang digunakan untuk menghitung present value biasanya menggunakan
bunga pembiayaan.
Kriteria keputusan apabila metode NPV digunakan adalah sebagai berikut : Apabila NPV
lebih besar atau apabila sama dengan 0 (nol), proyek dapat diterima/laik, dan sebaliknya
apabila negatif, hal ini dikarenakan apabila NPV lebih besar atau sama dengan nol,
perusahaan akan memperoleh return lebih besar atau sama dengan proyek cost.
3) Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah suatu discount rate yang menyeimbangkan present value dari cash inflow
dengan initial investment (project cost) sehingga NPV == 0 (nol). IRR merupakan capital
budgeting teknik yang paling baik untuk menilai suatu proyek secara matematik, IRR
dapat dihitung dengan formula:
n
CF
0 II
t 1 (1 IRR) 2
CF = Cash Flow Espected (Estimasi cash flow per periode)
II = Initial Investment
Kriteria keputusan dengan metode ini adalah sebagai berikut:
Apabila IRR lebih besar atau sama dengan bunga pembiayaan proyek itu laik dibiayai dan
sebaliknya.
Cara perhitungan IRR :
IRR harus dihitung dengan trial and error teknik. Sebagai contoh :
Project cost diperkirakan Rp 45 miliar, dengan estimasi cash inflow sebagai berikut :
Tahun Cash inflow
1 Rp 28 miliar
2 Rp 12 miliar
3 Rp 10 miliar
4 Rp 10 miliar
5 Rp 10 miliar
Langkah-langkah pengerjaannya adalah :
1) Cari rata-rata cash inflows:
28 12 10 10 10 10
Rp 14 miliar
5
2) Bagi proyect cost dengan rata-rata cash inflows. Dari perhitungan ini akan diperoleh
average payback period atau present value dari suatu annuity factor (PVIFA) :

334
45
Average Payback period = 3,214
14
3) Cari nilai yang mendekati nilai hasil langkah ke dua dalarn tabel PVIFA atau dicari
dengan menggunakan komputer/kalkulation.
Dalam tabel nilai vang mendekati 3,214 denagan jangka waktu 5 tahun adalah 3,199
yaitu nilai untuk discount rate 17 %
4) Dalam hal estimasi cash inflow pada tahun-tahun awal lebih besar, maka discount rate
secara trial and error kita naikkan dan sebaliknya.
Misalnya dalam contoh ini kita naikkan 2 menjadi 19 %, akan didapat hasil:

Present Value
Tahun Cash in flow PVIF
a/d discount rate 19 %

1 Rp 28miliar 840 Rp 23,52 miliar


2 Rp 12 miliar 706 Rp 8,47 miliar
3 Rp 10 miliar 593 Rp 5,93 miliar
4 Rp 10 miliar 499 Rp 4,99 miliar
5 Rp 10 miliar 419 Rp 4,19 miliar
PV Cash inflows Rp 47,10 miliar
Initial investment Rp 45,00 miliar
Net Present Value Rp 2,10 miliar.

Karena dengan discount rate 19 % menghasilkan NPV Rp 2,1 miliar (lebih besar 0),
maka kita coba lagi dengan discount rate yang lebih besar misalnya dalam contoh ini
kita pakai 21 % dan 22 %.
Dengan pengerjaan yang sama seperti tersebut di atas akan didapat sebagai berikut :
o Pada discount rate 21 % NPV = + 0,49
o Pada discount rate 22 % NPV = - 0,26

Dari hasil tersebut NPV dengan discount rate 22 % lebih mendekati 0 (nol): Jadi IRR
untuk proyek ini sekitar 22 %. Tetapi dalam rangka menetapkan prinsip hati-hati, dalam
analisis pembiayaan sebaiknya Account Officer mengambil kesimpulan IRR sebesar 21
% atau untuk tepatnya dihitung dengan formula sebagai berikut :
NPV1
IRR r1 r2 r1 atau
P1 - P2

NPV2
IRR r2 r2 r1
P2 - P1

335
r1 = Discount rate yang menghasilkan NPV > 0
r2 = Discount rate yang menghasilkan NPV < 0
NPV1 = PV pada tingkat discount rate r1
NPV2 = PV pada tingkat discount rate r2
P1 = Total proceed dengan discount rate r1
P2 = Total proceed dengan discount rate r2
Contoh : Dari kasus tersebut di atas dapat dihitung;
ri = 21 %; r2 = 22 %; NPVi = 0,49; NPV2 = - 0,26; P1 = 45,49 dan P2 = 44,47


22% - 21%
0,49
IRR 21%
45,49 44,74

= 21 % + 0,66 %
= 21,66 %

Dalam penggunaan ketiga teknik capital budgeting di atas, Account Officer perlu
menyadari adanya resiko ketidakpastian dari cash inflow/kemungkinan cash inflow
yang bermacam-macam. variable risk ini berhubungan dengan pendapatan, biaya dan
pajak misalnya tingkat penjualan, biaya material, tingkat upah, biaya utility dan tarip
pajak. Mengingat hal tersebut perlu adanya sensitivity analysis, yaitu NPV, IRR dan
payback period untuk berbagai kemungkinan cash inflow (pesimistis, wajar atau
optimis) dan juga skenario analysis yaitu suatu approach yang mengevaluasi perubahan
dari beberapa variable secara simultan terhadap cash inflow.
6. Aspek Jaminan
Salah satu persyaratan yang ditetapkan dalam rangka pemberian pembiayaan perbankan adalah
penyerahan jaminan oleh calon customer. Jaminan tersebut beraneka ragam jenisnya. Suatu jaminan
yang diserahkan customer dalam rangka pemberian pembiayaan oleh Bank harus diteliti dan dinilai
secara baik untuk mendapatkan nilai prakiraan yang wajar. Nilai prakiraan yang wajar yang
ditetapkan untuk suatu jaminan akan merupakan pedoman untuk mengukur kewajarannya terhadap
pemberian pembiayaan yang sedang dipertimbankan sudah cukup memadai atau belum memenuhi
persyaratan nilai jaminan yang ditetapkan oleh Bank.
Pada umumnya suatu Bank mempunyai patokan bahwa harga (nilai) dari suatu jaminan harus
melebihi dari jumlah pembiayaan yang akan disetujuinya. Keadaan ini sangat berkaitan dengan
sikap hati-hati pihak Bank terhadap kemungkinan terjadinya kemacetan pembiayaan dikemudian
hari. Salah satu upaya untuk memperoleh pelunasan terhadap pembiayaan macet adalah melalui
penjualan, pelelangan atau pencairan jaminan yang diserahkan oleh customer.

336
Sehubungan dengan itu untuk memperoleh suatu nilai perkiraan yang diwujudkan dalam harga
taksiran dari jaminan perlu diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan jaminan yang diserahkan
oleh calon customer, yaitu antara lain:
Bagaimana sifat jaminan tersebut, apakah jaminann perorangan ataukah jaminan kebendaan
Jika merupakan jaminan perorangan, apakah merupakan jaminan peribadi (personal guaranty)
ataukah perusahaan (corporate guaranty)
Jika merupakan jaminan kebendaan, apakah bersifat berwujud, ataukah tidak berwujud
Jika merupakan benda berwujud, pakah merupakan barang bergerak ataukah barang tetap.
Bagaimana menurut hokum pengikatan dari jaminan tersebut, apakah dapat diikat oleh
lembaga-lembaga jaminan yang berlaku dimasyarakat dan sebagainya.
Selain itu perlu pula dipertimbangkan, ketika menilai jaminan tersebut, yaitu:
Siapa pemilik dari barang yang dijaminkan tersebut, apakah pemohon pembiayaan atau bukan
pemohon pembiayaan
Di mana letak (lokasi, penyimpanan) dari barang yang dijaminkan
Apakah terhadap baying yang dijaminkan dibebani dengan suatu hak lain ataukah dalam
keadaan sengketqa dan sebagainya.
Penilaian terhadap suatu jaminan atau jaminan terkait pada berbagai hal dan memperhatikan kondisi
masing-masing jaminan. Akan tetapi terdapat beberapa hal yang bersifat umum yang dapat
digunakan sebagai pedoman bagi bank dalam melaksanakan penilaian jaminan itu.
Perlu diketahui bahwa pemberian pembiayaan adalah salah satu usaha Bank dalam menyalurkan
dananya ke masyarakat dan merupakan suatu bentuk hutang piutang. Bank adalah sebagai pihak
pembiayaanur (yang memiliki piutang) dan masyarakat penerima pembiayaan adalah sebagai pihak
customer (yang berhutang). Sehubungan dengan terjadinya suatu hutang piutang terdapat beberapa
ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang mengatur tentang
harta customer dan kedudukan customer terhadap harta customer tersebut.
a) Jaminan Pembiayaan
Ketentuan yang tercantum dalam KUH Perdata merupakan sebagian dari prinsip-prinsip hokum
jaminan dalam rangka hutang piutang dimasyarakat. Ketentuan tersebut adalah suatu prinsip
yang umum untuk mengatur jaminan dari hutang piutang.
1) Jaminan pembiayaan perbankan
Dalam praktik perbankan dapat diperhatikan bahwa pada umumnya bank mensayaratkan
secara tegas tentang penyerahan suatu jaminan dalam rangka pemberian pembiayaan.
Selanjutnya mengenai jaminan yang diserahkan oleh calon customer mungkin miliknya atau

337
pihak lain. Jaminan dari pihak lain dapat bersifat perorangan atau kebendaan. Sehubungan
dengan hal itu maka jaminan pembiayaan perbankan dapat dibedakan atas: (1) jaminan
yang bersifat perorangan (jaminan perorangan), dan (2) jaminan yang bersifat kebendaan
(jaminan kebendaan). Dengan demikian jaminan pembiayaan perbankan tidak hanya berasal
dari harta kekayaan calon customer, tetapi juga dapat berasal dari pihak lain.
2) Jaminan milik pihak lain
Jaminan yang berasal dari pihak lain dapat pula berupa penyerahan benda (barang) milik
yang bersangkutan di samping yang berupa jaminan perorangan. Dalam hal jaminan itu
berupa penyerahan suatu benda (barang) milik pihak lain, maka diperlukan kejelasan secara
hokum mengenai penyerahan oleh pemilik kepada calon customer. Sering terjadi sengketa
antara bank dengan pemilik barang jaminan karena ketidaksahaan penguasaan barang
jaminan itu oleh pihak Bank. Bila dalam sengketa itu pemilik barang jaminan dapat
membuktikan bahwa penguasaannya oleh Bank adalah tidah syah, tentunya Bank tidak lagi
mempunyai pengamanan terhadap pembiayaan yang telah diberikannya kepada customer.
Jika customer wan prestasi maka bank tidak mempunia jaminan yang dapat dieksekusi guna
pelunasan pembiayaan customer.
3) Fungsi jaminan pembiayaan perbankan
Salah satu usaha pokok suatu bank adalah memberikan pembiayaan. Pemberian pembiayaan
merupakan kegiatan yang utama dari suatu bank dalam menyalurkan dananya. Oleh karena
itu untuk menghindarkan risiko yang dapat menghambat kegiatan bank umumnya, maka
terhadap pemberian pembiayaan tersebut dilakukan berbagai upaya pengamanan. Upaya
pengamanan dapat dilakukan dari segi teknis perpembiayaanan maupun dari segi hokum.
Penerimaan jaminan pembiayaan merupakan salah satu upaya hokum untuk mengamankan
pemberian pembiayaan tersebut. Walaupun pada prinsipnya pelunasan pembiayaan
diharapkan dapat dilakukan dari proyek (usaha) yang dibiayai dengan pembiayaan
tersebbut, tetap diharapkan cara pelunasan yang lain melalui penjualan jaminan sekiranya
customer wanprestasi dikemudian hari. Dengan demikian penerimaan jaminan oleh bank
merupakan suatu upaya lain untuk memperoleh pelunasan atas pembiayaan yang telah
diberikan kepada customer. Dalam hal ini fungsi jaminan redit adalah untuk
memgamankan peemberian pembiayaan dari risiko yang mungkin akajn terjadi. Agar fungsi
ini dapat terlaksana dengan baik maka diperlukan adaanya penilaian yang baik atas setiap
jaminan pembiayaan yang ditawarkan atau diserahkan calon customer atau customer pada
Bank. Tidak selamanya mudah untuk melakukan penilaian itu mengingat terdapatnya
berbagai jenis dan bentuk jaminan tersebut.

338
b) Penilaian Jaminan
Sebagaimana telah dijelaskan dimuka, bahwa tidak selamanya mudah untuk melakukan
penilaian jaminan, mengingat terdapatnya berbagai jenis dan bentuk jaminan yang ditawarkan
oleh calon customer kepada Bank. Oleh karena itu terlebih dahulu perlu diketahui tentang jenis
dan bentuk jaminan yang antara lain dapat diperhatikan melalui pembedaan antara jaminan
perorangan dan jaminan kebendaan. Berdasarkan pembedaan tersebut dapat dikemukan tentang
jenis dan bentuk jaminan dan hal-hal yang berkaitan dengan penilaiannya.
1) Penilaian jaminan perorangan
Mengenai jaminan perorangan diatur dalam ketentuan KUH Perdata. Jaminan perorangan
disebut pula dengan bortogcht atau penanggung hutang. Penanggung hutang adalah suatu
persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga guna kepentingan yang berpiutang (bank)
mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan yang berhutang (customer) manakala pihak
yang berhutang tidah memenuhi kewajibannya. Dalam hal pemberian jaminan perorangan
tidak ada sesuatu barang yang diserahkan kepada Bank. Bank hanya menerima suatu
perjanjian atau surat pernyataan yang ditanda tangani oleh pemberi jaminan perorangan atau
penanggung. Berkaitan dengan pemberian jaminan perorangan ini dapat pula diperhatikan
beberapa hal berikut ini:
Perjanjian pengikatan jaminan perorangan bersifat accessoir, artinya perjanjian itu
diadakan berdasarkan suatu perjanjian pokok. Oleh karena itu perjanjian tersebut
disebut perjanjian accessoir atau perjanjian buntut. Suatu perjanjian accessoir terjadi
karena adanya perjanjian pokok. Perjanjian pengikatan jaminan perorangan dibuat
berdasarkan suatu perjanjian hutang piutang atau perjanjian pembiayaan.
Jaminan perorangan tidak boleh dipersangkakaan, tetapi harus dengan pernyataan yang
tegas. Tidak boleh memperluas penangguhan hutang yang tercantum dalam jaminan
perorangan itu sehingga melebihi ketentuan-ketentuan yang menjadi syarat pada waktu
mengadakannya.
Pemberian jaminan perorangan atau penanggung mempunyai suatu hak istimewa,
penanggung tidaklah diwajibkan membayar kepada yang berpiutang (Bank) selainnya
jika yang berhutan (customer) lalai, sedangkan benda-benda yang berhutang (customer)
ini harus lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi hutang-hutang. Dengan demikian
pemberi jaminan perorangan atau penanggung dapat meminta agar harta kekayaan
customer disita dan dilelang terlebih dahulu untuk melunasi hutang customer tersebut.

