REVISI
Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
KELAS 3E
Oktober 2020
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2
A. Ksimpulan..................................................................................................10
B. Saran..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hal paling mendasar untuk membedakan bank konvensional
dengan bank syariah adalah perbedaan dalam pembayaran imbalan kepada
pemilik dana (investor). Baik pembayaran imbalan dari bank kenasabah
atau dari pinjaman dana ke bank. Dalam mekanisme perbankan
konvensional pembayaran imbalan menggunakan instrument bunga.
Instrument bunga yang dimaksud, yaitu besarnya imbalan yang akan
didistribusikan oleh bank kenasabah sudah ditetapkan terlebih dahulu
tanpa melihat kerugian terhadap nasabah kedepannya atau sebaliknya,
pemgembalian harus selalu sama pada penetapan akad yang pertama.
Mekanisme pembayaran imbalan diperbankan syariah adalah
menggunakan instrument bagi hasil, yaitu imbalan yang diterima
berdasarkan hasil usaha yang diperoleh.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian distribusi lembaga keuangan syariah?
2. Apa saja prinsip distribusi lembaga keuangan syariah?
3. Sebutkan tahapan tahapan pembiayaan syariah?
4. Sebutkan jenis- jenis pembiayaan keuangan syariah?
5. Sebutkan unsur- unsur pembiayaan keuangan syariah?
6. Apa saja tujuan dari pembiayaan syariah?
7. Apa fungsi dari pembiayaan syariah?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian distribusi lembaga keuangan syariah.
2. Untuk mengetahui prinsip distribusi lembaga keuangan syariah
3. Untuk mengetahui tahapan tahapan pembiayaan syariah.
4. Untuk mengetahui jenis- jenis pembiayaan keuangan syariah.
1
5. Untuk mengetahui unsur- unsur pembiayaan keuangan syariah.
6. Untuk mengetahui tujuan pembiayaan syariah.
7. Untuk mengetahui fungsi pembiayaan syariah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Sumadji, Kamus Istilah Ekonomi Mengandung Istilah-istilah Ekonomi, Akuntansi, Keuangan,
Investasi beserta penjelasannya secara lengkap,( Jakarta: Salemba Empat, 2006), hal 67
3
1. Dalam menerima titipan dana investasi, lembaga keuangan syariah
harus sesuai dengan fatwa dewan pengawas syariah.
2. Hubungan antara investor (peyimpan dana), pengguna dana, dan
lembaga keuangan syriah sebagai intermediary institution, berdasarkan
kemitraan, bukan hubungan debitur-debitur.
3. Bisnis lembaga keuangan syariah bukan hanya berdasarkan profit
oriented, tetapi juga falah oriented, yakni kemakmuran di dunia dan
kebahagiaan diakhirat.
4. Konsep yang digunakan dalam transaksi lembaga syariah berdasarkan
prinsip kemitraan bagi hasil jual beli atau sewa menyewa guna transaksi
komersial, dan pinjam meminjam (qardh/credit) guna transaksi social.
5. Lembaga keuangan syariah hanya melakukan investasi yang halal dan
tidak menimbulkan kemudharatan serta tidak merugikan syiar Islam.2
B. Prinsip Distribusi
Berdasarkan fatwa dewan syariah Nasional No.
15/DSN-MUI/IX/2000 tentang prinsip distribusi hasil usaha dalam
lembaga keuangan syariah, menetapkan beberapa point antara lain:
Pada dasarnya, lembaga keuangan syariah boleh menggunakan prinsip
bagi hasil maupun bagi untung dalam pembagian hasil usaha dengan mitra
nasabah-nya.
Jenis-jenis prinsip distribusi lembaga keuangan syariah sebagaimana
dalam dalam fatwa dewan syariah nasional menyebutkan ada 2 jenis
Distribusi antara lain:
1. Prinsip Bagi Hasil
Dalam distribusi berdasarkan prinsip bagi hasil, ada beberapa hal yang
perlu diketahui antara lain:
a. Pendapatan operasi utama
b. Hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat
c. Pendapatan operasi syariah lainnya
d. Beban operasi syariah
2. Prinsip bagi untung
2
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah;Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2006) hlm. 158.
4
Bagi Bank Syariah terutama di Indonesia juga telah dikritik, bahwa
perbankan syariah di Indonesia belum ada yang menerapkan prinsip bagi
untung. Salah satu alasannya adalah dengan tidak mudahnya dalam
menentukan beban-beban yang akan dikurangkan dari pendapatan
pengelolaan dana Mudharabah. Dalam menentukan beban-beban tersebut,
sangat diperlukan kejujuran, tranparansi dan tertib administrasi dari
lembaga keuangan syariah.
Ketidak jujuran, ketidak tranparanan bank syariah akan membawa
dampak laporan pengelolaan dana Mudharabah yang di buat oleh lembaga
keuangan syariah akan menjadi kabur dan tidak menunjukkan informasi
yang sebenarnya.
