Anda di halaman 1dari 21

DISTRIBUSI ( PEMBIAYAAN SYARIAH )

REVISI

Disusun untuk memenuhi Mata Kuliah “Lembaga Keuangan Syariah”

Dosen Pengampu:

Miftahul Huda .M. Sy

Disusun oleh :

Fredi Eko Setiawan (12406193191

KELAS 3E

JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

Oktober 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas


segala karunianya sehingga penulis makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan
salam semoga senantiasa abadi tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan
umatnya.

Sehubungan dengan selesainya penulisan makalah ini, maka kami


mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Mafthukin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung.


2. Bapak Dr. H. Dede Nurohman, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam.
3. Ibu Hj. Amalia Nur Hidayati, SE.,M.Sy, selaku Ketua Jurusan Manajemen
Keuangan Syariah.
4. Bapak Miftahul Huda. M,Sy selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Lembaga Keuangan Syariah yang telah memberikan pengarahan sehingga
penulisan makalah ini dapat terselesikan.
5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan makalah
ini.

Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah


Subhanahu Wa Ta’ala dan tercatat sebagai amal salih. Akhirnya penulisan
makalah ini penulis suguhkan kepada segenap pembaca dengan harapan adanya
saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi perbaikan. Semoga makalah ini
bermanfaat dan mendapar ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Tulungagung, 20 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1


B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan...................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2

A. Pengertian Distribusi Lembaga Keuangan Syariah...................................2


B. Prinsip Distribusi Lembaga Keuangan Syariah.........................................3
C. Tahapan - tahapan Pembiayaan Syariah....................................................6
D. Jenis - jenis pembiayaan Keuangan Syariah..............................................7
E. Unsur- unsur Pembiayaan Keuangan Syariah...........................................8
F. Tujuan Pembiayaan Syariah .................................................................... 11
G. Fungsi Pembiayaan Syariah.................................................................... 13

BAB III PENUTUP.............................................................................................10

A. Ksimpulan..................................................................................................10
B. Saran..........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu hal paling mendasar  untuk membedakan bank konvensional
dengan bank syariah adalah perbedaan dalam pembayaran imbalan kepada
pemilik dana (investor). Baik pembayaran imbalan dari bank kenasabah
atau dari pinjaman dana ke bank. Dalam mekanisme perbankan
konvensional pembayaran imbalan menggunakan instrument bunga.
Instrument bunga yang dimaksud, yaitu besarnya imbalan yang akan
didistribusikan oleh bank kenasabah sudah ditetapkan terlebih dahulu
tanpa melihat kerugian terhadap nasabah kedepannya atau sebaliknya,
pemgembalian harus selalu sama pada penetapan akad yang pertama.
Mekanisme pembayaran imbalan diperbankan syariah adalah
menggunakan instrument bagi hasil, yaitu imbalan yang diterima
berdasarkan hasil usaha yang diperoleh.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian distribusi lembaga keuangan syariah?
2. Apa saja prinsip distribusi lembaga keuangan syariah?
3. Sebutkan tahapan tahapan pembiayaan syariah?
4. Sebutkan jenis- jenis pembiayaan keuangan syariah?
5. Sebutkan unsur- unsur pembiayaan keuangan syariah?
6. Apa saja tujuan dari pembiayaan syariah?
7. Apa fungsi dari pembiayaan syariah?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian distribusi lembaga keuangan syariah.
2. Untuk mengetahui prinsip distribusi lembaga keuangan syariah
3. Untuk mengetahui tahapan tahapan pembiayaan syariah.
4. Untuk mengetahui jenis- jenis pembiayaan keuangan syariah.

