Disusun Oleh :
UNIVERSITAS ISLAM
AL-IHYA KUNINGAN
KUNINGAN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan tepat waktu meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya hingga pada umatnya sampai
akhir zaman..Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
berkontribusi dengan baik memberikan sumbangan pikiran maupun materi.
Semoga tulisan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya serta bisa menambah pengetahuan para pembaca. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tulisan ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik, saran dan usulan yang bersifat membangun demi tercipta
tulisan selanjutnya yang lebih baik lagi, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3.Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3
2.1. Ciri Filsafat Abad Pertengahan .......................................................... 3
2.2. Pengertian Skolastik ........................................................................... 4
2.3. Periode Skolastik (800-1500)............................................................. 6
2.4. Periode puncak perkembangan skolastik (1200-1300) ...................... 9
2.5. Upaya Pengkristenisasian Ajaran Aristoteles .................................... 9
2.6. Tiga emperium besar ........................................................................ 15
2.6.1. Ibnu Sina dan Ajarannya ............................................................... 17
2.6.2. Ibnu Rushd dan Ajarannya ............................................................ 18
2.7.. Masalah Sosial dan Politik .............................................................. 23
2.7.1. Dukungan Pemimpin di Masa Tersebut ........................................ 23
2.7.2. Pengunaan Akal dan Ilmu Pengetahuan ........................................ 24
2.8. Perkembangan Kebudayaan Islam ................................................... 24
BAB III PENUTUP ............................................................................... 26
3.1. Kesimpulan ...................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Pada saat inilah merupakan zaman baru bagi bangsa Eropa yang di tandai dengan
Skolastik yang di dalam nya banyak di upayakan ilmu pengetahuan yang di
kembangkan di sekolah-sekolah. Pada mulanya Skolastik ini timbul pertama
kalinya di biara Italia selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan
Belanda
Zaman ini berhubungan dengan terjadinya perpindahan penduduk, yaitu
perpindahan bangsa Hun dan Asia masuk ke Eropa sehingga bangsa jerman
pindah melewati perbatasan kekaisaran Romawi yang secara politik sudah
mengalami kemerosotan. Karena situasi yang ricuh, tidak banyak pemikiran
filsafat yang patut di tampilkan pada masa ini. Namun, ada beberapa tokoh dan
situasi penting yang harus diperhatiakan dalam memahami filsafat masa ini.[8]
Kurikulum pengajaran nya meliputi studi duniawi atau artes liberalis meliputi :
tata bahasa, retorika, dialektika ( seni berdiskusi ) ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu
perbintangan dan musik
Di antara tokoh-tokohnya adalah :
1. Aquinas ( 735-805 )
2. Johanes Scotes eriugena ( 815-870 )
3. Peter Lombard ( 1100-1160 )
4. John Salisbury ( 1115-1180 )
5. Peter Abaelardus (1079-1180 )
6. Peter Abaelardus ( 1079-1180 )
Ia di lahirkan di Le Pallet, Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan
pandangan nya sangat tajam. Sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli
pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk orang Konseptualisme dan sarjana terkenal
dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat
menundukkan kekuatan kekuatan iman. Iman harus mau di dahului akal. Yang
harus dipercaya adalah apa yang telah di setujui atau dapat di terima oleh akal
Berbeda dengan Anselmus, yang mengatakan bahwa berpikir harus sejalan
dengan iman, Abaelardus memberikan alasan bahwa berpikir itu berada di luar
iman ( di luar kepercayaan ). Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri
sendiri. Hal ini sesuai metode dialiktika yang tanpa ragu-ragu di tunjukkan dalam
teologi yaitu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti.
8
Hal ini dianggap sangat membahayakan ajaran Kristen. Keadaan yang demikian
ini bertolak belakang bahwa ajaran Aristoteles masih di ajarkan di fakultas-
fakultas bahkan di anggapnya sebagai pelajaran yang penting dan harus di pelajari
Untuk menghindari adanya pencemaran tersebut di atas ( dari ahli pikir arab atau
Islam ) maka Albertus Magnus dan Thomas Aquinas sengaja menghilangkan
unsur-unsur atau selipan dari Ibnu Rusyd dengan menerjemahkan langsung dari
bahasa latinnya.
Juga bagian-bagian ajaran Aristoteles yang bertentangan dengan ajaran Kristen di
ganti dg teori-teori baru yg bersumber pada ajaran Aristoteles dan diselaraskan
dengan ajaran Kristen. Langkah terakhir, dari ajaran Aristoteles yg telah di
selaraskan dg ajaran ilmiah ( suatu sintesa antara kepercayaan dan akal )
Upaya Thomas Aquinas ini sangat berhasil dengan terbitnya sebuah buku Summa
Theologiae dan sekaligus merupakan bukti bahwa ajaran Aristoteles telah
mendapatkan kemenangan dan sangat mempengaruhi seluruh perkembangan
Skolastik
a. Albertus Magnus ( 1206-1280 )
Di samping sebagai biarawan Albertus Magnus juga di kenal sebagai
cendekiawan abad pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert Von Bollstadt yang
juga di kenal sebagai ‘’ doctor Universalis ‘’ doktor magnus ‘’ kemudian bernama
Albertus Magnus ( Albert the Great ). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di
Universitas Padua Ia belajar artes Liberales, Ilmu-ilmu pengetahuan alam,
kedokteran, filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bulogna dan masuk ordo
Dominican tahun 1223 kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan
teologi
Terakhir Ia di angkat sebagai uskup agung. Pola pemikiran nya adalah meniru
Ibnu Rusyd dalam menulis tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan
Ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu kimia
b. Thomas Aquinas (1225-1274 M.)
Puncak kejayaan masa skolastik dicapai melalui pemikiran Thomas Aquinas
(1225-1274 M.). Lahir di Roccasecca, Italia 1225 M dari kedua orang tua
bangsawan[9]. Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya
Thomas yg suci dari Aquinas. Di samping Ia sebagai ahli pikir juga seorang
11
dokter gereja bangsa Italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli, Italia. Ia sebagai
tokoh terbesar Skolastisisme,salah seorang suci gereja Katolik Romawi & pendiri
aliran yang di nyatakan menjadi filsafat resmi gereja katolik. Tahun 1245 belajar
pada Albertus Magnus. Menjadi guru besar dalam ilmu agama di Perancis tahun
1250 dan tahun 1259 menjadi guru besar dan penasihat Paus
Karya Thomas Aquinas telah menandai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme
pada abad pertengahan. Ia berusaha untuk membuktikan, bahwa Iman Kristen
secara penuh dapat di benarkan dengan pemikiran logis. Ia telah menerima
pemikiran Aristoteles sebagai otoritas tertinggi ttg pemikirannya yg logis.
Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran di
ungkapkan dengan jalan yang berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di luar
jangkauan pikiran. Ia menghimbau agar orang-orang untuk mengetahui hukum
alamiah ( pengetahuan ) yang terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada
kontradiksi antara pemikir dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara
ketuhanan, walaupun Iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada di
luar kekuatan pikir
Thomas telah menafsirkan pandangan bahwa Tuhan sebagai tukang boyong yang
tidak berubah dan yang tidak berhubungan dengan atau tidak mempunyai
pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan tidak pernah mencipta
dunia tetapi zat dan pemikirannya tetap abadi. Selanjutnya Ia katakan, bahwa
Iman lebih tinggi dan berada di luar pemikiran yang berkenaan sifat Tuhan dan
alam semesta. Timbulnya pokok persoalan yang actual dan praktis dari
gagasannya adalah “ pemikirannya dan kepercayaannya telah menemukan
kebenaran mutlak yang harus diterima oleh orang-orang lain “ pandangannya
inilah yang menjadikan perlawanan kaum protestan. Karena sikapnya yang
otoriter
Thomas sendiri menyadari bahwa tidak dapat menghilangkan unsur-unsur
Aristoteles. Bahkan Ia menggunakan ajaran Aristoteles, tetapi system
pemikirannya berbeda. Masuk nya unsure Aristoteles ini di dorong oleh kebijakan
pimpinan gereja Paus Urbanus V ( 1366 ) yang memberikan angin segar untuk
kemajuan filsafat. Kemudian Thomas mengadakan langkah-langkah yaitu :
12
akhirnya, jikalau tidak diarahkan oleh suatu tokoh yang berakal, berpengetahuan.
Inilah Allah.
