Anda di halaman 1dari 7

2.

7 Faktor-Faktor Dalam Penentuan Bunga Kredit

Menurut Kasmir (2010:137-140), faktor–faktor yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan


tingkat suku bunga (pinjaman dan simpanan) adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan dana

Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu seberapa besar kebutuhan dana
yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana sementara permohonan pinjaman meningkat,
maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku
bunga simpanan. Namun, peningkatan suku bunga simpanan akan pula meningkatkan suku bunga
pinjaman.

2. Target laba

Yang diinginkan factor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Sebaliknya apabila dana yang ada
dalam simpanan di bank banyak, sementara permohonan pinjaman sedikit, maka bunga simpanan
akan turun karena hal ini merupakan beban.

3. Kualitas jaminan

Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga pinjaman. Semakin likuid jaminan yang
diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya.

4. Kebijaksanaan pemerintah

Dalam menentukan baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman bank tidak boleh melebihi
batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

5. Jangka waktu

Faktor jangka waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin
tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko macet di masa mendatang.
Demikian pula sebaliknya, jika pinjaman berjangka pendek, bunganya relatif rendah.

6. Reputasi perusahaan

Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama untuk bunga pinjaman.
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku
bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafit kemungkinan
risiko kredit macet di masa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.

7. Produk yang kompetitif

Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan
dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan produk yang kompetitif tingkat
perputaran produknya tinggi sehingga pembayarannya diharapkan lancar.

8. Hubungan baik
Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan factor kepercayaan kepada seseorang atau lembaga.
Dalam praktiknya, bank menggolongkan nasabah antara nasabah utama dan nasabah biasa.
Penggolongan ini didasarkan kepada keaktif anserta loyalitas nasabah yang bersangkutan kepada
bank. Nasabah yang memiliki hubungan baik dengan bank tentu penentuan suku bunganya pun
berbeda dengan nasaba hbiasa.

9. Persaingan

Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana, sementara tingkat persaingan dalam
memperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka bank harus bersaing keras dengan bank
lainnya. Untuk bunga pinjaman, harus berada di bawah bunga pesaing agar dana yang menumpuk
dapat tersalurkan, meskipun margin laba mengecil.

10. Jaminan pihak ketiga

Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada bank untuk menanggung segala resiko
yang dibebankan kepada penerima kredit. Biasanya apabila pihak yang memberikan jaminan
bonafit, baik darisegi kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank,
maka bunga yang dibebankan pun berbeda.

2.8 Konsep Dan Aspek Penilaian Kredit

A. Pengertian Analisis Kredit


Penilaian atau analisis kredit adalah semacam studi kelayakan (feasibility Study) atas
perusahaan pemohon kredit.
Penilaian kredit adalah Suatu kegiatan pemeriksaan, penelitian, dan analisa terhadap
kelengkapan, keabsahan, dan kelayakan berkas/surat/data permohonan kredit calon debitur
hingga dikeluarkannya suatu keputusan apakah kredit tersebut diterima atau ditolak.
Analisa kredit adalah pekerjaan yang meliputi:
1. Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala aspek, baik keuangan maupun non
keuangan untuk mengetahui kemungkinan dapat/tidak dapat dipertimbangkan suatu permohonan
kredit.

2. Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi penguraian dan kesimpulan serta
penyajian alternatif-alternatif sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan
pimpinan dari permohonan kredit nasabah.

Dari Pengertian tersebut dapat disimpulkan, pengertian penilaian atau analisis kredit
adalah Suatu kegiatan analisa/penilaian berkas/data dan juga berbagai aspek yang mendukung
yang diajukan oleh pemohon kredit, sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan apakah
permohonan kredit tersebut diterima atau ditolak.