1
5. Untuk mengetahui unsur- unsur pembiayaan keuangan syariah.
6. Untuk mengetahui tujuan pembiayaan syariah.
7. Untuk mengetahui fungsi pembiayaan syariah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Distribusi Lembaga Keuangan Syariah


Mengenai pengertian yang dimaksud, terlebih dahulu harus kita
ketahui bahwa distribusi Lembaga keuangan syariah memiliki empat
suku kata. Kata pertama dalam Bahasa inggris atau dalam istilah
ekonomi memiliki 4 pengertian sebagaimana dalam buku istilah
ekonomi yang merupakan kamus ekonomi, akuntansi, keuangan, dan
investasi.
“distribustion”. Arti distribution yang pertama adalah :1
 Pembagian barang-barang keperluan sehari-hari oleh pemerintah ke
pada pengawai negeri, penduduk, dan sebagainya.
 Proses penyimpangan dan penyaluran barang atau produk ke konsumen
yang dilakukan oleh distributor atau melalui perantara, seperti pengecer.
 Penyaluran barang kebeberapa orang atau tempat.
 Pengelompokan pembayaran yang terdiri atas bunga modal, laba, gaji,
dan sebagainya.
Selanjutnya kata lembaga juga memiliki definisi bahwa
perusahaan-perusahaan besar, terhormat dan berpengaruh yang
mengkhususkan diri dalam suatu bidang. Kemudian syariah adalah
suatu aturan dari Allah swt. Yang bersumber pada Al-Qur’an dan Al-
hadits.
Dari definisi-definisi diatas maka pengertian distribusi lembaga
keuangan syariah adalah pemberian atau penyaluran dana kepada yang
membutuhkan baik dalam jumlah yang kecil maupun besar dengan
tidak melanggar aturan-aturan dari sumber yang mutlak yaitu Al-Qur’an
dan Al-hadits. Lembaga keuangan syariah dalam pendistribusiannya
tidak mengenal bunga seperti pada lembaga keuangan konvensional.
Sebagai contoh dapat dilihat pada transaksi pembiayaan bagi dunia
usaha yang membutuhkan.
Ciri-ciri lembaga keuangan syariah dari hal-hal berikut:

1
Sumadji, Kamus Istilah Ekonomi Mengandung Istilah-istilah Ekonomi, Akuntansi, Keuangan,
Investasi beserta penjelasannya secara lengkap,( Jakarta: Salemba Empat, 2006), hal 67

3
1. Dalam menerima titipan dana investasi, lembaga keuangan syariah
harus sesuai dengan fatwa dewan pengawas syariah.
2. Hubungan antara investor (peyimpan dana), pengguna dana, dan
lembaga keuangan syriah sebagai intermediary institution, berdasarkan
kemitraan, bukan hubungan debitur-debitur.
3. Bisnis lembaga keuangan syariah bukan hanya berdasarkan profit
oriented, tetapi juga falah oriented, yakni kemakmuran di dunia dan
kebahagiaan diakhirat.
4. Konsep yang digunakan dalam transaksi lembaga syariah berdasarkan
prinsip kemitraan bagi hasil jual beli atau sewa menyewa guna transaksi
komersial, dan pinjam meminjam (qardh/credit) guna transaksi social.
5. Lembaga keuangan syariah hanya melakukan investasi yang halal dan
tidak menimbulkan kemudharatan serta tidak merugikan syiar Islam.2

B. Prinsip Distribusi
Berdasarkan fatwa dewan syariah Nasional No.
15/DSN-MUI/IX/2000 tentang prinsip distribusi hasil usaha dalam
lembaga keuangan syariah, menetapkan beberapa point antara lain:
Pada dasarnya, lembaga keuangan syariah boleh menggunakan prinsip
bagi hasil maupun bagi untung dalam pembagian hasil usaha dengan mitra
nasabah-nya.
Jenis-jenis prinsip distribusi lembaga keuangan syariah sebagaimana
dalam  dalam fatwa dewan syariah nasional menyebutkan ada 2 jenis
Distribusi antara lain:
1. Prinsip Bagi Hasil
Dalam distribusi berdasarkan prinsip bagi hasil, ada beberapa hal yang
perlu diketahui antara lain:
a. Pendapatan operasi utama
b. Hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat
c. Pendapatan operasi syariah lainnya
d. Beban operasi syariah
2. Prinsip bagi untung

2
 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah;Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2006) hlm. 158.

