Anda di halaman 1dari 25

ASPEK PEMBIAYAAN SYARIAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Manajemen Pembiayaan Bank Syariah

Dosen Pengampu : Kharis Fadlullah Hana, M.E

Disusun Oleh :

1. Wijla Nailil Muna (2020510073)


2. Septias Pinky Rahayu (2020510079)
3. Pramitha Silvia Dewi (2020510098)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Aspek Pembiayaan Bank Syariah tepat pada waktunya
meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada
Bapak Kharis Fadlullah Hana, M.E , selaku Dosen Mata Kuliah Manajemen
Pembiayaan Bank Syariah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Besar harapan kami agar makalah ini bisa dipahami untuk semua pihak
yang membaca. Dan juga sekiranya dengan membaca makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan bagi yang membaca ataupun kami sendiri
mengenai aspek pembiayaan bank syariah. Makalah ini tentu saja tidak luput dari
kesalahan, maka dari itu kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan pada
makalah ini. Saran dan kritik akan kami nantikan agar dapat membangun
kesempurnaan makalah ini di kemudian hari.

Kudus, 10 September 2022

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. 1

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

C. Tujuan .......................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6

A. Pengertian, Tujuan, dan Fungsi dari Pembiayaan Bank Syariah ................. 6

B. Perbedaan Kredit dan Pembiayaan............................................................. 11

C. Jenis Pembiayaan di Bank Syariah ............................................................ 14

D. Natural Uncertainty Contract .................................................................... 18

E. Natural Certainty Contract ........................................................................ 19

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 21

A. Kesimpulan ................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya bank syariah memiliki fungsi yakni menjadi
lembaga intermediasi, maksud dari lembaga intermediasi disini
merupakan perantara keuangan dari pihak masyarakat yang cenderung
kekurangan dana (unit defisit) dengan masyarakat yang cenderung
memiliki kelebihan dana (unit surplus). Pada bank syariah sendiri
dalam melaksanakan operasionalnya memiliki tiga kegiatan utama
yakni funding atau menghimpun dana dari masyarakat, inverstor dan
lainnya, setelah melakukan funding maka kegiatan lanjutannya yaitu
jasa keuangan hal ini bisa dilakukan dengan cara pengelolaan
keuangan pada bank syariah itu sendiri, setelah dilakukan funding dan
pengelolaan keuangan maka kegiatan yang akan dilakukan yakni
financing atau penyaluran dana tersebut kepada masyarakat (unit
defisit) baik dalam bentu kredit ataupun pembiayaan. Bank syariah
dalam pelaksanaan kegiatan di dalamnya menggunaan prinsip-prinsip
syariah tentu saja berbeda dengan bank konvensional. Instrument yang
digunakan pada bank syariah sendiri yaitu bagi hasil serta margin laba
sedangkan pada bank konvensional yakni menggunakan sistem bunga.1
Dengan perbedaan antara bank syariah dan ban
konvensional tersebut maka terdapat persaingan global antara
keduanya, hal tersebut tentu memberikan risiko tersendiri untuk bank
syariah. Dalam mempertimbangkan daya persaingan yang terjadi pada
industri perbankan, maka bank syariah tentu harus memberikan daya
saing yang berbeda agar tidak tertinggal pada persaingan yang semakin
ketat. Tingkat persaingan ini berhubungan dengan tingkat risiko pada
bank syariah, dengan adanya tingkat risiko maka harus dilakukan

1
Sri Mulyani, ―Analisis Manajemen Pembiayaan Pada Bank Syariah,‖ An-Nisbah: Jurnal
Perbankan Syariah 1, no. 2 (2020): 89–105, https://doi.org/10.51339/nisbah.v1i2.167.

4
pengelolaan risiko tersebut agar bank syariah dapat terus berkembang.
Risiko bank syariah diantaranya adalah risiko pembiayaan.
Pengelolaan pada risiko pembiayaan harus dilakukan secara tepat oleh
bank syariah karena jika terdapat kesalahan akan mengakibatkan atau
mempengaruhi upaya meningkatkan NPF (Non Performance
Financing). Dengan demikian bank syariah tentu memerlukan
manajemen pembiayaan guna mengelola risiko-risiko yang akan
dihadapi bank syariah dalam kegiatan pembiayaan agar kesehatan
keuangan yang ada di bank syariah tetap terjaga. Hal ini juga yang
akan dibahas pada makalah ini yakni aspek-aspek manajemen
pembiayaan bank syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian, tujuan, dan fungsi dari pembiayaan bank
syariah?
2. Bagaimana perbedaan kredit dan pembiayaan?
3. Apa saja jenis pembiayaan bank syariah?
4. Apa itu Natural Uncertainty Contract?
5. Apa itu Natural Certainty Contract?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, tujuan, dan fungsi dari pembiayaan
bank syariah
2. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan kredit dan pembiayaan
3. Untuk mengetahui jenis pembiayaan bank syariah
4. Untuk mengetahui Natural Uncertainty Contract
5. Untuk mengetahui Natural Certainty Contract

