Anda di halaman 1dari 30

FILSAFAT ISLAM DALAM ABAD PERTENGAHAN

Disusun Oleh :

ALI WAHYUDI LANGGENG DIJAYA


SYAHRUL KIROM

UNIVERSITAS ISLAM

AL-IHYA KUNINGAN

KUNINGAN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan tepat waktu meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya hingga pada umatnya sampai
akhir zaman..Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
berkontribusi dengan baik memberikan sumbangan pikiran maupun materi.
Semoga tulisan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya serta bisa menambah pengetahuan para pembaca. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tulisan ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik, saran dan usulan yang bersifat membangun demi tercipta
tulisan selanjutnya yang lebih baik lagi, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Kuningan, 28 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3.Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3
2.1. Ciri Filsafat Abad Pertengahan .......................................................... 3
2.2. Pengertian Skolastik ........................................................................... 4
2.3. Periode Skolastik (800-1500)............................................................. 6
2.4. Periode puncak perkembangan skolastik (1200-1300) ...................... 9
2.5. Upaya Pengkristenisasian Ajaran Aristoteles .................................... 9
2.6. Tiga emperium besar ........................................................................ 15
2.6.1. Ibnu Sina dan Ajarannya ............................................................... 17
2.6.2. Ibnu Rushd dan Ajarannya ............................................................ 18
2.7.. Masalah Sosial dan Politik .............................................................. 23
2.7.1. Dukungan Pemimpin di Masa Tersebut ........................................ 23
2.7.2. Pengunaan Akal dan Ilmu Pengetahuan ........................................ 24
2.8. Perkembangan Kebudayaan Islam ................................................... 24
BAB III PENUTUP ............................................................................... 26
3.1. Kesimpulan ...................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejarah filsafat Abad Pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai
awal abad ke-17. Para sejarawan umumnya menentukan tahun 476, yakni masa
berakhirnya Kerajaan Romawi Barat yang berpusat di kota Roma dan munculnya
Kerajaan Romawi Timur yang kelak berpusat di Konstantinopel (sekarang
Istambul), sebagai data awal zaman Abad Pertengahan dan tahun 1492 (penemuan
benua Amerika oleh Columbus) sebagai data akhirnya.
Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya
dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau
pemikiran pada Abad Pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen.
Artinya, pemikiran filsafat Abad Pertengahan didominasi oleh agama. Pemecahan
semua persoalan selalu didasarkan atas dogma agama, sehingga corak pemikiran
kefilsafatannya bersifat teosentris.
Adapun istilah Abad Pertengahan sendiri (yang baru muncul pada abad ke-
17) sesungguhnya hanya berfungsi membantu kita untuk memahami zaman ini
sebagai zaman peralihan (masa transisi) atau zaman tengah antara dua zaman
penting sesudah dan sebelumnya, yakni Zaman Kuno (Yunani dan Romawi) dan
Zaman Modern yang diawali dengan masa Renaissans pada abad ke-17.
Dengan demikian, bentangan waktu seribu tahun sejarah filsafat Barat
Kuno (Yunani dan Romawi) yang sudah kita bahas dilanjutkan dengan masa
seribu tahun sejarah filsafat Abad Pertengahan yang akan kita bahas dalam
makalah ini.
Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad
sebelumnya. Perbedaan ini terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama
kristen pada permulaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap
kepercayaan agama. Zaman pertengahan adalah zaman keemasan bagi
kekristenan[2]. Disinalah yang menjadi persoalannya, karena agama kristen itu
mengajarkan bahwa wahyu tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Hal ini
2

berbeda dengan pandangan yunani kuno mengatakan bahwa kebanaran dapat di


capai oleh kemampuan akal.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ciri-ciri Filsafat Abad Pertengahan ?
2. Apa Pengertian Skolastik ?
3. Bagaimana Perjalanan filsafat Skolastik ?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Ciri-ciri Filsafat Abad Pertengahan
2. Mengetahui Pengertian Skolastik
3. Mengetahui Perjalanan filsafat Skolastik
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Ciri Filsafat Abad Pertengahan


Filsafat Abad Pertengahan dicirikan dengan adanya hubungan erat antara
agama Kristen dan filsafat. Dilihat secara menyeluruh, filsafat Abad Pertengahan
memang merupakan filsafat Kristiani. Para pemikir zaman ini hampir semuanya
klerus, yakni golongan rohaniwan atau biarawan dalam Gereja Katolik (misalnya
uskup, imam, pimpinan biara, rahib), minat dan perhatian mereka tercurah pada
ajaran agama kristiani.
Akan tetapi, orang akan sungguh-sungguh salah paham jika memandang
filsafat Abad Pertengahan semata-mata sebagai filsafat yang selalu berisi dogma
atau anjuran resmi Gereja. Sebab, sebagaimana nanti akan kita lihat, tema yang
selalu muncul dalam sejarah filsafat Abad Pertengahan adalah hubungan antara
iman yang berdasarkan wahyu Allah sebagaimana termaktub dalam kitab suci dan
pengetahuan yang berdasarkan kemampuan rasio manusia. Dan, dalam hal ini,
tidak semua pemikir abad pertengahan mempunyai jawaban yang sama.
Adanya beragai macam aliran pemikiran yang mengkaji tema tersebut
menunjukkan bahwa para pemikir pada zaman itu ternyata bisa berargumentasi
secara bebas dan mandiri sesuai dengan keyakinannya. Kendati tidak jarang
mereka, harus berurusan dan bentrok dengan para pejabat gereja sebagai otoritas
yang kokoh dan terkadang angkuh pada masa itu. Oleh karena itu, kiranya dapat
dikatakan bahwa filsafat abad pertengahan adalah suatu filsafat agama dengan
agama kristiani sebagai basisnya.
Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang menyolok dengan
abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama.
Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh nabi isa pada permualaan abad
masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan.
Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa
wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan
pendangan yunani kuno yang mengatakan bahwa kebanaran dapat dicapai oleh
kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.
4

Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua[4]:


1. Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran
Yunani merupakan pemikiran orang kafir karena tidak mengakui wahyu.
2. Menerima filsafat yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu
ciptaan Tuhan maka kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang
datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati.
Oleh karena itu, akal dapat dibantu oleh wahyu.
2.2. Pengertian Skolastik
Istilah skolastik adalah sifat yang berasal dari kata school yang berarti
sekolah jadi, skolastik berarti aliran,atau yang berkaitan dengan sekolah.
Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan.
Filsafat pada abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang berbeda sekali
dengan arah pemikiran dunia kuna. Filsafat abad pertengahan menggambarkan
suatu zaman yang baru sekali di tengah-tengah suatu rumpun bangsa yang baru,
yaitu bangsa Eropa barat. Filsafat yang baru ini disebut skolastik.
Sebutan skolastik mengungkapkan, bahwa ilmu pengetahuan abad
pertengahan diusahakan oleh sekolah-sekolah, dan bahwa ilmu itu terikat pada
tuntunan pengajaran di sekolah-sekolah itu. Semula skolastik timbul di biara-biara
tertua di Galia Selatan, tempat pengungsian ketika ada perpindahan bangsa-
bangsa. Sebab di situlah tersimpan hasil-hasil karya para tokoh kuna dan para
penulis kristiani. Dari biara-biara di Gallia selatan itu pengaruh skolastik keluar
sampai di irlandia, di Nederland dan di jerman. Kemudian skolastik timbul di
sekolah-sekolah kapittel, yaitu sekolah-sekolah yang dikaitkan dengan gereja[5].
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, yaitu :
a. Filsafat skolastik adalah : Filsafat yg mempunyai corak semata-mata agama.
Karena skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengaan yang
religius
b. Filsafat Skolastik adalah : Filsafat yang mengabdi kepada teologi atau
filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat
ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumusan tsb kemudian muncul
istilah : Skolastik yahudi, Skolastik arab dan lain-lainnya
5

c. Filsafat Skolastik adalah : suatu system filsafat yang termasuk jajaran


pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan kedalam bentuk sintesa yang lebih
tinggi antara kepercayaan dan akal
d. Filsafat skolastik adalah filsafat Nasrani, karena banyak di pengaruhi oleh
ajaran gereja
Filsafat Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor yaitu
:
v Faktor Religius
Faktor Religius dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya. Yang di
maksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang
berperikehidupan religius . mereka beranggaban bahwa hidup di dunia ini suatu
perjalanan ketanah suci yerusalim. Dunia ini bagaikan negeri asing dan sebagai
tempat pembuangan limbah mata air saja ( tempat kesedian ) sebagai dunia yang
menjadi tanah airnya adalah surga. Manusia tidak dapat sampai ketanah airnya (
surga ) dengan kemampuannya sendiri, sehingga harus di tolong. Karena manusia
itu menurut sifat kodrat nya mempunyai cela atau kelemahan yang dilakukan
(diwariskan) oleh Adam.
Mereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai pembebas dan
pemberi bahagia. Ia akan memberi pengampunan sekaligus menolongnya. Maka
hanya dengan jalan pengampunan inilah manusia dapat tertolong agar dapat
mencapai tanah airnya ( Surga ). Anggapan dan keyakinan inilah yang di jadikan
dasar pemikiran filsafatnya
v Faktor Ilmu Pengetahuan
Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yg di upayakan oleh
biara-biara, gereja ataupun dari keluarga istana dan kepustakaan nya di ambil dari
para penulis latin. Arab ( Islam ) dan Yunani
Masa Skolastik terbagi menjadi tiga periode yaitu :
1. Skolastik Awal, berlangsung dari tahun 800-1200
2. Skolastik Puncak berlangsung dari tahun 1200-1300
3. Skolastik Akhir berlangsung dari tahun 1300-1450
6

2.3. Periode Skolastik (800-1500)


Zaman Skolastik dimulai sejak abad ke-9. Kalau tokoh masa Patristik
adalah pribadi-pribadi yang lewat tulisannya memberikan bentuk pada pemikiran
filsafat dan teologi pada zamannya, para tokoh zaman Skolastik adalah para
pelajar dari lingkungan sekolah-kerajaan dan sekolah-katedral yang didirikan oleh
Raja Karel Agung (742-814) dan kelak juga dari lingkungan universitas dan ordo-
ordo biarawan.
Dengan demikian, kata “skolastik” menunjuk kepada suatu periode di
Abad Pertengahan ketika banyak sekolah didirikan dan banyak pengajar ulung
bermunculan. Namun, dalam arti yang lebih khusus, kata “skolastik” menunjuk
kepada suatu metode tertentu, yakni “metode skolastik”.
Dengan metode ini, berbagai masalah dan pertanyaan diuji secara tajam
dan rasional, ditentukan pro-contra-nya untuk kemudian ditemukan
pemecahannya. Tuntutan kemasukakalan dan pengkajian yang teliti dan kritis atas
pengetahuan yang diwariskan merupakan ciri filsafat Skolastik.
Sesudah agustinus: keruntuhan. Satu-satunya pemikir yang tampil kemuka ialah:
Skotus Erigena (810-877). Kemudian: Skolastik, disebut demikian karena filsafat
diajarkan pada universitas-universitas (sekolah) pada waktu itu. Persoalan-
persoalan: tentang pengertian-pengertian umum (pengaruh plato). Filsafat
mengabdi pada theologi. Yang terkenal: Anselmus (1033-1100), Abaelardus
(1079-1142)[6]. Periode ini terbagi menjadi tiga tahap[7]:
1. Periode Skolstik awal (800-1200)
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 M pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih
lagi pada abad ke-6 dan 7 di katakan abad kacau. Hal ini di sebabkan karena pada
saat itu terjadi serangan terhadap romawi, sehingga kerajaan Romawi beserta
peradabannya ikut runtuhyg telah di bangun selama berabad-abad di bangun
Baru pada abad ke-8 M kekuasaan berada di bawah Karel Agung ( 742-814 ) baru
dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan dan
ilmu pengetahuan. Termasuk kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang
kesemuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah
merupakan kecermelangan abad pertengahan, di mana arah pemikirannya berbeda
sekali dg sebelum nya
7

Pada saat inilah merupakan zaman baru bagi bangsa Eropa yang di tandai dengan
Skolastik yang di dalam nya banyak di upayakan ilmu pengetahuan yang di
kembangkan di sekolah-sekolah. Pada mulanya Skolastik ini timbul pertama
kalinya di biara Italia selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan
Belanda
Zaman ini berhubungan dengan terjadinya perpindahan penduduk, yaitu
perpindahan bangsa Hun dan Asia masuk ke Eropa sehingga bangsa jerman
pindah melewati perbatasan kekaisaran Romawi yang secara politik sudah
mengalami kemerosotan. Karena situasi yang ricuh, tidak banyak pemikiran
filsafat yang patut di tampilkan pada masa ini. Namun, ada beberapa tokoh dan
situasi penting yang harus diperhatiakan dalam memahami filsafat masa ini.[8]
Kurikulum pengajaran nya meliputi studi duniawi atau artes liberalis meliputi :
tata bahasa, retorika, dialektika ( seni berdiskusi ) ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu
perbintangan dan musik
Di antara tokoh-tokohnya adalah :
1. Aquinas ( 735-805 )
2. Johanes Scotes eriugena ( 815-870 )
3. Peter Lombard ( 1100-1160 )
4. John Salisbury ( 1115-1180 )
5. Peter Abaelardus (1079-1180 )
6. Peter Abaelardus ( 1079-1180 )
Ia di lahirkan di Le Pallet, Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan
pandangan nya sangat tajam. Sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli
pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk orang Konseptualisme dan sarjana terkenal
dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat
menundukkan kekuatan kekuatan iman. Iman harus mau di dahului akal. Yang
harus dipercaya adalah apa yang telah di setujui atau dapat di terima oleh akal
Berbeda dengan Anselmus, yang mengatakan bahwa berpikir harus sejalan
dengan iman, Abaelardus memberikan alasan bahwa berpikir itu berada di luar
iman ( di luar kepercayaan ). Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri
sendiri. Hal ini sesuai metode dialiktika yang tanpa ragu-ragu di tunjukkan dalam
teologi yaitu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti.
8

Dengan demikian dalam teologi itu iman hampir kehilangan tempat. Ia


mencontohkan seperti ajaran trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk
bukti dalam wahyu Tuhan .
Ditandai dengan pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang
rapat antara agama dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan
tentang universalia. Ajaran Agustinus dan neo-Platonisme mempunyai pengaruh
yang luas dan kuat dalam berbagai aliran pemikiran.
Pada periode ini, diupayakan misalnya, pembuktian adanya Tuhan
berdasarkan rasio murni, jadi tanpa berdasarkan Kitab Suci (Anselmus dan
Canterbury). Selanjutnya, logika Aristoteles diterapkan pada semua bidang
pengkajian ilmu pengetahuan dan “metode skolastik” dengan pro-contra mulai
berkembang (Petrus Abaelardus pada abad ke-11 atau ke-12). Problem yang
hangat didiskusikan pada masa ini adalah masalah universalia dengan konfrontasi
antara “Realisme” dan “Nominalisme” sebagai latar belakang problematisnya.
Selain itu, dalam abad ke-12, ada pemikiran teoretis mengenai filsafat alam,
sejarah dan bahasa, pengalaman mistik atas kebenaran religious pun mendapat
tempat.
Pengaruh alam pemikiran dari Arab mempunyai peranan penting bagi
perkembangan filsafat selanjutnya. Pada tahun 800-1200, kebudayaan Islam
berhasil memelihara warisan karya-karya para filsuf dan ilmuwan zaman Yunani
Kuno. Kaum intelektual dan kalangan kerajaan Islam menerjemahkan karya-karya
itu dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Maka, pada para pengikut Islam
mendatangi Eropa (melalui Spanyol dan pulau Sisilia) terjemahan karya-karya
filsuf Yunani itu, terutama karya-karya Aristoteles sampai ke dunia Barat. Dan
salah seorang pemikir Islam adalah Muhammad Ibn Rushd (1126-1198). Namun
jauh sebelum Ibn Rushd, seorang filsuf Islam bernama Ibn Sina (980-1037)
berusaha membuat suatu sintesis antara aliran neo-Platonisme dan
Aristotelianisme.
Dengan demikian, pada gilirannya nanti terbukalah kesempatan bagi para pemikir
kristiani Abad Pertengahan untuk mempelajari filsafat Yunani secara lebih
lengkap dan lebih menyeluruh daripada sebelumnya. Hal ini semakin didukung
9

dengan adanya biara-biara yang antara lain memeng berfungsi menerjemahkan,


menyalin, dan memelihara karya sastra.
2.4. Periode puncak perkembangan skolastik (1200-1300)
Masa ini merupakan kejayaan Skolastik yang belangsung dari tahun 1200-
1300, dan masa ini juga di sebut masa berbunga. Karena pada itu ditandai dg
munculnya universitas-universitas atau ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut
menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, di samping juga peranan
universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaanTerdapat
beberapa faktor mengapa pada masa Skolastik mencapai pada puncak nya, yaitu :
a. Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12
sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas
b. Tahun 1200 didirikan universitas Almamater di Perancis. universitas ini
merupakan gabungan dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (
embrio ) berdirinya universitas di perancis, di Oxford, dimont Pellier, di
Cambridge, dan lain-lain
c. Berdirinya ordo-ordo, ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya
perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan, sehingga menimbulkan dorongan
yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya
memegang peran di bidang filsafat dan teologi seperti :
· Albertus de grote
· Thomas Aquinas
· Binaventura
· J.D.Scotus
· William Ocham
2.5. Upaya Pengkristenisasian Ajaran Aristoteles
Pada mulanya hanya sebagian ahli pikir yang membawa dan meneruskan ajaran
Aristoteles, akan tetapi upaya ini mendapatkan perlawanan dari Augustinus. hal
ini di karenakan adanya suatu anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang mulai di
kenal pada abad ke-12 telah di olah dan tercemar oleh ahli pikir Arab ( Islam )
10

Hal ini dianggap sangat membahayakan ajaran Kristen. Keadaan yang demikian
ini bertolak belakang bahwa ajaran Aristoteles masih di ajarkan di fakultas-
fakultas bahkan di anggapnya sebagai pelajaran yang penting dan harus di pelajari
Untuk menghindari adanya pencemaran tersebut di atas ( dari ahli pikir arab atau
Islam ) maka Albertus Magnus dan Thomas Aquinas sengaja menghilangkan
unsur-unsur atau selipan dari Ibnu Rusyd dengan menerjemahkan langsung dari
bahasa latinnya.
Juga bagian-bagian ajaran Aristoteles yang bertentangan dengan ajaran Kristen di
ganti dg teori-teori baru yg bersumber pada ajaran Aristoteles dan diselaraskan
dengan ajaran Kristen. Langkah terakhir, dari ajaran Aristoteles yg telah di
selaraskan dg ajaran ilmiah ( suatu sintesa antara kepercayaan dan akal )
Upaya Thomas Aquinas ini sangat berhasil dengan terbitnya sebuah buku Summa
Theologiae dan sekaligus merupakan bukti bahwa ajaran Aristoteles telah
mendapatkan kemenangan dan sangat mempengaruhi seluruh perkembangan
Skolastik
a. Albertus Magnus ( 1206-1280 )
Di samping sebagai biarawan Albertus Magnus juga di kenal sebagai
cendekiawan abad pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert Von Bollstadt yang
juga di kenal sebagai ‘’ doctor Universalis ‘’ doktor magnus ‘’ kemudian bernama
Albertus Magnus ( Albert the Great ). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di
Universitas Padua Ia belajar artes Liberales, Ilmu-ilmu pengetahuan alam,
kedokteran, filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bulogna dan masuk ordo
Dominican tahun 1223 kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan
teologi
Terakhir Ia di angkat sebagai uskup agung. Pola pemikiran nya adalah meniru
Ibnu Rusyd dalam menulis tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan
Ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu kimia
b. Thomas Aquinas (1225-1274 M.)
Puncak kejayaan masa skolastik dicapai melalui pemikiran Thomas Aquinas
(1225-1274 M.). Lahir di Roccasecca, Italia 1225 M dari kedua orang tua
bangsawan[9]. Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya
Thomas yg suci dari Aquinas. Di samping Ia sebagai ahli pikir juga seorang
11

dokter gereja bangsa Italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli, Italia. Ia sebagai
tokoh terbesar Skolastisisme,salah seorang suci gereja Katolik Romawi & pendiri
aliran yang di nyatakan menjadi filsafat resmi gereja katolik. Tahun 1245 belajar
pada Albertus Magnus. Menjadi guru besar dalam ilmu agama di Perancis tahun
1250 dan tahun 1259 menjadi guru besar dan penasihat Paus
Karya Thomas Aquinas telah menandai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme
pada abad pertengahan. Ia berusaha untuk membuktikan, bahwa Iman Kristen
secara penuh dapat di benarkan dengan pemikiran logis. Ia telah menerima
pemikiran Aristoteles sebagai otoritas tertinggi ttg pemikirannya yg logis.
Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran di
ungkapkan dengan jalan yang berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di luar
jangkauan pikiran. Ia menghimbau agar orang-orang untuk mengetahui hukum
alamiah ( pengetahuan ) yang terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada
kontradiksi antara pemikir dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara
ketuhanan, walaupun Iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada di
luar kekuatan pikir
Thomas telah menafsirkan pandangan bahwa Tuhan sebagai tukang boyong yang
tidak berubah dan yang tidak berhubungan dengan atau tidak mempunyai
pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan tidak pernah mencipta
dunia tetapi zat dan pemikirannya tetap abadi. Selanjutnya Ia katakan, bahwa
Iman lebih tinggi dan berada di luar pemikiran yang berkenaan sifat Tuhan dan
alam semesta. Timbulnya pokok persoalan yang actual dan praktis dari
gagasannya adalah “ pemikirannya dan kepercayaannya telah menemukan
kebenaran mutlak yang harus diterima oleh orang-orang lain “ pandangannya
inilah yang menjadikan perlawanan kaum protestan. Karena sikapnya yang
otoriter
Thomas sendiri menyadari bahwa tidak dapat menghilangkan unsur-unsur
Aristoteles. Bahkan Ia menggunakan ajaran Aristoteles, tetapi system
pemikirannya berbeda. Masuk nya unsure Aristoteles ini di dorong oleh kebijakan
pimpinan gereja Paus Urbanus V ( 1366 ) yang memberikan angin segar untuk
kemajuan filsafat. Kemudian Thomas mengadakan langkah-langkah yaitu :
12

Ø Langkah pertama, Thomas menyuruh teman sealiran Willem van Moerbeke


untuk membuat terjemahan baru yg langsung dari Yunani. Hal ini untuk melawan
Aristotelianisme yg berorientasi pada Ibnu Rusyd dan upaya ini mendapat
dukungan dari Siger Van Brabant
Ø Langkah kedua pengkristenan ajaran Aristoteles dari dalam bagian-bagian
yang bertentangan dengan apa yang di anggap Kristen bertentangan sebagai
firman Aristoteles, tetapi di upayakan selaras dg ajaran Kristen
Ø Langkah ketiga, ajaran Aristoteles yg telah dikristenisasi kan di pakai untuk
membuat sintesa yang lebih bercorak ilmiah ( sintesa deduktif antara iman dan
akal ) Sistem barunya itu untuk menyusun Summa Theologiae
Ia mendapat gelar “The Angelic Doctor”, karena banyak pikirannya, terutama
dalam “SummaTheologia” menjadi bagian yang tak terpisahkan dari gereja.
Menurutnya, pengetahuan berbeda dengan kepercayaan. Pengetahuan didapat
melalui indera dan diolah akal. Namun, akal tidak mampu mencapai realitas
tertinggi yang ada pada daerah adikodrati. Ini merupakan masalah keagamaan
yang harus diselesaikan dengan kepercayaan. Dalil-dalil akal atau filsafat harus
dikembangkan dalam upaya memperkuat dalil-dalil agama dan mengabdi
kepadaTuhan. Aquinas merupakan theolog skolastik yang terbesar. Ia adalah
murid Albertus Magnus. Albertus mengajarkan kepadanya filsafat Aristoteles
sehingga ia sangat mahir dalam filsafat itu. Pandangan-pandangan filsafat
Aristoteles diselaraskannya dengan pandangan-pandangan Alkitab. Ialah yang
sangat berhasil menyelaraskan keduanya sehingga filsafat Aristoteles tidak
menjadi unsur yang berbahaya bagi iman Kristen. Pada tahun1879, ajaran-
ajarannya dijadikan sebagai ajaran yang sah dalam Gereja Katolik Roma oleh
Paus Leo XIII.
Mengajarkan Allah sebagai “ada yang tak terbatas” (ipsum esse
subsistens). Allah adalah “dzat yang tertinggi”, yang mempunyai keadaan yang
paling tinggi. Allah adalah penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali
pengaruh filsafat Aristoteles dalam pandangannya. Dunia ini dan hidup manusia
terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan
bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan mempergunakan
akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna kalau
13

disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). “Tabiat kodrati bukan ditiadakan,


melainkan disempurnakan oleh rahmat,” demikian kata Thomas Aquinas
Thomas memberi 5 (lima) bukti adanya Tuhan:
1) Adanya gerak didunia mengharuskan kita menerima bahwa ada penggerak
pertama yaitu Allah. Menurut Thomas apa yang bergerak tentu digerakkan oleh
sesuatu yang lain. Gerak menggerakkan ini tidak dapat berjalan tanpa batas. Maka
harus ada penggerak pertama. Penggerak pertama ini adalah Allah.
2) Di dalam dunia yang diamati terdapat suatu tertib sebab-sebab yang
membawa hasil atau yang berdaya guna. Tidak pernah ada sesuatu yang diamati
yang menjadi sebab yang menghasilkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, maka
harus ada sebab berdaya guna yang pertama, inilah Allah.
3) Di dalam alam semesta terdapat hal-hal yang mungkin ada dan tidak ada.
Oleh karena semuanya itu tidak berada sendiri tetapi diadakan, dan oleh karena
semuanya itu dapat rusak, maka ada kemungkinan semua itu ada, atau semuanya
itu tidak ada. Jikalau segala sesuatu hanya mewujudkan kemunginan saja, tentu
harus ada sesuatu yang adanya mewujudkan suatu keharusan. Padahal sesuatu
yang adanya adalah suatu keharusan, adanya itu disebabkan oleh sesuatu yang
lain, sebab-sebab itu tak mugkin ditarik hingga tiada batasnya. Oleh karena itu,
harus ada sesuatu yang perlu mutlak, yang tak disebabkan oleh sesuatu yang lain,
inilah Allah.
4) Diantara segala yang ada terdapat ha-hal yag lebih atau kurang baik, lebih
atau kurang benar dan lain sebagainya. Apa yang lebih baik adalah apa yang lebih
mendekati apa yang terbaik. Jadi jikalau ada yang kurang baik, yang baik dan
yang lebih baik, semuanya mengharuskan adanya yang terbaik. Dari semuanya
dapat disimpulkan bahwa harus ada sesuatu yang menjadi sebab daris segala yang
baik, segala yang benar, segala yang mulia. Yang menyebabkan semuanya itu
adalah Allah.
5) Kita menyaksikan, bahwa segala sesuatu yang tidak berakal seperti
umpamanya tubuh alamiah, berbuat menuju pada akhirnya. Dari situ tampak jelas,
bahwa tidak hanya kebetulan saja semuanya itu mencapai akhirnya, tapi memang
dibuat begitu. Maka apa yang tidak berakal tidak mungkin bergerak menuju
14

akhirnya, jikalau tidak diarahkan oleh suatu tokoh yang berakal, berpengetahuan.
Inilah Allah.
Kelima bukti itu memang dapat menunjukkan, bahwa ada suatu tokoh yang
menyebabkan adanya segala sesuatu, suatu Tokoh yang berada karena diriNya
sendiri. Akan tetapi semuanya itu tidak dapat membuktikan kepada kita akan
hekekat Allah yang sebenarnya. Dengan semuanya itu, kita hanya tahu bahwa
Allah ada. Sekalipun demikian dapat juga dikatakan,bahwa orang memang
memiliki beberapa pengetahuan filsafati tentang Allah
3. Periode Skolastik lanjut atau akhir (abad ke-14-15)
Periode skolastik Akhir abad ke 14-15 ditandai dengan pemikiran islam yang
berkembang kearah nominalisme ialah aliran yang berpendapat bahwa
universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum
mengenai adanya sesuatu hal. Kepercayaan orang pada kemampuan rasio member
jawaban atas masalah-masalah iman mulai berkurang. Ada semacam keyakinan
bahwa iman dan pengetahuan tidak dapat disatukan. Rasio tidak dapat
mempertanggungjawabkan ajaran Gereja, hanya iman yang dapat menerimanya.
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran
filsafat yang menjadi kiblatnya, sehingga memperlihatkan stagnasi ( Kemandegan
) diantara tokoh-tokohnya :
ü William Ockham ( 1285-1349 )
Anggota ordo Fransiskan ini mempertajam dan menghangatkan kembali persoalan
mengenai nominalisme yang dulu pernah didiskusikan. Sebagai ahli pikir Inggris
yg beraliran Skolastik . karena Ia terlibat dalam pertengkaran umum dg paus John
XXII, Ia di penjara di Avignon, tetapi Ia dapat melarikan diri dan mencari
perlindungan pada kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan mendalilkan
bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda satu demi satu, dan hal-hal
yg umum itu hanya tanda-tanda abstrak
Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang
atas kejadian-kejadian individual dan konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan
umum ttg alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yg
hanya demikian ini dapat dilalui hanya lewat intuisi bukan lewat logika. Di
samping itu Ia membantah anggapan Skolastik bahwa logika dapat membuktikan
15

doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yg pada waktu itu
sebagai penguasanya Paus John XXII
ü Nicolas Cusasus ( 1401-1464 )
Selanjutnya, pada akhir periode ini, muncul seorang pemikir dari daerah yang
sekarang masuk wilayah Jerman. Ia menampilkan “pengetahuan mengenai
ketidaktahuan” ala Sokrates dalam pemikiran kritisnya:”Aku tahu bahwa segala
sesuatu yang dapat ku ketahui bukanlah Tuhan”. Pemikir yang memiliki minat
besar pada kebudayaan Yunani-Romawi Kuno ini adalah orang yang mengatur
kita memasuki zaman baru, yakni zaman Modern, yakni zaman Modern yang
diawali oleh zaman Renaissans, zaman “kelahiran kembali” kebudayaan Yunani-
Romawi di Eropa mulai abad ke-16.
Ia sebagai tokoh pemikir yg berada paling akhir masa Skolastik. Menurut
pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal yaitu :
1. Lewat Indra
2. Akal
3. Intuisi
Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjasad
yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk -
bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra.
Dengan Intuisi kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi hanya
dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak
dapat di persatukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal shg
banyak hal yang seharusnya dapat di ketahui. Oleh karena keterbatasan akal
tersebut. maka hanya sedikit saja yg dapat di ketahui oleh akal. Dengan intuisi
inilah di harapkan akan sampai pada kenyataan yaitu suatu tempat di mana segala
sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan
Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad
pertengahan yang di buat kesuatu sintesa yang lebih luas . sintesa ini mengarah ke
masa depan dan pemikiran nya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.
2.6. Tiga emperium besar
Filsafat abad pertengahan diwarnai pengaruh tiga emperium besar, yaitu Romawi
di awalnya (dengan Latin sebagai bahasa pengantar), emperium Yunani/Athena
16

dengan bahasa Yunani sebagai pengantar, dan empirium Islam dengan pengantar
bahasa Arab. Emperium Romawi yang disebut juga Romawi Barat berpusat di
Roma dipengaruhi oleh filsafat Neo-Platonisme, emperium Yunani atau dikenal
juga dengan Romawi Timur berpusat di Konstantinopel (dulu Bizantium)
/Instambul dipengaruhi ajaran Platon, dan emperium Islam berpusat di jazirah
Arabia dan Damskus (Umayyah) kemudian Istambul Turki (Utsmani/Otoman)
dipengaruhi ajaran Aristoteles.
Seperti dibahas sebelumnya, akhir tahun 400-an Romawi Barat diserang bangsa
Barbar (suku Vandal) tahun 455 dilanjutkan dengan pemberontakan pemimpin
Jermanik Odoacer tahun 476 dan menggulingkan Kaisar Romulus Augustulus.
Jatuhnya Romulus lalu dianggap sebagai tahun berakhirnya Kekaisaran Romawi
Barat.
Maka, penguasa dunia berpindah ke Bizantium yang berkuasa hingga abad ke 14
M (tahun 1453) sebelum dikalahkan kekaisaran Utsmani. Tahun 632 setelah
Mohammad wafat khilafah-khilafah penggantinya tidak saja berhasil
mempertahankan wilayah kekuasaan Islam dari pemberontakan-pemberontakan,
melainkan berhasil memperluasnya. Emperium Islam berekspansi hingga Afrika
Utara (Alexandria, Aljasair/Algaire, Marokko), ke Eropa (Spanyol dan Perancis),
juga Asia Kecil (Siria, Turki, Persia, dan lainnya). Termasuk diantaranya, tahun
637 (5 tahun setelah kematian Mohammad) Khilafah Umar berhasil mengepung
kota Yerusalem dan menguasainya.
Prinsipnya, dari ketiga emperium itu kelak emperium Islam menaklukan
Binzantium, dan mengalami masa kejayaan. Perang Salib sempat merebut
Yerusalem, namun ditahun 1187 pasukan Islam dibawah kepemimpinan
Salahudin Al-Ayubi berhasil merebut kembali kota Yerusalem dari pasukan
Salib.
Dua pemikir Islam yang sangat berpengaruh adalah Ibnu Sina dan Ibnu Rushd
(Rusyd). Keduanya lahir dalam periode filsafat abad pertengahan yang berbeda.
Ibnu Sina lahir dan berperan dalam periode kedua, sementara Ibnu Rushd berada
pada puncak filsafat abad pertengahan. Tentang peran keduanya, patut dikutib
pernyataan Roger Bacon, seorang filosof kenamaan dari Eropa Barat pada Abad
Pertengahan, yang dinyatakan dalam Regacy of Islam-nya Alfred Gullaume:
17

"Sebagian besar filsafat Aristoteles sedikitpun tak dapat memberi pengaruh di


Barat, karena kitabnya tersembunyi entah dimana, dan sekiranya ada, sangat sukar
sekali didapatnya dan sangat susah dipahami dan digemari orang karena
peperangan - peperangan yang merajalela di sebelah Timur, sampai saatnya Ibnu
Sina dan Ibnu Rusyd dan juga pujangga Timur lain membuktikan kembali
falsafah Aristoteles disertai dengan penerangan dan keterangan yang luas."
2.6.1. Ibnu Sina dan Ajarannya
Ibnu Sina sesungguhnya seorang dokter dengan talenta luar biasa. Ia
belajar ilmu kedokteran sejak usia remaja dari Isa bin Yahya, seorang Kristen.
Namun, karena kecerdasannya, ia segera menjadi populer. Tidak hanya itu. Ia
terutama menjadi ahli agama (Islam) pada usianya yang masih belia, disamping
menjadi pemikir filsafat yang berpengaruh bahkan hingga Eropa.
Ibnu Sina diketahui sebagai orang pertama yang menemukan peredaran
darah manusia, dimana enam ratus tahun kemudian disempurnakan oleh William
Harvey. Juga, dia yang pertama kali mengatakan bahwa bayi selama masih dalam
kandungan mengambil makanannya lewat tali pusar. Praktek membedah
penyakit-penyakit bengkak ganas dan menjahitnya juga dirintis oleh Ibnu Sina. Itu
hanya beberapa dari temuannya di bidang kedokteran.
Lahir tahun 980 dengan nama lengkap Abu Ali Husain Ibn Abdillah Ibn
Sina. Orang tuanya adalah pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Saman. Ia
mempelajari pemikiran filsafat Platon dan Aristoteles. Bahkan, dikatakannya ia
telah membaca karya Aristoteles sebanyak 40 kali, namun tetap tidak mengerti.
Ungkapan ini bisa juga menjelaskan kerendah-hatiannya, tetapi juga
ketertarikannya yang kuat dan penuh antusiaisme pada pemikiran Aristoteles.
Ajarannya tentang jiwa nampak dipegaruhi Plotinus, yaitu emanasi (pancaran).
Menurutnya Tuhan memancar akal pertama, dan dari akal pertama memancar akal
kedua dan langit pertama, demikian seterusnya sehingga tercapai akal ke sepuluh
dan bumi. Dari akal ke sepuluh memancar segala apa yang terdapat di bumi yang
berada dibawah bulan. Akal pertama adalah malaekat tertinggi dan akal kesepuluh
adalah Jibril.
18

Jiwa (al-Nafs) memiliki daya--daya sebagai derivatnya dan atas dasar tingkatan
daya--daya tersebut, pada diri manusia terdapat tiga jiwa (al-nufus al-tsalatsah),
yaitu:
Pertama jiwa tumbuhan (al-nafs al-nabatiyah) merupakan tingkatan jiwa yang
paling rendah dan memiliki tiga daya 1) daya nutrisi, 2) daya tumbuhdan 3) daya
reproduksi. Dengan ketiga daya ini manusia berpotensi makan, tumbuh dan
berkembang biak seperti halnya tumbuh-- tumbuhan.
Kedua, jiwa hewani/sensitive (al-nafs al-hayawaniyah) yang memiliki dua daya ,
yaitu daya penggerakdandaya persepsi. Pada penggerak terdapat dua daya lagi
yaitu daya pendorong (al-baitsah) dan 2) daya berbuat (al-fa'ilah). Hubungan
antara daya pertama dengan daya kedua sebagaimana hubungan daya potensi dan
aktus, tetapi keduanya bersifat potensial sebelum mencapai aktualisasinya. Yang
pertama merupakan kemauan dan yang kedua merupakan kemampuan. Dengan
jelas pemikirannya ini bersumber dari Aristoteles, yang sebelumnya juga telah
dikembangkan filsuf Islam pendahulunya yaitu Al Ghazali.
Ketiga, jiwa rasional (al-nafs al-natiqah). Mempunyai dua daya yakni daya
praktis (al-'amilah) dan daya teoritis (al-alimah). Daya praktis berfungsi
menggerakkan tubuh melalui daya--daya jiwa sensitive / hewani sesuai dengan
tuntutan pengetahuan yang dicapai oleh akal teorities. Akal praktis merupakan
saluran yang menyampaikan gagasan akal teoritis kepada daya penggerak
Tuhan adalah " a necessary existence in itself," sementara alam adalah 'a
necessary existence' karena Tuhan." Yang pertama lebih mulia dari pada yang
kedua. Artinya, derajad alam lebih rendah dari Tuhan. Alasannya, karena waktu
tidak ada sehingga kalau berbicara eksistensi maka hanya dibedakan oleh derajad
perwujudannya saja.
2.8.2. Ibnu Rushd dan Ajarannya
Nama lengkapnya Abu Walid Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd
dilahirkan di Cordova sebuah kota di Andalus (Vandalus) tahun 1126, dan
meninggal 1198. Popular dengan nama Ibnu Rushd, yang di Barat ia dikenal
dalam nama Latin Averroes. Ia hidup pada periode puncak abad pertengahan.
Kalau pada periode ini Aristoteles diakui sebagai filsuf utama, maka Ibnu Rushd
19

disebut sebagai komentator utamanya. Proyek filsafatnya berpusat pada upaya


untuk mengharmoinisasi ajaran Islam dan Filsafat.
Ajaran tentang akal budi. Dengan merujuk Aristoteles, Rushd
mengajarkan bahwa akal budi adalah 'the first intellect.' Ungkapan terkenal untuk
menggambarkan pemikiran Ibnu Rushd adalah, "Alquran memuat wahyu yang
oleh Allah sendiri disampaikan kepada manusia, sedangkan filsafat Aristoteles
adalah kebenaran tertinggi." Dalam ungkapannya sendiri terlihat lebih menukik,
"berkat penyelenggaraan ilahi, Sang Filsuf Agung Aristoteles tampil dalam
panggung sejarah umat manusia untuk membantu manusia mengetahui apa yang
perlu diketahuinya. Filsafat adalah sahabat putri dari agama dan saudarinya
sesusu."
Apabila Alquran mengajarkan sesuatu yang sama dengan akal budi (sesuai ajaran
Aristoteles) maka itu mutlak benar. Tetapi, apabila yang diajarkan itu
bertentangan dengan akal budi, maka ayat-ayat Alquran itu harus ditafsirkan
menurut makna yang dapat diterima oleh akal budi Aristotelian.
Bagi Ibnu Rushd, Allahnya Aristoteles, yaitu "the first unmove mover," adalah
juga Allah sebagaimana diajarkan Alquran, yaitu Allah Maharahim. Keduanya
merupakan satu prinsip abadi yang dengan kehendak Allah menggerakkan segala
sesuatu di dalam dunia materi dari kekal hingga kekal. Namun, sebagai penggerak
utama, Tuhan hanya pencipta gerakan awal, kemudian gerak-gerak selanjutnya
diciptakan oleh akal-akal selanjutnya.
Mengikuti pandangan Aristoteles Ibnu Rushd mengajarkan bahwa Tuhan
hanya mengetahui keberadaan-Nya sendiri. Ini merupakan keniscayaan agar
Tuhan tetap terjaga keesaan-Nya, sebab bila Tuhan mengetahui keberagaman
segala sesuatu akan berarti Tuhan juga mempunyai keberagaman dalam diri-Nya.
Dengan demikian ajaran ini meletakkan Tuhan semata-mata berada dalam zat-Nya
sendiri dan tidak ada yang lain. Ini dapat dibandingkan dengan ajaran Arsitoteles
bahwa "Tuhan" adalah actus murni yang tidak tergantung, termasuk tidak
menyebabkan, apa pun di luar dirinya.
Tentang muasal Alam, Ibnu Rushd berpandangan bahwa alam berlangsung
tanpa permulaan. Dengan demikian bagi Ibnu Rusyd ada dua hal yang bersifat
azali, yaitu Tuhan dan alam. Hanya saja keazalian Tuhan berbeda dari keazalian
20

alam dari segi kederajadannya. Keazalian Tuhan lebih utama atau lebih tinggi
derajadnya dari keazalian alam. Ibnu Rusyd berargumen sebagai berikut:
Seandainya alam ini tidak azali, ada permulaannya maka mesti ada yang
menjadikannya, dan yang menjadikannya itu harus ada pula yang menjadikannya
lagi, demikianlah seterusnya tanpa ada habis-habisnya. Padahal keadaan berantai
seperti itu tidak ada putusnya sehingga tidak dapat diterima akal pikiran.
Mengikuti tradisi berpikir Yunani, Ibnu Rushd mengindentifikasi lima hal yang
perlu dimiliki seseorang yang ingin mendalami filsafat:
Pertama, bakat alam. Orang yang ingin mendalami filsafat harus punya bekal awal
yaitu nalar. Ingat, Platon misalnya mempersyaratkan kemampuan matematika
sebagai dasar mempelajari filsafat.Kedua, tertib. Seorang yang ingin berhasil
menjadi filsuf harus mempelajari filsafat secara sistematis dan berurutan, agar
tidak ada kerancuan-kerancuan.
Ketiga, objektivitas, yaitu kejujuran mengatakan benar dan tidak pada
sebuah pemikiran. Ketika mendapatkan satu kebenaran dalam suatu pemikiran
katakanlah itu kebenaran, tanpa mengurangi atau melebihkan.
Keempat, keteguhan pendapat. Ketika seorang filsuf mendapatkan kepastian
dalam pemikirannya, maka sikap yang patut adalah mempertahankan
pemikirannya itu dengan sungguh. Dalam kamus seorang filsuf tidak ada yang
namanya kemunafikan pemikiran. Ketika ia menyatakan kebenaran satu hal maka
ia harus mempertahankannya mati-matian.
Kelima, keutamaan akhlak. Seseorang yang ingin mendalami filsafat harus
benar-benar meniatkan dirinya untuk fokus hanya pada pengetahuan dan
kebaikan.Umum mengakui, bahwa masa sebelum Ibnu Rushd ajaran filsafat
Platon sangat mendominasi, termasuk tentu saja Plotinus. Itu juga terlihat pada
corak filsafat Ibnu Sina. Pada masa itu, pemikiran-pemikiran filsafat Aristoteles
dianggap (oleh gereja) sesat karena lebih dominan mengajarkan kekuatan akal
budi manusia (rasio).
Sejak Ibnu Rushd, periode Aristoteles mengambil alih peran. Artinya, corak
filsafat setelah Rushd lebih bersifat Aristotelian. Karena itu, Ibnu Rushd dianggap
'meng-Islam-kan' Aristoteles.
21

Berkat perannya yang luar biasa itu, karya-karya Aristoteles diterjemahkan


ke bahasa Latin sehingga orang-orang Eropa mulai mengenal dan memahami
Aristoteles dengan lebih baik dan tidak bertahan dalam kesalahpahaman terhadap
Aristoteles. Tidak hanya di situ, peran terpenting Ibnu Rushd lainnya adalah
membersihkan pemikiran-pemikiran Aristoteles dari campuraduk dengan
pemikiran-pemikiran Plotinus dan Platon yang dilakukan oleh murid-muirid
Plotinus.
Namun, harus diakui sekali lagi, betapapun Ibnu Sina dan Ibnu Rushd
'mengangkat derajad' para pemikir filsafat Arab, akar pemikiran filsafatnya
menancap kuat pada filsafat Yunani, khususnya Aristoteles (Ibnu Rushd). Karena
itu, sejumlah komentator menyebut Ibnu Rushd sebagai filsuf Yunani yang
berbahasa Arab. Apa pun itu, pemikiran dan peran Ibnu Rushd dalam sejarah
filsafat dunia tidak dapat diabaikan. Sebagai catatan, bahan ini hanya bersifat
pengantar untuk diskusi singkat, sehingga tidak memuat seluruh kekayaan
berpikir kedua filsuf besar ini, disamping kenyataan bahwa saya tidak pernah
mempelajari secara khusus dan mendalam terhadap ajaran keduanya.
Harap diperhatikan, bahwa pergeseran dari corak filsafat Platonian (yang
bersifat metafisik dan 'tuhani') pada periode kedua abad pertengahan ke filsafat
Aristotelian di periode puncak atau akhir, nampaknya, meski tanpa disengaja,
merupakan sebuah pengkondisian ke arah kebangkitan akal budi yang
'membunuh' induknya. Pengkondisian ini membuka jalan masuk ke periode
renaissance dan pencerahan (aufklarung) sebagai gerbang menuju Filsafat
Modern.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Pada Abad
PertengahanDi beberapa wilayah kekuasaan islam di abad pertengahan dalam
ilmu pengetahuan dan kebudayaan mengalami perkembangan. Salah satunya di
masa Kerajaan Mongol yang banyak dibangun sekolah-sekolah yang banyak
mengajarkan ilmu pengetahuan, kebudayaan, filsafat, logika, geomoteri, sejarah,
geografi, matermatika, dan politik.
Di wilayah mesir, banyak terjadi perkembangan ilmu pengetahuan seperti sejarah,
astronomi, matematik, dan ilmu-ilmu agama yang luas. Dalam sejarah tercatat,
22

terdapat nama-nama besar seperti Ibnu Khalikan, Ibnu Khaldun, dan Ibnu
Taghribardi.
Di dalam bidang astronomi dikenal nama Nasir Al dan Al Tusi. Di bidang
matematika Abu Faraj Al’Ibry. Bidang kedokteran : Abu Al Hasan, Ali Al Nafis
yaitu penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia. Dalam
budang ophtamologi dikenal nama salah Salaahuddin bin Yusuf yang terkenal
juga Ibnu Taimiyah yang terkenal dalam bidang keagamaan.
Pada masa pemerintahan Mamud Ghazan yang merupakan raja ketujuh Dinasti
Ilkhania membangun perguruan tinggi untuk mahdzab ulama Syafii dan Hanafi,
perpustakaan besar, observatorium, dan gedung-gedung lainnya yang memiliki
fungsi besar untuk ummat saat itu.
Di masa Kerajaan Syafawi, Ilmu pengetahuan dan teknologi juga berkembanga
besar, diantaranya adalah ilmuwan-ilmuwan sebagai berikut :
Baha Al Din Al Syaerazi adalah Generalis ilmu pengetahuan Sadar Al Din Al
Syaerazi seorang Filosof Muhammad Baqir Ibnu Muhammad Damad seorang
Filosof, sejarah, teolog, dan observer lebah Pada abad pertengahan juga terdapat
cendekiawan muslim seperti An Nuwairy, Ibnu Fadlullah, dan Jalaluddin As
Suuyuti yang berhasil membuat buku yang berjudul Mausu’at yang berisi tentang
sekumpulan berbagai ilmu pengetahuan.
Dalam hal keagamaan, di Abad pertengahan terdapat berbagai karya yang dibuat
oleh ulama-ulama india berupa kitab yang memuat tentang kumpulan fatwa dari
Mazhab Hanafi. Buku ini dibuat atas permintaan Sultan Abu Al Muzaffar
Muhyidin yang dikenal dengan sebutuan Kitab Al Alfatwa Al Alamgariyah.
Ulama besar lainnya ada di Mesir saat pemerintahan Mamluk. Terdapat ulama-
ulama besar seperti Ibnu Hajar Al Asqalani, Ibnu Khuldun, Ibnu Hajar, dsb. Ibnu
Hajar memiliki karya buku dengan judul Fath Al Baru fi Syarh Al Bukhari.
Sedangkan Ibnu Khaldun adalah sejarawan dan ahli sosiologi islam.
Ulama besar lainnya di abad pertengahan seperti Ibnu Katsir, Imam Nawawi, dan
Jalaluddin Al Mahali beserta Jalaluddin Assuyuti. Semuanya adalah ulama
tersohor dari Abad pertengahan yang terkenal dan karyanya sangat digunakan
hingga asaat ini.
23

2.7. Perkembangan Kebudayaan Islam


Perkembangan kebudayaan islam di abad pertengahan muncul beberapa
diantaranya adalah terlihat dari beberapa bangunan dan arsitektur yang dibangun
disana seperti, Masjid Al Muhamadi, Masjid Agung Sulaiman, Masjid Abi Ayyub
Al Ansari disertai dengan kaligrafi dan ukiran yang indah. 235 bangunan oun
dibangun dan diatur oleh Sinan yang merupakan seorang arsitek dari Anatolia di
Masa Kerajaan Usmani.
Adapun di abad pertengahan muncul nama-nama sastrawan yang hidup dan
berakrya di masanya, diantaranya adalah :
Fuzuli dengan karya yang berjudul Shikeyetname atau pengasuan, tinggal di Irak
Jalaluddin Ar Rumiyang, yang membuat puisi 33.000 bair dan dibuat dalam
waktu 10 tahun Sa’adi Syuraj dari Persia, dengan karya Bustan dan Kebun
Fariduddin Al Attar, dengan karyanya Mantiq At Tair atau Musyawarah Bunga
Hamzah Fansuri, Nuruddin Ara Raininir, dan Syamsudin Pasari, Sunan Kalijaga,
Sunan Bonang Hikmah dari Perkembangan Islam Abad Pertengahan Ada
beberapa hikmah yang bisa diambil dari perkebangan islam di abad pertengahan.
Hal ini untuk menjadikan kita belajar dari sejarah di masa lalu dan meperbaiki
kesalahan atau kekurangannya di masa yang akan datang.
2.8. Pengunaan Akal dan Ilmu Pengetahuan
Penggunaan akal dan ilmu pengetahuan sangat dibuka dan didukung.
Untuk itu pengetahuan dan teknologi sangat berkembang. Tidak dibatasi oleh
ilmu apapun, namun ilmu yang bermanfaat dan menunjang hingga hari ini bisa
kita dapatkan dari banyak sumbangsih dari ulama di Abad Pertengahan.
Islam dan ilmu pengetahuan adalah satu kesatuan. Contohnya saja
bagaimana tentang proses penciptaan manusia dalam Al-Quran tidak bertentangan
dengan Ilmu Biologi. Padahal, ilmu biologi baru lahir jauh setelah Al-Quran
turun. Tentu membuktikan bahwa islam bukan agama yang jauh dari kebenaran
ilmu.
Kemajuan suatu ummat atau bangsa tidak akan terjadi tanpa adanya keluluasan
akal dan ilmu pengetahuan yang digunakan dan dikembangkan. Tujuan hidup
menurut islam manusia adalah sebagai khalifah fil ard. Konsep manusia dalam
islam dan hakikat manusia menurut islam adalah untuk mengabdi dan
24

membangun bumi-nya dengan sebai-baik kondisi. Tanpa penggunaan akal dan


ilmu pengetahuan maka hal ini sulit untuk dilakukan.
2.8.1. Dukungan Pemimpin di Masa Tersebut
Adanya dukungan pemimpin di masa tersebut membuat islam dan
perkembangan pengetahuan bisa berkembang sebagaimana yang telah dijelaskan
di atas. Untuk itu, sangat penting adanya elaborasi antara pemimpin dan hubungan
yang baik dengan masyarakat untuk menghasilkan karya-karya spekakuler yang
luar biasa besar.
2.8.2. Masalah Sosial dan Politik
Masalah sosial dan politik tentunya adalah hal yang mengahcnrukan atau
memudarkan kejayaan islam di masa tersebut lembat waktu demi waktu. Adanya
berbagai kepentingan golongan, kerajaan, dan friksi-friksi yang terjadi di
masyarakat membuat akhirnya kemunduruan islam terjadi. Hikmah besar adalah
kepentingan islam adalah kepentingan bersama dan universal. Adanya kerajaan
dan kepentingan perseorangan atau kelompok bukanlah di atas segalanya
melainkan hal yang harus di nomer duakan.
Di masa kini islam tengah berkembang sebagaimana ada Perkembangan
Islam di Inggris, Islam di Amerika, dan terdapat banyak kisah Mualaf yang lahir
disana. Untuk itu perkembangan islam di abad kapanpun dan di daerah manapun
hendaknya masuk dalam tujuan pendidikan islam, agar umat islam mengenal
sejarahnya lebih mendalam dan mengambil hikmah yang sebanyak-banyaknya.
Kerajaan Islam Turki Ustmani
Kerajaan yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan islam di abad ini
adalah terdapat di Kerajaan Islam Turki Ustmani.Kerjaan ustmani adalah salah
satu kerajaan islam yang didirikan oleh bangsa Turki dari Kabilah Oghuz yang
berada dalam wilayah Mongol dan daerah utara negeri China yang bernama
Usmani atau Usmani Idan. Mereka memploklamirkan diri sebagai Raja besar
keluarga Usman pada tahun 1300 M (699 H). Kerajaan ini selanjutnya
memperluas wilayah kekuasaannya ke benua Eropa dan menyerang daerah
Byzantium (Kota Boressa, 1317 M) setelah tahun 1326 dijadikan sebagai Ibukota
Negara.
25

Di masa kerajaan Orkhan, kerajaan usmani menaklukkan amir pada tahun 1327
M, Tahawasyanly, tahun 1330 M, uskandar tahun 1338 M, Ankara 1354 M, dan
Galipoli tahun 1356 M. Wilayah tersebut adalah bagian benua Eropa yang
ditaklukkan Kerajaan Usmani.
Dalam beberapa abd, kerajaan Usmani, dalam beberapa abad, dipandang
sebagai negara yang kuat terutama dalam sektor militer. Kemajuan kerajaan
usmani adalah banyak dalam bidang pemerintahan dan kemiliteran, ilmu
pengetahuan dan budaya, pembanguan masjid-masjid, sekolah, rumah sakit,
gedung, jembatan, saluran air, pemandian umum, dan agama yang didominasi
oleh fatwa atau pemikiran ulama dan menjadi hukum yang berlaku.
Di masa pemerintahan Sultan Al Qanuni, kerajaan usmani mengalami
masa kemunduran yang dipengaruhi oleh beberapa problem. Diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Keheterogenan Penduduk Turki
2. Tidak dapat menguasai wilayah yang luas
3. Lemahnya kepemimpinan
4. Lemahnya moral pada masyarakat islam
5. Krisis ekonomi
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang berkembang sebagaimana
sebelumnya
26

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Zaman pertengahan ialah zaman dimana Filsafat Abad Pertengahan dicirikan
dengan adanya hubungan erat antara agama Kristen dan filsafat. Dilihat secara
menyeluruh, filsafat Abad Pertengahan memang merupakan filsafat Kristiani.
Para pemikir zaman ini hampir semuanya klerus, yakni golongan rohaniwan atau
biarawan dalam Gereja Katolik (misalnya uskup, imam, pimpinan biara, rahib),
minat dan perhatian mereka tercurah pada ajaran agama kristiani.
filsafat Skolastik adalah filsafat yang mendominasikan kepada ilmu
pengetahuan, berfikir dan yang dipengaruhi oleh ajaran ajaran yang
mempengaruhi persoalan persoalan berpikir seseorang .Filsafat Skolastik muncul
pada abad ke-8 Masehi setelah pemikiran filsafat patristik mulai merosot pada
abad ke-5 hingga ke-7. Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya filsafat
Skolastik adalah faktor religius dan faktor ilmu pengetahuan.
27

DAFTAR PUSTAKA

Rizal Mustansyir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009)


cet. Kesembilan. hlm. 67

Surajiyo, Ilmu Filsafat Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005)


cet. Pertama. hal.157

Handiwijono harun.sari sejarah filsafat barat.yogyakarta.kanisius.1980.hal.87.

Burhanuddin salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)


cet. Ketiga. hlm. 191

Surajio, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta, Bumi Aksara: 2005), hlm.
157Prof. Dr.wiramihardja sutardjo.pengantar
filsafat.bandung.refika aditama.2006.hal.55.

Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 1999),
Cet. I, h. 80-81

Gaarder, Jostein, 2016, Dunia Sophie Sebuah Novel Filsafat, (Alihabahasa oleh
Rahmani Astuti), Penerbit Mizan

Simon P.L.Tjahjadi, 2004, Petualangan Intelektual Konfrontasi dengan Para Filsuf


dari Zaman Yunani hingga Zaman Modern, Penerbit Kanisius

Anda mungkin juga menyukai