339
Jika pemberi jaminan perorangan atau penanggung tersebut melepaskan hak istimewa
yang dapat dimilikinya, maka penanggung tersebut berkewajiban memenuhi segera
tagihan yang dijukan kepadanya untuk pelunasan hutang customer yang dijaminnya.
Pihak berpiutang (Bank) yang memegang suatu jaminan perorangan mempunyai
kedudkan sebagai pembiayaanur konkuren, yaitu mempunyai kedudukan berimbang
bersama pembiayaanur lainnya.
Walaupun jaminan perorangan memuat suatu pemberian jaminan yang hanya menunjukkan
keterikatan penaggung pada kewajiban customer secara umum, ternyata dalam praktek
sehari-hari terdapat beberapa yang bersifat lebih khusus, misalnya bank garansi.
Sebagaimana diketahui jaminan perorangan dapat dibedakan atas:
Jaminan pribadi (personal guaranty)
Jaminan perusahaan (corporate guaranty)
Jaminan pribadi adalah jaminan perorangan yang diberikan oleh seseorang sebagai
pribadi, misalnya Tuan Arif memberikan suatu jaminan perorangan dalam rangka pinjaman
Tuan Andri kepada Bank Permata, Tbk. Tuan Arif tidak menyerahkan sesuatu barang
kepada Bank Permata, Tbk tetapi hanya menyatakan menjamin pinjaman Tuan Andri
kepada Bank Permata, Tbk.
Jika bank menerima jaminan pribadi seperti demikian maka adalah lebih baik jika
segera ditindak lanjuti dengan menyelidiki dan mencatat harta kekayaan penaggung yang
memberikan jaminan pribadi tersebut. Sekiranya dikemudian hari customer wanprestasi,
pihak bank akan dapat meminta sita jaminan atas harta kekayaan termaksud untuk
mendukung gugatannya.
Jaminan perusahaan adalah jaminan perorangan yang diberikan oleh suatu perusahaan.
Dalam praktik sehari-hari dapat ditemukan adaanya dua bentuk jaminan perusahaan
tersebut, yaitu:
Yang bersifat umum, yang hanya menyatakan tentang pemberian jaminan oleh
perusahaan yang bersangkutan atas pinjaman customer kepada Bank
Yang bersifat khusus, yang menyatakan secara tegas segala sesuatu atas pemberian
jaminan kepada customer sehubungan dengan peinjaman customer yang bersangkutan
kepada bank.
Beberapa dari jaminan perusahaan telah diatur secara tegas melalui suatu ketentuan
peraturan perundang-undangan, misalnya security bonds dan garansi bank. Security bonds
merupakan penanggungan hutang atau pemberian jaminan yang diterbitkan oleh sebuah

340
perusahaan asuransi dan persyaratan teknis untuk penerbitannya diatur oleh Departemen
Keuangan.
Sehubungan dengan penawaran pemberian jaminan perorangan tersebut, pihak bank
perlu meemperhatikan beberapa hal yang terkait antara lain sebagai betikut:
o Legalitas dari pemberian jaminan
Sejauh mana secara hokum pihak pemberi jaminan atau penanggung mempunyai
kecakapan dan berwenang untuk memberikan jaminan tersebut. Secara prinsip semua
orang cakap untuk melakukan perikatan, kecuali jika oleh undang-undang dinyatakan
tidak cakap. Tiga pihak yang dinyatakan tidak cakap menurut undang-undang adalah:
Orang yang belum dewasa
Orang perempuan untuk hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang
Orang yang berada dibawah pengampuan
Sedangkan bila penanggung adalah suatu perusahaan, maka kewenangan tersebut perlu
diteliti dari bentuk hokum badan usaha dan anggaran dasarnya. Suatu badan usaha yang
berkedudukan sebagai badan hokum dapat lebih jelas dalam melaksanakan suatu
perbuatan hokum.
o Kemampuan Materil Pemberian Jaminan
Suatu jaminan perorangan akan dapat mempunyai arti (manfaat) bila penanggung
mempunyai harta kekayaan yang jelas dan memadai agar nantinya dapat digugat untuk
dicairkan. Yang dimaksud dengan jelas adalah bahwa secara hokum, harta kekayaan itu
sepenuhnya milik penanggung. Untuk mengetahui kemampuan material penanggung,
pihak bank perlu melakukan penelitian tentang harta kekayan yang bersangkutan
selengkapnya dan kemudian mencatatnya. Dalam hal ini sangat diperlukan kerjasama
dari mudharib dan penanggung.
Suatu jaminan perorangan yang hanya mempertimbangkan nama besar karena
kepopuleran atau jabatannya seringkali akan menimbulkan kesulitan jika tidak disertai
dengan pertimbangan kemamuan materialnya.
o Pelepasan hak istimewa pemberi jaminan
Sebagaimana telah dikemukakan pemberi jaminan atau penanggung dapat memilih
menggunakan hak istimewa sebagaimanan yang ditetapkan oleh undang-undang. Agar
pemnberi jaminan itu mempunyai suatu arti (mafaat) bagi bank, maka sebaiknya
diminta kepada penanggung untuk melepaskan hak istimewanya tersebut secara tegas
dalam perjanjian pemberian jaminan. Dengan adanya pernyataan pelepasan hak
istimewa tersebut, penanggung tidak dapat menghindar dari kewajibvannya secara

341
langsung untuk melunasi kewajiban customer jika customer yang bersangkutan wan
prestasi.
o Pembuatan akta notariil
Sebaiknya suatu pemberian jaminan perorangan dibuat melalui notaris agar mempunyai
kekuatan pembuktian yang lebih sempurna dari suatu akta dibawah tangan.
2) Penilaian Jaminan Kebendaan
Jaminan kebendan adalah suatu pemberian jaminan yang memberikan hak kebendaan
kepada pemegangnya, yaitu suatu hak yang memberikan kekuasaan aatas benda yang
bersangkutan dan mempertahankannya kepada pihak-pihak lain. Jaminan kebendaan
berhubungan dengan penyerahan sesuatu benda oleh customer untuk menjamin
pinjamannya. Benda (barang) yang dijadikan sebagai jaminan dapat dibedakan atas:
Benda (barang) bergerak, dan
Benda (barang) tidak bergerak.
Suatu benda dapat digolongkan dalam golongan benda tidak bergerak karena sifatnya,
tujuan pemakaiannya atau ditentukan oleh undang-undang. Dengan demikian yang
termasuk benda tidak bergerak misalnya tanah, mesin yang melekat pada pabik, dan
bangunan, sedangkan yang termasuk benda berberak misalnya kendaraan bermotor,
stokbarang dagangan, peralatan rumah tangga, saham dan sebagainya.
Dalam melakukan penilaian terhadap jaminan baik yang berupa benda bergerak maupun
yang berupa benda tidak bergerak, perlu diperhatikan beberapa hal yang bersifat umum,
antara lain sebagai berikut:
Legalitas jaminan
Legalitas jaminan adalah mengenai dokumen (alat) yang membuktikan dan mendukung
keabsahan jaminan tersebut misalnya sepertifikat tanah, bukti pemilikan, izin-izin yang
melekat dengan jeminan, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan jaminan dan
sebagainya. Dokumen-dokumen 9alat bukti) tersebut diharapkan dapat menunjukkan
bahwa jaminan tersebut diharapkan dapat menunjukkan bahwa jaminan tersebut adalah
sesuai dan sah menurut hokum.
Legalitas penguasaan jaminan
Seringkali suatu jaminan diserahkan oleh calon customer atau customer adalah milik
pihak lain. Dalam hal ini perlu diteliti dasar hokum tentang penguasaan dan
kewenangan calon customer atau customer untuk menjaminkan barang jaminan milik
pihak lain kepada bank

342
Kemungkinan pengikatan jaminan
Suatu jaminan benda/barang yang diserahkan oleh calon customer atau customer
sebaiknya langsung diikat melalui suatu lembaga jaminan yang berlaku misalnya
melalui lembaga-lembaga hak tanggungan, hipotik, gadai atau fiducia (FEO).
Jika tidak diikat melalui salah satu lembaga jaminan tersebut maka akan mempunyai
akibat berupa suatu kelemahan hokum penguasaan jaminan tersebut oleh Bank. Jika
pengikatan suatu jaminan misalnya berupa tanah melalui perjanjian pembiayaan saja
tanpa diikat dengan lembaga hak tanggungan, maka bank hanya mempunyai kedudukan
sebagai pembiayaanur konkuren yang mempunyai kedudukan berimbang dengan
pembiayaanur lainnya terhadap harta customer. Jika bank langsung mengikat tanah
tersebut dengan lembaga hak tanggungan tentunya akan mempunyai kedudukan sebagai
pembiayaanur preferen, yang mempunyai hak didahulukan dari pembiayaanur lainnya.
Dengan demikian terhadap sesuatu jaminan perlu diperhatikan sejauh mana dapat diikat
dengan suatu lembaga jaminan yang berlaku. Dalam praktik perbankan ternyata
terdapat banyak jenis jaminan yang tidak dapat diikat dengan suatu lembaga jaminan.
Terhadap jaminan yang demikian hanya diikat dengan suatu akta perjanjian. Sebagai
contoh adalah jaminan berupa tagihan, surat-surat berharga, simpanan berupa deposito,
buku tabungan dan sebagainya. Pada umumnya jaminan yang demikian hanya diikat
melalui suatu klusul pada perjanjian pembiayaan atau dengan suatu akta perjanjian yang
terpisah.
3) Penilaian ekonomis jaminan
Penilaian seperti yang telah dikemukakan terdahulu sangat berkaitan dengan penilaian
dari segi hokum dari suatu jaminan. Penilaian tersebut perlu dilengkapi dengan penilaian
ekonomis, yaitu suatu penilaian tentang keuntungan ekonomis yang melekat pada jaminan
tersebut. Dalam hal ini terhadap suatu jaminan yang diserahkan oleh calon customer atau
customer perlu diteliti antara lain mengenai hal-hal sebagai berikut:
Bagaimana tingkat hargaa yang mungkin dapat diperoleh jika nantinya atas jaminan itu
dicairkan. Suatu jaminan berupa tanah yang bersertifikat hak milik (SHM) tentunya
secara umum mempunyai harga yang lebih tinggi daripada jaminan berupa tanah yang
bersertifikat hak pakai.
Bagaimana tentang pemasarannya, dalam arti mempunyai harga yang stabil dengan
banyak pembeli. Suatu jaminan berupa tanah dengan rumah tinggal umumnya
mempunyai harga yang stabil dan mempunyai banyak pembeli jika dibandingkan

343
dengan jaminan berupa tanah dengan gudang diatasnya. Selain tiu apakah tanah dan
gudang tiu merupakan suatu benda yang dapat cepat untuk dijual merupakan segi lain
dari pemasarannya.
Bagaimana biaya yang mungkin timbul sehubungan dengan pencairan jaminan itu.
Perhitungan biaya perlu diperhatikan mengingat sisa hasil penjualan jaminan untuk
pelunasan pembiayaan bank. Pencairan jaminan berupa sertifikat deposito tentunya
tidak akan menimbulkan permsalahan biaya bila dibandingkan dengan pencairan
jaminan yang berupa tanah yang dilakukan melalui pelelangan umum. Pencairan suatu
jaminan melalui pelelangan akan terkait dengan biaya-biaya dan pajak sehingga akan
mengurangi jumlah hasil pelelangan yang nantinya akan diperhitungkan dengan
pelunasan pembiayaan customer yang bersangkutan.
Secara umum penilaian ekonomis tersebut merupakan hal lain yang sangat
mempengaruhi dalam menentukan nilai taksasi suatu jaminan.
c) Penetapan nilai jaminan
Terhadap suatu jaminan yang diserahkan oleh calon customer atau customer perlu ditetapkan
berapa nilai (harga) perkiraan atau taksasinya untuk dipertimbangkan sebagai penutup jumlah
pembiayaan bank.
1) Ketentuan Undang-undang perbankan
Sebelum memberikan pembiayaan bank perlu memiliki keyakinan menginai customer
tentang watak, kemampuan, modal, jaminan dan prospek usahanya. Mengingat bahwa
jaminan menjadi salah satu unsur jaminan pemberian pembiayaan, maka apabila unsure-
unsur lain telah diperoleh keyakinan atas kemampuan customer mengembalikan hutangnya,
jaminan hanya berupa barang, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan pembiayaan
yang bersngkutan.
2) Kebijakan perbankan mengenai jaminan
Dalam praktik perbankan ternyata terdapat berbagai kebijakan untuk menentukan
tentang berapa nilai suatu jaminan dan bagaimana seharusnya jumlah nilai jaminan terhadap
jumlah pembiayaan yang akan diberikan bank. Kebijakan itu ada yang secara jelas
disertakan pada kebijakan perpembiayaanan bank, di samping yang ditetapkan secara kasus
demi kasus. Sementara itu tentang berapa nilai suatu jaminan sangat terkait pada jenis
jaminan tersebut
Nilai perkiraan jaminan
Berapa nilai perkiraan (taksasi) dari suatu jaminan pembiayaan terkait pada jenis
jaminan dan hal-hal yang mendukungnya sebagai suatu jaminan pembiayaan (legalitas

344
kepemilikan., pemasaran, biaya dan sebagainya). Deposito milik customer yang
diserahkan kepada bank sebagai suatu jaminan pembiayaan customer, tentunya
mempunyai nilai perkiraan tinggi, apalagi jika deposito tersebut berasal dari bank
pemberi pembiayaan mungkin akan dinilai sebesar 100% (seratus persen). Tetapi jika
jaminan yang diserahkan oleh customer berupa persediaan (stok) barang dagangan
(misalnya beras, semen atau besi beton) walaupun secara ekonomis mempunyai nilai
harga yang jelas, ternyata mungkin saja dinilai sebesar 0% (nol persen). Jaminan berupa
persediaan (stok) barang dagangan memerlukan tingkat pengawasan yang tinggi dan
sulit karena penguasaannya pada customer di samping kelemahan-kelemahan ayang
melekat pada pengikatannya (melalui fiducia).
Persyaratan perbandingan jumlah nilai jaminan terhadap jumlah pembiayaan
Suatu jaminan dimaksudkan untuk dapat menutup pembayaran kembali jumlah
pembiayaan bank sekiranya customer ingkar janji dikemudian hari. Berdasarkan hal ini
tentunya jumlah nilai dari jaminan itu adalah minimal sebesar jumlah pembiayaan atau
dari jaminan itu adalah minimal sebesar jumlah pembiayaan atau 100% (seratus
persen). Tetapi mengingat akan terjadinya tunggakan bunga, timbulnya biaya-biaya
penagihan dan pencairan jaminan, maka persentase dari jumlah nilai jaminan yang
dipersyaratkan dapat melebihi angka 100% (seratus persen) tersebut. Hal ini memang
sangat tergantung dari kebijakan dari masing-masing bank. Seringkali dalam praktik
perbankan jumlah nilai jaminan itu menjadi 10 kali jumlah pembiayaan karena
pertimbangan-pertimbangan tertentu dari pihak bank, misalnya pemohon pembiayaan
sudah berumur 60 tahun dan mempunyai banyak anak yang sudah dewasa dan masih
menggantungkan kehidupannya pada pemohon pembiayaan.
Penerapan nilaian tanah sebagai jaminan
Tanah merupakan salah satu jaminan pembiayaan yang paling banyak diserahkan calon
nasaabah atau customer kepada bank. Untuk menetapkan nilai dari tanah tersebut bank
perlu melakukan penilaian-pelilaian antara lain mengenai:
o Bagaimana atas hak tanah tesebut, mempunyai sertifikat atau belum. Jika
mempunyai sertfifikat apa bentuk sertifikatnya (HM, HGB, HGU, HP, hak sewa
dan sebagainya)
o Siapa pemilih sah dari tanah tersebut (customer atau bukan)
o Apakah tanah tersebut dalam keadaan disengketakan (dituntut dipengadilan,
dibebani sita jaminan, waris yang belum terbagi dan sebagainya)

