Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMBIAYAAN BEBAS RIBA’


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:
Manajemen Keuangan Syariah

Dosen Pengampu: Eva Siti Ropiah, S.E.I., M.E

Disusun Oleh :

Syahla Hanun Fahirah (21221031103)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH


FAKULTAS ILMU KEISLAMAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada kita sehingga penyusun bisa
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pembiayaan Bebas Riba’ ” tepat
pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
besar yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Ucapan
terima kasih penyusun sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
penyusun dalam penyusunan laporan ini secara umumnya dan kepada Dosen
Mata Kuliah “Manajemen Keuangan Syariah”.
Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat
kekurangan karena penyusun masih dalam tahap pembelajaran. Namun,
penyusun tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak.

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................
BAB I....................................................................................................................................................
PENDAHULUAN................................................................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................................
BAB II..................................................................................................................................................
PEMBAHASAN...................................................................................................................................
A. Pembiayaan..............................................................................................................................
B. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil.................................................................................
C. Pembiayaan Murabahah.........................................................................................................
BAB III...............................................................................................................................................
PENUTUP..........................................................................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................

iii
A. Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN

Perbankan Syariah mempunyai prinsip bagi hasil yang berbeda


dengan perbankan konvensional, yang ternyata lebih tangguh dan
terbukti mampu bertahan pada saat krisis ekonomi global Bahkan
sistem perbankan syariah saat ini lebih berkembang dan menjadi
alternatif menarik bagi kalangan pengusaha sebagai pelaku bisnis,
akademi si sebagai penyedia sumber daya manusia dan masyarakat
sebagai pengguna jasa perbankan.
Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah atau bank
Islam,seperti halnya konvensional, juga berfungsi sebagai suatu lemba
ga intermediasi yaitu untuk menyerap dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Bedanya hanyalah
bahwa bank syariah melakukan kegiatan usahanya tidak
berdasarkan bunga tetapi berdasarkan prinsip syariah, yaitu prinsip
pembagian keuntungan (profit lost sharing principle). Maka dari sebab itu
kami selaku penulis membuat makalah yang berjudul pembiayaan bebas
riba.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan mengenai pembiayaan?
2. Bagaimana produk pembiayaan bagi hasil?
3. Bagaimana dengan proses pembiayaan murabahah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan pembiayaan.
2. Untuk mengetahui produk pembiayaan bagi hasil.
3. Untuk mengetahui penjelasan mengenai murabahah.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pengertian pembiayaan itu sendiri mempunyai dimensi yang
beraneka ragam, dimulai dari arti “pembiayaan” yang berasal dari
bahasa Yunani “credere” yang berarti “kepercayaan” karena itu dasar
pembiayaan adalah kepercayaan. Dengan demikian seseorang
memperoleh pembiayaan pada dasarnya adalah memperoleh
kepercayaan. Kredit atau Pembiayaan dalam bahasa latin adalah
“creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran, dalam praktek
sehari-hari pengertian ini selanjutnya berkembang lebih luas lagi antara
lain: 1
a) Pembiayaan adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu
pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji
pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka
waktu yang disepakati.
b) Sedangkan pengertian yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan
di Indonesia, yaitu menurut Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 1998 dalam pasal 1; pembiayaan adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
2. Tujuan Pembiayaan
Tujuan pembiayaan mencakup scope yang luas, ada dua fungsi
pokok yang saling berkaitan dengan pembiayaan adalah2:
a. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan
berupa keuntungan yang diteguk dari pemungutan bunga.

2
b. Safety, yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan
harus benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti.
Tujuan pembiayaan berarti tidak lepas dari falsafah yang dianut
oleh suatu negara karena pada dasarnya tujuan pembiayaan didasarkan
kepada usaha untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan prinsip
ekonomi yang dianut, seperti pada negara-negara liberal di mana dengan
pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya.
Pemberian pembiayaan yang dimaksud untuk memperoleh
keuntungan maka bank hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat
kepada nasabahnya dalam bentuk pembiayaan apabila nasabah yang
akan menerima pembiayaan itu mampu dan mau mengembalikan
pembiayaan yang telah diterimanya itu. Dari faktor kemauan dan
kemampuan tersebut, maka tersimpul suatu unsur keamanan dan unsur
keuntungan (profitability) dari suatu pembiayaan.
3. Fungsi Pembiayaan
Kehidupan perekonomian yang modern, bank memegang
peranan sangat penting. Oleh karena itu, organisasi-organisasi bank
selalu diikut sertakan dalam menentukan kebijaksanaan di bidang
moneter, pengawasan devisa, dan lain-lain. Hal ini antara lain
disebabkan usaha pokok bank adalah memberikan pembiayaan, dan
pembiayaan yang diberikan oleh bank merupakan pengaruh yang sangat
luas dalam segala bidang kehidupan, khususnya di bidang ekonomi.
Fungsi pembiayaan perbankan dalam kehidupan perekonomian
dan perdagangan antara lain sebagai berikut.
a. Meningkatkan daya guna dari modal atau uang
Yaitu para pemilik uang atau modal dapat secara langsung
meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan
untuk meningkatkan produksi atau untuk meningkatkan usahanya
selain itu juga dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga
keuangan.
b. Pembiayaan dapat meningkatkan daya guna dari suatu barang

