Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga keuangan mempunyai peran penting dalam kehidupan sebuah negara,
apalagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Peran strategis lembaga
keuangan tersebut disebabkan oleh fungsi lembaga keuangan sebagai lembaga yang
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien.
Lembaga keuangan di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu lembaga keuangan
Bank dan Non Bank. Lembaga keuangan bank merupakan lembaga keuangan yang
memiliki peranan sebagai perantara anatara pemilik modal dengan yang membutuhkan
modal sehingga lembaga keuangan bank memiliki produk dasar dan utama berupa
simpan pinjam. Lembaga keuangan non bank adalah lembaga yang kegiatannya
dibidanng keuangan secara langsung maupun tidak langsung dapat menghimpun dana
dari masyarakat dengan cara mengeluarkan surat-surat berharga untuk kemudian
menyalurkan kepada perusahaan-perusahaandan melakukan kegiatan sebagai perantara
dalamm penerbitan surat-surat berharga tersebut.
Lemabaga keuangan non bank juga terdiri dari dua macam yaiatu lembaga
keuangan non bank konvensional dan syariah. Sebelum adanya lembaga pembiayaan
syariah, masyarakat kecil yang kekurangan dan ingin menambah modal usaha biasanya
melakukan peminjaman di lembaga pembiayaan konvensional yang beban bunganya
cukup tinggi serta cara mengakses pendanaan yang sulit bagi masyarakat menengah ke
bawah. Oleh karenya perlu ditekankan untuk merumuskan sistem keuangan yang lebih
sesuai dengan kondisi usaha kecil yang sesuai dengan prinsip syariah.
Dalam pembiayaan bank syariah dapat memberikan keringanan dan tidak
memberatkan masyarakat dalam menyelesaikan angsuran atau kewajiban pinjamannya
kepada bank. Pemberian pembiayaan tidak langsung diberikan begitu saja melainkan
melalui berbagai proses, perhhitungan dan pemenuhan persyaratan yang diberlakukan
bank. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya pembiayaan yang bermaslah.
Karena masalah yang paling sering dialami lembaga-lembaga keuangan seringkali
adalah kredit atau pembiayaan bermasalah. Maka dari itu perlu lah yang namanya
strategi penanganan pembiayaan bermasalah. Sebelum itu perlu diketahui terlebih
dahulu sebab atau faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah, barulah dapat
diambil tindakan dan strategi yang tepat dalam menanganni pembiayaan bermasalah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengeretian manajemen pembiayaan ?
2. Apa yang dimaksud dengan pembiayaan bermasalah ?
3. Bagaimana pencegahan pembiayaan bermasalah ?
4. Bagaimana strategi penanganan pembiayaan bermasalah ?
C. Tujuan Pemabahasan
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen pembiayaan
2. Untuk mengetahui apa itu pembiayaan bermasalah
3. Untuk mengetahui pencegahan pembiayaan bermasalah
4. Untuk mengetahui strategi penanganan pembiayaan bermasalah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Pembiayaan


Dalam membahas manajemen pembiayaan Bank syariah terlebih dahulu
dipisahkan dua kata yang membentuk frase tersebut : manajemen, Pembiayaan dan
Bank Syariah.
Secara etimologi Manajemen berarti seni melaksanakan dan mengatur.
Pembiayaan diartikan sebagai suatu kegiatan pemberian fasilitas keuangan/ finansial
yang diberikan satu pihak kepada pihak lain untuk mendukung kelancaran usaha
maupun untuk investasi yang telah direncanakan. Jadi, manajemen pembiayaan Bank
Syariah merupakan sebuah proses perencanaan, penggorganisasian, pengkoordinasian,
dan pengontrolan sumber daya yang dilakukan oleh bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah dalam hal pemberian fasilitas keuangan/
finansial yang kepada pihak lain berdasarkan prinsip-prinsip syariah untuk mendukung
kelancaran usaha maupun untuk investasi yang telah direncanakan.1
Tujuan pembiayaan Bank Syariah adalah guna memenuhi kepentingan dan
kebutuhan para stakeholder yaitu :
1. Pemilik
Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi Bank , sehingga para pemilik
Bank mengharapkan akan memperoleh dari proses pembiayaan yang dilakukan
oleh Bank.
2. Pegawai
Para pegawai mengharapkan akan memperoleh kesejahteraan dari Bank melalui
pendapatan yang diterima bank dalam berbagai proses pembiayaan yang mereka
lakukan.