345
o Appakah tanah tersebut mempunyai bangunan atau ditanami dan siapa yang
memiliki
o Apakah tanah tersebut dibebani dengan suatu pinjaman yang lain
o Dimana letak tanah tersebut, apakah disuatu jalan protocol atau bukan, apakah
dikota atau di desa dan sebagainya
o Bagaimana tingkat harga paasaran setempat, harga menurut NJOP dan sebagainya
o Apakah tanah tersebut telah mempunyai prasarana yang baik atau belum (jalan,
listrik, air dan sebagainya)
o Bagaimana perencanaan penggunaan tanah tersebut menurut pemerintah
o Apakah tanah tersebut mudah dan bileh diperjual/ belikan sehingga diketahui
tentang kemungkinan pemasarannya/.
Hal-hal tersebut merupakan sebagian pertimbangan untuk menentukan berapa nilai dari
tanah tersebut jika sekiranya bank akan menerimanya sebagai jaminan atas pembiayaan
yang akan diberikan. Jaminan berupa tanah merupakan salah satu contoh dari jaminaan
pembiayaan yang paling disukai, tetapi mungkin sajaa diganti dengan jenis jaminan
lainnya. Tentang bagaimana mempertimbangkan jenis-jenis jaminan lain tersebut
mungkin saja lebih mudah ataau lebih sulit dari mempertimbangkan jaminan berupa
tanah.
Demikian pula mengenai hal yang perlu dipertimbangkan untuk menilai dan
menetapkan berapa nilai suatu jaminan mungkin saja lebih sedikit atau lebih banyak
jika dibandingkan dengan contoh tersebut di atas.
d) Masalah yang perlu diperhatikan dalam penilaian jaminan
1) Jaminan Utama
Barang bergerak maupun tak bergerak yang dibiayai oleh pembiayaan Bank, antara lain :
Pembiayaan Investasi
Proyek customer yang dibiayai dalarn rangka pembiayaan investasi seperti tanah
berikut bangunan pabrik, hotel, perkantoran, toko, mesin-mesin dan alat- alat produksi,
kendaraan.
Pembiayaan Modal Kerja
Yang termasuk jarninan utama untuk pembiayaan modal kerja adalah stock (bahan
baku, barang setengah jadi dan barang jadi) dan piutang dagang. Penilaian agunan stock
dan piutang dagang diambil berdasarkan nilai stock dan piutang dagang rata-rata pada
suatu periode tertentu (minimal 6 bulan).
2) Jaminan Tambahan

346
Adalah barang-barang yang diserahkan, yang tidak termasuk dalam pembiayaan
pembiayaan Bank. Jaminan tambahan pada umumnya berupa barang/harta tidak bergerak,
kendaraan bermotor atau jarninan pribadi. Status pemilikan- atas jaminan tambahan yang
akan diserahkan tersebut harus diteliti, dan apakah secara yuridis dapat dilaksanakan
pengikatan secara Notaril. Misalnya: Bukti pemilikan tanah (Hak Milik, Hak Guna
Bangunan, Hak Guna Usaha).
3) Besarnya Nilai Jaminan
Pembiayaan Investasi
Besarnya cover nilai jaminan utama dan tambahan untuk pembiayaan investasi adalah
sebesar 150 %.
Pembiayaan Modal Kerja
Besarnya cover nilai jaminan untuk pembiayaan modal kerja adalah
o Jaminan utama = 100 %
o Jaminan tambahan = 150 % +
250 %
Dasar taksasi yang dinilai Cabang, dalam hal ini agar dinilai berdasarkan harga yang
realistis dan paling konservatif, setelah mempertimbangkan harga yang disampaikan
customer, harga pasaran setempat, harga patokan Pemerintah Daerah setempat, nilai atas
dasar PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), penilaian Asurador atau Appraisal. Namun
demikian untuk keamanan Bank besarnya taksasi barang jaminan agar dihitung sebesar 60
% dari nilai taksasi atas dasar penilaian yang paling konservatif.
Marketabilitas dari barang jaminan perlu diperhatikan, sehingga apabila pembiayaan
menjadi bermasalah, ekskusi barang jaminan tidak akan mengalami kesulitan.
Untuk Barang jaminan yang harus disusut, maka harus diadakan penilaian ulang . minimal
setiap 6 bulan sekali.
Perlu diperhatikan bahwa agunan yang tidak dapat diikat secara notariil sebagai agunan
pembiayaan seperti Hak Pakai dan Hak Sewa agar dihindari, dan untuk jaminan HGB (Hak
Guna Bangunan), HGU (Hak Guna Usaha), Hak Pakai/Sewa perlu diperhtikan jangka
waktu berlakunya, harus harus lebih panjang dari jangka waktu pembiayaannya.
7. Aspek Sosial Ekonomi dan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)
Yang perlu ditinjau dalam aspek ini adalah pengaruh perusahaan terhadap sosial ekonomi
masyarakat setempat pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini antara lain :
a) Kemungkinan penyerapan tenaga kerja.

347
b) Apakah proyek tersebut dapat menumbuhkan kehidupan perekonomian masyarakat setempat
atau sebaliknya akan mematikan sektor-sektor usaha masyarakat setempat yang sudah ada saat
ini.
c) Apakah proyek tersebut tidak bertentangan dengan adat-istiadat dan agama masyarakat
setempat.
d) Khusus mengenai analisis dampak lingkungan harus memperhatikan peraturan/ketentuan
Pemerintah yang berlaku. Apakah telah mempunyai ijin AMDAL dari instansi yang berwenang.
Meskipun aspek-aspek lainnya dinilai positip, namun apabila dari aspek sosial ekonomi/dampak
lingkungan tidak mendukung/dinilai negatip akan berakibat terhadap kegagalan usaha/proyek
customer dimasa yang akan datang, maka tidak akan dibiayai Bank.
8. Analisis Risiko dan Critical Point
a) Analisis Risiko
Dalam setiap pemberian pembiayaan selalu dihadapkan pada suatu risiko, untuk itu seorang
Account Officer harus mengantisipasi segala risiko yang akan timbul terhadap permohonan
pembiayaan yang diajukan oleh customer sebelum pembiayaan tersebut diberikan.
Berbagai resiko yang perlu diperhatikan oleh seorang Account Officer pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi 6 (enam) yakni :
1) Risiko Sifat Usaha
Setiap jenis usaha mempunyai sifat dan ciri-ciri khusus yang berbeda dalam melaksanakan
kegiatan usahanya. Dan setiap kegiatan tersebut juga mengandung tingkat risiko yang
berbeda pula. Dari sifat usaha ini akan dapat diketahui tinggi/rendahnya tingkat risiko usaha
dengan berbagai kriteria, antara lain dengan cara sebagai berikut :
Turn over usaha makin tinggi, maka makin tinggi pula risikonya.
Tingkat spesifikasi/kekhususan usaha, semakin khusus bidang usaha semakin tinggi
risikonya, misalnya industri sepeda akan lebih tinggi risikonya dibandingkan dengan
industri besi/baja.
Investasi barang-barang pada aktiva lancar (modal kerja) akan lebih tinggi risikonya
dibandingkan dengan investasi pada barang-barang modal (aktiva tetap).
Pada negara berkembang usaha dengan padat modal akan mempunyai risiko yang lebih
tinggi dibandingkan dengan usaha padat karya. Namun sebaliknya untuk negara maju.
Usaha yang lebih dinamis seperti perdagangan akan mempuryai tingkat risiko yang
lebih tinggi dari pada usaha yang tidak begitu dinamis misalnya Perkebunan.

348
Kegiatan usaha yang tidak bisa disimpan secara fisik kalau tidak ada pembeli (seperti
entertainment, show) akan lebih tinggi risikonya bila dibandingkan dengan usaha yang
dapat disimpan secara fisik (seperti industri tekstil).
Karena memang sifat dari pekerjaan itu sendiri yang mempunyai risiko tinggi, misalnya
pengeboran minyak bumi dilepas pantai, usaha-usaha yang berupa perintis yang
sebelumnya belum dikenal/lazim dilakukan manusia.
Untuk itu Account Officer harus dapat mengetahui sifat usaha yang direncanakan untuk
dibiayai, dikaitkan dengan tingkat risiko sesuai kriteria tersebut di atas, sehingga akan
menghindarkan atau paling tidak akan mengurangi risiko kegagalan dalam pemberian
pembiayaannya.
2) Risiko Geographis
Risiko geographis ini timbul karena faktor alam, lingkungan dan lokasi usaha.
Risiko alam misalnya :
o Perkebunan/peternakan di daerah gunung berapi akan mempunyai risiko yang
tinggi. Pada umumnya keaktivan gunung berapi mempunyai siklus tertentu,
sehingga perlu diperhatikan kapan pada saat gunung berapi tidak aktif dan kapan
aktif. Sehingga apabila akan membiayai usaha perkebunan/pertanian diwilayah
gunung berapi saat tanam sampai panen harus memperhatikan siklus tersebut.
o Industri yang berada di daerah gempa bumi juga mempunyai risiko yang tinggi.
o Pertanian, industri di dekat muara sungai yang sering mengalami banj ir.
Faktor Lingkungan misalnya :
o Mendirikan perindustrian di daerah pemungkiman akan terdapat risiko untuk
diprotes masyarakat sekelilingnya, karena akan menimbulkan polusi.
o Peternakan ayam/sapi di daerah pemungkiman juga terdapat risiko diprotes
masyarakat karena polusi udara (bau kotoran ayam).
Faktor Lokasi misalnya mendirikan pabrik baja yang jauh dari bahan baku dan
pemasaran serta faktor-faktor produksi lainnya akan mempunyai risiko yang lebih
tinggi, karena mengeluarkan biaya yang lebih besar bila dibandingkan dengan usaha
sejenis yang dengan tepat memilih lokasi usaha sesuai dengan kebutuhan usaha,
faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk usaha tersebut.
Contoh lain untuk Usaha pembangunan jalan yang cukup panjang (jauh), perlu
diperhatikan tempat penyimpanan stock bahan terhadap pencurian, kerusakan yang
diakibatkan dari cuaca/iklim/alam dan sebagainya.

349
3) Risiko Politik
Risiko politik ini dapat dianalisis antara lain dari kestabilan politik, ekonomi, keamanan,
sosial dan budaya dari suatu daerah/negara. Misalnya suatu negara yang sering
mengalami pergolakan/perang Saudara, akan mempunyai risiko yang lebih tinggi,
walaupun diakui ada kemungkinan orang-orang/perusahaan yang berani mengambil risiko
karena mengharapkan keuntungan/laba yang tinggi.
4) Risiko Uncertainty
Risiko ini timbul karena adanya faktor ketidak pastian yang menimbulkan spekulasi, dan
setiap usaha yang mengandung spekulasi akan mempunyai risiko yang tinggi. Risiko ini
bisa dirasakan tetapi sulit untuk dihitung besarnya.
Namun demikian bagi analis pembiayaan perlu diketahui untuk menghindari/mengurangi
kegagalan dalam pemberian pembiayaan. Pemahaman terhadap risiko ini akan bermanfaat
antara lain dalam penetapan suku bunga, asuransi jaminan apakah cukup dengan menutup
asuransi kebakaran saja atau risiko-risiko lainnya, dalam penetapan mudharib dubius arena
semakin tinggi risi:ko ini cadangan mudharib dubius juga akan semakin besar.
5) Risiko Inflasi
Untuk mengatasi risiko ini agar tidak terjadi kesalahan dalam perencanaan pemberian
pembiayaan perlu diperhitungkan value of money (nilai uang) yang diperhitungkan dalam
cost of fund/money/of borrowing agar Bank tidak mengalami kerugian karena penurunan
daya beli assetsnya yang disalurkan dalam bidang perpembiayaanan. Faktor inflasi ini
sangat penting juga bagi Account Officer dalam penentuan target penjualan yang akan
datang, minimal harus lebih tinggi dari tingkat inflasi.
6) Risiko Persaingan
Yang perlu diperhatikan dari risiko ini adalah persaingan antara perusahaan-perusahaan
sejenis yang menjadi obyek perpembiayaanan maupun persaingan antara bank sendiri yang
membiayai proyek yang sama, Untuk itu dalam rangka memenangkan persaingan ini
dituntut adanya sistem kerja yang efisien dan efektif termasuk perencanaan dalam
pemberian pembiayaannya.
b) Critical Point
Critical point dari proyek yaitu penelitian titik kritis yang akan menjadikan hambatan
keberhasilan proyek. Titik kritis ini perlu diranking bobotnya. Identifikasi titik kritis ini dapat
dilihat dari penilaian faktor-faktor produksi/usaha suatu badan usaha yang meliputi :
1) Man : Tenaga kerja/Tenaga ahli/Tenaga terlatih yang tersedia
2) Management : Profesionalisme management perusahaan customer