Untuk pedoman distribusi bagi hasil usaha dana pihak ketiga yang
ditempatkan di bank syariah, DSN MUI menerbitkan Fatwa No. 14/DSN-
MUI/IX/2000 tentang Sistem Distribusi Hasil Usaha dalam LKS, Fatwa
No. 15 /DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha dalam
LKS, serta Fatwa No.87/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode Perataan
Penghasilan (Income Smoothing) dana pihak ketiga.
1. Giro
Prinsip syariah giro diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No.
01/DSN-MUI/IV/2000 tentang Giro. Giro adalah simpanan
berdasarkan akad wadi'ah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya, atau dengan perintah pemindah bukuan. Giro yang di
benarkan secara syariah, yaitu giro yang berdasarkan prinsip wadi'ah
dan mudharabah.
Fiktur dan mekanisme Giro berdasarkan wadi’ah
1. Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah
bertindak sebagai penitip dana.
2. Bank tidak di perkenankan menjanjikan pemberian imbalan atau
bonus kepada nasabah.
3. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi
berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan biaya
pengelolaan rekening antara lain biaya cek, bilyat giro, biaya
materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan
dan penutupan rekening.
5
4. Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah.
5. Dana titipan dapat diambil setiap saat oleh nasabah.
Fiktur dan mekanisme Giro berdasarkan mudharabah
1. Bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) dan nasabah
bertindak sebagai pemilik dana (shahibul mal).
2. Pembagian keuntungan di nyatakan dalam bentuk nisbah yang di
sepakati.
3. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi
berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan biaya
pengelolaan rekening.
4. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan nasabah.
2. Tabungan
Tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi'ah atau
investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang di sepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan alat lainnya yang
disamakan dengan itu. Prinsip syariah tabungan diatur dalam Fatwa
Dewan Syariah Nasional No. 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Tabungan. Tabungan ada dua jenis yaitu tabungan yang tidak di
benarkan secara syariah, yaitu tabungan yang berdasarkan perhitungan
bunga. Dan tabungan yang di benarkan, yaitu tabungan yang
berdasarkan prinsip wadhi'ah dan mudharabah.
Fitur dan Mekanisme Tabungan berdasarkan Wadhi'ah:
1. Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah
bertindak sebagai penitip dana.
2. Bank tidak di perkenankan menjanjikan pemberian imbalan atau
bonus kepada nasabah.
3. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi
berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan
rekening.
4. Bank menjamin pengembalian dana titipan dan nasabah.
5. Dana titipan dapat diambil setiap saat oleh nasabah.
Fitur dan Mekanisme Tabungan berdasarkan Mudharabah:
6
1. Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak
sebagai pemilik dana.
2. Pembagian keuntungan di nyatakan dalam bentuk nisbah yang di
sepakati.
3. Penarikan dana oleh nasabah hanya dapat di lakukan sesuai waktu
yang di sepakati.
4. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi
berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan
rekening.
5. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.
3. Deposito
7
6. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi
berupa biaya-biaya yang terkait langsung dengan biaya
pengelolaan rekening.
7. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.3
3
Andri Soemarto, M.A, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2009, h. 70-75
8
tidak mempunyai keahlian atau menguasai bidang usaha tersebut
5. Pengusaha yang bermasalah.4
4
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2002, h. 10
9
sesaui nisbah yang telah disepakati, sedangkan pembagian kerugian
berdasarkan proporsi modla masing-masing.
b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli ( piutang ) meliputi:
1) Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahab,
penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
2) Pembiayaan salam
Dalam pengertian yang sederhana, ba’i as-salam berarti pembelian
barng yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran
dilakukan istishna.5
3) Pembiayaan istishna
Transaksi ba’i al-istishna’ merupakan kontrak penjualan antara
pembeli dan pembuat barng. Dalam kontrak ini , pembuat barang
menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha
melalui orang lain untuk membuat atau membeli barng menurut
spesifikasi yang telah disepakti dan menjualnya kepada pembeli
akhir.6
c. Pembiayaan dengan prinsip sewa meliputi:
1) Pembiayaan Ijarah
Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa.
2) Pembiayaan Ijarah Muntahiyah bil tamlik
Pembiayaan ijarah muntahiyah bil tamlik adalah perjanjian sewa
menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan
barang dari pihak yang meberikan sewa kepada pihak penyewa.
Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditunjukan unruk
memiliki barnag, sedangkan yang menggunakan prinsip sewa
ditunjukan untuk mendapatkan jasa. Prinsip bagi hasil digunakan
untuk usaha kerjasama yang digunakan untuk kerjasama yang
ditunjukan guna mendapatkan barnag dan jasa sekaligus. Sedangkan
pembiayaan dengan akad pelengkap ditujukan untuk memperlancar
pembiayaan dengan tiga prinsip diatas.
