Anda di halaman 1dari 20

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan yang telah memberikan rahmat dan


hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikannya tugas ini tepat pada waktu.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas saya sebagai
pelajar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca. Saya mengucapkan terima kasih kepada guru mata pelajaran
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan saya sebagai mahasiswa.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Saya menyadari, makalah ini masih terdapat kekurangan. Karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan diterima demi kesempurnaan
makalah ini dan perbaikan untuk kedepannya.

(---------), 7 September 2021

Penulis

i
ii
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kata perbankan pasti identik dengan uang, keuangan, dan perekonomian.


Sehingga pertumbuhan ekonomi merupakan tantangan hampir di semua
negara, hal tersebut dikaitkan dengan kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Sehingga pertumbuhan ekonomi dijadikan sebagai indikasi dari keberhasilan
suatu negara dalam pembangunan ekonomi dan mengukur output total sebuah
negara. Hal itu dapat diukur melalui pendapatan nasional riil, produk
domestik bruto (PDB). Tingginya nilai PDB diasumsikan bahwa kondisi
perekonomian suatu negara tersebut adalah baik, bahkan hingga saat ini
pertumbuhan ekonomi masih menjadi ‘gengsi’ tolak ukur kesuksesan suatu
negara.

Indonesia menerapkan dual banking system yang maksudnya menerapkan


dua sistem perbankan, yaitu bank umum (konvensional) dan bank syariah ,
Hal tersebut berarti sistem bank konvensional dan bank syariah diizinkan
beroperasi secara bersamaan. Pada tahun 1997-1998 sempat terjadi krisis
ekonomi di Indonesia sehingga membuat kepercayaan masyarakat terhadap
bank konvensional semakin berkurang. Namun perbankan syariah tetap
menjaga kinerja dan kepercayaan masyarakat dengan baik disaat krisis
akuntabilitas bank konvesinal di mata masyarakat.

Akibat krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 banyak usaha perekonomian


yang tidak mampu bertahan dan bangkrut hanya Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) yang mampu bertahan kokoh. Berbagai upaya dilakukan
oleh pemerintah untuk menstabilkan kembali perekonomian negara salah
satunya melakukan pinjaman modal kepada pihak asing, namun hal itu

1
menyebabkan bangsa Indonesia tidak mandiri dan ketergantungan atas
bantuan tersebut. Hadirnya UMKM yang mampu bertahan pada krisis
ekonomi tersebut dan meningkatkan pertumbuhan bahkan mampu menyerap
tenaga kerja lebih banyak lagi. Sehingga diterapkan nya keuangan mikro
melalui UMKM sebagai metode utama.

Dalam menjalankan usahanya UMKM sering mengalami kesulitan baik


dalam pemasaran, permodalan, dan pengelolaan. Hadirnya perbankan lah
yang berperan penting pada saat itu untuk membantu dalam hal permodalan.
Namun karena bank konvensional sedang mengalami krisis akuntabilitas
ditambah dengan diterapkannya suku bunga bank sehingga keterbatasan
ekonomi masyarakat untuk melunasi hutang-piutang atas pinjamannya
menyebabkan banyak aset yang disita. Hadirnya bank syariah sebagai
lembaga keuangan dengan prinsip operasional yang didasarkan pada konsep
syariah Islam, yang mengharamkan adanya bunga (riba), dan menerapkan
sistem bagi hasil (profit loss sharing) pada setiap transaksinya menjadi pilihan
masyarakat.

Modal memegang peran penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu


negara. Menurut teori pertumbuhan Adam Smith akumulasi modal akan
menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi di suatu negara.
Modal tersebut diperoleh dari simpanan yang dilakukan oleh masyarakat
dalam bentuk tabungan, deposito ataupun giro. Dengan mengakumulasikan
modal yang berupa simpanan dari masyarakat, maka para pelaku ekonomi
dapat menginvestasikannya ke sektor riil, dengan upaya untuk meningkatkan
pendapatan. Perbankan berkontribusi dalam penyediaan modal melalui
penyaluran pembiayaan kepada pelaku ekonomi. Sektor perbankan akan
mendorong perekonomian suatu negara karena bank sangat diperlukan untuk
pembiayaan dalam pembangunan ekonomi. Sehingga bank dapat dikatakan
sebagai jantung dari perekonomian suatu negara. Perkembangan perbankan
menjadi tolak ukur keberhasilan suatu negara karena semakin banyak sektor
perbankan tumbuh maka semakin banyak pula sumber pembiayaan yang

2
dapat dialokasikan ke sektor-sektor produktif. Sehingga kontribusi perbankan
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

B. Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan perbankan konvensional dengan perbankan syariah?
2. Apa peran perbankan syariah dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia?

C. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan perbankan konvensional dengan perbankan
syariah.
2. Mengetahui bagaimana peran perbankan syariah pada pertumbuhan
perekonomian Indonesia.

3
BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Bank
Menurut Undang - Undang No 10 Tahun 1998 atas perubahan dari UU
No 7 thn 1992 tentang Perbankan yang berperan sebagai badan yang
menghimpun danan dari mmasyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan nya kepada maysarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat skala besar. Bank dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis kegiatan usahanya menurut pendirian,
status kepemilikan, target pasar, fungsi, kegiatan operasional, sistem
organisasi, bentuk badan hukum, penciptaan uang giral. Jika dilihat dari segi
imbalan atau jasa atas penggunaan dana, baik simpanan maupun pinjaman,
bank dapat dibedakan menjadi:

1. Bank Konvensional
Bank konvensional adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya,
memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah
imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode
tertentu. Persentase tertentu ini ditetapkan per tahun.

2. Bank Syariah
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa – jasa lain dalam alur pembayaran dan
peredaran mata uang yang beroperasi bank yang dalam aktivitasnya,
baik dalam menghimpun ataupun menyalurkan dananya memberikan
dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan
bagi hasil. Menurut Undang – Undang No.21 Tahun 2008 menerangkan
bahwa perbankan syariah terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS) dan

4
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang segala kegiatan
operasional dan unit usahanya diatur oleh undang-undang dan
berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadist untuk menghindari riba, gharar,
dan masyir. Dalam menjalankan kegiatan usaha dan operasional BUS
terdapat prinsip, ialah prinsip keadilan, prinsip kesederajatan, dan
prinsip ketentraman, prinsip titipan atau simpanan (depository), prinsip
bagi hasil (profit sharing), prinsip jual-beli (sale and purchase), prinsip
sewa (operational lease and financial lease), dan prinsip jasa.

Awal kebangkitan perbankan syariah ditandai dengan berdirinya Bank


Muamalat pada tahun 1990-an dengan didukung oleh Pemerintahan Indonesa
dan Majelis Ulama Indonesia (MUI), bank syariah mulai beroperasional pada
tahun 1992. Hal itu disokong dengan dikeluarnya Undang-Undang No.7
Tahun 1992 tentang Perbankan dan Undang – Undang No.21 Tahun 2008
pasal 3 tentang Perbankan Syariah. Aset bank umum syariah adalah sumber
daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan memiliki manfaat ekonomi masa depan bagi entitas syariah tersebut
sehingga diharapkan dapat memberikan keuntungan atau manfaat di masa
mendatang. Banyak macam aset yang diharapkan dapat menguntungkan salah
satunya yaitu dengan cara investasi.

B. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai perkembangan kegiatan


dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakat bertambah atau dapat disebut dengan perkembangan fiskal
produksi barang dan jasa pada suatu negara. Masalah pertumbuhan ekonomi
dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Dari
satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan
barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan
karena faktor – faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan jumlah
dan kualitasnya.

5
Terdapat tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap
bangsa, yaitu akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis
investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau
sumberdaya manusia, pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnya akan
memperbanyak jumlah angkatan kerja, dan kemajuan teknologi. Akumulasi
modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan
kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari.
Selain investasi dalam modal fisik, investasi dalam pembinaan sumberdaya
manusia juga dapat meningkatkan kualitas modal manusia, sehingga pada
akhirnya akan membawa dampak positif terhadap angka produksi, bahkan
akan lebih besar lagi mengingat terus bertambahnya jumlah manusia.
Alat yang tepat dalam mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu PDB riil
atau dikenal dengan PDB atas dasar harga konstan. Penggunaan harga
konstan untuk menghilangkan pengaruh inflasi, sehingga angka PDB yang
muncul merupakan nilai riil dari total output barang dan jasa. Terdapat tiga
metode untuk mengubah Produk Domestik Bruto (PBD) atas harga berlaku
menjadi harga konstan yaitu;

1. Metode revaluasi. Pada metode ini PDB konstan diperoleh dengan


menetapkan tahun dasar (based year) yang merupakan tahun di
mana perekonomian dalam kondisi stabil. Harga barang yang
diwakili oleh indeks harga konsumen (IHK) pada tahun tersebut
digunakan sebagai harga konstan untuk tahun-tahun berikutnya.

2. Metode kedua adalah ekstrapolasi. Metode ini dilakukan dengan


cara memperbarui (updating) nilai tahun dasar sesuai dengan
indeks produksi atau tingkat pertumbuhan riil dari tahun
sebelumnya.

6
3. Metode deflasi dilakukan dengan cara membagi nilai masing-
masing tahun dengan harga relatif yang sesuai (indeks harga x
1/100).

C. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)


Unit Usaha Mikro Kecil Menengah menurut UUD 1945 kemuadian
dikuatkan melalui TAP MPR NO.XVI/MPR-RI/1998 tentang Politik
Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi, Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah perlu diberdayakan sebagai bagian integral ekonomi rakyat yang
mempunyai kedudukan, peran, dan potensi strategis untuk mewujudkan
struktur perekonomian nasional yang makin seimbang, berkembang, dan
berkeadilan. Selanjutnya dibuatklah pengertian UMKM melalui UU No.9
Tahun 1999 dan karena keadaan perkembangan yang semakin dinamis
dirubah ke Undang-Undang No.20 Pasal 1 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah maka pengertian UMKM adalah sebagai berikut:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,


yang dilakukan oleh orang perorangan atau badanusaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri


sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan.

7
D. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi di suatu negara dapat dipengaruhi oleh tujuh faktor
yaitu:
1. Ketersediaan barang modal, agar ekonomi mengalami pertumbuhan
maka stok barang modal harus ditambah dengan cara peningkatan
investasi.
2. Kualitas tenaga kerja. Tenaga kerja (TK) masih merupakan faktor
produksi yang sangat dominan, penambahan tenaga kerja dapat
berpengaruh terhadap peningkatan output. Sinergi yang terjadi
seimbang antara TK dan teknologi akan memacu pertumbuhan
ekonomi.
3. Perkembangan teknologi. Dengan menggunakan teknologi manusia
dapat memanfaatkan secara optimal apa yang ada dalam diri dan
lingkungannya. Kemajuan teknologi dapat memperbesar persentase
ketimpangan ekonomi. Untuk mengatasi ketimpangan tersebut,
beberapa ekonom mengajukan konsep berupa teknologi tepat guna.
4. Kemampuan finansial. Dalam perekonomian modern uang memegang
peran sentral, semakin efisien penggunaan uang makan output yang
dihasilkan pun semakin banyak. Tingkat efisiensi penggunaan uang
sangat ditentukan oleh tingkat efisiensi sistem perbankan.
Pembenahan sistem keuangan ini akan memberi sumbangan yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
5. Kemampuan manajerial. Manajemen adalah peralatan yang sangat
dibutuhkan untuk mengelola perekonomian modern, terutama
perekonomian yang sangat mengandalkan mekanisme pasar. Sistem
manajemen yang baik, terkadang jauh lebih berguna dibanding barang
modal yang banyak, uang yang berlimpah dan teknologi tinggi.
6. Kemampuan wirausaha (entrepreneurship). Kewirausahaan diartikan
sebagai kemampuan dan keberanian mengambil risiko untuk
memperoleh keuntungan.

8
7. Penguasaan informasi. Syarat agar pasar berfungsi sebagai alokasi
sumber daya ekonomi yang efisien adalah adanya informasi yang
sempurna dan seimbang (perfect and simetric information). Semakin
banyak, semakin benar dan semakin berimbang arus informasi, maka
para pelaku ekonomi dapat mengambil keputusan dengan lebih cepat
dan lebih baik, sehingga penggunaan sumber daya ekonomi makin
efisien.

E. Peran Sektor Perbankan Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi


Terdapat empat jalur yang bisa digunakan untuk menganalisa peran sektor
perbankan terhadap perkembangan ekonomi. Keempat jalur tersebut
dinamakan efek substitusi, efek suku bunga, efek kekayaan, efek ekspektasi
masyarakat.
1. Efek substitusi terjadi karena hukum deminishing marginal utility,
yang berlaku pada konsumsi barang dan jasa, berlaku juga pada
penggunaan uang. Semakin banyak uang diterima oleh seseorang,
semakin kecil nilai tambah kegunaan yang bisa diperoleh orang
tersebut atas uang yang diterimanya. Makin banyak uang yang
diterima seseorang, akan semakin besar hasrat orang tersebut
menukarkan uangnya dengan barang atau jasa yang dapat memberi
nilai tambah kegunaan yang lebih besar. Kondisi inilah yang disebut
dengan efek substitusi.
Efek substitusi menjadi penghubung antara sektor moneter dengan
sektor riil. Penambahan jumlah uang beredar di pasar akan
meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa. Saat
jumlah uang yang dipegang menjadi semakin banyak, masyarakat
akan menukarkannya menjadi bentuk lain yang memberi nilai tambah,
misalnya dengan membeli barang dan jasa, sehingga konsumsi barang
dan jasa akan meningkat. Peningkatan permintaan akan mendorong
peningkatan produksi, dan akhirnya sektor riil berjalan semakin cepat.

9
Peningkatan aktivitas di sektor riil akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja. Namun,
kenaikan produksi tidak akan berlangsung terus-menerus tanpa batas.
Pada suatu saat akan mencapai titik jenuh. Bila kapasitas
perekonomian mencapai titik jenuh dan kapital yang tersedia menjadi
terbatas, perekonomian tidak mampu lagi meningkatkan produksi dan
memperluas investasi. Dampak yang terjadi berikutnya bukan lagi
kenaikan produksi melainkan kenaikan harga barang dan jasa, yang
dikenal dengan inflasi. Kondisi inilah yang diyakini oleh Milton
Friedman bahwa ekspansi moneter dalam jangka panjang tidak akan
mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja,
tetapi hanya akan meningkatkan inflasi.

2. Efek suku bunga muncul karena memengaruhi masyarakat dalam


memilih bentuk kekayaan yang ingin dimilikinya, apakah dalam
bentuk uang, financial assets, atau benda-benda riil seperti tanah,
rumah, emas dan lan sebagainya. Mana yang memberi hasil lebih
tinggi akan lebih diminati.

3. Ekspansi moneter selain mendorong masyarakat menukarkan


uangnya dengan barang dan jasa dapat juga mendorong masyarakat
menukarkan uangnya ke dalam bentuk aset keuangan (financial asset).
Preferensi masyarakat untuk membeli aset keuangan mengakibatkan
kenaikan harga-harga aset keuangan tersebut yang berarti pula
terjadinya penurunan suku bunga dari aset keuangan tersebut.
Penurunan suku bunga akan mengurangi biaya modal (cost of capital)
dan pada gilirannya akan mendorong kegiatan produksi dan investasi
sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta memperluas
kesempatan kerja.
Di sisi lain, penurunan suku bunga dapat mendorong perpindahan
kapital ke luar negeri atau capital flight, khususnya ke negara di mana

10
tingkat bunganya lebih menguntungkan. Capital flight pada gilirannya
akan merugikan neraca pembayaran. Pada saat kondisi kenaikan harga
barang atau inflasi bagi sebagian masyarakat yang memiliki kekayaan
dalam bentuk riil seperti tanah, bangunan, emas, dan lain-lain, akan
menyebabkan meningkatnya nominal kekayaan yang mereka miliki.
membuat masyarakat merasa dirinya lebih kaya dibandingkan
sebelum terjadinya inflasi.

4. Ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga pada gilirannya


akan mendorong kenaikan suku bunga. Apabila suku bunga
meningkat lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga, secara riil
return atas aset keuangan yang dimiliki akan menurun. Penurunan
tersebut akan mendorong orang mengalihkan kekayaannnya dari
bentuk aset keuangan ke bentuk aset riil. Apabila masyarakat atau
perusahaan dapat memanfaatkan berbagai informasi atau data moneter
dengan baik sehingga dapat memperkirakan inflasi, mereka akan
menaikkan harga barang yang diproduksinya. Di sisi lain, para pekerja
juga akan meminta upah yang lebih tinggi mendahului kemungkinan
inflasi yang mereka perkirakan akan terjadi.

Keempat jalur atau efek inilah yang menjadi hubungan sebab akibat antara
kebijakan moneter dengan perekonomian secara makro. Relasi yang demikian
kompleks ini pula harus menjadi pertimbangan bagi pengambil kebijakan
moneter untuk menentukan apa target kebijakan moneter yang akan dituju dan
bagaimana strategi pencapaiannya.
Bank mempunya peran besar, dalam menghimpun dana dari masyarakat
dan kemudian menyalurkannya sebagai modal usaha, sehingga tercipta
pertumbuhan ekonomi. Hal ini menggambarkan betapa lembaga
keuanganberperan sangat penting dalam pembangunan ekonomi negara.
Dengan modal, dapat mengubah benda yang tidak bermanfaat menjadi benda

11
yang bermanfaat.Permasalahannya adalah bahwa untuk akses modal relatif
sulit dilakukan oleh usaha kecil atau mikro, dikarenakan beberapa hal, seperti:

1. Sistem administrasi bank yang berbelit-belit dan mensyaratkan adanya


jaminanyang sepadan dengan uang yang dipinjamkan.
2. Pelaku usaha kecil pada umumnya adalah kelompok akar rumput dari
masyarakat yang kurang familiar dengan bahasa-bahasa teknis
perbankan.

Di sinilah peran lembaga keuangan syariah ke depannya, yaitu


kemampuan menjangkau masyarakat bawah tanpa adanya mekanisme syarat
yang terlalu berat dan bahasa yang lebih mudah dipahami. Sebenarnya jumlah
dana yang dihimpun oleh lembaga keuangan di Indonesia relatif besar, dan jika
semuanya dialokasikan kepada UMKM maka akan lebih dari cukup untuk
lebih memberdayakan UMKM tersebut.

Perbankan syariah dalam jangka pendek di Indonesia berpengaruh positif


terhadap pertumbuhan ekonomi. Koefisien 0,039289 menandakan bahwa
pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 3,9% ketika perbankan syariah
mengalami kenaikan sebesar 1%. Pembiayaan perbankan syariah merupakan
aktivitas peminjaman dana pada sektor riil karena hampir seluruh akadnya
bersinggungan dengan usaha atau bisnis masyarakat yang pada akhirnya akan
meningkatkan output dan kapasitas produksi. Pertumbuhan ekonomi ditandai
dengan kenaikan jumlah barang dan jasa atau kapasitas produksi di dalam
suatu negara. Hal ini membuktikan bahwa perbankan syariah dalam jangka
pendek merupakan unsur penting bagi pertumbuhan ekonomi.
Bank syariah merupakan lembaga perantara keuangan, dimana bank
syariah bertugas untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
pembiayaan atau dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Perbankan syariah di Indonesia berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi sehingga mampu untuk menunjang pelaksanaan

12
pembangunan nasional, dan stabilitas nasional. Indonesia merupakan negara
yang sedang giat melakukan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi
haruslah didukung dengan sektor keuangan yang sehat dari perbankan pada
umumnya dan perbankan syariah pada khususnya. Hal ini dapat diketahui dari
tingkat Finance to Deposit Ration (FDR) bank syariah yang terus berada diatas
80%. Tingkat Finance to Deposit Ration (FDR) merupakan rasio antara
pembiayaan yang diberikan dengan total dana pihak ketiga. Saat terjadi
peningkatan total pembiayaan yang disalurkan, akan berdampak pada
peningkatan modal pada usaha-usaha kemudian hal tersebut menyebabkan
peningkatan pada perekonomian sektor riil. Peningkatan pada perekonomian
sektor riil berarti terjadi peningkatan aktivitas ekonomi, yang mana akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Perbankan syariah menunjukkan kinerja yang efektif sebagai lembaga
intermediasi dalam menyalurkan pembiayaan. Kassim (2015) menganalisis
pengaruh islamic finance terhadap indikator makroekonomi menggunakan
pendekatan ARDL. Hasil penelitian menunjukkan islamic finance sudah
mempunyai peran penting di sektor ekonomi dengan melakukan pengumpulan
dan penyaluran dana secara efektif pada investasi. Perbankan syariah dapat
memberikan kontribusi kepada sektor riil dengan melakukan fungsi
intermediasi seperti penghimpunan dan penyaluran kepada aktivitas investasi
secara efisien.
Hal tersebut diperkuat dengan data dari OJK pada triwulan IV-2016 total
aset Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) mengalami
peningkatan sebesar 2.28 persen atau Rp7.58 triliun dari triwulan sebelumnya
menjadi sebesar Rp 339.34 triliun. Total aset BUS dan UUS masing-masing
meningkat Rp4.42 triliun dan Rp2.86 triliun. Pertumbuhan aset didukung oleh
pertumbuhan DPK yang tumbuh sebesar 2.64 persen atau menjadi Rp270.48
triliun dan pembiayaan sebesar 2.29 persen menjadi Rp240.38 triliun.
Pada pengelolaan perekonomian makro, terjadinya peningkatan
penggunaan produk dan instrumen keuangan syariah mendorong adanya
hubungan antara sektor keuangan syariah dengan sektor riil dan menciptakan

13
keharmonisan di antara keduanya. Semakin luas penggunaan produk dan
instrumen syariah, mendukung kegiatan keuangan dan juga mengurangi
transaksi-transaksi spekulatif. Berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah, diharapkan mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi yang lebih cepat karena sudah memiliki landasan hukum yang
memadai

14
BAB IV
Penutup

A. Kesimpulan saran
Bank umum (konvensional) dengan bank syariah memiliki perbedaan dalam
melakukan kegiatan operasionalnya. Bank syariah dan bank konvensional dalam
menjalankan kegiatan usahanya berasaskan prinsip demokrasi ekonomi, dan
prinsip kehati-hatian hanya saja pada bank syariah menambahkan prinsip syariah.
Adapun ciri pembeda tujuan bank syariah yang tercantum pada Undang – Undang
No.21 Tahun 2008 Pasal 3 yaitu untuk menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan
kesejahteraan rakyat.
Melalui usaha ekonomi mikro bank syariah memiliki peran dalam
membangun pertumbuhan perekonomian Indonesia. Karena tidak menerapkan
sistem suku bunga bank hal itu menjadi ‘angin segar’ bagi para pelaku usaha
kecil. Dengan sistem bagi hasil dan citra baik pada masa krisis ekonomi bank
syariah memiliki keunggulan di mata masyarakat Indonesia yang mayoritas
penduduknya muslim.
Hubungan kausalitas mendukung adanya bidirectional causality antara
perbankan syariah dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pertumbuhan GDP riil
meningkat, akan meningkatkan total pembiayaan yang diberikan oleh perbankan
syariah. Peningkatan pembiayaan yang disalurkan, akan meningkatkan sumber
modal dan aktivitas ekonomi.
Pada jangka panjang pertumbuhan ekonomi dipengaruhi secara positif dan
signifikan oleh total pembiayaan dan perdagangan internasional. Variabel DPK
direspon negatif secara signifikan. Hal ini dapat dijelaskan adanya fenomena
displace commercial risk.
Hasil Impulse Response Function (IRF), guncangan pada variabel
pembiayaan perbankan syariah direspon lambat secara positif. Guncangan pada
variabel DPK perbankan syariah direspon cepat secara negatif.

15
Hasil Forecast Error Variance Decomposition (FEVD), faktor dominan
yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah pembiayaan perbankan syariah.

16
Daftar Pustaka

Annisa Nurhsibah & Raditya Sukmana. 2019. Peran Perbankan Syariah Dalam
Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1993-2016. Jurnal
Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol.6 No. 8

Bank Indonesia. 2021. Statistik Perbanan Syariah Desember 2021. www.bi.go.id

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta : Balai Pustaka

Muhammad Hanif.A. 2020. Peran Perbankan Syariah Nasional Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2014-2018. Jurnal Ilmu Ekonomi
Universitas Brawijaya. Malang

Otoritas Jasa Keuangan. 2017. Data Produk Daftar Efek Syariah.


www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/daftar-efek-syariah

Pramesti Harmar, dkk. 2021. Peran Perbankan Syariah Dalam UMKM Untuk
Mengembangkan Ekonomi Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi dan Perbankan.
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Rendy Okryadi Putra. 2018. Pengaruh Perbankan Syariah Terhadap


Perekoomian di Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi. Universitas Islam Indonesia

S.El Ayyubi, dkk. 2017. Pengaruh Bank Syariah Terhadap Pertumbuhan


Ekonomi di Indonesia. Jurnal Al-Muzara’ah Vol.5 No. 2. Fakultas Ekonomi
dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Zaini Ibrahim. 2015. Kontribusi Perbankan Syariah Terhadap Perekonomian


Banten. Jurnal Islamiconomi Vol.6 No.1. IAIN Sultan Maulana Hasanuddin
Banten

17

Anda mungkin juga menyukai