350
3) Marketing : Potensi pasar yang ada
4) Money : Kemampuan permodalan usaha customer
5) Material : Tersedianya sumber-sumber bahan baku
6) Machine : Prasarana dan sarana produksi yang ada apakah cukup mampu untuk
memenuhi pasar.
7) Method : Technology, sistem prosedur kerja yang dimiliki customer
8) Mentality : Karakter customer
9) Macro Economy : Kondisi perekonomian secara makro apa memungkinkan
Masing-masing faktor produksi di atas harus mempunyai kekuatan yang seimbang dan dapat
disynergikan satu sama lain. Apabila ada satu atau lebih dari faktor produksi yang lemah (kita
sebut critical point/titik kritis), maka proyek tersebut tentu akam mengalami kegagalan, paling
tidak akan merupakan pemborosan yang dapat mengakibatkan problem loan.
Misalnya: Untuk pabrik gula di Pulau Jawa, critical point dari proyek tersebut adalah pengadaan
lahan untuk penanaman tebu. Jika dari analisis critical point dari proyek tersebut ada yang tidak
feasible, proyek tersebut sebaiknya ditolak untuk dibiayai.
9. Perhitungan Pembiayaan
a) Pengertian
Perhitungan pembiayaan adalah suatu cara perhitungan untuk menetapkan besarnya maksimal
pembiayaan yang dapat diberikan kepada customer.
Perhitungan pembiayaan dilaksanakan setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh terhadap
customer/pemohon dan tidak terdapat hal-hal yang memberatkan untuk diberikan pembiayaan.
Dapat pula dikatakan, bahwa perhitungan pembiayaan adalah penilaian (pada tingkat) terakhir
sebelum pembiayaan diusulkan/disetujui.
b) Fungsi Pembiayaan Bank dan Hubungannya dengan Perhitungan Pembiayaan
Fungsi pembiayaan bank dalam proyek yang dibiayai adalah untuk membantu kekurangan
pembiayaan dalam suatu proyek yang diajukan customer dan telah disetujui oleh Bank.
Dengan demikian, tujuan perhitungan pembiayaan adalah :
1) Agar pembiayaan yang diberikan sesuai dengan keperluan pembiayaan, hingga tidak terjadi
kelebihan ataupun kekurangan di dalam melaksanakan rencana kerja/proyek yang diajukan
customer dan telah disetujui bank.
2) Untuk menetapkan besarnya keseimbangan antara pembiayaan bank dan customer dalam
suatu proyek tertentu.
c) Dasar-dasar Perhitungan Kebutuhan Pembiayaan Customer
1) Pembiayaan Modal Kerja

351
Pada dasarnya perhitungan Pembiayaan Modal Kerja dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara :
Menghitung berapa jumlah kebutuhan modal kerja 1 (satu) kali turn over dikurangi
dengan dana customer sendiri (self-financial).
Jumlah kebutuhan modal kerja 1 (satu) kali turn over dikalikan dengan maksimum
prosentase tertentu yang ditetapkan bank untuk masing-masing jenis pembiayaan.
Menghitung kekurangan fasilitas/defisit kas terbesar dengan sarana perhitungan cash/flow
dikalikan dengan maksimum prosentase yang ditetapkan bank (terutama untuk
pembiayaan kepada kontraktor).
Apabila terjadi perbedaan dari ketiga cara perhitungan di atas, untuk prinsip hati-hati
(sehingga tidak terjadi over financial) yang dapat dipertimbangkan dalam usulan
pembiayaan modal kerja adalah yang menghasilkan perhitungan terendah
2) Perhitungan Contingent Liabilities (Non Cash Loan)
Perhitungan untuk Contingent Liabilities (Non Cash Loan) pada dasarnya sama
dengan perhitungan pembiayaan modal kerja. Hanya dalam fasilitas non cash loan lazimnya
Self Financial berupa setoran jaminan (torjam). Dalam menghitung besarnya non cash loan
harus dikaitkan dengan jumlah kebutuhan modal kerja secara keseluruhan dan fasilitas
pembiayaan modal kerja maupun fasilitas non cash loan yang telah diterima. Hal ini untuk
menghindari adanya over financial.
Contoh:
Besarnya modal kerja yang dapat dibiayai bank Rp. 5 miliar
Fasilitas pembiayaan modal kerja yang telah diterima Rp. 2,5 miliar
Fasilitas Bank garansi yang telah diterima Rp. 1,5 miliar
maka jumlah tambahan non cash loan yang dapat dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
Kebutuhan modal kerja yang dapat dibiayai Rp. 5 miliar
Fasilitas yang telah diterima:
Pembiayaan Modal Kerja Rp. 2,5 miliar
Bank Garansi Rp. 1,5 miliar +
Rp. 4 miliar

Maksimum tambahan non cash loan yang dapat dipertimbangkan Rp 1 miliar


Namun demikian khusus fasilitas pembukaan L/C dalam kaitannya dengan pembiayaan
investasi yang dibiayai Bank, maksimum pembukaan L/C dapat diberikan sebesar porsi
impor dalam proyek tersebut, namun realisasi impornya harus langsung dibebankan kepada

352
rekening pembiayaan investasinya dengan terlebih dahulu customer harus menyediakan self
financialnya misalnya berupa setoran jaminan impor.
3) Pembiayaan Investasi

Untuk pembiayaan investasi pada dasarnya perhitungan pembiayaannya dapat dilakukan


dengan cara mengalikan besarnya project cost yang telah dinilai AO (Account Officer)
dengan maksimum persentase tertentu yang ditetapkan oleh bank. Apabila ada
penyimpangan dari maksimum persentase yang dibiayai pembiayaan dapat diajukan secara
case by case.

Untuk memperjelas pengertian dasar perhitungan dan pembatasannya tersebut, berikut ini
diberikan suatu contoh mengenai jumlah pembiayaan yang diperlukan berdasarkan
perhitungan dibandingkan dengan faktor pembatas (persentase yang ditetapkan) dan
jaminan.

Contoh:
Customer
A B C
- Jumlah kebutuhan pembiayaan : 100 300 200
- Dana customer sendiri : 40 30 40
(40%) (10%) (20%)
- Pembiayaan yang diperlukan : 60 270 160
- Maksimum pembiayaan yang dapat diberikan
atas dasar persentase yang ditetapkan : 70 % 60% 90%
- Nilai jaminan yang diserahkan kepada Bank. : 120 450 128

Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa:


Customer A: Pembiayaan dapat disetujui/diberikan, karena :
Jumlah pembiayaan yang diperlukan, berdasarkan perhitungan (60=60%) tidak
melebihi batas maksimum (70%)
Prosentase nilai jaminan cukup memadai yaitu:
120%
200% ( x100%
60
Customer B: Pembiayaan ditolak, karena: perhitungan pembiayaan = 270 (90%) lebih
besar dari maksimum prosentase yang ditetapkan (60%), meskipun nilai jaminan cukup
memadai yaitu :
450
170% ( 100%)
270

353
Customer C: Pembiayaan ditolak juga, karena meskipun perhitungan pembiayaannya
memungkinkan sebab jumlah pembiayaan yang diperlukan menurut perhitungan (80%
lebih kecil dari maksimum prosentase yang ditetapkan, tetapi nilai jaminan tidak
mencukupi yaitu :
128
80% ( 100%)
160
Sesuai dengan dasar perhitungan pembiayaan tersebut di atas, maka jumlah pembiayaan
yang dapat diberikan adalah melalui proses penilaian atas hal-hal sebagai berikut:
Rencana kerja/proyek customer dan berapa keperluan pembiayaannya
Kemampuan dana customer sendiri untuk membiayai rencana tersebut
Jumlah pembiayaan yang diminta/diperlukan
Sumber, cara dan jangka waktu perluasan pembiayaan
Penilaian jaminan
Setelah ditetapkan jumlah maksimum pembiayaan yang dapat diberikan, maka disusun
cash flow projection untuk menetapkan rencana-rencana penarikan dan rencana pelunasan
customer berikut jangka waktunya.
Contoh: Besarnya Maksimum Persentase Pembiayaan untuk Setiap Jenis Pembiayaan

Maksimum
Jenis Pembiayaan Jumlah Kebutuhan Pembiayaan
Persentase
A. Pembiayaan Modal Kerja Ekspor
1. Pembiayaan Ekspor Secara
Umum 65% Rencana Ekspor rata-rata/ bulan x harga FOB
a. Untuk kegiatan pengumpulan x turn over. Besarnya Turn Over ditetapkan
barang-barang ekspor secara case by case berdasarkan neraca dan
R/L perusahaan. Turn Over yang umum
adalah 3 bulan.
b. Untuk memproduksi barang
barang ekspor 65% Rencana produksi per bulan yang akan
Untuk Perusahaan Nasional diekspor x harga bahan baku dan biaya-biaya
produksi x turn over.

65% Biaya produksi untuk merealisir L/C (Khusus


Untuk Perusahaan Nasional ekspor tembakau didasarkan atas pembiayaan
puncak), dengan memperhatikan kemungkinan
adanya penga-palan bertahap (Partial shipment).

- Nilai kontrak dengan harga penyerahan FOB


65%
2. Pembiayaan Ekspor dalam
rangka pembiayaan barang-
barang Ekspor Melalui bursa
komoditi.

B. Pembiayaan Modal Kerja 60%


Perdagangan Dalam Negeri 1. Solar
Harga pokok dari realisasi penjualan rata-rata

354
per hari x TO. Ketentuan mengenal Turn Over
untuk solar disamakan dengan Turn Over minyak
tanah.
Realisasi penjualan rata-rata per bulan 1.000
ton.
Realisasi penjualan rata-rata per hari
1.000
--------- = 40 ton (1 bln dihitung 25 hari)
25
Misalkan harga 1 ton = Rp. 10.000.000
Harga 40 ton Rp. 4.000.000.000
Dengan pembiayaan 60%, Turn Over 7 hari
maka pembiayaan yang dapat dipertimbangkan
= 60% x 7 x Rp. 4.000.000.000
= Rp. 16.800.000.000

2. Distribusi Semen
Harga pokok dari realisasi pen-jualan rata-rata
per bulan sela-ma 6 bulan terakhir x turn over.
60%
3. Perdagangan Hasil Bumi
Harga pokok dari realisasi pen-jualan rata-rata
60% per bulan selama 6 bulan terakhir x turn over.
Turn Over pada umumnya 3 bulan dan dapat
disesuaikan dari barang yang diperdagang-kan
(musiman bukan musiman)

C. Pembiayaan Modal Kerja Industri 1. Pembiayaan Eksploitasi untuk proyek baru


yang mendapat Pembiayaan Investasi.
65% a. Untuk produksi 9 bahan pokok.
65% b. Untuk produksi lainnya di luar 9 bahan
pokok. Harga pokok dari rencana
produksi rata-rata per bulan x turn over.
Turn over pada umumnya 3 bln.
65% c. Khusus crumb rubber.
65% kapasitas produksi x harga pokok x
turn over.
- 65% adalah perkiraan
kapasitas pabrik crumb rubber yang
diharapkan da-pat bekerja secara efektif.
- Turn over diperkirakan maksimum 3
bulan.
Turn-over.
Turn over adalah jangka waktu perputaran uang
sejak uang tertanam pada saat pembelian bahan
baku, tertanam dalam proses produksi kemudian
menjadi barang jadi, tertanam dalam piutang dan
kembali menjadi uang tunai:
Besarnya turn-over untuk tiap jenis barang
berbeda-beda, tergantung kepada:
- apakah bahan baku dan/atau bahan penolong
masih diimpor atau tersedia di pasaran
Dalam Negeri, jika bahan baku masih
diimpor turn-overnya akan lebih lama.
- sifat proses produksi
- sifat barang, hasil akhir (finished product)
misalnya produksi barang-barang modal
umumnya akan mempunyai turn-over lebih
lama dari pada produksi barang-barang

355
makanan.
- apakah penjualan secara cash atau secara
pembiayaan.
- apakah penjualan secara lokal atau ekspor.
Target
Target produksi adalah jumlah produksi yang
direncanakan yang harus dinilai berdasarkan
biaya produksi.
Dalam menghitung biaya oleh Bank, unsur-unsur
biaya sbb. harus dikeluarkan :
- biaya penghapusan
- biaya bunga bank
- pajak
Dalam menghitung target harus diperhatikan
bahwa jumlah produksi yang direncanakan tidak
boleh melebihi kapasitas produksi penuh (3
shift) dan produksi yang direncanakan harus di
atas Break Even Point, artinya di atas titik
Impas dimana produksi tidak mencapai laba dan
tidak pula rugi.
Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut
: 2
5

2
0

Thousand
1
5

s
1
0

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
0
Produksi dalam unit

Break Even Point (BEP) dicapai pada produksi


500 unit dengan jumlah biaya
(total cost) Rp. 10.000,-
Yaitu Variable cost Rp. 5.000,-
dan
Fixed Cost Rp. 5.000,-

Untuk mencapai BEP digunakan rumus :

I. Total Revenue (TR) = Total Cost (TC).

FC (Fixed Cost)
II. BEP = ------------------------
Total Cost per unit (TC)
dikurangi vari-able Cost per unit
(VC)
Cara penggunaan Rumus.
Rumus I : TR = TC
Dalam rumus ini ada faktor yang belum
diketahui atau harus di-cari, yaitu tingkat
produksi dima-na BEP akan dicapai. Dalam hal
ini dimisalkan produksi tersebut X unit.
Faktor yang sudah diketahui adalah :
- Biaya Variable per unit, umpamakan Rp.
10,- /unit
- Biaya tetap, umpamakan
Rp. 5.000,-

356
- Harga penjualan
- per unit, misalnya Rp. 20,- /unit
Rumus : TR = TC
TR = VC + FC
penjabaran :
X.20 = X.10 + 5.000
20.X = 10X + 5.000
10X = 5.000
X = 500
Jadi BEP akan dicapai pada produksi 500 unit.
Rumus II : FC (Fixed Cost)
Total Cost per unit
(TC) dikurangi
Variable Cost per
Unit (VC)
Faktor yang sudah diketahui misalnya :
- Variable Cost : Rp. 5.000,-
- Fixed Cost : Rp. 5.000,-
Total Cost 500 unit Rp.10.000,-

Biaya produksi per unit (TC/Unit) =


1
------- x Rp. 10.000,- = Rp. 20,-
500
FC
Rumus = TC VC
5.000 = 5.00 = 500
20 10 10

Jadi BEP dicapai pada produksi 500 unit

2. Pembiayaan Eksploitasi untuk perusahaan


Industri yang telah berjalan :
- Untuk prosuksi 9 bahan pokok
- Untuk produksi lainnya di luar 9 bahan
pokok
Harga pokok dari realisasi produksi rata-rata
per bulan x turn-over. Turn over pada
umumnya 3 bulan.
3. Untuk industri kehutanan :
- Log/Kayu Bulat.
Rencana Penjualan dalam kuantum x harga
pokok x turn over.
- Sawn Mill.
Rencana Penjualan dalam kuantum x harga
pokok x turn over.
- Plywood/Black Board Rencana Penjualan
dalam kuantum x harga pokok x turn over.
- Moulding/Pekerjaan Kayu Rencana
Penjualan dalam kuantum x harga pokok x
turn over. Besarnya turn over maksimum 6
bulan.
4. Untuk industri Karoseri
Harga pokok rata-rata per bulan x turn over.
Turn over Maksimum 3 bulan.
D. Pembiayaan Modal Kerja Untuk 1. Perkebunan
Perkebunan, Peternakan dan a. Untuk yang tercantum dalam Rencana
Perikanan kerja Perusahaan perusahaan yang telah
disetujui oleh Menteri Pertanian (Khusus
untuk PN/PTP). Harga pokok dari rencana
60% penjualan rata-rata perbulan x turn over.