1
Muhammad Lathief Ilhamy Nasution, “Manajemen Pembiayaan bank Syariah”, Cet. 1, (Sumatera :
FEBI UIN-SU Press, 2018), hlm. 304.

3
3. Masyarakat
a. Pemilik Dana, masyarakat yang bertindak sebagai pemilik dana tentu
menggharapkan akan mendapatkan pendapatan dan dana yang mereka
investasikan berupa bagi hasil
b. Debitur yang bersangkutan, produk pembiayaan yang ditawarkan oleh Bank
syariah akan sangat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya/
pembiayaan konsumtif dan untuk menjalankan usahanya dalam sector yang
produktif.
c. Masyarakat umum dalam hal ini konsumen, dengan pembiayaan mereka dapat
memperoleh barang-barang yang dibutuhkan.
d. Pemerintah
Pemerintah dapat memperoleh penghasilan dari pajak atas pendapatan yang
dihasilkan melalui pembiayaan Bank Syariah
e. Bank
Bagi Bank yang bersangkutan, hasil dari proses penyaluran pembiayaan
diharapkan akan dapat meneruskan dan dapat mengembangkan usahanya agar
tetap survival dan meluaskan jaringan usahanya, sehingga semakin banyak
masyarakat yang dapat dilayaninya.

Fungsi pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah kepada masyarakat


penerimanya diantaranya :

1. Meningkatkan Daya Guna Uang


Para penabung menyimpan uang mereka di Bank dalam bentuk giro, tabungan dan
deposito. Jumlah dana yang terhimpun dari masyarakat tersebut dalam persentase
tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh Bank guna membantu usaha dalam
meningkatkan produktifitasnya.
2. Meingkatkan Daya Guna Barang
Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat memproduksi bahan mentah
menjadi barang jadi sehingga tingkat utilitas dari bahan mentah tersebut akan
meningkat.
3. Meningkatkan Peredaran Uang
Melaluui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun gital akan lebih berkembang
oleh karena pembiayaan mennciptakan suatu iklim yang kondusif dalam berusaha

4
sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
4. Menciptakan Iklim Yang Kondusif Dalam Usaha
Bantuan pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat dari Bank nantinya akan
digunakan untuk memperbesar volume usaha dan meningkatkan produktivitas
usaha
5. Stabilitas Ekonomi
Pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Syari’ah nantinya akan ikut berperan guna
menciptakan stabilitas perekonomian melalui pengendalian inflasi, peningkatan
ekspor, rehabilitas prasarana dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok
masyarakat.
6. Sebagai Jembatan Untuk Meningkatkan Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional akan sangat berkorelasi dengan tingkat produktifitas
masyarakat sedangkan tingkat produktifitas masyarakat akan sangat terbantu oleh
adanya pembiayaan-pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Syariah.
7. Sebagai Aalat Hubungan Ekonomi Internasional
Bank sebagai lembaga kredit atau lembaga yang menyalurkan pembiayaan
memiliki ruang lingkup yang cukup luas termasuk ruang lingkup internasional.
Dalam hal ini hubungan bilateral antara negara Maju dengan negara Berkembang
akan sangat tercermin dari arus bantuan berupa pembiayan-pembiayaan yang
sifatnya lunak dengan persyaratan yang mudah.2

B. Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermaslah merupakan peminjaman yang tertunda atau
ketidakmampuan peminjam untuk membayar kewajiban yang telah dibebankan.
Pembiayaan bermasalah menurut ketentuan Bank Indonesia merupakan pembiayaan
yang digolongkan kedalam kolektabilitas Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan
Macet (M).3
pembiayaan bermasalah juga dapat diartikan Non Performing Financing (NPF)
pada bank syariah yang menggambarkan situasi dimana persetujuan pengembalian

2
Fetria Eka yudiana, “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah” Cet. 1, (Salatiga : STAIN Salatiga
Press, 2014), hlm. 34.
3
Adinda Fitri Rahayu, Skripsi : “Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah Pada Produk
Pembiayaan Murabahah” (semarang : UIN Walisongo Semarang, 2018), Hal. 16.

5
kredit mengalami risiko kegagalan bahkan menunjukkan kepada bank akan mengalami
risiko kegagalan.
1. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan tiba-tiba,
namun disebabkan oleh beberapa factor yang dikategorikan kedalam factor internal
dan eksternal , baik yang disesbabkan oleh nasabah maupun pihak bank itu sendiri.
a. Faktor Internal
Faktor internal yang dimaksudkna adalah factor internal yang disebabkan oleh
nasabah anatara lain :
1. Kelemahan karakter nasabah diantaranya adalah nasabah tidak mau atau
memang beritikad baik, nasabah kalah dalam persaingan bisnis dan nasabah
menghilang.
2. Kelemahan kemampuan nasabah, seperti tidak mampu mengembalikan
pembiayaan karena tergangunya kelancaran usaha, kemampuan manajemen
yang kurang, teknik produksi yang sudah ketinggalan zaman, kemampuan
pemasaran yang tidak memadai, pengalaman terbatas atau kurng memadai
dan infprmasi terbatas.
3. Kecerobohan nasabah, yang meliputi penyimpangan penggunaan
pembiayaan, perusahaan dikelola oleh keluarga yang tidak professional.
4. Musibah yang dialami nasabah, meliputi musibah penipuan, musibah
kecelakaan, musibah tindak pidana, perdata, musibah rumah tangga,
musibah penyakit bahkan kematian.
5. Kelemahan manajemen nasabah, termasuk diantaranya pemogokan buruh,
sengketa antar pengurus, tingkat efisiensi rendah, pelayanan kurang
kompetitif, persaingan sangat tajam, distribusi kurang efektif, produksi
kurang promosi dan keberadaan produk tidak tepat waktu.
Sedangkan faktor internal yang disebabkan dari pihak Bank diantaranya :
1. Kelemahan dalam analisis pembiayaan, diantaranya analisis pembiayaan
tidak berdasarkan data akurat atau kualitas data rendah, informasi
pembiayaan tidak lengkap atau kuantitas data rendah, pembiayaan terlalu
sedikit, pembiayaan terlalu banyak, analisis tidak cermat, jangka waktu
pembiayaan terlalu lama, jangka waktu pembiayaan terlalu pendek dan
kurangnya akuntabilitas putusan pembiayaa.