B. ASPEK PENILAIAN KREDIT

Dalam menilai atau menganalisis suatu permohonan kredit perlu dibahas berbagai aspek
yang menyangkut keadaan usaha pemohon kredit. Pembahasan ini pada dasarnya adalah untuk
meneliti apakah pemohon memenuhi Prinsip 5C atau tidak yang kemudian menjadi
pertimbangan bank untuk menentukan kelayakan pemohon kredit memperoleh kredit atau tidak,
dengan perkataan lain apakah permohonan kredit tersebut feasible dalam arti andaikata kredit
diberikan, maka usahanya akan berkembang baik dan mampu mengembalikan kredit, baik pokok
maupun bunga dalam jangka waktu yang wajar atau sebaliknya.
Aspek-aspek yang perlu dinilai dalam penentuan kelayakan pemberian fasilitas kredit
adalah sebagai berikut:
1. Aspek hukum/Yuridis

Dalam aspek ini, tujuannya adalah untuk menilai keaslian dan keabsahan dokumen-
dokumen yang diajukan oleh pemohon kredit. Penilaian ini juga dimaksudkan agar jangan
sampai dokumen yang diajukan palsu atau dalam kondisi sengketa, sehingga menimbulkan
masalah. Penilaian dokumen-dokumen ini dilakukan ke lembaga yang berhak untuk
mengeluarkan dokumen tersebut. Di dalam aspek yuridis, diberikan beberapa batasan untuk
memudahkan pelaksanaan analisisnya yaitu melalui penelitian yang meliputi legalitas pendirian
perusahaan (badan usaha), legalitas usaha, legalitas pengajuan permohonan kredit, dan legalitas
barang-barang jaminan.
2. Aspek Pemasaran (Marketing)

Dalam aspek ini dinilai besar kecilnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan dan
strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan, sehingga akan diketahui prospek usaha
tersebut sekarang dan dimasa yang akan datang.

3. Aspek Keuangan

Analisa aspek ini terhadap perusahaan pemohon kredit sangat menentukan jumlah dari
kebutuhan usaha dan juga terpenting untuk menilai kemampuan berkembangnya usaha pada
masa mendatang serta untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kreditnya.
Penelitian terhadap aspek ini di dalam analisis minimal harus diarahkan kepada batasan-
batasan posisi keuangan nasabah, kemampuan penyediaan dana sendiri oleh nasabah, dan
kebutuhan pembiayaan. Di samping itu, perhitungan kredit juga masuk didalam aspek keuangan
mengingat kaitannya sangat erat dengan aspek keuangan.

4. Aspek Teknis

Tujuan utama dari analisis ini adalah untuk mengamati perusahaan dari segi fisik serta
lingkungannya agar perusahaan tersebut sehat dan produknya mampu bersaing di pasaran dengan
masih memperoleh keuntungan yang memadai.
Meskipun ada permintaan pasar atas barang yang direncanakan akan diproduksi dan
calon nasabah dinilai mempunyai kemampuan untuk memasarkannya serta menjelaskan
usahanya, bank masih harus menilai apakah dapat diproduksi. Secara teknis ada kemungkinan
tidak akan dapat dibuat atau dibuat, tetapi dengan biaya produksi yang sangat tinggi.
Bilademikiankeadaannya, makadikatakansecarateknistidakfleksibel. Untukmenjalankanusaha,
apapun sektornya baik ekstraktif, agraris, perdagangan, industry ataupun jasa, pasti
membutuhkan sarana.
5. Aspek Manajemen

Penilaian aspek ini digunakan untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumber daya
manusia yang dimiliki serta latar belakang pendidikan dan pengalaman sumber daya
manusianya. Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada juga menjadi
pertimbangan lain.
6. Aspek Sosial Ekonomi

Penilaian aspek ini digunakan untuk menganalisis dampak yang ditimbulkan akibat
adanya proyek atau usaha pemohon kredit terhadap perekonomian masyarakat dan sosial secara
umum.

2.9 Penilaian Kesehatan Bank Dengan Metode Camel

Metode analisis CAMEL bertujuan untuk menilai atau mengukur tingkat kesehatan
perusahaan perbankan berdasarkan rasio-rasio keuangan yang ditekankan pada lima aspek, yaitu
modal, kualitas aktiva, manajemen, pendapatan, dan likuiditas.
Kelima aspek tersebut sangatlah penting karena paling berpengaruh terhadap kondis
ikeuangan perusahaan perbankan. Rasio-rasio keuangan dari kelima aspek tersebut
mencerminkan kemampuan bank dalam menjalankan core business-nya, yakni dalam
menghimpun, mengelola, dan menyalurkan dana, memenuhi kewajiban pada pihak lain, serta
mematuhi peraturan perundang-undangan tentang perbankan yang berlaku.

1. Capital (Modal)

Suatu perusahaan perbankan dikatakan sehat apabila memiliki permodalan yang kuat, di
mana dengan modal tersebut bank mampu menjalankan operasionalnya dan menjamin aset-aset
yang bermasalah. Berkenaan dengan hal itu, penilaian terhadap aspek modal dititik beratkan
pada kecukupan dan komposisi modal, proyeksi modal, kemampuan modal menutup asset
bermasalah, serta rencana modal untuk ekspansi usaha.

Tingkat kesehatan bank yang ditinjau dari aspek modal dapat dinilai atau diukur
menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio ini merepresentasikan kemampuan bank
menggunakan modalnya sendiri untuk menutup penurunan aktiva yang disebabkan oleh adanya
kerugian-kerugian yang timbul atas penggunaan aktiva tersebut. Nilai CAR dapat diperoleh
dengan membandingkan antara modal sendiri dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR).

Apaitu ATMR? ATMR merupakan penjumlahan dan nilai masing-masing asset atau
aktiva setelah dikalikan dengan bobot masing-masing risiko pada ase ttersebut. Risiko aset yang
dimaksud adalah utang. Besar kecilnya utang jelas akan mempengaruh inilai CAR. Semakin
kecil utang, maka nilai CAR akan semakin besar. Sebaliknya, jumlah utang yang semakin besar
akan berdampak pada nilai CAR yang semakin kecil.

Rule of thumb dari CAR adalah 8%. Artinya, jika nilai CAR suatu bank lebih besar atau
sama dengan 8%, maka kondisi keuangan bank dilihat dari aspek modal tergolong sehat.
Sebaliknya, apabila nilai CAR suatu bank kurang dari 8% menunjukkan bahwa kondisi keuangan
bank tersebut dalam kondisi yang tidak sehat. Adapun formulasi dari penghitungan rasio modal
ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

CAR = (Modal/ATMR) x 100%

2. Asset quality (Kualitas aktiva)

Kualitas aktiva produktif mencerminkan kinerja keuangan perusahaan perbankan.


Penilaian kualitas aktiva dilakukan dengan membandingkan antara aktiva produktif yang
diklasifikasikan dengan total aktiva produktif sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
Pengukuran tingkat kesehatan bank berdasarkan aspek kualitas aktiva salah satunya dapat dilihat
dari rasio KualitasAktivaProduktif (KAP) yang dapat dirumuskan sebagai berikut.

Rasio KAP = (aktivaproduktif yang diklasifikasikan/total aktivaproduktif) x 100%


Penghitungan aktiva produktif yang diklasifikasikan dilakukan dengan berdasarkan pada
ketentuan berikut ini.

 0% dari kredi tlancar


 25% dari kredit dalam perhatian khusus
 50% dari kredit kurang lancar
 75% dari kredit yang diragukan
 100% dari kredi tmacet

Sementara hasil penilaian terhadap tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek kualitas aktiva
didasarkan pada rentang nilai berikut.

 0,00% – <= 10,35%, bank dikategorikan sehat


 > 10,35% – <= 12,60%, bank dikategorikan cukup sehat
 > 12,60% – <= 14,85%, bank dikategorikan kurang sehat
 > 14,85%, bank dikategorikan tidak sehat

3. Management (Manajemen)

Penilaian tingkat kesehatan bank dari aspek manajemen sifatnya kualitatif, di mana
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan kinerja bank akan dianalisis dengan
menggunakan pertanyaan seputar kegiatan manajemen yang mencakup manajemen umum
strategi, struktur, sistem, sumber daya manusia, kepemimpinan, budaya kerja, manajemen risiko,
risiko kredit, risiko likuiditas, risiko operasional, dan lainnya. Semua itu akan bermuara pada
kemampuan bank memperoleh laba.

Artinya, tak menutup kemungkinan tingkat kesehatan bank dari aspek manajemen dapat
diukur secara kuantitatif melalui penghitungan Net Profit Margin (NPM). Rasio keuangan ini
mengukur tingkat kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih dari kegiatan operasional
pokoknya. Formulasi penghitungan rasio NPM adalah:

NPM = (laba bersih/pendapatan operasional) x 100%

Nilai yang digunakan acuan untuk menilai rasio NPM berada pada rentang 0 hingga 1.
Semakin besar nilai NPM atau mendekati 1 menandakan biaya yang dikeluarkan semakin
efisien, sehingga tingkat pengembalian laba bersih semakin besar. Artinya, bank termasuk dalam
kategori sehat. Demikian pula sebaliknya.

4. Earning (Pendapatan)

Bank yang sehat dan kinerjanya baik tentu akan dilihat dari kemampuannya memperoleh
pendapatan berupa laba. Semakin besar laba yang diperoleh menunjukkan bahwa kinerja bank
semakin baik dan kondisi keuangannya semakin sehat.
Untuk mengukur kesehatan bank dari aspekpendapatan dapat menggunakan rasio Return on
Asset (ROA) dengan membandingkan laba bersih yang dicapai dengan total aktiva yang dimiliki
bank. Berikut rumus penghitungan rasio ROA.

ROA = (lababersih/total aktiva) x 100%

Kategori sehat tidaknya suatu bank dilihat dari aspek pendapatan didasarkan pada rentang nilai
berikut.

 = 1,215%, bank dikategorikan sehat


 = 0,999% – < 1,215%, bank dikategorikan cukup sehat
 = 0,765% – < 0,999%, bank dikategorikan kurang sehat
 < 0,765%, bank dikategorikan tidak sehat

5. Liquidity (Likuiditas)

Aspek likuiditas berkaitan dengan kemampuan bank membayar utangnya, terutama utang
jangka pendek. Semakin mampu suatu bank membayar utangnya, maka semakin likuid bank
tersebut. Pada aspek ini, penilaian ditekankan pada rasio kewajiban bersih terhadap aktiva lancar
dan rasio kredit terhadap dana yang diterima bank. Terkait dengan itu, Loan Deposit Ratio
(LDR) merupakan salah satu rasio keuangan yang bias mewakili penilaian tingkat kesehatan
bank dilihat dari aspek likuiditas. Formulasi penghitungan LDR dapat dirumuskan sebagai
berikut.

LDR = {(total utang)/total deposit + ekuitas} x 100%

Nilai LDR yang semakin tinggi menunjukkan tingkat likuiditas bank yang semakin
rendah, karena jumlah utang semakin besar sehingga jumlah dana yang diperlukan untuk
membayar utang tersebut juga semakin besar. Dengan demikian, semakin kecil nilai LDR,
mengindikasikan bahwa bank semakin likuid. Tingkat kesehatan bank dilihat dari aspek
likuiditas didasarkan pada rentang nilai LDR berikut.

 <= 94,75%, bank dikategorikan sehat


 94,75% – <= 98,50%, bank dikategorikan cukup sehat
 98,50% – <= 102,25%, bank dikategorikan kurang sehat
 102,25%, bank dikategorikan tidak sehat.

Anda mungkin juga menyukai