357
b. Untuk tanaman musiman (tembakau dll.)
Harga pokok dari realisasi penjualan rata-rata
60% per bulan x turn over.
c. Untuk pabrik the/sereh wangi/karet/kopi.
Harga pokok dari realisasi penjualan rata-rata
per bulan x turn over.
2. Peternakan
a. Ayam Petelur
60% - Baru : Kebutuhan
pembiayaan selama 3
bulan
- Berjalan : Harga pokok dari
60% realisasi penjualan
rata-rata perbulan *)x
turn over Turn over
mak-simum 3 bulan
b. Ayam Boiler/ayam potong
- Baru : Kebutuhan
Pembiayaan selama 3
bulan.
- Berjalan : Harga pokok dari
realisasi penjualan
rata-2 perbulan*) x
turn over Turn over
maksimum 3 bulan.
3. Makanan Ternak
Harga pkok rata-rata per bulan x tur over.
Turn Over maksimum 4 bulan
4. Perikanan
a. Pemeliharaan Ikan Mas/ Lainnya
- Baru : Kebutuhan Pembiayaan
selama 6 bulan.
- Berjalan: Harga pokok dari realisasi
penjualan rata-rata
perbulan *) x turn over.
Turn over maksi-mum 5
bulan
b.Pertambakan Udang
- Baru : Kebutuhan pembiayaan
selama 5-6 bulan.
- Berjalan: Harga pokok dari realisasi
penjualan rata-rata
perbulan *) turn over Turn
over maksimum 5 bulan.
c. Hatchery Udang (Pembibitan Udang).
- Baru : Kebutuhan pembiayaan
selama 3-4 bulan.
- Berjalan: Harga
pokok dari Realis.
Penjualan rata-2 per
bulan *) x turn over
maksi-mum 3 bulan.
d. Cold Storage (Pembukuan HIX Laut)
Harga pokok rata-rata perbulan x turn
over. Turn over maksimum 3 bulan.
E. Pembiayaan Modal Kerja 1. Untuk Jasa Angkutan (darat, laut dan udara),
Prasarana-Jasa Angkutan 60% perhotelan, rumah sakit, pendidikan dll.
Kebutuhan modal kerja dalam 1 kali turn
over. Turn over disesuaikan dengan jenis
60% usaha masing-masing.

358
2. Untuk perusahaan kontraktor.
a. Untuk pembiayaan yang bersifat revolving
kebutuhan modal kerja 1 kali turn over.
b. Untuk pembiayaan yang bersifat transaksi
eenmaling:
- Untuk customer yang menyampaikan
cash flow.
Dari kebutuhan modal kerja yang
tercantum dalam cash flow (tanpa uang
muka).
- Untuk yang tidak menyam-paikan cash
flow.
Kontrak dengan pembayar-an per
termnya :
1) Bila tidak ada uang muka , 30 %
dari project cost (nilai kontrak di
kurangi 10 % dari laba).
2) Bila ada uang muka, 35 % dari
project cost kemudian dikurangi
uang muka.

*) Dalam Prakteknya, besarnya maksimum prosentase ditentukan/dikaitkan dengan capasitas produksi, modal
perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan pembiayaannya, selain itu pada dasarnya Bank
tidak akan membiayai semua yang dimohon oleh customer, sehingga diperlukan self financial dari customer
(atau tergantung pada kebijakan bank masing-masing)

F. Pendekatan Dalam Analisis Pembiayaan


1. Penjelasan
Dalam setiap penyaluran pembiayaan, Bank perlu menyakini diri kemampuan dan kesanggupan
customer untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang disepakati/diperjanjikan.
Dalam penilaian/analisis permohonan pembiayaan customer dapat dilakukan dengan beberapa
pendekatan /approach.
2. Approach di dalam analisis Pembiayaan.

Approach yang dipakai di dalam proses analisis pembiayaan itu sendiri dapat ditempuh melalui 6
pendekatan yang akan mempunyai pengaruh terhadap bentuk Financial Approval Package (FAP).
Approach tersebut meliputi:

e) Character Approach
Pemberian pembiayaan dengan pendekatan character ini untuk orang-orang tertentu yang
charackternya-tidak diragukan lagi dan ini merupakan pendekatan perpembiayaanan yang
paling murni, karena perpembiayaanan sendiri merupakan suatu kepercayaan. Pada dasarnya
dalam pendekatan ini pemberian pembiayaan didasarkan pada kepercayaan atas reputasi
karakter bisnis dari calon mudharib.
Pendekatan ini tepat digunakan apabila :
Bank telah mengenal dengan baik reputasi karakter dari calon mudharib

359
Antara bank dengan calon mudharib masih dalam satu sektor usaha, sehingga bank telah
mengetahui ciri-ciri sistem manajemen maupun karakter pelaksananya.
Namun demikian, analisis dengan Character Approach ini umumnya jarang diterapkan di Bank,
mengingat sulitnya melakukan penilaian karakter seseorang customer walaupun dalam praktek
hal ini terjadi, dilakukan atas dasar case by case.
f) Collateral Approach
Pemberian pembiayaan dengan pendekatan collateral analisis pembiayaan untuk customer yang
jamniannya sangat kuat dan liquid.dan merupakan bentuk pendekatan yang paling klasik dan
paling sederhana. Dalam pendekatan ini pembiayaan akan diberikan apabila calon mudharib
mempunyai jaminan yang kuat/memadai, baik ditinjau dari nilai ekonomis maupun nilai
yuridisnya, sehingga pembiayaannya menjadi aman.
Pendekatan ini tepat digunakan apabila :
Pembiayaan dijamin oleh guarantee/Standby L/C dari bank lain.
Pembiayaan dijamin oleh surat-surat berharga (Deposito/sertifikat deposito) yang belum
jatu tempo dan surat-surat berharga lain yang mudah dipasarkan (marketable securities).
g) Repayment Approach
Pemberian pembiayaan dengan pendekatan pelunasan (repayment approach) yang bersifat self
liquidating (eenmalig) di mana sumber pelunasannya sudah jelas dan dikuasasi bank yang pada
intinya adalah mendasarkan pada kemampuan pelunasan hutang dari customer.
Dalam pendekatan ini penilaian kemampuan pelunasan tidak hanya dilihat dari sumber-sumber
dana yang diciptakan oleh kegiatan usaha customer, melainkan juga sumber dana lainnya yaitu
dari pihak ketiga atau dari likuidasi barang-barang agunan yang diserahkan oleh customer.
Pendekatan ini tepat digunakan apabila :
Pembiayaan untuk bidang usaha kontraktor, dimana proses penagihan hasil penyelesaian
kontraknya telah diikat secara cessie.
Pembiayaan untuk bidang usaha kontraktor, supplier dengan bouwheer,
BUMN/Departemen/Pemerintah yang pembayarannya langsung disalurkan melalui/dikuasai
bank.
Apabila calon mudharib telah mempunyai administrasi keuangan yang cukup baik dan dapat
dipercaya, maka untuk melihat kemampuan calon mudharib untuk melunasi pembiayaannya
dapat didasarkan pada estimasi "cash flow" dan dibandingkan dengan estimasi "sources and
uses of funds" (sumber dan penggunaan dana) calon mudharib yang bersangkutan.
h) Feasibility Approach

360
Pemberian pembiayaan dengan pendekatan kelayakan proyek usaha calon mudharib (feasibility)
yang ditujukan untuk proyek-proyek customer yang memerlukan penelaahan feasibility
proyeknya secara teliti dan merupakan pemberian pembiayaan yang memerlukan sikap sangat
berhati-hati bagi bank. Sering terjadi proyek usaha yang akan dibiayai masih merupakan suatu
rencana, belum ada realisasinya secara konkrit. Proyek yang akan dibiayai dengan pembiayaan
bank mungkin saja masih berupa angan-angan calon mudharib atau baru berupa suatu usulan
proyek (project proposal).
Dilain pihak karakter calon mudharib yang bersangkutan belum banyak diketahui oleh bank,
barang-barang yang akan dijadikan agunan pembiayaan, sebagian besar adalah barang-barang
modal yang akan dibeli dengan dana yang berasal dari pembiayaan yang diperoleh tersebut,
serta tidak ada sumber dana untuk pelunasan pembiayaan yang berasal dari pihak lainnya.
Mengingat kondisi tersebut bank harus mampu menilai sejauh mana proyek usaha calon sumber
mudharib tersebut dapat melunasi semua kewajibannya dengan sumber-sumber dana yang dapat
dihimpun oleh usaha itu sendiri.
Suatu proyek akan mampu menghasilkan laba dan menghasilkan dana untuk pelunasan
pembiayaannya apabila proyek tersebut cukup feasible (dapat secara layak dilaksanakan dengan
baik sesuai dengan norma-norma bisnis yang berlaku).
Pendekatan ini tepat digunakan untuk usaha-usaha baru maupun lama yang mempunyai prospek
yang cerah dibidang industri, perdagangan, perkebunan, jasa dan lainnya.
i) Agent Of Development Approach
Pemberian pembiayaan dengan pendekatan ini didasarkan pada fungsi bank sebagai agen
pembangunan dari suatu sistem perekonomian. Dengan demikian bank akan melaksanakan
fungsinya sebagai sarana moneter (monetary device) dari penguasa moneter.
Pemberian pembiayaan disini meliputi 2 (dua) misi sekaligus, yaitu
Sebagai badan usaha adalah untuk mencari laba.
Sebagai agen pembangunan adalah lebih banyak bertindak dalam kegiatan pembinaan
(promotor) atas customernya agar potensi customer dapat dikembangkan semaksimal
mungkin melalui pemberian pembiayaan dan pembinaan teknis, manajemen, pemasaran dan
lain-lain.
Pemberian pembiayaan dengan pendekatan ini meliputi kegiatan :
Identifikasi dan pengembangan proyek yang dianggap potensiil secara ekonomis.
Pengembangan kewiraswastaan (enterpreunship) dari para pengelolanya.
Pengorganisasian proyek dari awal sampai dengan pembiayaan dilunasi.

361
j) Relationship Approach
Pemberian pembiayaan dengan pendekatan relationship ini untuk pricing customer, dan
pemberian fasilitas kepada customer misalnya immediate financial, pemberian kurs khusus dan
lebih didasarkan pada besar kecilnya volume relationship antara pihak bank dengan customer,
misalnya dalam negosiasi pemberian fasilitas lain kepada mudharib lama, seperti pricing
product dan jasa yang diberikan bank. Pendekatan ini juga tepat digunakan apabila bank akan
take over dari bank lain. Dasar keputusan pemberian pembiayaan ini berorientasi pada
Customer Profitability Analysis (CPA) dimana prospective customer tersebut minimal harus
mempunyai Return on Risk Assets di atas standar yang berlaku di Bank.
Penggunaan setiap pendekatan tersebut di atas didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
besar kecilnya jumlah pembiayaan yang diajukan, jenis jaminan pembiayaan, struktur permodalan
yang diminta (financial structure), besar kecilnya volume relationship yang ada, marketing strategy
dari bank dan misi bank.
Dalam menganalisis permohonan pembiayaan perlu ditempuh beberapa pendekatan dengan maksud
agar bank dapat dengan cepat mengambil keputusan, menerima atau menolak permohonan
pembiayaan customer. Misalnya, seorang customer yang mengajukan permohonan rehabilitasi
rumahnya karena akan dikontrak oleh orang asing untuk jangka waktu 3 tahun dengan nilai kontrak
tertentu. Bank tidak perlu lagi meminta berbagai macam data yang tidak relevan (misalnya laporan
keuangan customer). Dalam kasus ini sumber pembayarannya sudah jelas, yaitu dari hasil kontrak.
Pengamanannya sudah jelas, karena rumah tersebut ada sertifikatnya yang dapat diikat. Jadi untuk
permohonan ini digunakan repayment approach atau collateral approach.
Pendekatan ini bertujuan untuk memudahkan pemilihan jenis analisis pembiayaan, juga
bermanfaat :
Mempercepat proses analisis pembiayaan.
Untuk menetapkan teknik analisis pembiayaan yang setepat-tepatnya.
Untuk memudahkan dalam proses administrasi dan pengawasan pembiayaan.
Dalam menganalisis permohonan pembiayaan, mak harus ditentukan lebih dahulu pendekatan apa
yang akan digunakan, sehingga format Financial Approval Package (FAP) mana yang akan
digunakan dapat ditentukan.
Dari keenam approach tersebut dapat disiapkan lima model FAP yaitu :
FAP untuk pembiayaan yang menggunakan collateral approach.
FAP untuk pembiayaan yang menggunakan repayment approach

362
FAP untuk pembiayaan yang menggunakan feasibility approach seperti yang umumnya
digunakan saat ini di PT. Bank Permata Arif.
FAP untuk pembiayaan yang menggunakan Agent of Development Approach (pembiayaan
program pemerintah), contohnya UKM.
FAP untuk pembiayaan yang menggunakan relationship approach.
Dalam hal permohonan/pengajuan pembiayaan customer cukup kompleks, maka pendekatan-
pendekatan tersebut dapat digunakan/digabungkan tergantung kepada kompleksitas pembiayaan
customer.
Adapun penjelasan masing-masing model FAP disusun menurut kelengkapan analisis/formulir yang
digunakan, sebagai berikut :
a) FAP untuk feasibility approach
o Laporan Informasi Customer
o Laporan Kontak dan Kunjungan Customer
o analisis Keuangan atau Spread Sheet
o Arus/Anggaran Kas atau Cash Flow/Budget
o Rencana Pemasaran Kepada Customer
o Relationship Profitability Report
o Saat ini dipergunakan Customer Profitability Analysis
o Memo Pembiayaan Customer
o Ringkasan Fasilitas Pembiayaan
Analisis pembiayaan yang menggunakan pendekatan ini harus menggunakan FAP lengkap
dan dalam meganalisis pembiayaan harus memperhatikan seluruh aspek-aspek analisis.
b) FAP untuk Collateral Approach
Analisis pembiayaan yang menggunakan pendekatan ini antara lain adalah :
o Pembiayaan yang dijamin dengan deposito Bank Permata Arif.
o Pembiayaan yang dijamin dengan deposito /sertifikat deposito/guarantee/standby L/C bank
Pemerintah lain/bank swasta besar/bank asing/bank koresponden luar negeri.
Prosedur analisis:
o Pembiayaan yang dijamin dengan deposito yang diterbikan Bank Permata Arif
Formulir yang dugunakan adalah :
Surat permohonan customer.
Risalah Keputusan Pembiayaan Dengan Agunan Khusus
Dengan langkah-langkah :

363
Konfirmasi terhadap keaslian/keabsahan bilyet deposito/sertifikat deposito, buku
tabungan serta authentikasi Standby L/C dari Prime Bank. Dalam hal penerbit bilyet
adalah Cabang Bank Permata Arif lain harus diyakini kebenaran konfirmasinya
(disarankan jawaban konfirmasi secara tertulis).
Customer menyerahkan surat kuasa kepada Cabang untuk dapat mencairkan deposit
yang dijamin apabila pada saat jatuh tempoi mudharib tidak dapat melunasi
kewajibannya. Sebaiknya surat kuasa dibuat secara notariil.
Perhitungan pembiayaan dilakukan dengan formulan sebagai berikut :

MK = ND - (n x i x ND + t)

MK = Maksimum Pembiayaan
ND = Nominal Deposit
n = Jangka Waktu Pembiayaan
i = Tingkat bunga pembiayaan yang akan dikenakan per bulan.
t = Pajak atas bunga deposit yang diperoleh selama jangka waktu pembiayaan.

o Pembiayaan yang dijamin dengan deposito/guarantee/standby L/C bank koresponden.