3
Yaitu dengan mendapatkan pembiayaan para pengusaha dapat
memproses bahan baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna
barang tersebut menjadi meningkat.
c. Pembiayaan dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Yaitu pembiayaan yang disalurkan melalui rekening giro dapat
menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro bilyet dan wesel
maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral.
4. Prinsip-prinsip Pembiayaan
Melaksanakan kegiatan perpembiayaanan secara sehat, maka
dikenal adanya 5 (lima) prinsip pembiayaan, yaitu :
a) Character (kepribadian, watak)
Menunjukkan adanya pelanggan untuk secara jujur berusaha untuk
memenuhi kewajiban untuk membayar kembali.
b) Capital (modal, kekayaan)
Modal yang ada pada peminjam hakekatnya akan mengurangi resiko
modal tersebut meliputi barang bergerak serta barang tidak bergerak
yang ada dalam perusahaan.
c) Condition (keadaan)
Bank harus menilai sampai dimana dan berapa jauh pengaruh dari
adanya suatu kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi terhadap
prospek industri dimana perusahaan pemohon pembiayaan termasuk
di dalamnya, disini apakah pelaksanaan usaha dilakukan dalam
keadaan baik sehingga dapat berjalan lancar serta menguntungkan .
d) Capacity (kemampuan, kesanggupan)
Kemampuan calon nasabah dalam mengembangkan dan
kesanggupannya dalam menggunakan fasilitas pembiayaan yang
diberikan serta mengendalikan usahanya dan mengembalikan
pinjamannya.
e) Collateral (jaminan)
Menunjukkan jaminan untuk mendapatkan pembiayaan yang
diberikan oleh pihak bank.
5. Landasan Islam Tentang Pembiayaan

4
Fatwa DSN- MUI revisi pada No: 02/DSN MUI/IV/20063 tentang
tabungan dari landasan syari’ah antara lain : Firman Allah QS. An-
Nisa’ ayat 29.4

Artinya : “Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan


(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu…”.

Firman Allah QS. al-Baqarah : 275:5

Artinya : "…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan


mengharamkan riba…."

B. Pembiayaan Dengan Prinsip Bagi Hasil (Profit and loss Sharing).


Menurut Produk pembiayaan syari’ah yang didasarkan prinsip bagi
hasil adalah6
1. Pembiayaan Musyarakah.
Akad ini dilandasi oleh adanya keinginan: para pihak yang
bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara
bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau

5
lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk
sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud.
Jenis Musyarakah terdiri dari 4 yaitu: 7
a) Syirkah 'Inan
Syirkah 'Inan merupakan suatu akad kerjasama antara dua orang atau
lebih, masing-masing memberikan kontribusi dana dan berpartisipasi
dalam kerja. Porsi dana dan bobot partisipasi dalam kerja tidak harus
sama, bahkan dimungkinkan hanya salah seorang yang aktif
mengelola usaha yang ditunjuk partner lainya, sementara keuntungan
atau kerugian yang timbul dibagi menurut kesepakatan.
b) Syirkah Mufawadhoh
Syirkah mufawadhoh merupakan akad kerja sama antara dua orang
atau lebih, masing-masing memberikan kontribusi dana dalam porsi
yang sama dan berpartisipasi dalam kerja dengan bobot yang sama
pula. Masing-masing Partner saling menanggung satu sama lain
dalam hak dan kewajiban.
c) Syirkah Wujuh
Syirkah ini dibentuk tanpa modal dari para partner. Mereka hanya
bermodalkan nama baik yang diraihnya karena kepribadiannya dan
kejujurannya dalam berniaga. Syirkah ini terbentuk manakala ada
dua orang atau lebih yang memiliki reputasi yang baik dalam bisnis
memesan suatu barang untuk dibeli dengan kredit (tangguh) dan
kemudian menjualnya dengan kontan. Keuntungan yang dihasilkan
dari usaha ini kemudian dibagi menurut persyaratan yang telah
disepakati antara mereka.
d) Syirkah Abdan (A'mal).
Syirkah Abdan (A'mal) merupakan kesepakatan kerjasama antara dua
orang atau lebih yang memiliki profesi dan keahlian tertentu untuk
menerima serta melaksanakan suatu pekerjaan secara bersama dan
berbagi keuntungan dari hasil yang diperoleh sesuai dengan