4
Bagi Bank Syariah terutama di Indonesia juga telah dikritik, bahwa
perbankan syariah di Indonesia belum ada yang menerapkan prinsip bagi
untung. Salah satu alasannya adalah dengan tidak mudahnya dalam
menentukan beban-beban yang akan dikurangkan dari pendapatan
pengelolaan dana Mudharabah. Dalam menentukan beban-beban tersebut,
sangat diperlukan kejujuran, tranparansi dan tertib administrasi dari
lembaga keuangan syariah.
Ketidak jujuran, ketidak tranparanan bank syariah akan membawa
dampak laporan pengelolaan dana Mudharabah yang di buat oleh lembaga
keuangan syariah akan menjadi kabur dan tidak menunjukkan informasi
yang sebenarnya.
Untuk pedoman distribusi bagi hasil usaha dana pihak ketiga yang
ditempatkan di bank syariah, DSN MUI menerbitkan Fatwa No. 14/DSN-
MUI/IX/2000 tentang Sistem Distribusi Hasil Usaha dalam LKS, Fatwa
No. 15 /DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha dalam
LKS, serta Fatwa No.87/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode Perataan
Penghasilan (Income Smoothing) dana pihak ketiga.

1. Giro
Prinsip syariah giro diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No.
01/DSN-MUI/IV/2000 tentang Giro. Giro adalah simpanan
berdasarkan akad wadi'ah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya, atau dengan perintah pemindah bukuan. Giro yang di
benarkan secara syariah, yaitu giro yang berdasarkan prinsip wadi'ah
dan mudharabah.
Fiktur dan mekanisme Giro berdasarkan wadi’ah
1. Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah
bertindak sebagai penitip dana.
2. Bank tidak di perkenankan menjanjikan pemberian imbalan atau
bonus kepada nasabah.
3. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi
berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan biaya
pengelolaan rekening antara lain biaya cek, bilyat giro, biaya
materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan
dan penutupan rekening.

5
4. Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah.
5. Dana titipan dapat diambil setiap saat oleh nasabah.
Fiktur dan mekanisme Giro berdasarkan mudharabah
1. Bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) dan nasabah
bertindak sebagai pemilik dana (shahibul mal).
2. Pembagian keuntungan di nyatakan dalam bentuk nisbah yang di
sepakati.
3. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi
berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan biaya
pengelolaan rekening.
4. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan nasabah.

2. Tabungan
Tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi'ah atau
investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang di sepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan alat lainnya yang
disamakan dengan itu. Prinsip syariah tabungan diatur dalam Fatwa
Dewan Syariah Nasional No. 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Tabungan. Tabungan ada dua jenis yaitu tabungan yang tidak di
benarkan secara syariah, yaitu tabungan yang berdasarkan perhitungan
bunga. Dan tabungan yang di benarkan, yaitu tabungan yang
berdasarkan prinsip wadhi'ah dan mudharabah.
Fitur dan Mekanisme Tabungan berdasarkan Wadhi'ah:
1. Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah
bertindak sebagai penitip dana.
2. Bank tidak di perkenankan menjanjikan pemberian imbalan atau
bonus kepada nasabah.
3. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi
berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan
rekening.
4. Bank menjamin pengembalian dana titipan dan nasabah.
5. Dana titipan dapat diambil setiap saat oleh nasabah.
Fitur dan Mekanisme Tabungan berdasarkan Mudharabah:

6
1. Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak
sebagai pemilik dana.
2. Pembagian keuntungan di nyatakan dalam bentuk nisbah yang di
sepakati.
3. Penarikan dana oleh nasabah hanya dapat di lakukan sesuai waktu
yang di sepakati.
4. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi
berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan
rekening.
5. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.
3. Deposito

Deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah


atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya hanya dapat di lakukan pada waktu tertentu berdasarkan
akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan atau UUS.
Prinsip syariah deposito diatur dalam Fatwa Dewan Syariah
Nasional No.03/DSN-MUI/IV/2000 tentang deposito. Deposito ada
dua jenis, yaitu deposito yang tidak di benarkan secara syariah, yaitu
deposito yang berdasarkan perhitungan bunga. Dan deposito yang di
benarkan, yaitu deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.
Fitur dan Mekanisme Tabungan Deposito berdasarkan Mudharabah:
1. Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak
sebagai pemilik dana.
2. Pengelolaan dana oleh bank dapat dilakukan sesuai batasan-batasan
yang di tetapkan oleh pemilik dana (mudharabah muqayyadah)
atau dilakukan tanpa batasan-batasan dari pemilik dana
(mudharabah mutlaqah).
3. Dalam mudharabah muqayyadah harus di nyatakan secara jelas
syarat-syarat dan batasan tertentu yang di tentukan oleh nasabah.
4. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah yang di
sepakati.
5. Penarikan dana oleh nasabah hanya dapat di lakukan sesuai waktu
yang disepakati.

7
6. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi
berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan biaya
pengelolaan rekening.
7. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.3

C. Tahapan -tahapan Pembiayaan Keuangan Syariah

Setiap pembiayaan yang akan disalurkan kepada nasabah oleh bank


syariah tidak akan lepas dari tahapan-tahapan. Ada 4 tahapan sebagai
berikut:
1. Tahap analisis pembiayaan, yaitu tahap sebelum pemberian
pembiayaan diputuskan oleh bank syariah, yaitu tahap bank
mempertimbangkan permohonan pembiayaan oleh calon nasabah
penerima fasilitas.

2. Tahap dokumentasi pembiayaan, yaitu tahap setelah pembiayaan


diputuskan pemberiannya oleh bank syariah dan kemudian penuangan
keputusan kedalam perjanjian pembiayaan serta dilaksanakannya
pengikatan agunan untuk pembiayaan yang diberikan

3. Tahap pengawasan dan pengamanan pembiayaan, yaitu tahap setelah


perjanjian pembiayaan ditandatangani oleh kedua belah pihak dan
dokumentasi pengikatan agunan pembiayaan telah selesai dibuat serta
selama pembiayaan itu digunakan oleh nasabah penerima fasilitas
sampai jangka waktu pembiayaan belum berakhir.
4.
Tahap penyelamatan dan penagihan pembiayaan, yaitu tahap setelah
pembiayaan menjadi pembiayaan yang bermasalah.

Oleh karena itu, bank syariah harus menghindari hal-halsebagai


berikut:
1. Usaha yang tidak sesuai dengan prinsip syariah
2. Usaha yang bersifat spekulatif (maisir) dan mengandung
ketidakpastian yang tinggi
3. Usaha yang tidak mempunyai informasi keuangan yang memadai
4. Bidang usaha yang memerlukan keahlian khusus sedang aparat bank

3
Andri Soemarto, M.A, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2009, h. 70-75

8
tidak mempunyai keahlian atau menguasai bidang usaha tersebut
5. Pengusaha yang bermasalah.4

D. Jenis-jenis Pembiayaan Keuangan Syariah


Sesuai dengan akad pengembangan produk, maka bank islam memiliki
banyak jenis pembiayaan. Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat
dikelompokkan menurut beberapa aspek, diantaranya :
a. Pembiayaan menurut tujuan
Pembiayaan menurut tujuan dibagi menjadi :
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan
untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha.
2) Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan dalam
rangka untuk melakukan investasi atau pengembangan barng
konsumtif.
b. Pembiayaan menurut jangka waktu
Pembiayaan menurut jangka wkatu dibedakan menjadi :
1) Pembiayaan jangka pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu 1 bulan sampai 1 tahun.
2) Pembiayaan waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu 1 tahun sampai 5 tahun.
3) Pembiayaan jangka panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan
wkatu lebih dari 5 tahun.