Formulir yang digunakan :


Surat permohonan customer.
Risalah Keputusan Pembiayaan Dengan Agunan Khusus.
Dengan prosedur :
Konfirmasi bonafiditas bank penerbit ke Devisi International Trade.
Konfirmasi secara tertulis mengenai keaslian/keabsahan deposito/guarantee/ standby
L/C dari bank penerbit.
Untuk saat ini pembiayaan yang dijamin dengan guarantee/standby L/C bank
koresponden diberikan secara case by case dengan seizin Kantor Pusat.

o Pembiayaan yang dijamin dengan Deposito bukan Bank Permata Arif.


Prosedur analisis sama dengan pembiayaan biasa, dengan mengisi format FAP yang terdiri
dari :
Ringkasan Fasilitas Pembiayaan
Memo Pembiayaan Customer
Laporan Kunjungan/Kontak Kepada Customer.

364
c) FAP untuk repayment approach
Analisis yang menggunakan pendekatan ini adalah pembiayaan-pembiayaan yang
proyek/penjualan didasarkan atas kontrak. Dalam hal ini bouwheer harus bonafid seperti
BUMN, Departemen/Pemerintah. Biasanya untuk bidang usaha kontraktor atau perdagangan.
Untuk menganalisis harus mengisi FAP lengkap dengan penekanan yang lebih tajam pada
analisis cash budget/cash flow/rencana pelunasan pembiayaan, mengingat pelunasan
pembiayaan berdasarkan cash budget/cash flow.
FAP yang harus dilengkapi adalah Laporan Informasi Customer, Laporan
o Laporan Informasi Customer.
o Laporan Kunjungan / Kontak Customer.
o Rencana Pemasaran Kepada Customer.
o Cash Budget.
o Memo Pembiayaan Customer.
o Ringkasan Fasilitas Customer.
Hal lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah seluruh pembayaran transaksi dari bouwheer
harus langsung disalurkan ke Bank yang selanjutnya dipergunakan sebagai sumber pelunasan
pembiayaannya.
d) FAP untuk pembiayaan program Pemerintah (Agent Of Development Approach)
Pada dasarnya sama dengan pendekatan feasibility approach, hanya saja analisisnya tidak terlalu
luas dengan memperhatikan ketentuan yang digariskan pemerintah.
FAP yang harus dilengkapi adalah :
o Laporan Informasi Customer
o Laporan Kunjungan / Kontak Customer.
o Memo Pembiayaan Customer.
o Ringkasan Fasilitas Customer.
Juga perlu diperhatikan adalah pembinaan kepada customer dalam bidang manajemen,
administrasi/keuangan, pemasaran/prospek usaha customer, dan sebagainya baik sebelum
maupun sesudah diberikan fasilitas pembiayaan.
e) FAP untuk relationship approach
Format FAP yang digunakan adalah :
o Customer Profitability Analysis.
o Memo Ringkasan Customer.
o Ringkasan Fasilitas Pembiayaan.

365
Model ini digunakan untuk menganalisis pembiayaan-pembiayaan yang diambil alih dari bank
lain dan fasilitas-fasilitas tambahan yang diperlukan oleh mudharib sebagai kelengkapan atas
fasilitas yang telah dinikmatinya misalnya Immediate Financial, keringanan komisi dan lain-
lain, yang mungkin dipertimbangkan bank sepanjang masih menguntungkan.
Analisis dalam pendekatan ini dititik beratkan kepada berapa besar pengaruh pemberian suatu
fasilitas terhadap target keuntungan relationship dengan customer (RORIWAC). Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menyusun Customer Profitability Projection (dengan memasukkan
keuntungan dan kerugian yang akan timbul dari fasilitas yang akan diberikan).
G. Financial Approval Package
1. Pengertian
Sebagai penunjang tugas Account Officer untuk memenuhi prosedur Pembiayaan secara efektif,
maka diperlukan sarana berupa suatu Paket analisis dan Persetujuan Pembiayaan yang disebut
Financial Approval Package (FAP)
2. Format-format dalam Financial Approval Package
FAP ini terdiri dari 8 (delapan) bentuk yang masing-masing mempunyai tujuan-tujuan tersendiri
tetapi setiap bentuk/format merupakan suatu bagian integral (paket) untuk memberi evaluasi dengan
se-objektif mungkin atas proses permohonan pembiayaan.
Biasanya untuk memudahkan pengisian dari FAP ini, disiapkan untuk masing-masing jenis
approach dapat dikerjakan dalam Personal Computer dengan program exel.
Financial Approval Package terdiri dari:
a) Ringkasan Fasilitas Pembiayaan .
b) Memo Pembiayaan Customer.
c) Laporan Informasi Customer.
d) Laporan Kontak dan Kunjungan Customer
e) Analisis Keuangan atau Spread Sheet
f) Arus/Anggaran Kas atau Cash Flow/Budget
g) Rencana Pemasaran Kepada Customer
h) Relationship Profitability Report atau Customer Profitability Analysis .
Adapun langkah-langkah pembuatannya adalah :
a) Laporan Informasi Customer
Tujuan :
1) Menata informasi kualitatif dari customer.
2) Menyediakan informasi yang jelas dan ringkas tentang customer.
3) Memodulasikan pengelolaan informasi customer.

366
4) Menyediakan cara yang standar.
Informasi yang diperoleh :
1) Nama customer, lokasi, dan sektor ekonomi.
2) Tanggal pertama kali berhubungan dengan customer.
3) Bagaimana mula-mula customer berhubungan dengan bank.
4) Status pemilikan : jenis perusahaan, besarnya saham.
5) Pengurus perusahaan : nama, tokoh yang penting, pengalaman dan pendidikan, tidak
terdapat dalam daftar pembiayaan macet.
6) Latar belakang dan sejara singkat : tahun dan perubahan yang cukup penting.
7) Keuangan dan relationship lainnya : Bank, Akuntan, Notaris, Asuransi dan Penasehat
Hukum.
8) Produksi : produknya, penjualan per jenis produk dan kualitas.
9) Pasar : permintaan, pertumbuhan dan kompetisi.
10) Fasilitas : lokaso, kualitas dan kondisi/usia infrastruktur pabrik.
11) Supplier : nama, diversifikasi, syarat-syarat dan jaminan.
12) Distribusi : rencana pemasaran dan syarat-syaratnya.
13) Hubungan dengan afiliasi : penjualan/business antar group.
14) Penilaian pengelolaan :
Orientasi dan janji sesuai sasaran.
Karakteristik organisasi.
Latar belakang dan kualitas manajer.
Reputasi pasar.
Kualitas sistem manajemen.
Penyesuaian terhadap perkembangan teknologi.

367
Laporan Informasi Customer
Cabang: Tanggal: Menjadi Customer sejak:
- Giro
Nama Customer: No. Telpon: - Pembiayaan
No. Facimile: Status Customer: Aktif-Baik/Kurang
Alamat Lengkap: Bidang Usaha Baik

PEMILIK/PENGURUS
Nama Jabatan

ANAK PERUSAHAAN/AVILIASI
Nama Perusahaan Alamat Bidang Usaha Contact Person Bankers Keterangan

LEGALITAS PERUSAHAAN

Jenis Akta Nomor Tanggal Keterangan


Pendirian
Perubahan
Pendaftaran di Peng. Negeri
Pengesahan Kehakiman
Penempatan pada. Lembaran
Negara
Legalitas Usaha:

Jenis Perizinan Nomor Tanggl Keterangan


NPWP
KERANGAN DOMISILI
SIUP
TDP
WDP
UNDANG-2 GANGGUAN
IMB
IZIN BAPEPAM
ANGKA PENGENAL EKSPOR
ANGKA PENGENAL IMPOR

INFORMASI PERBANKAN
Hubungan dengan Bank Lain (Pembiayaan, Impor, Ekspor, Deposito pada Penesegat Hukum:
Bank Lain)

Notaris:

Akuntan Publik

ASPEK TEKNIS
Sumber Bahan Baku:

ASPEK PEMASARAN

368
Rencana/Realisasi Usaha:

Sistem Penjualan:

PENILAIAN BANK ATAS MANAJEMEN CUSTOMER


Penilaian Atas Rencana/Target
Customer

Karakter/Latar Belakang Pendidikan


dan Pengalaman Pengurus Perusahaan

Karakter/Ciri-ciri Organisasi

Informasi/Penilaian Lainnya yang


dianggap penting

Account Officer Account Officer Suprvisor Branch Manager

b) Laporan Kontak dan Kunjungan Customer


Tujuan :
1) Membantu untuk mengadakan persiapan kunjungan /kontrak customer.
2) Membuat dokumentasi atas hasil kunjungan/ kontak customer
3) Merinci masalah-masalah yang memerlukan tindak lanjut.
Informasi yang diperoleh :
1) Daftar topik yang tercakup dalam kunjungan/kontak customer.
2) Ringkasan dari hasil kunjungan/kontak customer.
3) Daftar perincian untuk langkah-langkah lanjutan serta menetapkan jadual waktu
penyelesaiannya.

369
Laporan Kunjungan/Kontak Kepada Customer
Nama Customer: Account Officer

Group Customer: Tanggal Kunjungan

Alamat Customer: Point of Contact

Kantor: Nama Yang Ditemui

Lokasi Usaha: Kantor Cabang:

Tujuan Kunjungan:

Hasil Kunjungan/Pembicaraan

Masalah Yang Harus Segera Diselesaikan Target Tanggal Penyelesaian

Account Officer Account Officer Superviso/Branch Manager

c) Analisis Keuangan atau Spread Sheet


Tujuan :
1) Memperoleh informasi keuangan customer.
2) Mempercepat analisis keuangan.
3) Mempercepat hasil proyeksi keuangan.
Informasi yang diperoleh :
1) Perbandingan laporan keuangan customer.
2) Analisis Rugi/Laba.
3) Perubahan Ratio.
4) Perubahan Modal.
5) Perubahan aktiva tetap.
6) Laporan pendapatan kas dari operasi atau non-operasi.
Model Spread Sheet yang tersedia dengan judul Comparative Statement of Financial Condition
terdiri dari 4 bagian yaitu :
1) Balance Sheet
2) Income Statement
3) Cash Generation

370
4) Projection Section
Untuk perusahaan yang telah berjalan, data Neraca & Rugi/Laba minimal 2 tahun dan idealnya 3
tahun. Untuk memudahkan dan mempercepat perhitungan sebagai bahan analisis baik horizontal
maupun vertikal serta ratio-ratio keuangan (yang akan diuraikan kemudian) digunakan Model
Spread Sheet ini.
Model ini akan menampilkan fungsi-fungsi sebagai berikut :
a) Perbandingan laporan keuangan.
b) Perhitungan Ratio Keuangan.
c) Perhitungan Equity secara otomatis dan Rekonsiliasi Aktiva Tetap.
d) Laporan Perhitungan Penciptaan Kas (Cash Generation).
e) Perhitungan optimal dari Proyeksi satu tahun.
Konversi Rekening
Untuk dapat menggunakan Model Spread Sheet ini rekening-rekening yang ada pada Neraca dan
Rugi/Laba customer terlebih dahulu dikonversikan ke dalam Spread Sheet. Dalam rangka konversi
dimaksud, maka pengertian masing-masing rekening pada model, diuraikan di bawah ini.

371
Model Spread Sheet
Comparative Statement Of Financial Condition
Name : Location :
Corrency : Amounts :
Date:
Number of Months: 2002 2003 2004 2005
Sales on Financial %
BALANCE SHEET Actual Actual Actual Projection
ASSETS:
Cash & Bank
Marketable Securities
Account Receivable
Inventory
Other Current Assets
Prepaid Expenses
Current Assets
Net Fixed Assets
Invesments
Other Non Current Assets
Intangibles
Total Non Current Assets
Total Assets
LIABILITIES AND EQUITY:
Account Payable
Accruals
Taxes Payables
Other Current Liabilities
Current Portion Long Term Debt
Current Liabilities
Long Term Debt
Other Liabilities, Long Term
Long Term Liabilities
Total Liabilities
Commont Stock
Surplus & Reserves
Retained Earning
Total Net Worth
Liabilituies & Net Worth

INCOME STATEMENT 2002 2003 2004 2005


Actual Actual Actual Projection
Net Sales
Cost Of Good Sold
% of Sales
Selling, General Administration Expenses
% of Sales
Depreciation
Interest Expense
Other Income, Net
Earning before Taxes
% of Sales
Income Taxes
Extraordinary Items

372
Net Income
% of Sales
RATIOS (Annualized)
Sales Growth Rate %
Net Income/Average Net Worth %
Net Income/Average Assets %
Interest/Average Bank Debt %
Sales/Average Assets
Current Ratio
Quick Asset Ratio
Days Receivable
Days Inventory
Days Paya ble
Leverage (Debt/Equity)
Long Term Leverage
RECONCILIATIONS
Net Worth
beginning Neet Worth
plus: net income
plus: fresh capital
total increase
less: dividends, others
increase/decrease in Net Worth
ending Net Worth
Fixed Assets
beginning fixed assets
less: depreciations
subtotal
ending fixed assets
capital expenditures

H. Pembiayaan Customer dengan Prinsip Syariah


1. Dasar Hukum
Dalam Bab 2 telah dikemukakan sisi hukum pembiayaan pada Bank Konvesional yang berlaku di
Indonesia, dan pada Bab 6 ini dilengkapi dengan konsep dan Prinsip Syariah dalam bisnis
perbankan, khususnya di bidang perpembiayaanan (Muhammad Syafii Antonio, 2001) dan (Ahmad
Gozali, 2005):
a) Konsep Riba Dalam Pandangan NonMuslim
Riba telah menjadi persoalan kalangan di luar Islam pada beribu tahun yang lalu, dan bukan
bagi kalangan Islam saja:
1) Kosep bunga di kalangan Yahudi, orang-orang Yahudi dilarang mempraktikkan
pengambilan bunga, seperti:
Kitab Exodus (Keluaran) pasal 22 ayat 25 menyatakan: Jika engkau meminjamkan
uang kepada salah seorang dari umat-Ku, orang yang miskin di antaramu, maka

