Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Sistem Akuntansi pada Penghimpunan Dana dan Pembiayaan di


Perbankan Syariah
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Operasional Perbankan Syariah

Dosen pengampu : Nurul Fitriandari, M.M

Disusun oleh :

1. Muhammad Naufal Inzaghi Ma’fi (2019143290334)


2. Ainul Yaqin (2019143290310)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) ATTANWIR

TALUN SUMBERREJO BOJONEGORO

2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan
kita nabi Muhammad SAW yang kita nati-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada


dosen pembimbing mata kuliah Operasional Perbankan Syariah kami Ibu Nurul
Fitriandari, M.M yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kai mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, Supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian,
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bojonegoro, 11 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. PEMBIAYAAN MODAL KERJA........................................................6


B. PEMBIAYAAN INVESTASI...............................................................12
C. PEMBIAYAAN KONSUMTIF.............................................................14
D. CONTOH-CONTOH PERHITUNGAN PRAKTIS..............................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
fasilitas penyediaandana untuk mememenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan defisit unit. Menurut sifat peggunaannnya, pembiayaan dapat
dibagi menjadi dua hal berikut:
1. Pembiayaan produktif
yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik
usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
2. Pembiayaan konsumtif
yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhankonsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi
kebutuhan.

Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi


dua hal berikut :

1. Pembiayaan modal kerja


yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan; (a) peningkatan
produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi,
maupun secarakualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu
hasilproduksi; dan (b) untuk keperluan perdagangan atau
peningkatan utility of place dari suatu barang.
2. Pembiayaan investasi
yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal
(capitalgoods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan
itu.Secara umum
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian CONTOH-CONTOH PERHITUNGAN
PRAKTIS?

4
2. Apa itu PEMBIAYAAN INVESTASI?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui CONTOH-CONTOH PERHITUNGAN PRAKTIS
2. Untuk mengetahui PEMBIAYAAN INVESTASI

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMBIAYAAN MODAL KERJA


Unsur-unsur mdal kerja terdiri atas komponen-komponen alat likuid
(cash), piutangdagang (receivable), dan persediaan (inventory) yang
umumnya terdiri atas persediaan bahan baku (raw material), persediaan
barang dalam proses (work in process), dan persediaan barang jadi
(finished goods). Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja merupakan
salah satu ataukombinasi dari pembiayaan likuiditas (cash financing),
pembiayaan piutang (receivablefinancing), dan pembiayaan persediaan
(inventory financing).
Bank konvensional memberikan kredit modal kerja tersebut, dengan
cara memberikan pinjaman sejumlah uang yang dibutuhkan untuk
mendanai seluruh kebutuhan yang merupakankombinasi dari komponen-
komponen modal kerja tersebut, baik untuk keperluan produksimaupun
perdagangan untuk jangka waktu tertentu, dengan imbalan berupa bunga.
Bank syariah dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal
kerja tersebut bukandengan meminjamkan uang, melainkan dengan
menjalin hubungan partnership dengan nasabah,dimana bank bertindak
sebagai penyandang dana (shahibul maal), sedangkan nasabah sebagai
pengusaha (mudharib). Skema pembiayaan semacam ini disebut dengan
mudharabah (trustfinancing). Fasilitas ini dapat diberikan untuk jangka
waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagisecara periodik dengan nisbah
yang disepakati. Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan jumlah
dana tersebut beserta porsi bagi hasil (yang belum dibagikan) yang
menjadi bagian bank.
1. Pembiayaan Likuiditas (Cash Financing)
Pembiayaan ini pada umumnya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan yang timbulakibat terjadinya ketidaksesuaian (mismatched)
antar cash inflow dan cash outflow pada perusaahn nasabah. Fasilitas

6
yang biasanya diberikan oleh bank konvensional adalah
fasilitascerukan (overdraft facilities) atau yang biasa disebut kredit
rekening koran. Atas pmberianfasilitas ini, bank memperoleh imbalan
manfaat berupa bunga atas jumlah rata-rata pemakaiandana yang
disediakan dalam fasilitas tersebut.Bank syariah dapat menyedi akan
fasilitas semacam itu dalam bentuk qara’h timbal balik atau yang
disebut compensating balance. Melalui fasilitas ini, nasabah harus
membuka rekening giro dan bank tidak memberikan bonus atas giro
tersebut. Bila nasabah mengalami situasimismatched, nasabah dapat
menarik dana melebihi saldo yang tersedia sehingga menjadi negative
sampai maksimum jumlah yang disepakati dalam akad. Atas fasilitas
ini, bank tidak dibenarkan meminta imbalan apapun kecuali sebatas
biaya administrasi pengelolaan fasilitas tersebut.
2. Pembiayaan Piutang (Receivable Financing)
Kebutuhan pembiayaan ini timbul pada perusahaan yang menjual
barangnya dengankredit, tetapi baik jumlah maupun jangka waktunya
melebihi kapasitas modal kerja yangdimilikinya. Bank konvensional
biasanya memberikan fasilitas berupa hal-hal berikut:
a. Pembiayaan Piutang (Receivable Financing)
Bank memberikan pinjaman dana kepada nasabah untuk
mengatasi kekurangan danakarena masih tertanam dalam piutang.
Atas pinjaman itu, bank meminta cessie atas tagihannasabah
tersebut. Pada dasarnya, nasabah berkewajiban untuk menagih
sendiri piutangnya. Akantetapi, bila bank merasa perlu dengan
menggunakan cessie tersebut, bank berhak untuk menagih
langsung pada pihak yang berhutang. Hasil penagihan tersebut
pertama-tama digunakan untukmembayar kembali pinjaman
nasabah berikut bungannya dan selebihnya dikreditkan ke
rekeningnasabah. Bila ternyata piutang tersebut tidak tertagih,
nasabah wajib membayar kembali pinjaman tersebut berikut
bunganya kepada bank.

7
b. Anjak Piutang (Factoring)
Fasilitas ini diberikan oleh bank dalam bentuk
pengambilalihan piutang nasabah.Untuk keperluan tersebut,
nasabah mengeluarkan draf (wesel tagih) yang diaksep oleh
pihakyang berhutang atau promissory notes (promes) yang
diterbitkan oleh pihak yang berhutang,kemudian di-endors oleh
nasabah. Draf atau promes tersebut lalu dibeli leh bank dengan
diskon sebesar tingkat bunga yang berlaku atau disepakati untuk
jangka waktu yang tertera pada drafatau promes tersebut. Bila saat
jatuh tempo draf atau promes tersebut ternyata tidak
tertagih,nasabah wajib membayar kepada bank sebesar nilai
nominal draf tersebut.
Bagi bank syariah, untuk kasus pembiayaan piutang seperti
tersebut diatas hanyadapat dilakukan dalam bentuk al-qardh
dimana bank tidak boleh meminta imbalan kecuali
biayaadministrasi. Untuk kasus anjak piutang, bank dapat
memberikan fasilitas pengambilalihan piutang, yaitu yang disebut
hiwalah. Akan tetapi, untuk fasilitas ini pun bank tidak dibenarkan
meminta imbalan kecuali biaya layanan atau biaya administrasi dan
biaya penagihan. Dengan demikian, bank syariah meminjamkan
uang (qardh) sebesar piutang yang tertera dalam dokumen piutang
(wesel tagih atau promes) yang diserahkan kepada bank tanpa
potongan. Hal itu adalah bila ternyata pada saat jatuh tempo, hasil
tagihan itu digunakan untuk melunasi utang nasabah kepada bank.
Akan tetapi bila ternyata piutang tersebut tidak tertagih, nasabah
harus membayar kembali utangnya itu kepada bank. Selain itu,
sebagian ulama memberikan jalan keluar berupa pembelian surat
utang (bai’ ad-dayn), tetapi sebagian ulama melarangnya.
c. Pembiayaan persediaan (inventory Financing)
Pada bank konvensional dapat kita jumpai adanya kredit modal
kerja yang dipergunakan untuk mendanai pengadaan persediaan

8
(inventory financing). Pola pembiayaan ini pada prinsipnya sama
dengan kredit untuk mendanai komponen modal kerja lainnya,
yaitumemberikan pinjaman dengan bunga.
Bank syariah mempunyai mekanisme tersendiri untuk
memenuhi kebutuhan pendanaan persediaan tersebut, yaitu antara
lain dengan menggunakan prinsip jual-beli (al-ba’i) dalam dua
tahap. Tahap pertama, bank mengadakan (membeli dari supplier
secara tunai) barang-barangyang dibutuhkan oleh nasabah. Tahap
kedua, bank menjual kepada nasabah pembeli dengan pembayaran
tangguh dan dengan mengambil keuntungan yang disepakati
bersama antara bankdan nasabah. Ada beberapa skema jual-beli
yang dipergunakan untuk meng-approach kebutuhan tersebut, yaitu
sebagai berikut:
1) Ba’i al-Murabahah
Pembiayaan pendanaan dalam usaha produksi terdiri atas
biaya pengadaan bahan baku dan penolong. Melalui proses
produksi, bahan baku tersebut akan menjadi barang setengah
jadi, kemudian menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Bila
barang jadi itu dijual dengankredit, ia berubah menjadi piutang
dan melalui proses collection akan berubah menjadi
kaskembali.
Pembiayaan ini juga dapat diberikan kepada nasabah yang
hanya membutuhkan danauntuk pengadaan bahan baku dan
bahan penolong. Semetara itu, biaya proses produksi dan
penjualan, seperti upah tenaga kerja, biaya pengepakan, biaya
distribusi, serta biaya-biaya lainnya, dapat ditutup dalam
jangka waktu sesuai dengan lamanya perputaran modal kerja
tersebut, yaitu dari pengadaan persediaan bahan baku sampai
terjualnya hasil produksi dan hasil penjualan diterima dalam
bentuk tunai (cash).
2) Ba’i al-Istishna’

9
Bila nasabah juga membutuhkan pembiayaan untuk proses
produksi sampaimenghasilkan barang jadi, bank dapat
menghasilkan fasilitas ba’i al -istishna’. Melalui fasilitasini,
bank melakukan pemesanan barang dengan harga yang
disepakati kedua belah pihak(biasanya sebesar biaya produksi
ditambah keuntungan bagi produsen, tetapi lebih rendah
dariharga jual)dan dengan pembayaran di muka secara
bertahap, sesuai dengan tahap-tahap proses produksi. Setiap
selesai satu tahap, bank meneliti spesifikasi dan kualitas work
in process tersebut, kemudian melakukan pembayaran untuk
proses tahap berikutnya, sampai tahap akhirdari proses
produksi tersebut hingga berupa bahan jadi. Dengan demikian,
kewajiban dantanggung jawab pengusaha adalah keberhasilan
proses produksi tersebut sampai menghasilkan barang jadi
sesuai dengan kuantitas dan kualitas sesuai dengan yang telah
dijanjikan. Bila produksi gagal pengusaha berkewajiban
menggantinya, apakah dengan cara memproduksi lagiataupun
dengan cara membeli dari pihak lain.
Setelah barang selesai, produk tersebut statusnya menjadi
milik bank. Tentu saja banktidak bermaksud membeli barang
itu untuk dimiliki, melainkan untuk segera dijual
kembalidengan mengambil keuntungan. Pada saat yang kurang
lebih bersamaan dengan proses pemberian fasilitas ba’i al -
istishna’ tersebut, bank juga telah mencari potential purchaser
dari produk yang dipesan oleh bank tersebut. Dalam
praktiknyam potential purchaser tersebut telahdiperoleh
nasabah. Kombinasi pembelian dari nasabah prodesen dan
penjualan kepada pihak pembeli itu mengahasilkan skema
pembiayaan berupa istishna’ pararel atau istishna’ wal -
murabahah, dan bila hasil produksi tersebut disewakan,
skemanya menjadi istishna’ wal -ijarah.Bank memperoleh

10
keuntungan dari selisih harga beli (ishtishna’ ) dengan harga
jual (murabahah)atau dari hasil sewa (ijarah)
3) Ba’i as-Salam
Untuk produksi yang prosesnya tidak dapat diikuti,seperti
produksi pertanian, bankdapat memberikan fasilitas ba’i as -
salam. Melalui fasilitas ini, bank melakukan pemesanan barang
kepada nasabah dengan pembayaran dimuka secara sekaligus
dan nasabah berkewajiban mengirim barang tersebut pada
tanggal yang disepakati dalam kotrak. Pada waktu yang
bersamaan, bank dapat mencari pembeli atas produk tersebut.
Kombinasi ini disebut salam pararel.

d. Pembiayaan Modal kerja untuk Perdagangana.


1) Perdagangan Umum
Perdagangan umum adalah perdagangan yang dilakukan
dengan target pembeli siapasaja yang datangg membeli barang-
barang yang telah disediakan di tempat penjual, baik pedagang
eceran (retailer) maupun pedagang besar (whle seller). Pada
umumnya, perputaran modal kerja (working capital turn over)
perdagangan semacam ini sangat tinggi, tetapi pedagang harus
mempertahankan sejumlah persediaan yang cukup karena
barang-barang yang dijual itu sebatas jumlah persediaan yang
ada atau telah dikuasai penjual.
2) Perdagangan Berdasarkan Pesanan
Perdagangan ini biasanya tidak dilakukan atau diselesaikan
di tempat penjual, yaitu seperti perdagangan antarkota, antar
pulau, atau antarnegara. Pembeli terlebih dulu memesan
barang-barang yang dibutuhkan kepada penjual berdasarkan
contoh barang atau daftar barangserta harga yang ditawarkan.
Biasanya, pembeli hanya akan membayar apabila barang-

11
barangyang dipesan telah diterimanya. Hal ini untuk
menghindari kemungkinan risiko akibat tidak mampuan
penjual memenuhi pesanan atau ketidaksesuaian jumlah dan
kualitas barangyang dikirimkan dengan spesifikasi yang
dimaksud dalam surat penawaran atau pemesanan.Berdasarkan
pesanan itu, penjual lalu mengumpulkan barang-barang yang
dimintadengan cara membeli atau memesan, baik dari produsen
atau pedagang lainnya. Setelahterkumpul barulah dikirimkan
pada pembeli sesuai pesanan. Apabila barag telah dikirim,
penjual juga menghadapi risiko tidak dibayarnya barang yang
dikirimnya itu.
B. PEMBIAYAAN INVESTASI

Pembiayaan investasi diberikan kepada para nasabah untuk keperluan


investasi, yaitukeperluan penambahan modal guna mengadakan
rehabilitasi, perluasan usaha, ataupun pendirian proyek baru.

Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah :

1. Untuk pengadaan barag-barang modal


2. Mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah
3. Berjangka waktu menengah dan panjang

Pada umumnya, pembiayaan investasi diberikan dalam jumah besar


dan ingin dapannya cukup lama. Oleh karena itu, perlu disusun proyeksi
arus kas (projected cash flow) yang mencakup semua komponen biaya dan
pendapatan sehingga akan dapat diketahui berapa danayang tersedia
setalah semua kewajiban terpenuhi. Setelah itu, barulah disusun jadwal
amortisasi yang merupakan angsuran (pembayaran kembali) pembiayaan.

Penyusunan proyeksi arus kas ini harus disertai pula dengan perkiraan
keadaan-keadaan padamasa yang akan dating, mengingat pembiayaan
investai memerlukan waktu yang cukup panjang.Untuk
memperkirakannya perlu diadakan perhitungan dan penyusunan proyeksi

12
neraca dan rugilaba (projected balance sheet and projected income
statement ) selama jangka waktu pembiayaan. Dari perkiraan itu akan
diketahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba(earning power
) dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya ( solvency).

Melihat luasnya aspek yang harus dikelola dan dipantau maka untuk
pembiayaan investasi bank syariah menggunakan skema musyarakah
mutanaqishah Dalam hal ini, bank memberikan pembiayaan dengan
prinsip penyertaan, dan secara bertahap bank melepaskan penyertaannya
dan pemilik perusahaan akan mengambil alih kembali, baik dengan
menggunakan surplus cash flowyang tercipta maupun dengan menambah
modal, baik yang berasal dari setoran pemegang sahamyang ada dengan
mengundang pemegang saham baru.

Skema lain yang dapat digunakan oleg bank syariah adalah al-ijarah
al-muntahiavbit-tamlik, yaitu dengan menyewakan barang modal dengan
opsi diakhiri dengan pemilikan. Sumber perusahaan untuk pembayaran
sewa ini adalah amortisasi atas barang modal yang bersangkutan,surplus
dan sumber-sumber lain yang dapat diperoleh perusahaan.

C. PEMBIAYAAN KONSUMTIF
Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk
memenuhi kebutuhankonsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Kebutuhan konsumsidapat dibedakan atas kebutuhan
primer (pokok atau dasar) dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer
adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang maupun berupa jasa. Adapun
kebutuhansekunder adalah kebutuhan tambahan, yang secara kuantitatif
maupun kualitatif lebih tinggi ataulebih mewah dari kebutuhan primer,
baik berupa barang maupun jasa.
Pada umumnya, bank konvensional membatasi pemberian kredit untuk
pemenuhan barang tertentu yang dapat disertai dengan bukti kepemilikan
yang sah, seperti rumah dankendaraan bermotor, yang kemudian menjadi
barang jaminan utama (main collateral). Adapununtuk pemenuhan

13
kebutuhan jasa, bank meminta jaminan berupa barang lain yang dapat
diikatsebagai sebagai collateral. Sumber pembayaran kembali atas
pembiayaan tersebut berasal darisumber pendapatan lain dan bukan dari
eksploitasi barang yang dibiayai dari fasilitas ini.
Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk
pemenuhan kebutuhan barang konsumsi dengan mengguanakan skema
berikut ini :
1. Al-bai’ bi tsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) atau jual beli
dengan angsuran.
2. Al-ijarah al-muntahia bit-tamlik atau sewa beli.
3. Al-musyarakah mutanaqhishah atau decreasing participation,
dimana secara bertahap bank menurunkan jumlah partisipasinya.
4. Ar-Rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa.Pembiayaan konsumsi
tersebut di atas lazim digunakan untuk pemenuhan
kebutuhansekunder. Adapun kebutuhan primer pada umumnya
tidak dapat dipenuhi dengan pembiayaankomersil. Seseorang yang
belum mampu memenuhui kebutuhan pokoknya tergolong fakir
ataumiskin. Oleh karena itu, ia wajib diberi zakat atau sedekah,
atau maksimal diberikan pinjaman kebajikan (al-qardh al-hasan),
yaitu pinjaman dengan kewajiban pengembalian pinjaman
pokoknya saja, tanpa imbalan apapun.
D. CONTOH-CONTOH PERHITUNGAN PRAKTIS
1. Al- Murabahah
Misalkan seorang nasabah ingin memiliki sebuah motor. Ia dapat
datang ke banksyariah dan memohon agar bank membelikannya.
Setelah diteliti dan dinyatakan dapat diberikan, bank membelikan
motor tersebut dan diberikan kepada nasabah. Jika harga motor
tersebut 4 jutadan bank ingin mendapat keuntungan 800.000,- selama 2
tahun, maka harga yang ditetapkankepada nasabah seesar 4.800.000,-.
Nasabah dapat mecicil pembayaran tersebut 200.000,- per bulan.
2. Bai’ as-salam

14
Seorang petani memerlukan dana sekitar 2 juta untuk menglah
sawahnya seluas satuhektar. Ia datang ke bank dan mengajukan
permohonan dana untuk keperluan itu. Setelah ditelitidan dinyatakan
dapat diberikan, bank melakukan akad bai’ as-salam dengan petani,
dimana bankakan membeli gabah, misalnya jenis IR dari petani untuk
jangka waktu 4 bulan sebanyak 2 tondengan harga 2 juta. Pada saat
jatuh tempo, petani harus menyetorkan gabah yang dimaksud kepada
bank. Jika bank tidak membutuhkan gabah untuk “keperluannya
sendiri”, bank dapat menjualnya kepada pihak lain atau meminta
petani mencarikan pembelianya dengan harga yanglebih tinggi,
misalnya 1.200,- per kilogram. Dengan demikian keuntungan bank
dalam hal iniadalah 400.000,- (200,- x 2000 kg).
3. Bai’ al-Istishna
Seseorang yang ingin membangun atau merenovasi rumah dapat
mengajukan permohonan dana untuk keperluan tersebut dengan cara
bai’ al -istishna’. Dalam akad bai’ al -istishna’, bank berlaku sebagai
penjual yang menawarkan pembangunan / renovasi rumah. Banklalu
membeli / memberikan dana, misalnya 30 juta secara bertahap. Setelah
rumah itu jadi, secara hukum Islam rumah / hasil renovasi rumah itu
masih menjadi milik bank dan sampaitahap ini akad istishna’
sebenarnya telah selesai. Karena bank tidak ingin memiliki
rumahtersebut, bank menjualnya kepada nasabah dengan harga dan
waktu yang telah disepakati,misalnya 39 juta dengan jangka watu
pembayaran 3 tahun. Dengan demikian, bank mendapatkeuntungan 9
juta.
4. Al-Mudharabah
Seorang pedagang yang memerlukan modal untuk berdagang dapat
mengajukan permohonan untuk pembiayaan bagi hasil seperti
mudharabah, dimana bank bertindak selaku shahibul maal dan nasabah
selaku mudharib. Caranya adalah dengan menghitung dulu perkiraan
pendapatan yang akan diperoleh nasabah dari proyek yang

15
bersangkutan. Misalnya dari modal 30 juta diperoleh pendapatan 5 juta
per bulan. Dari pendapatan ini harus disisihkan dahulu untuktabungan
pengembalian modal, misalnya 2 juta. Selebihnya dibagi antara bank
dengan nasabahdengan kesepakatan dimuka, misalnya 60% untuk
nasabah dan 40% untuk bank.
5. Musyarakah
Pak Usman adalah seorang pengusaha yang akan melaksanakan
suatu proyek. Usahatersebut membutuhkan modal sebesar 100 juta.
Ternyata setelah dihitung pak Usman hanyamemiliki 50 juta atau 50%
dari modal yang diperlukan. Pak Usman kemudian datang ke sebuah
bank syariah untuk mengajukan pembiayaan dengan skema
musyarakah. Dalam hal ini,kebutuhan terhadap modal sejumlah 100
juta dipenuhi 50% dari nasabah dan 50% dari bank.Setelah proyek
selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bagi hasil yang telah
disepakatiuntuk bank.Seandainya keuntungan dari proyek tersebut
adalah 20 juta dan nisbah atau porsi bagihasil yang disepakati adalah
50:50 (50% untuk nasabah dan 50% untuk bank), pada akhir proyek
pak Usman harus mengembalikan dana sebesar 50 juta (dana pinjaman
dari bank) ditambah 10 juta (50% dari keuntungan untuk bank).
6. Musyarakah Mutanaqishah
Nasabah dan bank berkongsi dalam pengadaan suatu barang
(biasanya rumah ataukendaraan), misalnya 30% dari nasabah dan 70%
dari bank. Untuk memiliki barang tersebut,nasabah harus membayar
kepada bank sebesar porsi yang dimiliki bank. Karena
pembayarannyadilakukan secara angsuran, penurunan porsi
kepemilikan bank pun berkurang secara proporsional sesuai dengan
besarnya angsuran. Barang yang telah dibeli secara kongsi tadi
baruakan menjadi milik nasabah setelah porsi nasabah menjadi 100%
dan porsi bank 0%

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
fasilitas penyediaandana untuk mememenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan defisit unit. Menurut sifat peggunaannnya, pembiayaan dapat
dibagi menjadi dua hal berikut:
-Pembiayaan produktif
-Pembiayaan konsumtif
B. SARAN
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna maka
dari itu diharapkan kepada pembaca mengkritik apabila ada kesalahan
untuk perbaikan makalah dikemudian hari.

Daftar Pustaka

Antonio, Muhammad Syafi’i.2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta:


Penerbit BukuAndalan,

17

Anda mungkin juga menyukai