Jenis pembiayaan pada bank islam akan diwujudkan dalam bentuk


aktiva produktif dan aktiva tidak produktif, yaitu :
Menurut jenis aktiva produktif
a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil meliputi:
1) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah transaksi penanaman dana dari
pemilik dana ( shahabibul mal ) kepada pengelola dana ( mudharib)
untuk melakukan usaha tertentu sesuai syariah, dengan pembagian
hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang
disepakati sebelumnya.
2) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarkah adalah transaksi penanaman dana dari dua
atau lebih pemilik dana atau barang untuk menjalakan usaha tertentu
sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak

4
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2002, h. 10

9
sesaui nisbah yang telah disepakati, sedangkan pembagian kerugian
berdasarkan proporsi modla masing-masing.
b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli ( piutang ) meliputi:
1) Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahab,
penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
2) Pembiayaan salam
Dalam pengertian yang sederhana, ba’i as-salam berarti pembelian
barng yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran
dilakukan istishna.5
3) Pembiayaan istishna
Transaksi ba’i al-istishna’ merupakan kontrak penjualan antara
pembeli dan pembuat barng. Dalam kontrak ini , pembuat barang
menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha
melalui orang lain untuk membuat atau membeli barng menurut
spesifikasi yang telah disepakti dan menjualnya kepada pembeli
akhir.6
c. Pembiayaan dengan prinsip sewa meliputi:
1) Pembiayaan Ijarah
Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa.
2) Pembiayaan Ijarah Muntahiyah bil tamlik
Pembiayaan ijarah muntahiyah bil tamlik adalah perjanjian sewa
menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan
barang dari pihak yang meberikan sewa kepada pihak penyewa.
Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditunjukan unruk
memiliki barnag, sedangkan yang menggunakan prinsip sewa
ditunjukan untuk mendapatkan jasa. Prinsip bagi hasil digunakan
untuk usaha kerjasama yang digunakan untuk kerjasama yang
ditunjukan guna mendapatkan barnag dan jasa sekaligus. Sedangkan
pembiayaan dengan akad pelengkap ditujukan untuk memperlancar
pembiayaan dengan tiga prinsip diatas.
E. Unsur – unsur Pembiayaan Keuangan Syariah

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pembiayaan adalah sebagai


berikut:
5
Ibid., hal. 15
6
Ibid., hal. 20

10
1. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberian pembiayaan, bahwa pembiayaan yang
diberikan baik berupa uang, barang dan jasa akan benar-benar diterima
kembali kembali dimasa tertentu di masa datang. Kepercayaan ini
diberikan oleh bank karena sebelum dana dikucurkan, sudah dilakukan
penelitian dan penyelidikan yang mendalam tentang nasabah.
2. Kesepakatan
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-
masing pihak mendatangi hak dan kewajibannya masing-masing.
Kesepakatan penyaluran pembiayaan dituangkan dalam akad
pembiayaan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, yaitu pihak
bank dan pihak nasabah.
3. Jangka waktu
Setiap pembiayaan mempunyai jangka waktu tertentu, jangka wkatu ini
mencakup waktu pemebrian pembiayaan yang telah disepakati. Hampir
dapat dipastikan bahwa tidak ada pembiayaan yang tidak memiliki
jangka waktu.
4. Risiko
Faktor resiko kerugian dapat disebabkan karena dua hal, yaitu risiko
kerugian yang disebabkan karena nasabah sengaja tidak membayar
kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian disebabkan karena
nasabah tidak sengaja, yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana
alam.
5. Balas jasa
Akibat dari fasilitas kredit yang diberikan bank tentu mengharapkan
suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian
kredir tersebut disebut dengan bunga bagi bank prinsip konvensional,
sedangkan pada bank syariah disebut bagi hasil.7

F. TUJUAN PEMBIAYAAN SYARIAH


Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk tingkat
mikro. Secara makro dijelaskan bahwa pembiayaan bertujuan:
a. Peningkatan ekonomi umat
Artinya masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, adanya
pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi.
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha
7
Kasmir,Manajemen Perbankan,(Jakarta:Rajawali Press,2012), hal. 84-85