373
janganlah engkau berlaku sebagai penagih utang terhadap dia; janganlah engkau
bebankan bunga uang terhadapnya.
Kitab Deuteronomy (Ulangan) pasal 23 ayat 19 menyatakan, Janganlah engkau
membungakan kepada saudaramu, baik uang maupun bahan makanan, atau apa pun
yang dapat dibungakan.
Kitab Levicitus (Imamat) pasal 25 ayat 36-37 menyatakan, Janganlah engkau
mengambil bunga uang atau riba darinya, melainkan engkau harus takut akan Allahmu,
supaya saudaramu bisa hidup di antaramu. Janganlah engkau memberi uangmu
kepadanya dengan meminta bunga, juga makananmu janganlah kauberikan dengan
meminta riba.
2) Konsep Bunga di kalangan Yunani dan Romawi, Pada masa Yunani, sekirat abaf VI
sebelum Masehi hingga I Masehi, telah terdapat beberapa jenis bunga. Selanjutnya pada
masa Romawi, sekitar abad V sebelum Masehi hingga IV Masehi, terdapat undang-undang
yang membenarkan penduduknya mengambil bunga selama tingkat bunga sesuai dengan
tingkat maksimal yang dibenarkan hukum, tapi dalam pelaksanaanya tidak dibenarkan
dengan cara bunga berbunga. Pada masa pemerintahan Genucia (342 SM), kegiatan
pengambilan bunga tidak diperbolehkan, apan tetapi pada masa Unciria (88 SM), praktik
tersebut diperbolehkan kembali seperti semula. Meskipun demikian, praktik tersebut dicela
oleh para ahli filsafat. Dua orang ahli filsafat Yunani terkemuka, Plato (427-347 SM) dan
Aristoteles (384-322 SM), mengecam praktik bunga. Demikian pula dengan Cato (234-149)
dan Cirero (106-43SM). Para ahli filsafat tersebut mengutuk orang-orang Romawi yang
mempraktikan pengambilan bunga.
3) Konsep Bunga di Kalangan Kristen, Kitab Perjanjian Baru tidak menyebutkan masalah ini
secara jelas. Akan tetapi, sebagian kalangan Kristiani menganggap bahwa ayat yang
terdapat dalam Lukas 6: 34-35 sebagai ayat yang mengecam praktik pengambilan bunga.
Apat tersebut menyatakan: Dan, jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang karena
kamu berharap akan menerima sesuatu darinya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun
meminjamkan kepada orang berdosa supaya mereka menerima kembali sama banyak.
Tetapi kamu, kasihila musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan
tidak mengaharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak
Tuhan yang Mahatinggi sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih
dan terhadap orang-orang jahat.
Karena ketidak tegasan ayat di atas mengakibatkan muncul berbagai tanggapan dan tafsiran
dari pemuka agama Kristen tentang boleh tidaknya orang Kristen mempraktikkan

374
pengambilan bunga. Untuk itu berikut ini dikemukakan berbagai pandangan di kalangan
pemuka Kristen, yang dikelompokkan benjadi:
Pandangan Pendeta Awal Kristen (Abad I-XIII), pada masa ini umumnya pengambilan
bunga dilarang. Mereka merujuk masalah pengambilan bunga kepada Kitab Perjanjian
Lama yang juga diimani oleh orang Kristen:
o St. Basil (329-379) menganggap mereka yang memakan bunga sebagai orang yang
tidak berperikemanusiaan. Baginya, mengambil bunga adalah mengambil
keuntungan dari orang yang memerlukan. Demikian juga mengumpulkan emas dan
kekayaan dari air mata dan kesusahan orang miskin.
o St. Gregory dari Nyssa (335-395) mengutuk praktik bunga karena menurutnya
pertolongan melalui pinjaman adalah palsu. Pada awal kontrak seperti membantu,
tetapi pada saat menagih dan meminta imbalan bunga bertindak sangat kejam
o St. John Chrysostom (344-407) berpendapat bahwa larangan yang teradapat dalam
Perjabjian lama yang ditujukan bagi orang-orang Yahudi juga berlaku bagi
penganut Perjanjian Baru.
o St.Ansel, dari Centerbury (1033-1109) mengangap bunga sama dengan perampokan
Larangan praktik bunga juga dikeluarkan oleh gereja dalam bentuk undang-undang,
yaitu:
o Council of Elvira (Spanyol tahun 306) mengeluarkan Canon 20 yang melarang para
pekerja gereja mempraktikkan pengambilan bunga. Barang siapa yang melanggar,
pangkatnya akan diturunkan.
o Council of Arles (tahun 314) mengeluarkan Canon 44 yang juga melarang para
pekerja gereja mempraktikkan pengambilan bunga
o Larangan pemberlakuan bunga untuk umum baru dikeluarkan pada Council of
Vienne (tahun 1311) yang menyatakan bahwa barangsiapa menganggap bunga itu
adalah sesuatu yang tidak berdosa, ia telah keluar dari Kristen (murtad)
Pandangan pada Sarjana Kristen (Abad XII-XVI), para tokoh sarjana Kristen yang
memberikan kontribusi pendapat yang sangat besar dengan bunga ini adalah Robert of
Courcon (1152-1218), William of Auxxerre (1160-1220), St. Raymond of Pennaforte
(1180-1278), St. Bonaventure (1221-1274) dan St. Thomas Aquinas (1225-1274).
Kesimpulan hasil bahasan para sarjana Kristen periode tersebut sehubungan dengan
bunga adalah:
o Niat atau perbuatan untuk mendapatkan keuntungan dengan memberikan pinjaman
adalah suatu dosa yang bertentangan dengan konsep keadilan

375
o Mengambil bunga dari pinjaman diperbolehkan, namun haram atau tidaknya
bergantung pada niat di pemberi utang
Pandangan para Reformis Kristen (bad XVI-Tahun 1836), para reformis antara lain
John Calvin (1509-1564), Charles du Moulin (1500-1566), Claude saumaise (1588-
1653), Martin Luther (1483-1546), Melanchthon (1497-1560) dan Zwingli (1484-
1531). Beberapa pendapat Calvin sehubungan dengan bunga antara lain:
o Dosa apabila bunga memberatkan
o Uang dapat membiak (kontra dengan Aristoteles)
o Tidak menjadikan pengambilan bunga sebagai rpofesi
o Jangan mengambil bunga dari orang miskin
b) Larangan Riba dalam Al-Quran dan As-Sunnah
Umat Islam dilarang mengambil riba apapun jenisnya. Larangan supaya umat Islam tidak
melibatkan diri dengan riba bersumber dari berbagai surah dalam Al-Quran dan hadits
Rasulullah saw.
1) Larangan Riba dalam Al-Quran, diturunkan dalam empat tahap, yaitu:
Tahap pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman rima yang pada zahirnya seolah-
olah menolong mereka yang memerlukan sebagai suatu perbuatan mendekati atau
taqarrub kepada allah SWT dalam surat ar-Ruum; 39:
Dan, sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harga
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan, apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).
Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah SWT mengancam
akan memberi balasan yang keras kepada orang Yahudi yang memakan riba, dalam
surat an-Nisaa: 160-161:
Maka, disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka
(mamakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan
karena mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya,
dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.
Tahap ketiga, riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat
ganda. Para ahli tafsir berpendapat bahwa pengambilan bunga dengan tingkat bunga

376
yang cukup tinggi merupakan fenomena yang banyak dipraktikkan pada masa tersebut.
Allah berfirman dalam surat Ali Imran: 130:
hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.
Tahap keempat, Allah SWT dengan jelas dan tegas mengharamkan apapun jenis
tambahan yang diambil dari pinjaman, dalam surat al-Baqarah: 278-279:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka, jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul=Nya
akan memerangimu. Dan, jika kamu bertobat (dari pengambilan riba) maka bagimu
pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.
2) Larangan Riba dalam Hadits
Dalam amanat terakhirnya pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriah, Rasulullah saw,
masih menekankan sikap Islam yang melarang riba :
Ingatlah bahwa kamu akan menghadap Tuhanmu dan Dia pasti akan menghitung
amalanmu. Allah telah melarang kamu mengambil riba. Oleh karena itu, utang akibat riba
harus dihapuskan. Modal (utang pokok) kamu adalah hak kamu. Kamu tidakakan
menderita ataupun mengalami ketidakadilan.
Selanjutnya sabda Rasulullah dalam hadits yang dirawikan oleh HR. Muslim No. 2995,
kitab al-Masaqqah yang artinya:
Jabir berkata bahwa Rasulullah saw. Mengutuk orang yang menerima riba, orang yang
membayarnya, dan orang yang mencatatnya, dan dua orang saksinya, kemudian beliau
bersabda,Mereka itu semuanya sama.
2. Pembiayaan dengan Prinsip Syariah
Pemberian pembiayaan pada Bank Konvensional dalam meminjamkan uang kepada yang
membutuhkan dan mengambil bagian keuntungan berupa bunga dan provisi dengan cara
membungakan uang yang dipinjamkan tersebut.
Prinsip syariah meniadakan transaksi semacam ini dan mengubahnya menjadi pembiayaan, di mana
bank tidak meminjamkan sejumlah uang pada customer akan tetapi membiayai proyek keperluan
customer. Dalam hal ini bank berfungsi sebagai intermediasi uang tanpa meminjamkan uang dan
membungakan uang tersebut. Sebagai gantinya, pembiayaan usaha customer tersebut dapat
dilakukan dengan cara membelikan barang yang dibutuhkan customer, lalu bank menjual kembali
pada customer, atau dapat pula dengan cara bank mengikut serakan modal dalam usaha customer.

377
Lazimnya dalam bisnis prinsip syariah, ada tiga pihak yang melakukan akad pada bank syariah,
yaitu:
a) Bagi hasil atau Syirkah (Profit Sharing)
Fasilitas pembiayaan yang disediakan di sini berupa uang tunai atau barang yang dinilai dengan
uang. Jika dilihat dari sisi jumlah, Bank Syariah dapat menyediakan 100% (bank konvensional
tidak mungkin 100%) dari modal yang diperlukan, ataupun dapat pula hanya sebagian saja
berupa patungan antar bank dengan pengusaha (customer) . Jika dilihat dari sisi bagi hasilnya,
ada dua jenis bagi hasil (tergantung kesepakatan), yaitu revenue sharing atau profit sharing.
Sedangkan dalam hal presentase bagi hasilnya dikenal dengan nisbah, yang dapat disepakati
antara bank dengan customer yang mendapat fasilitas pembiayaan pada saat akad pembiayaan.
1) Al- Mudharabah (Trust Financial, Trust Invesment)
Al-Mudharabah adalah sistim kerjasama usaha antara dua pihak atau lebih di mana pihak
pertama (shahib al-maal) menyediakan seluruh (100%) kebutuhan modal (sebagai
penyuntik sejumlah dana sesuai kebutuhan pembiayan suatu proyek), sedangkan customer
sebagai pengelola (mudharib) mengajukan permohonan pembiayaan dan untuk ini customer
sebagai pengelola (mudharib) menyediakan keahliannya. Dalam transaski jenis in I
biasanya mensyaratkan adalnya wakil shahib al-maal dalam manajemen proyek. Mudharib
sebagai pengelola yang dipercaya harus bertanggung jawab bila terjadi kerugian yang
diakibatkan karena kelalaian dan wakil shahib al-maal harus mengelola modal secara
profesional untuk mendapatkan laba yang optimal. Keuntungan usaha secara al-
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan
apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal (Bank) selama kerugian itu bukan akibat
kelalaian di pengelola (customer). Selanjutnya bilamana kerugian tersebut sebagai akibat
kecurangan atau kelalaian pengelola (customer), maka pengelola harus bertanggung jawab
atas kerugian tersebut. Pada dasarnya kedua belah pihak kemudian berbagi hasil atas
keuntungan usaha yang diperoleh. Dalam posisi ini bank berperan sebagai penyedia modal
dan customer yang mengajukan permohonan pembiayaan yang akan menjadi pengelola dari
usaha tersebut.
Landasan syariah dari al-Mudharabah ini lebih mencerminkan agar setiap ummat
dianjurkan untuk melakukan usaha, seperti tertera dalam Al-Quran dan Al-hadits, yaitu:
Al-Quran,
o Surat al-Muzzammil: 20), yang artinya:
...dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia
Allah SWT.........

378
o Surat al-Jumuah: 10, yang artinya:
Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaran engkau di muka bumi dan
carilah karunia Allah SWT
Al Hadits,
o HR Thabrani, yang artinya:
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Mthalib jika
memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar
dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau
membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan
bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut
kepad Rasulullah saw dan Rasulullah pun membolehkannya.
o HR Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah, yang artinya:
dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah saw bersabda, Tiga hal yang di
dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,
bukan untuk dijual.
Pada sisi pembiayaan, al-Mudharabah umumnya diterapkan untuk pembiayaan:
Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa
Investasi khusus, yang disebut juga dengan mudharabah muqayyadah, di mana sumber
dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah diterapkan
oleh Bank sebagai penyandang dana.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pembiayaan mudharabah, agar semua bertanggung
jawab dengan keputusannnya masing-masing, antara lain yaitu:
Setiap penyerahan modal dari Bank kepada pengelola harus jelas syarat dan waktunya
Hasil usaha dibagi sesuai dengan kesepakatan yang tertera dalam akad
Bank selaku pemilik dana berhak melakukan pengawasan, akan tetapi tidak ikut campur
dalam usaha customer
Hasil yang diperoleh dari pengelolaan modal dapat menggunakan perhitungan, seperti
berikut ini:
o Berdasarkan perhitungan pada revenue sharing
o Berdasarkan perhitungan pada profit sharing
Keuntungan pembiayaan dengan al-mudharabah, antara lain dapat dikemukakan
sebagai berikut:

379
Bank akan memperoleh peningkatan bagian hasil, tatkala keuntungan usaha customer
meningkat
Pengembalian pokok pinjaman diselaraskan dengan cash flow usaha customer sehingga
tidak mengganggu bisnis customer
Bank lebih selektif dan hati-hati dalam mencari jenis usaha dan customer yang benar-
benar halal, aman, menguntungkan, karena hasil keuntungan itulah yang akan dibagikan
Prinsip bagi hasil ini berbeda dengan prinsip bunga yang diterapkan dalam bank
konvesional (bunga tetapt), di mana bank akan menagih customer untuk suatu jumlah
bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan customer, sekalipun customer
menderita rugi akibat terjadi krisis ekonomi.
Kemungkinan risiko dalam al-mudharabah, antara lain yaitu:
Penyalah gunaan dana yang diperoleh customer untuk keperluan/tujuan lain yang
menimpang dari kesepakatan semula
Customer melakukan kesalahan yang disengaja, atau kelalaian yang tidak disengaja
Customer yang tidak jujur menyampaikan perkembangan bisnis/usaha perusahaan
Gambar: Pembiayaan al-Mudharabah
Dana