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian, Tujuan, dan Fungsi dari Pembiayaan Bank Syariah
1. Pengertian Pembiayaan
Kata pendanaan berasal dari kata “expense” yang berarti
―menghabiskan uang untuk sesuatu‖. Sedangkan pembiayaan yakni
penyediaan fasilitas (dana) berdasarkan akad atau perjanjian kontrak
yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Pihak yang
menerima pinjaman akan mengganti atau membagikan tagihan atau uang
tersebut sesudah jangka periode tertentu. Pembiayaan juga disebut
sebagai kegiatan pengeluaran dana guna menyokong investasi yang
sudah direncanakan.2
Kemudian pengertian pembiayaan atau financing , yakni kegiatan
atau proses pemberian dana oleh pihak bank guna mendorong sebuah
usaha atau investasi. Dengan kata lain, pendanaan adalah uang yang
disediakan untuk mendukung investasi yang direncanakan.3
Pembiayaan dalam perbankan adalah menyediakan uang atau
tagihan berdasarkan kontrak atau perjanjian pinjaman antara lembaga
keuangan dan pihak lain seperti yang diminta oleh nasabah guna melunasi
hutang sesudah jangka periode tertentu. Pembiayaan pada perbankan
syariah merupakan penyediaan tagihan atau dana yang disamakan dengan4:
Kesepakatan bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah
a. Kesepakatan sewa dengan opsi transfer properti dalam bentuk jarahan
Muntahiyah Bit Tamlik

2
Nurnasrina and P. Adiyes Putra, MANAJEMEN PEMBIAYAAN Bank Syariah
(Pekanbaru: Cahaya Firdaus, 2018).
3
Rahmat Ilyas, ―Analisis Kelayakan Pembiayaan Bank Syariah,‖ Jurnal Ilmu Syariah
Dan Perbankan Islam, 2019.
4
Erlindawati, ―Prinsip Manajemen Pembiayaan Syariah,‖ IQTISHADUNA : Jurnal
Ilmiah Ekonomi Kita 6, no. 1 (2017): 82–97,
http://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/96.

6
b. Transaksi jual beli berupa Murabahah, Salam, dan Istishna
c. Transaksi qardh atau pinjma meminjam obligasi
d. Transaksi multi-layanan dengan kontrak Ijarah atau Kafalah
Pembiayaan juga dapat di definisikan sebagai pemberian fasilitas
penyediaan dana bagi pihak yang kekurangan unit5.
2. Tujuan
Tujuan dari pembiayaan berbasis syariah yakni guna mendukung
peningkatan kesejahteraan ekonomi serta kesempatan kerja sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Pendanaan ini harus menguntungkan sebanyak
mungkin pengusaha di bidang pertanian, industri, maupun perdagangan.
Dana tersebut dimaksudkan guna mempromosikan lapangan pekerjaan
juga mendukung produksi juga distribusi barang maupun jasa untuk
mencukupi kebutuhan domestik dan ekspor. Menurut Kasmir pembiayaan
memiliki tujuan yakni6:
a. Mengejar laba melalui nilai tambah yang diharapkan
b. Mendukung upaya pemerintah untuk mendorong pembangunan di
berbagai sektor, terutama di sektor bisnis riil.
c. Mendorong usaha yang dimiliki nasabah. Dana yang disalurkan oleh
lembaga keuangan diharapkan dapat mendorong bisnis dan opini
publik untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara keseluruhan.
Sementara itu, menurut Veithzal Riva`l, pembiayaan memiliki
tujuan sebagai berikut7:
a) Profitability, yakni bertujuan mendapatkan hasil keuangan
yaitu laba dari bagi hasil perusahaan dengan pelanggannya
b) Safety, Keamanan pelayanan maupun fasilitas yang disediakan
secara praktis harus dijamin agar tujuan efisiensi ekonomi
dapat tercapai secara praktis.

5
Sri Mulyani, ―Analisis Manajemen Pembiayaan Pada Bank Syariah.‖
6
Nurnasrina and Putra, MANAJEMEN PEMBIAYAAN Bank Syariah.
7
Erlindawati, ―Prinsip Manajemen Pembiayaan Syariah.‖

7
Bank syariah mendapatkan sumber penghasilan atau pendapatan
salah satunya dengan kegiatan pembiayan. Pembiayaan yang
dilaksanakan oleh bank syariah juga mempunyai tujuan bagi beberapa
pihak yang berkepentingan8:
a. Pemilik, melalui sumber pendapatan tersebut, pemilik
mempunyai harapan untuk menerima pendapatan dari dana
yang telah diinvestasikan di bank.
b. Pegawai. Karyawan mengharapkan manfaat sosial dari bank
yang mereka kelola.
c. Masyarakat.
a) Pemilik dana: Sebagai pemilik dana, masyarakat
mengharapkan dana yang diinvestasikan dapat
digunakan untuk bagi hasil.
b) Debitur yang bersangkutan; Mereka merasa didukung
oleh dana untuk menjalankan usahanya (Sektor
Produksi) dan untuk pengadaan barang yang mereka
butuhkan (Pembiayaan Konsumen).
c) Masyarakat (umumnya konsumen); melalui
pembiayaan tersebut, mereka bisa mendapatkan barang
yang mereka butuhkan.
d. Pemerintah. Pemerintah membantu membiayai pembangunan
negara dan pajak dipungut.
e. Bank. Untuk bank yang terlibat, hasil dari pengalokasian
pembiayaan tersebut diharapkan dapat memungkinkan bank
untuk melanjutkan dan mengembangkan usahanya agar dapat
melayani masyarakat lebih banyak.
3. Fungsi Pembiayaan
Bank syariah yang memberikan pinjaman menggunakan prinsip
syariah melalui fungsi pembiayaan tidak hanya untuk mengejar
8
M. Dliyaul Muflihin, ―Jurnal Ekonomi Syariah,‖ Jurnal Ekonomi Syariah 4, no. 1
(2019): 67–76.

8
keuntungan (laba) dan revitalisasi bank di Indonesia, juga memberikan
lingkungan bisnis yang sehat9:
a. Kami menawarkan pinjaman berbasis syariah menggunakan sistem
bagi hasil yang tidak membebani peminjam.
b. Menolong orang miskin di luar jangkauan bank konvensional.
c. Ini karena tidak dapat memenuhi persyaratan bank Konvensional.
d. Kami membantu mendanai bisnis mereka untuk membantu masyarakat
rentan secara ekonomi yang terus-menerus ditipu oleh rentenir.
Bukan hanya itu, pembiayaan juga memiliki fungsi:
a. Mendorong peningkatan barang atau modal, serta utility (daya guna)
b. Melancarkan sirkulasi lalu lintas uang agar tidak mengendap pada
pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana
c. Menambah ketertarikan masyarakat untuk mengelola atau
membangun usaha dengan baik dan sesuai dengan prinsip syariah
d. Merupakan alat untuk menstabilkan ekonomi
e. Jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
f. Menjadi penghubung ekonomi internasional
Keuangan memainkan peran yang sangat urgent pada bisnis.
Secara garis besar fungsi keuangan dalam bisnis, keuangan dan juga
perdagangan dapat dirumuskan sebagai berikut10:
a. Pembiayaan dapat meningkatkan pengembalian modal. Penabung
menginvestasikan uang mereka di lembaga keuangan. Tentu saja,
penggunaan uang ini oleh lembaga keuangan meningkat melalui
pembiayaan yang diberikan usaha-usaha guna mendukung usaha-usaha
tersebut.
b. Pendanaan dapat meningkatkan kegunaan barang: Produsen dapat
menggunakan pembiayaan untuk membuat bahan akhir dan
meningkatkan kegunaan bahan tersebut. Misalnya, sabut kelapa
menjadi kopra menjadi kelapa/minyak goreng.
9
Nurnasrina and Putra, MANAJEMEN PEMBIAYAAN Bank Syariah.
10
Erlindawati, ―Prinsip Manajemen Pembiayaan Syariah.‖

9
c. Pembiayaan meningkatkan sirkulasi dan pergerakan uang, pembiayaan
melalui giro, dan pengusaha meningkatkan sirkulasi giro.
d. Penggalangan dana memicu antusiasme masyarakat, manusia selalu
terlibat dalam kegiatan ekonomi, selalu berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya. Aktivitas bisnis akan selalu meningkat sesuai dengan
dinamikanya. Namun, peningkatan bisnis tidak selalu disertai dengan
peningkatan sumber daya keuangan, dan orang selalu mencari untuk
mengisi kesenjangan keterampilan dengan orang lain yang memiliki
keterampilan dalam beberapa cara.
e. Pembiayaan sebagai alat untuk stabilitas ekonomi. Pinjaman bank
memainkan peran penting dalam mengendalikan inflasi dan dalam
perkembangan ekonomi perusahaan. Target pembiayaan harus
berpedoman pada aspek kendala kualitatif. Artinya, mencakup
produksi dan sektor-sektor prioritas yang secara langsung
mempengaruhi hajat hidup orang banyak, seperti pertanian,
perkebunan dan peternakan.
f. Pembiayaan menjembatani peningkatan pendapatan. Pengusaha yang
menerima pembiayaan secara alami berusaha untuk mengembangkan
usahanya. Lebih banyak bisnis berarti lebih banyak keuntungan. Jika
laba ini dikembangkan lagi secara kumulatif dalam arti istilah yang
dikembangkan ke dalam struktur modal, peningkatannya akan terus
menerus.
g. Pembiayaan menjadi penghubung ekonomi internasional. Negara-
negara kaya dan kuat secara ekonomi banyak menyalurkan bantuan
untuk negara berkembang demi persahabatan antar bangsa.
Pembiayaan bank syariah sendiri dilaksanakan dengan
berlandaskan hukum Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21
Tahun 200811:

11
Dindha Amelia, ―Strategi Peningkatan Portofolio Pembiayaan Melalui Syndicated
Financing Di Bank Syariah Kota Medan,‖ AGHNIYA: Jurnal Ekonomi Islam 2, no. 2 (2020): 1–9,
https://doi.org/10.30596/aghniya.v2i2.4838.

10
a. Pembiayaan bank syariah menggunakan prinsip bagi hasil
melalui mudharabah dan musyarakah
b. Transaksi sewa dalam format Ijarah atau pembelian sewa
dalam format Ijarah Muntahiyya Bit Tamlik
c. Transaksi jual beli berupa istishna, salam, dan murabahah.
Pinjam meminjam dalam bentuk obligasi dan qardh.
Fungsi Pembiayaan dan keberadaan keuangan Islam menciptakan
lingkungan bisnis yang aman tidak hanya untuk keuntungan tetapi
juga untuk:
a. Menyediakan pembiayaan sesuai dengan prinsip syariah,
melalui bagi hasil yang tidak mengganggu pemberian
pembiayaan kepada nasabah.
b. Ini membantu membuat sistem ekonomi lebih produktif.
c. Menolong masyarakat luas keluar dari jebakan riba.
B. Perbedaan Kredit dan Pembiayaan
Pada lembaga keuangan baik itu bank maupun non bank dari
konvensional maupun syariah memiliki peraturan tersendiri guna mengatur
dan menetapkan pemberian dana atau penyaluran dana (financing). Namun,
tentu saja peraturan tersebut harus memiliki dan menganut pedoman yang
sudah menjadi acuan pada perbankan secara umum. Bank konvensional
melakukan financing melalui pemberian kredit dalam pemberian kredit
tersebut bank konvensional menggunakan system bunga yang ditekankan
kepada debitur. Para debitur harus mengembalikan kredit sesuai dengan
jumlah yang dipinjam dan tentu saja ditambah dengan besaran bunga kredit
yang sduah menjadi ketetapan bank tersebut. Keuntungan bank tersebut
terjadi karena bunga yang diberikan kepada debitur salah satunya melalui
kredit. Penerapan bunga kredit ini jika dipandang dari sisi syariah maka
sudah dipastikan riba dan dilarang dalam ketentuan syariah Islam.12

12
Achasih Nur Chikmah, ―Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Bank
Konvensional Dengan Pembiayaan Bank Syariah Pada Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah,‖
Jurnal Akuntansi Unesa 2, no. 2 (2016): 1–19, https://core.ac.uk/download/pdf/230768101.pdf.

11
Bunga kredit yang termasuk riba pada bank konvensional ini
bertentangan dengan prinsip bank syariah sehingga menimbulkan perbedaan
antara penyaluran dana (financing) pada kedua bank ini. Pada bank syariah
penyaluran dana tidak mengenal kredit sebab, bank syariah mempunyai
skema berbeda dari bank konvensional yang disebut dengan pembiayaan.13
Pembiayaan yang merupakan produk dari bank syariah yakni sebuah
kegiatan penyaluran dana yang dikumpulkan oleh pihak kemudian
disalurkan kepada para nasabah yang memerlukan dana, menyeleksi jenis
usaha yang nantinya dapat dibiayai secara tepat dan menjadi usaha yang
produkif, serta dapat menghasilkan keuntungan yang dikelola dengan jujur
dan bertanggung jawab oleh nasabah tersebut.14 Berikut merupakan
perbedaan dari kredit dan pembiayaan.15
Kredit Pembiayaan
Memberikan pinjaman, melalui cara Memberikan pembiayaan melalui
penghimpunan dana masyarakat cara mengelola dana yang dihimpun
sebagai utang dari masyarakat (titipan)
Hubungan hanya bersifat antara Hubungan bukan sebatas debitur dan
debitur dan kreditur kreditur, melainkan sebagai mitra
dan shahibul mal, dan manajer
investasi
Kemungkinan pemberian kredit yang Pembiayaan hanya diberikan untuk
digunakan sebagai spekulasi atau kegiatan yang berhubungan dengan

13
Muhammad Rizal Satria, ―Analisis Perbandingan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah
(Kpr) Pada Bank Konvensional Dengan Pembiayaan Murabahah (Kpr) Pada Bank Syariah,‖
Amwaluna: Jurnal Ekonomi Dan Keuangan Syariah 2, no. 1 (2018): 105–18,
https://doi.org/10.29313/amwaluna.v2i1.2880.
14
Nurhadi Nurhadi, ―Pembiayaan Dan Kredit Di Lembaga Keuangan,‖ Jurnal Tabarru’:
Islamic Banking and Finance 1, no. 2 (2018): 14–24,
https://doi.org/10.25299/jtb.2018.vol1(2).2804.
15
Hikmah Maros and Sarah Juniar, ―Modul Manajemen Pembiayan Bank Syariah,‖ 2016,
1–23.

12
untuk memfasilitasi kegiatan tidak sektor riil (transaksi jual-beli;
riil istishna, murabahah, dan salam;
sewa menyewa (ijarah) serta
kerjasama (musyarakah dan
mudharabah) atau hanya untuk
kegiatan yang halal (bebas dari
maghrib maysir, gharar dan riba)
Pinjam meminjam lebih cenderung Pembiayaan tidak termasuk transaksi
bersifat komersial yang bersifat komersial, melainkan
(qardh dan qardhul hasan) yang
bersifat sosial

Selain dari perbedaan tersebut, pada penelitian terdahulu juga


terdapat perbedaan-perbedaan mendasar dalam pemberian kredit dan
pembiayaan di bank konvensional serta syariah. Perbedaan tersebut
disebutkan bahwa keuntungan yang diperoleh pada bank syariah dan bank
konvensional. Dalam bank syariah, bagi hasil yang sudah disepakati dengan
akad awal perjanjian merupakan bentuk keuntungan yang didapatkan oleh
bank syariah (apabila rugi atau untung ditanggung bersama). Sedangkan
bank konvensional mendapatkan keuntungan melalui bunga bank yang
diterapkan pada setiap transaksinya.16 Sebagai contohnya Bank CIMB Niaga
menerapkan sistem suku bunga yang mengharuskan nasabah untuk
membayar secara on time, apabila nasabah membayar terlambat maka akan
dikenakan sanksi ketika proses kredit. Lain halnya dengan Bank CIMB

16
Wenny Djuarni, ―Analisis Perbandingan Metode Pemberian Kredit Di Bank
Konvensional Dengan Pembiayaan Musyarakah Di Bank Syariah Pada PT Bank Jabar Banten Dan
PT Bank Jabar Syariah Tbk,‖ Jurnal Sosial Ekonomi 2, no. 1 (2011): 251–58.

13
Niaga Syariah sesuai dengan prinsip syariah, maka besaran angsuran dapat
ditawar oleh debitur.17
C. Jenis Pembiayaan di Bank Syariah
Sebagai lembaga intermediasi keuangan, dengan peran utamanya
mengumpulkan dana (financing) dari para investor, perbankan dimohon
untuk mampu memenuhi kebutuhan pendanaan. Produk dari perbankan
syariah salah satunya yaitu pembiayaan. Artinya, pinjaman dari satu pihak ke
pihak lain yang menunjang investasi yang diagendakan sendiri atau
lembaga18. Jenis-jenis pembiayaan Bank Syariah dapat dikategorikan
berdasarkan kurun waktu, jenis penggunaan, dan kebutuhan. Selain itu
pembiayaan dapat juga digolongkan berdasarkan jenis pembayaran dan
metode pembayaran.
1. Jenis pembiayaan menurut tujuan penggunaannya
Berdasarkan tujuannya, pembiayaan pada bank syariah
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Pembiayaan Konsumtif, yakni pembiayaan yang secara khusus
disediakan guna tujuan di luar perusahaan dan sering kali bersifat
pribadi. Pembiayaan konsumtif diperuntukkan untuk konsumsi, dan
akan habis bila dimanfaatkan guna memenuhi semua kebutuhan
konsumsinya, baik konsumsi secara pribadi, korporasi, publik,
maupun pemerintah. Contoh dari pembelian konsumtif yaitu untuk
membeli rumah, kendaraan dinas atau pribadi, maupun perabot
rumah tangga.
b. Pembiayaan Komersial, yakni pembiayaan yang ditujukan untuk
individu atau perusahaan yang kemudian digunakan dalam

17
Tika Kardina, ―Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Pada Bank
Konvensional (PT.Bank CIMB Niaga) Dan Sistem Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah
(PT. Bank CIMB Syariah) Di Medan,‖ Economics, 2011.
18
Rahmat Ilyas, ―Analisis Sistem Pembiayaan Pada Perbankan Syariah,‖ Adzkiya : Jurnal
Hukum Dan Ekonomi Syariah 6, no. 1 (2018): 1–18, https://doi.org/10.32332/adzkiya.v6i1.1167.

14
pengembangan bisnis tertentu. Pembiayaan komersial di lunasi dari
hasil usaha yang telah dibiayai tersebut. Pembiayaan komersial ini
dapat digolongkan menjadi dua:
a) Pembiayaan modal kerja, yakni pembiayaan yang
digunakan sebagai model kerja untuk sebuah usaha tertentu.
Secara umum pembiayaan ini bersifat jangka pendek guna
membiayai kebutuhan modal bisnis pada sebuah
perusahaan19.
b) Pembiayaan investasi, merupakan dana yang diperuntukkan
sebagai investasi (jangka panjang atau menengah).20
2. Pembiayaan Menurut Jangka Waktu
Pembiayaan pada bank syariah menurut jangka waktu dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Pembiayaan Jangka Pendek, yakni pembiayaan
menggunakan jangka waktu satu tahun atau kurang dalam
pelunasan nya kepada bank. Jenis pembiayaan ini
biasanya berupa pemberian modal kerja untuk sektor
perdagangan, pertanian yang sifatnya musiman, industri,
dan yang lainnya.
b. Pembiayaan Jangka Menengah, yakni pembiayaan
menggunakan jangka waktu pembayaran selama satu
tahun atau lebih dan sampai dengan tiga tahun kepada
bank. Contoh dari jenis pembiayaan jangka menengah
yaitu pembiayaan guna membeli kendaraan dan biaya
permodalan untuk konstruksi.
c. Pembiayaan Jangka Panjang, merupakan pembiayaan
menggunakan jangka waktu tiga tahun atau lebih yang

19
Mariya Ulpah, ―Mariya Ulpah Madani Syari ’ Ah, Vol. 3 No.2 Agustus 2020,‖ Madani
Syari’ah 3, no. 2 (2020): 147–60, file:///C:/Users/Acer/Downloads/208-Article Text-297-1-10-
20200831.pdf.
20
Nurnasrina and Putra, MANAJEMEN PEMBIAYAAN Bank Syariah.

15
harus dikembalikan kepada bank. Contoh pembiayaan ini
yaitu (KPR) pembiayaan kepemilikan rumah, kontruksi
untuk penggunaan pabrik, bandara, jalan tol dan lain-lain.
3. Jenis Pembiayaan menurut Cara dan Sifat Penarikannya
Menurut cara dan sifat penarikannya, jenis pembiayaan ini
dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Penarikan Sekaligus, artinya penarikan pembiayaan yang
dilakukan satu kali pada jumlah pinjaman maksimum.
Pembayaran pada pembiayaan ini bisa melalui tunai
maupun transfer pada rekening tabungan bank.
b. Penarikan bertahap berdasarkan jadwal yang telah
ditetapkan, adalah pembiayaan yang dicairkan sesuai
dengan jadwal dan akan dilakukan secara bertahap pada
waktu yang telah disepakati atau setelah menyelesaikan
proyek ataupun kebutuhan nasabah
c. Penarikan sesuai kebutuhan, yaitu dalam penarikan nya
dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan nasabah dan
bisa secara tunai maupun transfer.
4. Jenis Pembiayaan berdasarkan Metode Pembiayaan
Menurut metode pembiayaan, jenis pembiayaan pada bank
syariah digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Pembiayaan Bilateral, adalah opsi pembiayaan yang
ditawarkan kepada nasabahnya untuk satu bank saja.21
b. Pembiayaan Sindikasi, adalah sarana pembiayaan dari
bank yang kemudian dibagikan dengan jangka waktu 2
tahun atau lebih untuk membiayai suatu proyek tertentu.
Perusahaan yang berkeinginan dibiayai melalui
pembiayaan sendi kasi wajib dengan peraturan yang telah

21
Andrianto and M. Anang Firmansyah, ―Manajemen Bank Syariah (Implementasi Teori
Dan Praktek),‖ 2019, 1–489, http://repository.um-
surabaya.ac.id/3453/1/BUKU_MANAJEMEN_BANK_SYARIAH.pdf.

16
berlaku, misalnya proyek yang dijalankan tergolong
besar, terdapat hubungan yang saling menguntungkan
antara bank yang telah membiayai proyek tersebut22.
5. Jenis Pembiayaan berdasarkan Akad
a. Pembiayaan melalui akad jual beli, yaitu akan
pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli antara bank
dengan nasabah. Pembayarannya dilaksanakan melalui
tunai maupun bertahap (dicicil) selama periode yang
sudah menjadi kesepakatan. Akad jual beli yang
digunakan adalah akad murabahah, salam, dan istisna’.
b. Pembiayaan berdasarkan kontrak perjanjian investasi,
yaitu opsi pembiayaan berdasarkan perjanjian investasi
antar bank atau nasabah dengan imbalan bagi hasil yang
sudah disepakati secara bersama-sama.
c. Pembiayaan melalui akad sewa menyewa atau sewa beli,
yakni pembiayaan yang berdasarkan kontrak atau sewa
guna usaha atau sewa beli antara nasabah dan juga pihak
bank. Sewa menyewa pada pembiayaan ini menggunakan
akad ijarah dan untuk sewa beli memakai akad Ijarah
Mutahiya Bit Tamlik (IMBT).
d. Pembiayaan dengan akad pinjaman (qardh), yaitu
perjanjian pinjaman antar bank dengan nasabah. Prinsip
qardh pada pembiayaan ini di mana bank tidak
mengharapkan keuntungan dari pendanaan yang telah
diserahkan, Namun dana tersebut dapat digunakan untuk
mendukung atau memenuhi perjanjian yang lainnya.
6. Pembiayaan berdasarkan cara pembayarannya
Menurut cara pembayarannya, pembiayaan pada bank
syariah dapat digolongkan menjadi:

22
Muflihin, ―Jurnal Ekonomi Syariah.‖

17
a. Pembiayaan berdasarkan pembayaran angsuran, yakni
pembiayaan pada pembayarannya dilakukan dengan cara
mengangsur sesuai waktu yang telah disepakati pada awal
perjanjian.
b. Perjanjian berdasarkan pembayaran sekaligus pada saat
jatuh tempo, adalah suatu pembiayaan yang dimana
pelunasannya dilaksanakan dengan cara membayar
sepenuhnya sesuai waktu yang telah disepakati.23
D. Natural Uncertainty Contract
Pada produk pembiayaan yang terdapat dari lembaga keuangan
bank syariah dan juga dari lembaga keuangan non bank syariah atau koperasi
syariah mempunyai kesamaan. Pembiayaan sendiri digolongkan menjadi 2
yakni, pembiayaan Natural Uncertainty Contract (NUC) serta pembiayaan
Natural Certainty Contract (NCC).24 Sebuah kontrak yang di dalamnya
terdapat ketidakpastian jumlah nominal yang nantinya diperoleh sebab
bergantung pada laba usaha serta dilakukan tidak dengan menyepakati
jumlah nominal laba tersebut tetapi melalui kesepakatan nisbah bagi hasil ini
disebut dengan Natural Uncertainty Contract.25 Pembiayaan Natural
Uncertainty Contract memiliki risiko yang cukup tinggi, sebab tidak ada
kepastian keuntungan, pengembalian, bahkan kepastian waktu
pengembalian. Berikut yang tergolong dalam pembiayaan Natural
Uncertainty Contract yakni Musyarakah dan Mudharabah (pembiayaan
menggunakan nisbah bagi hasil).26
23
Nurnasrina and Putra, MANAJEMEN PEMBIAYAAN Bank Syariah.
24
Atieq Amjadallah Alfie and Maftuchatul Khanifah, ―PEMBIAYAAN NATURAL
CERTAINTY CONTRACT (NCC) DAN PEMBIAYAAN NATURAL UNCERTAINTY
CONTRACT (NUC) PADA PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH,‖ Economics, 2015,
https://news.ge/anakliis-porti-aris-qveynis-momava.
25
Ahmad Ifham Sholihin, ―Buku Pintar Ekonomi Syariah‖ (Jakarta: Gramedia Pustaka,
2013), vii,947hlm.
26
Tri Mulato, ―Pemetaan Potensi Pengembangan Produk Natural Uncertainty Contract
(Nuc) Pada Pembiayaan Produktif Dan Produk Natural Certainty Contract (Ncc) Pada Pembiayaan

18
1. Musyarakah
Kegiatan pembiayaan melalui cara penyertaan modal, dari dua
ataubahkan lebih mitra yang saling melakukan kontribusi guna
memberikan modal untuk sebuah investasi disebut dengan musyarakah.
Pembiayaan musyarakah juga sering disebut dengan perjanjian yang
dilakukan oleh pemilik modal (baik itu uang atau barang) guna
membiayai sebuah usaha. Semua pihak yang terlibat memiliki hak atas
keuntungan sesuai dengan bagian pihak-pihak yang bersangkutan.
2. Mudharabah
Pada skema pembiayaan mudaharabah pihak bank menjadi
(shahibul maal) menyediakan modal 100% sedangkan nasabah sebagai
mudharib. Nasabah di sini menjadai pengelola usaha. Pembiayaan ini
diberikan sampai periode tertentu, dengan bagi hasil yang dibagi secara
periodik sesuai dengan kesepakatan nisbah.27 Apabila mengalami
kerugian yang tidak disebabkan oleh mudharib, maka kerugian menjadi
tanggungan shahibul maal. Tetapi apabila kesalahan atau kecurangan
dari mudharib merupakan penyebab kerugian, maka kerugian harus
ditanggung mudharib.
E. Natural Certainty Contract
Kebalikan dari natural uncertainty contract, pembiayaan natural
certainty contract merupakan kontrak yang di dalamnya sudah tertera pasti
nilai nominal hasil keuntungan pada awal perjanjian kontrak. Hasil dan
pengembalian yang akan diberikan sudah memiliki kepastian di awal
perjanjian, hal ini yang menjadi pembeda antara NUC dan NCC. Bukan
hanya itu dengan kepastian hasil dan pengembalian di awal kontrak maka
natural certainty contract lebih dominan diaplikasikan dalam perbankan
syariah daripada natural uncertainty contract. Produk yang tergolong dalam

Konsumtif Di Bank Syariah,‖ Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam 5, no. 2 (2019): 120–30,
https://doi.org/10.29040/jiei.v5i2.386.
27
Andrianto and Firmansyah, ―Manajemen Bank Syariah (Implementasi Teori Dan
Praktek).‖

19
pembiayaan natural certainty contract yakni ijarah, murabahah, istishna,
dan salam.28
1. Murabahah
Jual beli yang dilakukan oleh nasabah dan bank yang tidak
mengandung unsur riba didalamnya. Barang yang diperjualkan kepada
nasabah ditambahi dengan laba yang disepakati antara bank dan nasabah
atau menggunakan dasar cost-plus profit.29
2. Salam
Yakni jual beli melalui cara barang pesanan diberikan di akhir
waktu yang dijanjikan, tetapi pembayaran dilakukan pada awal transaksi
jual beli tersebut.
3. Ijarah
Merupakan sewa-menyewa guna memperoleh manfaat naik itu
barang maupun upah-mengupah pekerja tidak diikuti dengan perubahan
atau pemindahan pada objek yang dijanjikan.
4. Istishna
Jual beli yang pembayarannya dilakukan dengan cara berangsur
atau mencicil akan tetapi barang diberikan pada waktu terakhir yang
sudah dijanjikan.
5. Ijarah Muntahiya Bit Tamlik
Transaksi ini sama dengan transaksi ijarah hanya saja pada ijarah
muntahiya bit tamlik diikuti dengan pengubahan atau pemindahan hak
milik.

28
Alfie and Khanifah, ―PEMBIAYAAN NATURAL CERTAINTY CONTRACT (NCC)
DAN PEMBIAYAAN NATURAL UNCERTAINTY CONTRACT (NUC) PADA
PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH.‖
29
Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi Dan
Ilustrasi Edisi 3 (Yogyakarta: Ekonisia, 2008).

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pembiayaan atau financing , yakni proses pemberian atau pengadaan dana


oleh pihak lembaga keuangan bank maupun non bank syariah kepada nasabah
guna mendorong usaha dan juga investasi. Pembiayaan dalam perbankan adalah
menyediakan uang atau tagihan berdasarkan kontrak atau perjanjian pinjaman
oleh bank syariah dan pihak lain seperti yang diminta oleh nasabah guna melunasi
dana yang diperoleh nasabah dari proses pembiayaan sesudah periode tertentu
yang disepakati di awal akad. Kemudian pembiayaan berbasis syariah memiliki
tujuan yakni guna mendorong peningkatan lapangan pekerjaan melalui usaha-
usaha yang terbantu dengan adanya pembiayaan, selain itu juga guna membantu
mensejahterakan ekonomi dengan pedoman syariah. Berdasarkan fungsinya,
pembiayaan yang dilakukan bank syariah bukan saja memberikan pembiayaan
kepada nasabah tetapi juga berguna untuk menciptakan sebuah lingkungan pada
bisnis yang sehat, karena pembiayaan syariah menggunakan prinsip syariah.

Perbedaan kredit dan pembiayaan yaitu kredit Memberikan pinjaman,


melalui cara penghimpunan dana masyarakat sebagai utang sedangkan
pembiayaan sendiri memberikan pembiayaan melalui cara mengelola dana yang
dihimpun dari masyarakat (titipan). Selain dari perbedaan tersebut, pada penelitian
terdahulu juga terdapat perbedaan-perbedaan mendasar dalam pemberian kredit
dan pembiayaan di bank konvensional serta syariah. Perbedaan tersebut
disebutkan bahwa keuntungan yang diperoleh pada bank syariah dan bank
konvensional. Dalam bank syariah, bagi hasil yang sudah disepakati dengan akad
awal perjanjian merupakan bentuk keuntungan yang didapatkan oleh bank syariah
(apabila rugi atau untung ditanggung bersama). Sedangkan bank konvensional
mendapatkan keuntungan melalui bunga bank yang diterapkan pada setiap
transaksinya.

21
Jenis-jenis pembiayaan bank syariah dapat dikategorikan berdasarkan
kurun waktu, jenis penggunaan, dan kebutuhan. Selain itu pembiayaan dapat juga
digolongkan berdasarkan jenis pembayaran dan metode pembayaran. Pembiayaan
sendiri digolongkan menjadi 2 yakni, pembiayaan Natural Uncertainty Contract
(NUC) serta pembiayaan Natural Certainty Contract (NCC).

Pembiayaan Natural Uncertainty Contract memiliki risiko yang cukup


tinggi, sebab tidak ada kepastian keuntungan, pengembalian, bahkan kepastian
waktu pengembalian. Kebalikan dari natural uncertainty contract, pembiayaan
natural certainty contract merupakan kontrak yang di dalamnya sudah tertera pasti
nilai nominal hasil keuntungan pada awal perjanjian kontrak. Bukan hanya itu
dengan kepastian hasil dan pengembalian di awal kontrak maka natural certainty
contract lebih dominan diaplikasikan dalam perbankan syariah daripada natural
uncertainty contract.

22
DAFTAR PUSTAKA

Alfie, Atieq Amjadallah, and Maftuchatul Khanifah. ―PEMBIAYAAN


NATURAL CERTAINTY CONTRACT (NCC) DAN PEMBIAYAAN
NATURAL UNCERTAINTY CONTRACT (NUC) PADA
PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH.‖ Economics, 2015,
https://news.ge/anakliis-porti-aris-qveynis-momava.

Andrianto, and M. Anang Firmansyah. ―Manajemen Bank Syariah (Implementasi


Teori Dan Praktek),‖ 2019, 1–489. http://repository.um-
surabaya.ac.id/3453/1/BUKU_MANAJEMEN_BANK_SYARIAH.pdf.

Chikmah, Achasih Nur. ―Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Bank


Konvensional Dengan Pembiayaan Bank Syariah Pada Usaha Mikro, Kecil,
Dan Menengah.‖ Jurnal Akuntansi Unesa 2, no. 2 (2016): 1–19.
https://core.ac.uk/download/pdf/230768101.pdf.

Dindha Amelia. ―Strategi Peningkatan Portofolio Pembiayaan Melalui Syndicated


Financing Di Bank Syariah Kota Medan.‖ AGHNIYA: Jurnal Ekonomi Islam
2, no. 2 (2020): 1–9. https://doi.org/10.30596/aghniya.v2i2.4838.

Djuarni, Wenny. ―Analisis Perbandingan Metode Pemberian Kredit Di Bank


Konvensional Dengan Pembiayaan Musyarakah Di Bank Syariah Pada PT
Bank Jabar Banten Dan PT Bank Jabar Syariah Tbk.‖ Jurnal Sosial Ekonomi
2, no. 1 (2011): 251–58.

Erlindawati. ―Prinsip Manajemen Pembiayaan Syariah.‖ IQTISHADUNA : Jurnal


Ilmiah Ekonomi Kita 6, no. 1 (2017): 82–97.
http://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/
96.

Ilyas, Rahmat. ―Analisis Kelayakan Pembiayaan Bank Syariah.‖ Jurnal Ilmu


Syariah Dan Perbankan Islam, 2019.

———. ―Analisis Sistem Pembiayaan Pada Perbankan Syariah.‖ Adzkiya : Jurnal

23
Hukum Dan Ekonomi Syariah 6, no. 1 (2018): 1–18.
https://doi.org/10.32332/adzkiya.v6i1.1167.

Kardina, Tika. ―Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Pada Bank


Konvensional (PT.Bank CIMB Niaga) Dan Sistem Pembiayaan Murabahah
Pada Bank Syariah (PT. Bank CIMB Syariah) Di Medan.‖ Economics, 2011.

Maros, Hikmah, and Sarah Juniar. ―Modul Manajemen Pembiayan Bank


Syariah,‖ 2016, 1–23.

Muflihin, M. Dliyaul. ―Jurnal Ekonomi Syariah.‖ Jurnal Ekonomi Syariah 4, no. 1


(2019): 67–76.

Mulato, Tri. ―Pemetaan Potensi Pengembangan Produk Natural Uncertainty


Contract (Nuc) Pada Pembiayaan Produktif Dan Produk Natural Certainty
Contract (Ncc) Pada Pembiayaan Konsumtif Di Bank Syariah.‖ Jurnal
Ilmiah Ekonomi Islam 5, no. 2 (2019): 120–30.
https://doi.org/10.29040/jiei.v5i2.386.

Nurhadi, Nurhadi. ―Pembiayaan Dan Kredit Di Lembaga Keuangan.‖ Jurnal


Tabarru’: Islamic Banking and Finance 1, no. 2 (2018): 14–24.
https://doi.org/10.25299/jtb.2018.vol1(2).2804.

Nurnasrina, and P. Adiyes Putra. MANAJEMEN PEMBIAYAAN Bank Syariah.


Pekanbaru: Cahaya Firdaus, 2018.

Satria, Muhammad Rizal. ―Analisis Perbandingan Pemberian Kredit Pemilikan


Rumah (Kpr) Pada Bank Konvensional Dengan Pembiayaan Murabahah
(Kpr) Pada Bank Syariah.‖ Amwaluna: Jurnal Ekonomi Dan Keuangan
Syariah 2, no. 1 (2018): 105–18.
https://doi.org/10.29313/amwaluna.v2i1.2880.

Sholihin, Ahmad Ifham. ―Buku Pintar Ekonomi Syariah,‖ vii,947hlm. Jakarta:


Gramedia Pustaka, 2013.

Sri Mulyani. ―Analisis Manajemen Pembiayaan Pada Bank Syariah.‖ An-Nisbah:

24
Jurnal Perbankan Syariah 1, no. 2 (2020): 89–105.
https://doi.org/10.51339/nisbah.v1i2.167.

Sudarsono, Heri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi Dan Ilustrasi
Edisi 3. Yogyakarta: Ekonisia, 2008.

Ulpah, Mariya. ―Mariya Ulpah Madani Syari ’ Ah, Vol. 3 No.2 Agustus 2020.‖
Madani Syari’ah 3, no. 2 (2020): 147–60.
file:///C:/Users/Acer/Downloads/208-Article Text-297-1-10-20200831.pdf.

25

Anda mungkin juga menyukai