11
Artinya untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan.
Dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melalui aktivitas
pembiayaan. Pihak yang suplus dana menyalurkan kepada pihak yang
kekurangan dana,sehingga dapat digulirkan.
c. Meningkatkan produktivitas
Artinya adanya pembiayaan memberikan peluang bagi masyarkat agar
mampu meningkatkan daya produksinya.
d. Membuka lapangan kerja baru
Artinya dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui
penambahan dana pembiayaan, maka sector usaha tersebut akan menyerap
tenaga kerja.
e. Terjadinya distribusi pendapatan
Artinya masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas
kerja, berarti mereka akan memperoleh pendaptan dari hasil
usahanya. 8

Secara mikro, pembiayaan diberikan dengan tujuan:


 Dalam upaya memaksimalkan laba
Artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu
menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha berkeinginan untuk
memperoleh laba maksimal. Dalam usaha memwujudkan usaha tersebut,
maka mereka perlu dukungan dana yang cukup.
 Upaya meminimalkan resiko
Artinya usaha yang dilakukan bisa menghasilkan laba yang
maksimal’ maka salah satu unsurnya ialah dengan cara meminimalkan
resiko yang mungkin timbul. Resiko kekurangan modla usaha dapat
diperoleh dengan cara pembiayaan.
 Pendayagunaan sumber ekonomi
Artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan mixing
antara sumber daya alam dengan sumber daya manusianya ada, namun
sumber daya modalnya tidak ada, maka dapat dipastikan diperlukan
penambahan modal yaitu dnegan cara pembiayaan.
 Penyaluran kelebihan dana
Artinya dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak yang memiliki
kelebihan sementara dan ada pihak yang kekurangan. Dalam kaitannya
dengan nasalah dana, maka mekanisme pembiayan dapat menjadi sarana
8
Binti Nur Aisiyah,Manajemen Pembiayaan Bank Syariah,(Yogyakarta:Kalimedia,2015), hal.10

12
penghubung dalam penyeimbangan dan penyaluran kelebihan dana dari
pihak yang kelebihan (surplus) kepada pihak yang kekurangan (deficit)
dana.
 Menghindar terjadinya dana menganggur
Dana yang masuk melalui berbagai rekening pada passive bank
syariah, harus segera disalurkan dalam bentuk aktiva produktif. Sehingga
terjadi keseimbangan antara dana yang masuk dan dana keluar.9

Tujuan pembiayaan yang lain terdiri dari dua fungsi saling berkaitan
dengan pembiayaan:
a. Profitability yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari
pembiayaan berupa keuntungaan yang diraih dari bagi hasil
yang diperoleh dari usaha yang dikelola bersama nasabah.
b. Safety yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang
diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan
profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan yang
berarti.
10

Secara khusus, bank juga mempunyai tujuan tertentu dalam proses


pembiayaan. Tujuan pembiayaan yang dilakukan oleh bank adalah untuk
memenuhi kebutuhan stakeholder, yaitu:
1. Pemilik
Pemilik dana menharapkan akan mendapatkan penghasilan atas
dana tang ditanamkan pada bank.
2. Pegawai
Pegawai berharap memperoleh kesejahteraan atas pekerjaan
dari bank yang dikelola.
3. Masyarakat
a. Pemilik dana
Masyarakat pemilik dana mengharapkan memperoleh bagi
hasil atas dan yang ditanamkan.
b. Debitur yang bersangkutan
Dalam menjalankan usahanya, debitur terbantu dengan
adanya pembiayaan. Debitur juga terbantu untuk pengadaan
barang yang diinginkannya.
c. Masyarakat konsumsi

9
Sumar’in,Konsep Kelembagaan Bank Syariah,(Yogyakarta:Graha Ilmu,2012), hal.115-116
10
Binti Nur Aisiyah,Manajemen Pembiayaan Bank Syariah(Yogyakarta:Kalimedia,2015), hal. 12

13
Masyarakat konsumen akan memperoleh barang yang
mereka inginkan.

G. FUNGSI PEMBIAYAAN SYARIAH


Fungsi pembiayaan secara umum meliputi:
1. Meningkatkan daya guna uang
Para nasabah yang menyimpan dananya di bank dalam bentuk gito,
tabungan dan deposito, uang tersebutdalam proses persentase
tertentu ditingkatkan kegunaanya oleh bank dalam bentuk
pembiayaan yang disalurkan kepada para pengusaha.
2. Meningkatkan daya guna
Produsen yang memperoleh bantuan pembiayaan dari bank, dapat
menggunakan dana tersebut untuk mengubah bahan mentah
menjadi bahan jadi.
3. Meningkatkan peredaran uang
Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran
pengusaha akan menciptakan pertambahan peredaran uang giral
dan sejenisnya seperti cek, biyet giro, wesel, dan lain-lain.
4. Stabilitas ekonomi
5. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
6. Sebagai alat hubungan ekonomi internasional.11

11
Muhammad Ridwan,Konstruksi Bank Syariah,( Yogyakarta:Pustaka SM,2007), hal.95

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Distribusi lembaga keuangan syariah adalah proses penyaluran dana


dari masyarakat ke bank atau dari bank ke masyarakat, yang kemudian
dikelolah oleh masyarakat atau bank atas dana tersebut dengan baik dengan
tidak melanggar  prinsip-prinsip syariah dari Al-Qur’an dan hasil fatwa dewan
pengawas syariah.
Lembaga keuangan syariah memiliki dua jenis prinsip distribusi antara
lain; prinsip bagi untung dan prinsip bagi hasil.
pembiayaan yang akan disalurkan kepada nasabah oleh bank syariah
tidak akan lepas dari tahapan-tahapan, sebagai berikut:
1. Tahap analisis pembiayaan,
2. Tahap dokumentasi pembiayaan,
3. Tahap pengawasan dan pengamanan pembiayaan,
4. Tahap penyelamatan dan penagihan pembiayaan,
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pembiayaan adalah
sebagai berikut:
1. Kepercayaan
2. Kesepakatan
3. Jangka waktu
4. Jangka waktu
5. Balas jasa

15
Tujuan pembiayaan dibagi menjadi dua kelompok yaitu tujuan
pembiayaan makro dan tujuan pembiayaan mikro. Secara makro dijelaskan
bahwa pembiayaan bertujuan:
a. Peningkatan ekonomi umat
b. Tersediannya dan bagi peningkatan usaha
c. Meningkatkan produktivitas
d. Membuka lapangan kerja baru
e. Terjadinya distribusi pendapatan
Secara mikro, pembiayaan diberikan dengan tujuan:
a) Dalam upaya memaksimalkan laba
b) Upaya meminimalkan resiko
c) Pendayagunaan sumber ekonomi
d) Penyaluran kelebihan dana
e) Menghindari terjadinya dana menganggur

Fungsi pembiayaan secara umum meliputi:


1. Meningkatkan daya guna uang
2. Meningkatkan daya guna
3. Meningkatkan peredaran uang
4. Stabilitas ekonomi
5. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
6. Sebagai alat hunbungan ekonomi internasional.

16
B. Saran
Diharapkan dengan terbentuknya makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca khususnya Mahasiswa IAIIN Tulingagung Prodi Manajemen
Keuangan Syariah mata kuliah Manajemen Keuangan. Terbentuknya
makalah ini tentunya masih banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu
kami berharap kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun agar
bisa menjadi rujukan untuk pembuatan makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

17
Sumadji. 2006. Kamus Istilah Ekonomi Mengandung Istilah-istilah Ekonomi,
Akuntansi, Keuangan, Investasi beserta penjelasannya secara lengkap. Jakarta:
Salemba Empat.

Sudarsono heri. 2006, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah;Deskripsi dan


Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonisia

Sudarsono. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia

Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana.

Arifin, Zainul. 2002. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka


Alvabet.
Kasmir.2012.Manajemen Perbankan.Jakarta: Rajawali Press
Aisiyah, Binti Nur.2015. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah.Yogyakarta:
Kalimedia
Sumar’in.2012. Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu
Ridwan,Muhammad.2007. Konstruksi Bank Syariah. Yogyakarta: Pustaka SM

18

Anda mungkin juga menyukai