CUSTOMER BANK
Pengelola Modal Pemilik Modal
KEAHLIAN MODAL 100%

NISBAH NISBAH
% %
BAGI HASIL

2) Musyarakah (Partnership, Project Financial Participation)


Karakteristik dari transaksi ini dilandaskam karena adanya keinginan dari para pihak (dua
pihak atau lebih) melakukan kerjasama untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing
pihak menyertakan dan menyetorkan modalnya (baik intanjible asset maupun tanjible
asset) dengan pembagian keuntungan dikemudian hari sesuai kesepakatan. Kepersertaan
masing-masing pihak yang melakukan kerjasama dapat berupa dana (funding), keahlian
(skill); kepemilikan (property); peralatan (equipment); barang perdagangan (trading assets)
atau intajible asset seperti good will atau hak paten, reputasi/nama baik, kepercayaan serta
barang-barang lain yang dapat dinilai dengan uang. Bank Syariah menyediakan fasilitas

380
pembiayaan dengan cara menyuntikan modal berupa dana segar agar usaha customer dapat
berkembang ke arah yang lebih baik.
Landasan syariah dari al-musyarakah adalah seperti tertera dalam Al-Quran dan Al-
Hadits, yaitu:
Al-Quran
o Surat an-Nisaa: 12, yang artinya:
...maka mereka berserikat pada sepertiga.....
o Surat Shaad: 24 yang artinya:
Dan, sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian
mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan
mengerjakan amal sholeh.
Al-hadits
HR Abu Dawud no. 2936, dalam kitab al-Buyu, dan Hakim, yang artinya:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla
berfirman, Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya
tidak menghianati lainnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pembiayaan musyarakah, agar semua bertanggung
jawab dengan keputusannnya masing-masing, antara lain yaitu:
Semua modal (intajible dan tajible asset) disatukan sebagai modal usaha dan dikelola
bersama. Setiap pemilik modal mempunyai hak turut serta (sesuai dengan porsinya)
dalam menetapkan kebijakan usaya yang dijalankan oleh pengelola proyek (Customer)
Adanya transparansi dan diketahui para pihak terhadap biaya yang timbul dalam
pelaksanaan proyek serta jangka waktu proyek
Keuntungan usaha dibagi sesuai kesepakatan, sedangan kemungkinan rugi dibagi sesuai
dengan porsi modal masing-masing
Setelah pekerjaan (proyek) selesai modal dikembalikan pada masing-masing pihak
beserta sejumlah bagi hasil.
Akad hendaknya dibuat selengkap mungkin, sehingga menghindarkan risiko yang tidak
diinginkan dikemudian hari.
Dari sisi pembiayaan secara al-musyarakah ini, diperoleh beberapa manfaat, antara lain
sebagai berikut:
Bank akan memperoleh keuntungan berupa peningkatan dalam jumlah tertentu saat
keuntungan usaha customer meningkat

381
Pengembalian pokok pinjaman disesuaikan dengan cash flow usaha customer, sehingga
tidak memberatkan customer
Bank lebih selektif dan hati-hati (prudent) dalam mencari jenis usaha yang benar-benar
halal, aman, dan menguntungkan, karena hanya keuntungan yang riil dan benar-benar
terjadi yang akan dibagikan
Prinsip bagi hasil dalam mudharabah/musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga
tetap (yang dianut bank konvensional) di mana bank akan menagih penerima
pembiayaan (customer) untuk suatu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang
dihasilkan customer, bahkan sekalipun customer menderita rugi akibat krisis moneter
yang dijual kemampuan bank untuk menolaknya.
Gambar: Transaksi al-Musyarakah

CUSTOMER BANK
PEMILIK DANA DAN
Negosiasi & Akad PEMILIK DANA
PENGELOLA USAHA

Bagi Hasil
Dana

Bagi Hasil
USAHA

3) Al-Muzaraah (harvest Yield Profit Sharing)


Diartikan sebagai kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, di
mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan
dipelihara dengan imbalan bagian tertenti (persentase) dari hasil panen.
Sering pula al-muzaraah diartikan sama dengan mukabarah, namun diantaranya terdapat
juga perbedaan, yaitu:
Muzaraah, benih dari pemilik lahan pertanian
Murabarah, benih dari penggarap lahan pertanian
Landasan syariah dari al-musyarakah adalah seperti terdapat dalam Al-Hadits, yaitu:
Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw pernah memberikan tanah Khaibar
kepada penduduknya (ketika itu mereka masih yahudi) untuk digarap dengan imbalan
pembagian hasil buah-buahan dan tanaman.
Selanjutnya diriwayatkan oleh Bukhari dari Jabir yang menyatakan bahwa bangsa Arab
senantiasa mengolah tanahnya secara muzaraah dengan rasio bagi hasil antara lain : , :

382
; 1/3 : 2/3, maka Rasulullah pun bersabda, hendaklah menanami atau menyerahkannya
untuk digarap. Barangsiapa tidak melakukan salah satu dari keduanya, tahanlah
tanahnya.
Gambar: Transaksi al-Muzaraah
PERJANJIAN BAGI HASIL
PEMILIK PENGGARAP
LAHAN LAHAN

Lahan Keahlian
LAHAN
Bibit SDM
GARAPAN
Pupuk Waktu

HASIL
GARAPAN

4) Al- Musaqah (Plantation Management Fee Based on Certain Portion of Yield)


Al- Musaqah ini sebagai bentuk yang lebih sederhana dari al-muzaraah di mana penggarap
tanah hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dan sebagai kompensasi
atau imbalannya, penggarap memperoleh nisbah tertentu dari hasil panen.
Landasan syariah dari al-musyarakah adalah seperti terdapat dalam Al-Hadits, yaitu:
Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah saw pernah memberikan tanah dan tanaman kurma di
Khaibar kepada Yahudi Khaibar untuk dipelihara dengan mempergunakan peraturan dan
dana mereka dan sebagai kompensasi atau imbalannya mereka memperoleh persentase
tertentu dari hasil panen.
b) Jual beli atau Bai(Sale and Purchase)
Prinsip ini dilaksanakan karena adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda. Tingkat
keuntungan bank ditetapkan di muka dan menjadi bagian atar harga barang yang diperjual
belikan. Bentuk pembiayaan ini adalah:
1) Bai Al-Murabahah atau Beli Angsur (al-bai bi tsaman ajil) atau diartikan pula dengan
keuntungan (Deferred Payment Sale)
Di lihat dari asal kata ribhu (keuntungan), merupakan transaksi jual-beli di mana Bank
menyebutkan jumlah keuntungan tertentu. Di sini bank bertindak sebagai penjual, dan dilain
pihak customer sebagai pembeli, sehigga harga beli dari supplier atau perodusen atau
pemasok ditambah dengan keuntungan Bank sebelum dijual kepada customer.
Untuk terjadi transaksi perlu ada kesepakatan harga jual, syarat-syarat pembayaran antara
bank dengan pembeli. Harga juah dicantumkan dalam akad, sehingga tidak dapat diubah
oleh masing pihak sampai masa akad berakhir. Barang diserahkan setelah akad dilakukan,

383
sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh atau mencicil (bi tsaman ajil) atau
muajjal).. Bai Al-Murabahah ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan customer terhadap
barang tertentu karena tidak memiliki uang dalam jumlah besar atau karena tidak ingin
dibeli secara tunai. Di sini penjual berkewajiban memberitahu harga pokok barang yang
dibeli dan menentukan tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Dengan sistim ini
customer dapat memenuhi kebutuhannya terhadap suatu barang tertentu sesuai kebutuhan.
Praktiknya bank membelikan barang yang dibutuhkan customer, selanjutnya bank menjual
kepada customer dengan harga tertentu sesuai dengan kesepakatan, dan di sini bank
mengambil inisiatif untuk dengan menetapkan harga jual. Antara customer dan bank akan
terjadi proses tawar menawar mengenai harga jual serta cara pembayarannya.
Landasan syariah dari al-musyarakah adalah seperti terdapat dalam Al-Quran dan Al-
Hadits, yaitu:
Al-Quran, surat al-Baqarah: 275, yang artinya:
.........Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...
Al-hadits (HR Ibnu Majah), yang artinya:
Dari Suhaib ar Rumi r.a bahwa Rasulullah saw bersabda, Tiga hal yang didalamnya
terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.
Syarat yang harus dipenuhi dalam Bai al-Murabahah, yaitu: jual beli secara murabahah
hanya untuk barang atau produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu
negosiasi terjadi atau ketika melakukan kontrak. Bila produk tersebut belum dimiliki oleh
penjual, maka sistim yang digunakan adalah murabahah kepada pemesan pembelian, karena
model ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pembeli yang memesannya.
Gambar: Transaksi Bai al-Murabahah
Negosiasi &
Persyaratan

Akad Jual Beli


CUSTOME BANK
R
Bayar dengan Cicil
Terima barang
dan Dokumen

Kirim barang Bank beli dan bayar Lunas


SUPLIER

384
2) Al-Bai Naqdan
Al- Bai naqdan ini diartikan sebagai akad jual beli biasa yang dilakukan secara tunai (al-
Bai berarti jual beli, sedangkan naqdan artinya tunai)
3) Al-Bai Muajjal
Jual beli dapat juga dilaksanakan tidak secara tunai, tetapi dengan cicilan. Jual beli cicilan
ini disebut pula dengan al-bai muajjal. Pada jenis ini, barang diserahkan pada awal periode,
sedangkan uang dapat diserahkan pada periode berikutnya. Pembayaran ini dapat dilakukan
dengan mencicil selama periode hutang, atau dapat juga dilakukan secara sekaligus (lump-
sum diakhir priode.
4) Al-Bai Salam (In Front Payment sale)
Dalam jual-beli jenis ini, barang yang ingin dibeli biasanya belum ada (misalnya masih
harus diproduksi atau dipesan). Jual beli ini berlawanan dengan jual beli muajjal. Dalam
jual beli as-salam, uang diserahkan sekaligus di muka sedangkan barangnya diserahkan di
akhir periode pembiayaan. Dengan demikian bai As-Salam ini diartikan sebagai pembelian
barang atau produk yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan dalam hal pembayarannya
dilakukan di muka. Transaksi ini sebagai solusi memenuhi kebutuhan customer/petani
(utamanya kebutuhan petani) untuk modal kerja. Praktiknya bank diposisikan sebagai
pembeli produk pertanian dan transaksi ini dilakukan pada awal masa tanam, yaitu dengan
cara bank memesan hasil pertanian dengan membayar lunas pesanan tersebut pada saat akad
dilakukan (produsen ditunjuk oleh Bank). Agar transaksi dapat berjalan secara adil, maka
hasil pertanian yang dipesan oleh bank harus jelas kualitas dan kuantitasnya serta waktu
penyelesaiannya atau pengirimannya. Jika pesanan tidak sesuai dengan kualitas dan
kuantitas yang ditentukan, petani harus mengganti karena bank sudah membeli (membayar
di muka) seperti yang disebutkan dalam akad. Dalam praktik, karena Bank bank tidak
memiliki gudang penyimpanan, maka bank mencari pembeli untuk hasil pertanian tersebut.
Kenyataannya dalam praktik, petani menyerahkan hasil langsung ke pembeli berikutnya dan
bukan kepada bank.
Landasan syariah dari al-musyarakah adalah seperti terdapat dalam Al-Quran dan Al-
Hadits, yaitu:
Al-Quran, surat al-Baqarah: 282, yang artinya:
.........Hai orang-orang yang beriman, apabila engkau bermuamalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah engkau menuliskannya...
Al-hadits

385
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah saw datang ke Madinah dimana
penduduknya melakukan salaf dalam buah-buahan (untuk jangka waktu tertentu) satu,
dua dan tiga tahun, beliau berkata:
Barangsiapa yang melakukan salaf (salam), hendaklah ia melakukan dengan takaran
yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.
(HR Ibnu Majah) Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah saw bersabda, Tiga
hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan
untuk dijual.
Gambar: Diagram Transaksi Bai as- Salam

Kirim Barang
PRODUSEN CUSTOMER
PENJUAL

Bayar
Kirim Dokumen
Pemesanan
Barang Negosiasi
Customer Pesanan
dan Bayar BANK dengan Kriteria
Tunai

5) Bai Al-Istishna (Purchase by Order or Manufacture)


Bai Al-Istishna ini jenis transaksi yang merupakan kontrak penjualan antara pembeli
dengan produsen atau supplier. Dalam kontrak ini produsen menerima pesanan dari
pembeli. Produsen berusaha melalui orang lain membuat atau membeli barang menurut
spesifikasi yang telah disepakati (sejak awal) dan menjualnya kembali kepada pembeli
akhir. Selanjutnya kedua belak pihak sepakat atas harga serta sistim pembayaran
(pembayaran dimuka, secara mencicil atau ditangguhkan sampai waktu tertentu pada waktu
yang akan datang). Transaksi ini relatif hampir serupa dengan bai as-salam, bank juga
berperan sebagai pembeli. Akan tetapi akad ini lebih cocok untuk produk manufaktur yang
dipesan secara khusus seperti gedung, rumah, perlengkapan kantor dan lain-lain. Praktik
untuk model ini bank memesan pada kontraktor untuk dibuatkan produk tertentu sesuai
dengan yang dikehendaki customer dan setelah produk tersebut jadi, bank menjual kembali
pada customer yang membutuhkan dan bank akan membayar kontraktor sebagian pada awal
pembuatan dan sebagian lagi dibayar secara bertahap sesuai dengan tingkat penyelesaian
pekerjaan.

386
Gambar: Transaksi Bai as-Istishna

CUSTOMER
KONSUMEN CUSTOMER
(PEMBELI) PRODUSEN

Beli
Pesan

Jual

BANK
(PENJUAL)

c) Sewa-Menyewa (Ijarah dan IMBT)


Selain akad jual beli yang telah dijelaskan di atas, adapula akad sewa-menyewa, yaitu
akad ijarah, ijarah muntahia bittamlik (IMBT), dan jualah.
Ijarah adalah akad untuk memanfaatkan jasa, baik jasa atas barang atau jasa atas tenaga
kerja. Bila digunakan untuk mendapatkan manfaat barang, maka disebut sewa-menyewa.
Sedangkan jika digunakan untuk mendapatkan manfaat tenaga kerja, disebut upah-mengupah.
Sedangkan jualah adalah akad ijarah yang pembayarannya didasarkan atas kinerja objek yang
disewa. Pada ijarah, tidak terjadi perpindahan kepemilikan objek ijarah. Objek ijarah tetap
menjadi milik yang menyewakan. Namun dalam perkembangannya untuk ijarah, peminjamn
(customer) dimungkinkan untuk memiliki objek ijarah di akhir periode peminjaman. Dengan
demikian ijarah membuka peluang kemungkinan perpindahan kepemilikan atas objek ijarah ini
yang disebut sebagai ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT)
Gambar: Transaksi Ijarah

Menyewakan Jasa
BANK Bayar Cicilan CUSTOMER

387

Anda mungkin juga menyukai