E. Unsur – unsur Pembiayaan Keuangan Syariah
10
1. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberian pembiayaan, bahwa pembiayaan yang
diberikan baik berupa uang, barang dan jasa akan benar-benar diterima
kembali kembali dimasa tertentu di masa datang. Kepercayaan ini
diberikan oleh bank karena sebelum dana dikucurkan, sudah dilakukan
penelitian dan penyelidikan yang mendalam tentang nasabah.
2. Kesepakatan
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-
masing pihak mendatangi hak dan kewajibannya masing-masing.
Kesepakatan penyaluran pembiayaan dituangkan dalam akad
pembiayaan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, yaitu pihak
bank dan pihak nasabah.
3. Jangka waktu
Setiap pembiayaan mempunyai jangka waktu tertentu, jangka wkatu ini
mencakup waktu pemebrian pembiayaan yang telah disepakati. Hampir
dapat dipastikan bahwa tidak ada pembiayaan yang tidak memiliki
jangka waktu.
4. Risiko
Faktor resiko kerugian dapat disebabkan karena dua hal, yaitu risiko
kerugian yang disebabkan karena nasabah sengaja tidak membayar
kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian disebabkan karena
nasabah tidak sengaja, yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana
alam.
5. Balas jasa
Akibat dari fasilitas kredit yang diberikan bank tentu mengharapkan
suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian
kredir tersebut disebut dengan bunga bagi bank prinsip konvensional,
sedangkan pada bank syariah disebut bagi hasil.7
11
Artinya untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan.
Dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melalui aktivitas
pembiayaan. Pihak yang suplus dana menyalurkan kepada pihak yang
kekurangan dana,sehingga dapat digulirkan.
c. Meningkatkan produktivitas
Artinya adanya pembiayaan memberikan peluang bagi masyarkat agar
mampu meningkatkan daya produksinya.
d. Membuka lapangan kerja baru
Artinya dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui
penambahan dana pembiayaan, maka sector usaha tersebut akan menyerap
tenaga kerja.
e. Terjadinya distribusi pendapatan
Artinya masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas
kerja, berarti mereka akan memperoleh pendaptan dari hasil
usahanya. 8
12
penghubung dalam penyeimbangan dan penyaluran kelebihan dana dari
pihak yang kelebihan (surplus) kepada pihak yang kekurangan (deficit)
dana.
Menghindar terjadinya dana menganggur
Dana yang masuk melalui berbagai rekening pada passive bank
syariah, harus segera disalurkan dalam bentuk aktiva produktif. Sehingga
terjadi keseimbangan antara dana yang masuk dan dana keluar.9
Tujuan pembiayaan yang lain terdiri dari dua fungsi saling berkaitan
dengan pembiayaan:
a. Profitability yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari
pembiayaan berupa keuntungaan yang diraih dari bagi hasil
yang diperoleh dari usaha yang dikelola bersama nasabah.
b. Safety yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang
diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan
profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan yang
berarti.
10
9
Sumar’in,Konsep Kelembagaan Bank Syariah,(Yogyakarta:Graha Ilmu,2012), hal.115-116
10
Binti Nur Aisiyah,Manajemen Pembiayaan Bank Syariah(Yogyakarta:Kalimedia,2015), hal. 12
13
Masyarakat konsumen akan memperoleh barang yang
mereka inginkan.
11
Muhammad Ridwan,Konstruksi Bank Syariah,( Yogyakarta:Pustaka SM,2007), hal.95
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
Tujuan pembiayaan dibagi menjadi dua kelompok yaitu tujuan
pembiayaan makro dan tujuan pembiayaan mikro. Secara makro dijelaskan
bahwa pembiayaan bertujuan:
a. Peningkatan ekonomi umat
b. Tersediannya dan bagi peningkatan usaha
c. Meningkatkan produktivitas
d. Membuka lapangan kerja baru
e. Terjadinya distribusi pendapatan
Secara mikro, pembiayaan diberikan dengan tujuan:
a) Dalam upaya memaksimalkan laba
b) Upaya meminimalkan resiko
c) Pendayagunaan sumber ekonomi
d) Penyaluran kelebihan dana
e) Menghindari terjadinya dana menganggur
16
B. Saran
Diharapkan dengan terbentuknya makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca khususnya Mahasiswa IAIIN Tulingagung Prodi Manajemen
Keuangan Syariah mata kuliah Manajemen Keuangan. Terbentuknya
makalah ini tentunya masih banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu
kami berharap kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun agar
bisa menjadi rujukan untuk pembuatan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
17
Sumadji. 2006. Kamus Istilah Ekonomi Mengandung Istilah-istilah Ekonomi,
Akuntansi, Keuangan, Investasi beserta penjelasannya secara lengkap. Jakarta:
Salemba Empat.
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana.
18