Kelima bukti itu memang dapat menunjukkan, bahwa ada suatu tokoh yang
menyebabkan adanya segala sesuatu, suatu Tokoh yang berada karena diriNya
sendiri. Akan tetapi semuanya itu tidak dapat membuktikan kepada kita akan
hekekat Allah yang sebenarnya. Dengan semuanya itu, kita hanya tahu bahwa
Allah ada. Sekalipun demikian dapat juga dikatakan,bahwa orang memang
memiliki beberapa pengetahuan filsafati tentang Allah
3. Periode Skolastik lanjut atau akhir (abad ke-14-15)
Periode skolastik Akhir abad ke 14-15 ditandai dengan pemikiran islam yang
berkembang kearah nominalisme ialah aliran yang berpendapat bahwa
universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum
mengenai adanya sesuatu hal. Kepercayaan orang pada kemampuan rasio member
jawaban atas masalah-masalah iman mulai berkurang. Ada semacam keyakinan
bahwa iman dan pengetahuan tidak dapat disatukan. Rasio tidak dapat
mempertanggungjawabkan ajaran Gereja, hanya iman yang dapat menerimanya.
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran
filsafat yang menjadi kiblatnya, sehingga memperlihatkan stagnasi ( Kemandegan
) diantara tokoh-tokohnya :
ü William Ockham ( 1285-1349 )
Anggota ordo Fransiskan ini mempertajam dan menghangatkan kembali persoalan
mengenai nominalisme yang dulu pernah didiskusikan. Sebagai ahli pikir Inggris
yg beraliran Skolastik . karena Ia terlibat dalam pertengkaran umum dg paus John
XXII, Ia di penjara di Avignon, tetapi Ia dapat melarikan diri dan mencari
perlindungan pada kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan mendalilkan
bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda satu demi satu, dan hal-hal
yg umum itu hanya tanda-tanda abstrak
Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang
atas kejadian-kejadian individual dan konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan
umum ttg alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yg
hanya demikian ini dapat dilalui hanya lewat intuisi bukan lewat logika. Di
samping itu Ia membantah anggapan Skolastik bahwa logika dapat membuktikan
15
doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yg pada waktu itu
sebagai penguasanya Paus John XXII
ü Nicolas Cusasus ( 1401-1464 )
Selanjutnya, pada akhir periode ini, muncul seorang pemikir dari daerah yang
sekarang masuk wilayah Jerman. Ia menampilkan “pengetahuan mengenai
ketidaktahuan” ala Sokrates dalam pemikiran kritisnya:”Aku tahu bahwa segala
sesuatu yang dapat ku ketahui bukanlah Tuhan”. Pemikir yang memiliki minat
besar pada kebudayaan Yunani-Romawi Kuno ini adalah orang yang mengatur
kita memasuki zaman baru, yakni zaman Modern, yakni zaman Modern yang
diawali oleh zaman Renaissans, zaman “kelahiran kembali” kebudayaan Yunani-
Romawi di Eropa mulai abad ke-16.
Ia sebagai tokoh pemikir yg berada paling akhir masa Skolastik. Menurut
pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal yaitu :
1. Lewat Indra
2. Akal
3. Intuisi
Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjasad
yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk -
bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra.
Dengan Intuisi kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi hanya
dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak
dapat di persatukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal shg
banyak hal yang seharusnya dapat di ketahui. Oleh karena keterbatasan akal
tersebut. maka hanya sedikit saja yg dapat di ketahui oleh akal. Dengan intuisi
inilah di harapkan akan sampai pada kenyataan yaitu suatu tempat di mana segala
sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan
Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad
pertengahan yang di buat kesuatu sintesa yang lebih luas . sintesa ini mengarah ke
masa depan dan pemikiran nya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.
2.6. Tiga emperium besar
Filsafat abad pertengahan diwarnai pengaruh tiga emperium besar, yaitu Romawi
di awalnya (dengan Latin sebagai bahasa pengantar), emperium Yunani/Athena
16
dengan bahasa Yunani sebagai pengantar, dan empirium Islam dengan pengantar
bahasa Arab. Emperium Romawi yang disebut juga Romawi Barat berpusat di
Roma dipengaruhi oleh filsafat Neo-Platonisme, emperium Yunani atau dikenal
juga dengan Romawi Timur berpusat di Konstantinopel (dulu Bizantium)
/Instambul dipengaruhi ajaran Platon, dan emperium Islam berpusat di jazirah
Arabia dan Damskus (Umayyah) kemudian Istambul Turki (Utsmani/Otoman)
dipengaruhi ajaran Aristoteles.
Seperti dibahas sebelumnya, akhir tahun 400-an Romawi Barat diserang bangsa
Barbar (suku Vandal) tahun 455 dilanjutkan dengan pemberontakan pemimpin
Jermanik Odoacer tahun 476 dan menggulingkan Kaisar Romulus Augustulus.
Jatuhnya Romulus lalu dianggap sebagai tahun berakhirnya Kekaisaran Romawi
Barat.
Maka, penguasa dunia berpindah ke Bizantium yang berkuasa hingga abad ke 14
M (tahun 1453) sebelum dikalahkan kekaisaran Utsmani. Tahun 632 setelah
Mohammad wafat khilafah-khilafah penggantinya tidak saja berhasil
mempertahankan wilayah kekuasaan Islam dari pemberontakan-pemberontakan,
melainkan berhasil memperluasnya. Emperium Islam berekspansi hingga Afrika
Utara (Alexandria, Aljasair/Algaire, Marokko), ke Eropa (Spanyol dan Perancis),
juga Asia Kecil (Siria, Turki, Persia, dan lainnya). Termasuk diantaranya, tahun
637 (5 tahun setelah kematian Mohammad) Khilafah Umar berhasil mengepung
kota Yerusalem dan menguasainya.
Prinsipnya, dari ketiga emperium itu kelak emperium Islam menaklukan
Binzantium, dan mengalami masa kejayaan. Perang Salib sempat merebut
Yerusalem, namun ditahun 1187 pasukan Islam dibawah kepemimpinan
Salahudin Al-Ayubi berhasil merebut kembali kota Yerusalem dari pasukan
Salib.
Dua pemikir Islam yang sangat berpengaruh adalah Ibnu Sina dan Ibnu Rushd
(Rusyd). Keduanya lahir dalam periode filsafat abad pertengahan yang berbeda.
Ibnu Sina lahir dan berperan dalam periode kedua, sementara Ibnu Rushd berada
pada puncak filsafat abad pertengahan. Tentang peran keduanya, patut dikutib
pernyataan Roger Bacon, seorang filosof kenamaan dari Eropa Barat pada Abad
Pertengahan, yang dinyatakan dalam Regacy of Islam-nya Alfred Gullaume:
17
Jiwa (al-Nafs) memiliki daya--daya sebagai derivatnya dan atas dasar tingkatan
daya--daya tersebut, pada diri manusia terdapat tiga jiwa (al-nufus al-tsalatsah),
yaitu:
Pertama jiwa tumbuhan (al-nafs al-nabatiyah) merupakan tingkatan jiwa yang
paling rendah dan memiliki tiga daya 1) daya nutrisi, 2) daya tumbuhdan 3) daya
reproduksi. Dengan ketiga daya ini manusia berpotensi makan, tumbuh dan
berkembang biak seperti halnya tumbuh-- tumbuhan.
Kedua, jiwa hewani/sensitive (al-nafs al-hayawaniyah) yang memiliki dua daya ,
yaitu daya penggerakdandaya persepsi. Pada penggerak terdapat dua daya lagi
yaitu daya pendorong (al-baitsah) dan 2) daya berbuat (al-fa'ilah). Hubungan
antara daya pertama dengan daya kedua sebagaimana hubungan daya potensi dan
aktus, tetapi keduanya bersifat potensial sebelum mencapai aktualisasinya. Yang
pertama merupakan kemauan dan yang kedua merupakan kemampuan. Dengan
jelas pemikirannya ini bersumber dari Aristoteles, yang sebelumnya juga telah
dikembangkan filsuf Islam pendahulunya yaitu Al Ghazali.
Ketiga, jiwa rasional (al-nafs al-natiqah). Mempunyai dua daya yakni daya
praktis (al-'amilah) dan daya teoritis (al-alimah). Daya praktis berfungsi
menggerakkan tubuh melalui daya--daya jiwa sensitive / hewani sesuai dengan
tuntutan pengetahuan yang dicapai oleh akal teorities. Akal praktis merupakan
saluran yang menyampaikan gagasan akal teoritis kepada daya penggerak
Tuhan adalah " a necessary existence in itself," sementara alam adalah 'a
necessary existence' karena Tuhan." Yang pertama lebih mulia dari pada yang
kedua. Artinya, derajad alam lebih rendah dari Tuhan. Alasannya, karena waktu
tidak ada sehingga kalau berbicara eksistensi maka hanya dibedakan oleh derajad
perwujudannya saja.
2.8.2. Ibnu Rushd dan Ajarannya
Nama lengkapnya Abu Walid Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd
dilahirkan di Cordova sebuah kota di Andalus (Vandalus) tahun 1126, dan
meninggal 1198. Popular dengan nama Ibnu Rushd, yang di Barat ia dikenal
dalam nama Latin Averroes. Ia hidup pada periode puncak abad pertengahan.
Kalau pada periode ini Aristoteles diakui sebagai filsuf utama, maka Ibnu Rushd
19
alam dari segi kederajadannya. Keazalian Tuhan lebih utama atau lebih tinggi
derajadnya dari keazalian alam. Ibnu Rusyd berargumen sebagai berikut:
Seandainya alam ini tidak azali, ada permulaannya maka mesti ada yang
menjadikannya, dan yang menjadikannya itu harus ada pula yang menjadikannya
lagi, demikianlah seterusnya tanpa ada habis-habisnya. Padahal keadaan berantai
seperti itu tidak ada putusnya sehingga tidak dapat diterima akal pikiran.
Mengikuti tradisi berpikir Yunani, Ibnu Rushd mengindentifikasi lima hal yang
perlu dimiliki seseorang yang ingin mendalami filsafat:
Pertama, bakat alam. Orang yang ingin mendalami filsafat harus punya bekal awal
yaitu nalar. Ingat, Platon misalnya mempersyaratkan kemampuan matematika
sebagai dasar mempelajari filsafat.Kedua, tertib. Seorang yang ingin berhasil
menjadi filsuf harus mempelajari filsafat secara sistematis dan berurutan, agar
tidak ada kerancuan-kerancuan.
Ketiga, objektivitas, yaitu kejujuran mengatakan benar dan tidak pada
sebuah pemikiran. Ketika mendapatkan satu kebenaran dalam suatu pemikiran
katakanlah itu kebenaran, tanpa mengurangi atau melebihkan.
Keempat, keteguhan pendapat. Ketika seorang filsuf mendapatkan kepastian
dalam pemikirannya, maka sikap yang patut adalah mempertahankan
pemikirannya itu dengan sungguh. Dalam kamus seorang filsuf tidak ada yang
namanya kemunafikan pemikiran. Ketika ia menyatakan kebenaran satu hal maka
ia harus mempertahankannya mati-matian.
Kelima, keutamaan akhlak. Seseorang yang ingin mendalami filsafat harus
benar-benar meniatkan dirinya untuk fokus hanya pada pengetahuan dan
kebaikan.Umum mengakui, bahwa masa sebelum Ibnu Rushd ajaran filsafat
Platon sangat mendominasi, termasuk tentu saja Plotinus. Itu juga terlihat pada
corak filsafat Ibnu Sina. Pada masa itu, pemikiran-pemikiran filsafat Aristoteles
dianggap (oleh gereja) sesat karena lebih dominan mengajarkan kekuatan akal
budi manusia (rasio).
Sejak Ibnu Rushd, periode Aristoteles mengambil alih peran. Artinya, corak
filsafat setelah Rushd lebih bersifat Aristotelian. Karena itu, Ibnu Rushd dianggap
'meng-Islam-kan' Aristoteles.
21
terdapat nama-nama besar seperti Ibnu Khalikan, Ibnu Khaldun, dan Ibnu
Taghribardi.
Di dalam bidang astronomi dikenal nama Nasir Al dan Al Tusi. Di bidang
matematika Abu Faraj Al’Ibry. Bidang kedokteran : Abu Al Hasan, Ali Al Nafis
yaitu penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia. Dalam
budang ophtamologi dikenal nama salah Salaahuddin bin Yusuf yang terkenal
juga Ibnu Taimiyah yang terkenal dalam bidang keagamaan.
Pada masa pemerintahan Mamud Ghazan yang merupakan raja ketujuh Dinasti
Ilkhania membangun perguruan tinggi untuk mahdzab ulama Syafii dan Hanafi,
perpustakaan besar, observatorium, dan gedung-gedung lainnya yang memiliki
fungsi besar untuk ummat saat itu.
Di masa Kerajaan Syafawi, Ilmu pengetahuan dan teknologi juga berkembanga
besar, diantaranya adalah ilmuwan-ilmuwan sebagai berikut :
Baha Al Din Al Syaerazi adalah Generalis ilmu pengetahuan Sadar Al Din Al
Syaerazi seorang Filosof Muhammad Baqir Ibnu Muhammad Damad seorang
Filosof, sejarah, teolog, dan observer lebah Pada abad pertengahan juga terdapat
cendekiawan muslim seperti An Nuwairy, Ibnu Fadlullah, dan Jalaluddin As
Suuyuti yang berhasil membuat buku yang berjudul Mausu’at yang berisi tentang
sekumpulan berbagai ilmu pengetahuan.
Dalam hal keagamaan, di Abad pertengahan terdapat berbagai karya yang dibuat
oleh ulama-ulama india berupa kitab yang memuat tentang kumpulan fatwa dari
Mazhab Hanafi. Buku ini dibuat atas permintaan Sultan Abu Al Muzaffar
Muhyidin yang dikenal dengan sebutuan Kitab Al Alfatwa Al Alamgariyah.
Ulama besar lainnya ada di Mesir saat pemerintahan Mamluk. Terdapat ulama-
ulama besar seperti Ibnu Hajar Al Asqalani, Ibnu Khuldun, Ibnu Hajar, dsb. Ibnu
Hajar memiliki karya buku dengan judul Fath Al Baru fi Syarh Al Bukhari.
Sedangkan Ibnu Khaldun adalah sejarawan dan ahli sosiologi islam.
Ulama besar lainnya di abad pertengahan seperti Ibnu Katsir, Imam Nawawi, dan
Jalaluddin Al Mahali beserta Jalaluddin Assuyuti. Semuanya adalah ulama
tersohor dari Abad pertengahan yang terkenal dan karyanya sangat digunakan
hingga asaat ini.
23
Di masa kerajaan Orkhan, kerajaan usmani menaklukkan amir pada tahun 1327
M, Tahawasyanly, tahun 1330 M, uskandar tahun 1338 M, Ankara 1354 M, dan
Galipoli tahun 1356 M. Wilayah tersebut adalah bagian benua Eropa yang
ditaklukkan Kerajaan Usmani.
Dalam beberapa abd, kerajaan Usmani, dalam beberapa abad, dipandang
sebagai negara yang kuat terutama dalam sektor militer. Kemajuan kerajaan
usmani adalah banyak dalam bidang pemerintahan dan kemiliteran, ilmu
pengetahuan dan budaya, pembanguan masjid-masjid, sekolah, rumah sakit,
gedung, jembatan, saluran air, pemandian umum, dan agama yang didominasi
oleh fatwa atau pemikiran ulama dan menjadi hukum yang berlaku.
Di masa pemerintahan Sultan Al Qanuni, kerajaan usmani mengalami
masa kemunduran yang dipengaruhi oleh beberapa problem. Diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Keheterogenan Penduduk Turki
2. Tidak dapat menguasai wilayah yang luas
3. Lemahnya kepemimpinan
4. Lemahnya moral pada masyarakat islam
5. Krisis ekonomi
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang berkembang sebagaimana
sebelumnya
26
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Zaman pertengahan ialah zaman dimana Filsafat Abad Pertengahan dicirikan
dengan adanya hubungan erat antara agama Kristen dan filsafat. Dilihat secara
menyeluruh, filsafat Abad Pertengahan memang merupakan filsafat Kristiani.
Para pemikir zaman ini hampir semuanya klerus, yakni golongan rohaniwan atau
biarawan dalam Gereja Katolik (misalnya uskup, imam, pimpinan biara, rahib),
minat dan perhatian mereka tercurah pada ajaran agama kristiani.
filsafat Skolastik adalah filsafat yang mendominasikan kepada ilmu
pengetahuan, berfikir dan yang dipengaruhi oleh ajaran ajaran yang
mempengaruhi persoalan persoalan berpikir seseorang .Filsafat Skolastik muncul
pada abad ke-8 Masehi setelah pemikiran filsafat patristik mulai merosot pada
abad ke-5 hingga ke-7. Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya filsafat
Skolastik adalah faktor religius dan faktor ilmu pengetahuan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Surajio, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta, Bumi Aksara: 2005), hlm.
157Prof. Dr.wiramihardja sutardjo.pengantar
filsafat.bandung.refika aditama.2006.hal.55.
Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 1999),
Cet. I, h. 80-81
Gaarder, Jostein, 2016, Dunia Sophie Sebuah Novel Filsafat, (Alihabahasa oleh
Rahmani Astuti), Penerbit Mizan