6
2. Kelemahan dalam dokumen pembiayaan, termasuk didalamnya adalah data
mengenai pembiayaan tidak didokumentasikan dengan baik dan
pengawasanatas fisik dokumen tidak dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan.
3. Kelemahan dalam supervise pembiayaan, diantaranya bank kurang
pengawasan dan pemantauan atas performance nasabah secara kontinyu dan
teratur, terbatasnya data dan informasi yang berkaitan dengan penyelamatan
dan penyelesaian pembiayaan, tindakan perbaikan tidak diterapkan secara
dini dan tepat waktu, jumlah nasabah terlalu banyak, nasabah terpencar.
4. Kecerobohan petugas Bank, termasuk diantaranya bank terlalu bernafsu
memperoleh laba, bank terlalu kompromi, bank tidak mempunyai kebijakan
pembiayaan yang sehat, petugas atau pejabat bank terlalu menggampangkan
masalah, bank tidak mampu menyaring risiko bisnis, persaingan antar bank,
pengambilan keputusan yang tidak tepat waktu dan lainnya.
5. Kelebihan bidang agunan, antara lain jaminan tidak dipantau dan diawasi
secara baik, terlalu collateral oriented, nilai agunan tidak sesuai, agunan
fiktif, agunan sudah dijual dan pengikatan agunan lemah.
6. Kelemahan kebijakan pembiayaan yang terdiri dari prosedur pembiayaan
terlalu panjang dan wewenang memutus pembiayaan sangat terbatas.
7. Kelemahan sumber daya manusia seperti kurangnya insentif yang jelas atas
keberhasilan pembianaan atau penyelesaian pembiayaan, terbatasnya tenaga
ahli dibidanng penyelamatan dan penyelesaian pembiayaan , pendidikan
dan pengalaman pejabat pembiayaan sangat terbatas, kurangnya tenaga ahli
hokum untuk mendukung pelaksanaan penyelesaian dan penyelamatan
pembiayaan.
8. Kelemahan teknologi bank yang tidak mampu mengadakan secara teknis
dan terbatasnya sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pekerjaan
teknis.
9. Kecurangan petugas bank, termasuk diantaranya petugas bank terlibat
kepentingan pribadi, disiplin pejabat pembiayaan dalam menerapkan sistem
dan prosedur pembiayaan rendah.

7
b. Faktor Eksternal
Selain factor internal tersebut juga terdapat factor eksternal yaitu :
1. Situasi ekonomi yang negative termasuk diantaranya globalisasi eknomi
yang berdampak negative dan perubahan kurs mata uang
2. Situai politik dalam negeri yang merugikan anatara lain pergantian pejabat
tertentu, hubungan diplomatic dengan negara lain dan adanya gejolak social
3. Politik negara lain yang merugikan seperti proteksi oleh negara asing,
adanya pemogokan buruh di luar negeri, adanya perkembangan politik di
negara lain dan dumping policy di lauar negeri.
4. Situai alam yang merugikan misalnya bencana yang menimbulkan efek
negative dan habisnya sumber daya alam.
5. Peraturan pemerintah yang merugikakan.

Selain mengenai faktor-faktor penyebabnya, perlu juga diketahui bahwa


pembiayaan bermasalah didahului dengan beberapa tanda, oleh karena itu
monitoring menjadi sangat penting. Tanda-tanda yang dimaksud adalah sikap
bisnis nasabah meliputi hubungan dengan mitra rrenggang, melakuakn usaha
secara spekulatif, kunci distribusi lepas, debitu sulit dihubungi petugas atau
pejabat Bank dengan kata lain menjauh dan lain sebagainnya.4

C. Pencegahan Pembiayaan Bermasalah


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rangka pencegahan pembiayaan
bermasalah itu sendiri, yaitu :
1. Penilaian/Analisis terhadap Permohonan Pembiayaan
Setiap permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon debitur, tentu harus
dilakukan penilaian seksama oleh pejabat Bank. Terlebih lagi untuk pemberian
pembiayaan jangka panjang, mengingat semakin lama jangka waktu pembiayaan,
maka semakin tinggi faktor ketidakpastiannya, sehingga semakin besar pula resiko
yang dihadapi. Namun, sebelum menyalurkan danakepada debitur, pihak Bank
terlebih dahulu meneliti kelengkapan syarat-syarat pengajuan pembiayaan yang
telah diberikan oleh nasabah. Kelengkapan ini mennjadi tolak ukur kesiapan pihak
debitur untuk melakuakan pengajuan pembiayaan.

4
Azizah Aziz, Tesis : “Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah” (Makasar : UIN Alauddin,
2013), hlm. 58

8
2. Memperhatikan Prinsip-prinsip dalam Penilaian Pembiayaan
Dalam hal ini yaitu perlu memperhatikan prinsip-prinsip 5C yaitu Character,
Capacity, Capital, Collateral dan Condition , penggunaan prinsip-prinsip tersebut
dilakukan oleh pihak Bank yaitu melalui survey kepada calaon nasabah.
3. Pemantauan Penggunaan Pembiayaan
Setelah bank memutuskan untuk memberikan pembiayaan kepada nasabahnya,
selanjutnya Bank memantau pembiayaan yang telah disalurkan. Apakah debitur
benar-benar menggunakan pembiayaannya sesuai dengan permohonan semula
ataukah untuk keperluan lain. Bagaimana perkembangan dan prospek usaha debitur
serta pementauan keadaan perekonomian nasional secara keseluruhan, apakah
kondusif atau tidak bagi perkembangan usaha debitur tersebut.5

D. Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah


Strategi adalah suatu seni mempergunakan kecakapan dan sumber daya untuk
mencapai sasaran. Pendefinisian lainnya adalah sekumpulan program dalam jangka
panjang untuk mencapai tujuan, kebijakan dan pelaksanaan kegiatan. Keberhasilan
suatu strategi sangat ditentukan oleh sasaran atau tujuan yang ingin dicapai. Strategi
penanganan pembiayaan bermasalah dikelomppokkan menjadi dua yaitu stay strategy
dan Phase out strategy.
1. Stay Strategy
Stay strategy merupakan strategi saat bank masih ingin mempertahankan hubungan
bisnis dengan nasabah dalam konteks waktu jangka panjang. Stay strategy
diterpakan untuk nasabah dengan kondisi sebagai berikut :
a. Kesulitan likuiditas yang dihadapi oleh nasabah bersifat sementara
b. Industry yang dimasuki nasabah masih memiliki prospek yang baik dan masih
menarik bagi bank
c. Pemilik dan pengurus perusahaan nasabah masih beritikad baik atau dapat
dipercaya, kooperatif dan andal dalam mengelola usaha
d. Masih ada cahs flow, maupun tidak sebaik pada masa normal
e. Memiliki agunan memadai, marketable dan dengan status penjamin yang jelas.
Langkah-langkah yang dapat diambil dengan stay strategi adalah :

5
http://elidakusumastuti.blogspot.com/2015/04/sistem-operasional-penanganan.html. (Diakses pada
tanggal 25 November 2019)

9
1. Restructuring, yaitu strategi yang menyangkut perubahan struktur fasilitas
2. Reconditioning, yaitu strategi yang menyangkut perubahan term and
conditions fasilitas.
3. Rescheduling, yang menyangkut perubahan jangka waktu fasilitas, novasi
pembaharuan perjanjian pembiayaan. Rescheduling merupakan upaya hokum
untuk melakukan perubahan terhadap beberapa syarat perjanjian yang berkaitan
dengan jangka waktu kredit termasuk termasuk tenggang, dan perubahan jumlah
angsuran.

2. Phase Out Strategy


Phase out strategy merupakan strategi yang pada prinsipnya bank tidak ingin
melanjutkan hubungan bisnis lagi dengan nasabah yang bersangkutan dalam
konteks waktu yang panjang, kecuali bila ada faktor-faktor lain yang sangat
mendukung kemungkinan adanya perbaikan kondisi nasabah. Strategi yang
umumnya dijalankan, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua macam
pendekatan yaitu soft-approach dan hard approach.
Soft approach adalah pendekatan yang dilakukan umumnya identic dengan
upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah di luar pengadilan. Langkah-langkah
yang diambil berupa restructuring, reconditioning, rescheduling dan novasi yang
diterapkan dengan kondisi yang relative sama dengan stay strategy, namun bank
tidak lagi berkeinginan menjalin hubungan untuk jangka panjang.
Hard approach dilakukan apabila cara soft approach tidak dapat menyelesaikan
pembiayaan bermasalah yang terjadi, untuk selanjutnya akan ditempuh cara hard
approach yang melibatkan jalur hokum yaitu dapat berupa BASYARNAS.
Penyelesaian ini dilakukan melalui keadaan setelah tidak tercapai kesepakatan
melalui musyawarah. Pengadilan, dapat berupa eksekusi Hak Tanggungan (HT)
atas agunan, melakukan gugatan terhadap asset-aset lainnya milik nasabah baik
yang berlokasi di dalam maupun di luar negeri, pelaporan pidana terhadap nasabah.
Alternative terakhir ini dilakuakan apabila nasabah tidak dapat dihubungi, nasabah
melarikan diri, nasabah tidak memiliki iktikad baik untuk menyelesaikan
kewajibannya sementara sesungguhnya nasabah memiliki kemampuan untuk itu,
nasabah tidak bersedia menyerahkan agunannya, upaya hokum terhadap foreclosed
asset (asset yang diambil alih), namun masih bermasalah. Sisa pembiayaan yang
tidak terlunaskan dengan hasil lelang harus tetap ditagih terus kepada nasabah

10
dengan cara menggugat harta kekayaan lain yang ada pada nasabah yang
bersangkutan.
Selain itu, penannganan pembiayaan bermasalah dapat juga dilakukan dengan
menerapkan strategi analisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan suatu strategi. Analisis tersebut
didasarkan pada suatu logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan
Peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses), dan ancaman (threats). Dari analisis tersebut, dengan
memperhatikan kekuatan, peluang, kelemahan dan tantangan yang ada akan dapat
dipergunakan untuk merencanakan strategi penanganan pembiayaan bermasalah.6

6
Azizah Aziz, Tesis: “Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah” (Makasar : UIN Alauddin,
2013 ), Hlm. 72

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas mengenai manajemen pembiayaan, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan bahwa manajemen pembiayaan bank syariah itu sendiri merupakan
sebuah proses perencanaan, penggorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya yang dilakukan oleh bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip-prinsip syariah dalam hal pemberian fasilitas keuangan/ finansial yang kepada
pihak lain berdasarkan prinsip-prinsip syariah untuk mendukung kelancaran usaha
maupun untuk investasi yang telah direncanakan.
Didalam pembiayaan paling sering terjadi yang namanya kredit atau pembiayaan
bermasalah, yaitu menggambarkan situasi dimana persetujuan pengembalian kredit
mengalami risiko kegagalan bahkan menunjukkan kepada bank akan mengalami risiko
kegagalan. Oleh karenanya dalam memberikan pembiayaan pihak bank akan selalu
memperhitungkan, mempertimbangkan serta memberlakukan syarat-syarat untuk
memperoleh pembiayaan. Hal tersebut dilakuakan agar dapat mencegah pembiayaan
bermasalah.
Dan apabila memang masih terjadi pembiayaan bermasalah maka diperlukanlah
strategi dalam penanganan pembiayaan be5rmasalah tersebut. Ada dua strategi penting
yang perlu digunakan yaitu stay strategy dan phase out strategy. stay strategy merupakan
strategi saat bank masih ingin mempertahankan hubungan bisnis dengan nasabah dalam
konteks waktu jangka panjang. Sedangkan phase out strategy merupakan strategi yang
pada prinsipnya bank tidak ingin melanjutkan hubungan bisnis lagi dengan nasabah yang
bersangkutan dalam konteks waktu yang panjang, kecuali bila ada faktor-faktor lain yang
sangat mendukung kemungkinan adanya perbaikan kondisi nasabah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adinda Fitri Rahayu, 2018, Skripsi : “Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah Pada
Produk Pembiayaan Murabahah” Semarang : UIN Walisongo Semarang.
Azizah Aziz, 2013, Tesis : “Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah” Makasar : UIN Alauddin.
Fetria Eka yudiana, 2014 “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah” , Salatiga : STAIN Salatiga
Press.
Muhammad Lathief Ilhamy Nasution, 2018 “Manajemen Pembiayaan bank Syariah”, Sumatera : FEBI
UIN-SU Press.
http://elidakusumastuti.blogspot.com/2015/04/sistem-operasional-penanganan.html.

13

Anda mungkin juga menyukai