6
kesepakatan. Syirkah ini dinamakan juga dengan syirkah shona'i atau
taqobul.
Dari ke empat Syirkah, hanya Syirkah Al Inan yang diaplikasikan
dalam perbankan syariah/Baitul Maal wat Tamwil sebagai salah satu
produk pembiayaan, karena karakteristik yang sesuai.
2. Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah Adalah Akad kerja sama akad
kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak dimana pihak
pertama (shohibul maal) menyediakan seluruh modal sedangkan
pihk lainya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi sesuai
dengan kesepakatan sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik
modal selama kerugian itu tidak karena kelalaian pengelola.

C. Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian Pembiayan Murabaha
Pengertian Pembiayaan murabahah yaitu menjual suatu barang
dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.
Di lihat dari asal kata ribhu (keuntungan), merupakan transaksi
jual-beli di mana Bank menyebutkan jumlah keuntungan tertentu. Di
sini bank bertindak sebagai penjual, dan dilain pihak nasabah sebagai
pembeli, sehigga harga beli dari supplier atau perodusen atau pemasok
ditambah dengan keuntungan Bank sebelum dijual kepada nasabah.
Untuk terjadi transaksi perlu ada kesepakatan harga jual, syarat-
syarat pembayaran antara bank dengan pembeli. Harga juah
dicantumkan dalam akad, sehingga tidak dapat diubah oleh masing
pihak sampai masa akad berakhir. Barang diserahkan setelah akad
dilakukan, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh atau
mencicil (bi tsaman ajil) atau muajjal. Bai’ Al-Murabahah ini ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan nasabah terhadap barang tertentu karena
tidak memiliki uang dalam jumlah besar atau karena tidak ingin dibeli
secara tunai. Di sini penjual berkewajiban memberitahu harga pokok

7
barang yang dibeli dan menentukan tingkat keuntungan sebagai
tambahannya. Dengan sistim ini nasabah dapat memenuhi
kebutuhannya terhadap suatu barang tertentu sesuai kebutuhan.
Praktiknya bank membelikan barang yang dibutuhkan nasabah,
selanjutnya bank menjual kepada nasabah dengan harga tertentu sesuai
dengan kesepakatan, dan di sini bank mengambil inisiatif untuk dengan
menetapkan harga jual. Antara nasabah dan bank akan terjadi proses
tawar menawar mengenai harga jual serta cara pembayarannya. Maka
dari itu Dewan Syariah Nasional Menetapkan fatwa tentang murabahah
yaitu :
2. Prinsip dan Ketentuan Umum Murabahah
Adapun yang menjadi prinsip dan ketentuan umum dalam pembiyaan
murabahah yaitu :
a. Akad murabahah bebas riba
b. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan
c. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri, dari pembelian ini harus dan bebas riba
e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian
f. Bank menjual barang kepada nasabah dengan harga jual senilai
harga beli plus keuntungannya
g. Bank harus memberi tahu secara jujur harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperlukan
h. Nasabah membayar harga barang yang disepakati pada jangka
waktu tertentu
i. Untuk mencegah penyalahgunaan atau kerusakan akad, bank
dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah
j. Jika bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari
pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah
barang, secara prinsip menjadi milik bank.

8
3. Tujuan dan Manfaat Murabahah
Sebagaimana kita ketahui, dalam skim Murabahah fungsi Bank
adalah sebagai Penjual barang untuk kepentingan Nasabah, dengan
cara membeli barang yang diperlukan Nasabah dan kemudian
menjualnya kembali kepada Nasabah dengan harga jual yang setara
dengan harga beli ditambah keuntungan Bank dan Bank harus
memberitahukan secara jujur harga pokok Barang berikut biaya yang
diperlukan dan menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian Barang kepada Nasabah. Namun demikian, sebagai
Penyedia Barang dalam prakteknya Bank Syariah kerap kali tidak mau
dipusingkan dengan langkah-langkah pembelian Barang. Karenanya
Bank Syariah menggunakan media ”akad Wakalah” dengan
memberikan kuasa kepada Nasabahuntuk membeli barang tersebut.
Dalam pembiyaan murabahah,terdapat manfaat yang tidak saja semata
diperoleh oleh bank tetapi juga dapat dirasakan oleh nasabah seperti
yang disebutkan berikut ini :
1. Bagi Bank
a) Adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli, dari
penjual dengan harga jual kepada nasabah
b) Sumber pendanaan bagi bank baik dalam bentuk rupiah atau
valuta asing
2. Bagi Nasabah
a) Membiayai kebutuhan nasabah dalam hal pengadaan barang
konsumsi seperti rumah, kendaraan atau barang produktif seperti
mesin produksi, pabrik dan lain-lain.
b) Dapat diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian
barang-barang investasi baik domestik maupun luar negeri.

4. Landasan Hukum Pembiayaan Murabahah


1). QS. Al-Baqarah : 275
”Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”

9
2). HR. Ibnu Majah“Dari Suhaib ArRumi r.a bahwa Rasulullah
bersabda, “tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli
secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.”

5. Rukun dan Syarat Murabahah


Murabahah dalam teknis perbankan adalah akad jual beli antara bank
selaku penyedia bank dengan nasabah yang memesan untuk membeli
barang. Adapun rukundan syaratnya (Antonio, 2001:102) adalah
sebagai berikut:
Rukun Murabahah9
a) Ba’iu (penjual).
b) Musytari (pembeli).
c) Mabi’ (barang yang diperjualbelikan).
d) Tsaman (harga barang).
e) Ijab qabul (pernyataan serah terima).
Syarat-syarat:
a) Bank Islam memberitahu biaya modal kepada nasabah.
b) Kontrak pertama harus sah.
c) Kontrak harus bebas dari riba.
d) Bank Islam harus menjelaskan setiap cacat yang terjadi sesudah
pembelian dan harus membuka semua hal yang berhubungan
dengan cacat.
e) Bank Islam harus membuka semua ukuran yang berlaku bagi
harga pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara
hutang.
f) Jika syarat dalam 1, 4 atau 5 tidak dipenuhi, pembeli memiliki
pilihan: Melanjutkan pembelian seperti apa adanya. kembali
kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan. membatalkan
kontrak. Dalam murabahah dibutuhkan beberapa syarat, antara
lain (Wiroso,2005:17), yaitu mengetahui harga pertama (harga

10
pembelian) antara kedua belah pihak, mengetahui besarnya
keuntungan, mengetahui jumlah keuntungan, modal hendaknya
berupa komoditas yang memiliki kesamaan dan sejenis seperti
benda-benda yang ditakar,ditimbang dan dihitung, system
murabahah dalam harta riba hendaknya tidak menisbatkan riba
tersebut terhadap harga pertama, transaksi pertama haruslah sah
secara syara’.

11
BAB III

PENUTUP

Dari Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau


tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil. Dalam melakukan pembiayaan maka bank syariah
memerlukan analisis pembiayaan agar bank syariah memperoleh keyakinan bahwa
pembiayaan yang diberikan dapat dikembalikan oleh nasabahnya. Namun realisasi
pembiayaan bukanlah tahap terakhir dari proses pembiayaan. Setelah realisasi
pembiayaan, maka pejabat bank syariah perlu melakukan pemantauan dan
pengawasan pembiayaan supaya memajukan efisiensi di dalam pengelolaan tata
laksana usaha di bidang peminjaman dan sasaran pencapaian yang ditetapkan
sehingga tujuan daripada adanya pembiayaan bisa tercapai.

12
DAFTAR PUSTAKA
Teguh Pudjo Muljono. 1993. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersiil.
Yogyakarta: BPFE.
Muchdarsyah Sinungan, 1995. Manajemen Dana Bank. Jakarta: Rineke Cipta.
Muhammad Syafi`I Antonio. 2001. Bank Syariah dari Teori ke praktik (Jakarta:
Gema Insani Press.
Adi Warman Karim. 2004. Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta:
Raja Gravindo Persada.
Departemen Agama RI , 2005. Al-Qur’a dan Terjemahannya. Bandung: J-Art.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indoensi – Bank Indonesia, 2006.
Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI,. Jakarta: Gaung Persada.
DSN-MUI dan BI, 2006. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama
Indonesia No: 02/DSN -MUI/IV/2006 , Edisi ke 3. Ciputat: CV Gaung Persada.
Wiroso. 2011. Akuntansi Transaksi Syariah. Jakarta : Ikatan Akuntansi Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai