Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANAJEMEN MODAL BANK SYARIAH

Makalah Ini Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Dana Bank Syariah

Dosen Pengampu : Gustika Nurmalia, M. Ek.

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Della Ratna Puri (2251020030)

Marselda Nurul Aini (2251020246)

Rizky Fadzkur Rahmatullah (2251020294)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Manajemen Modal Bank Syariah” tepat
pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Gustika Nurmalia selaku dosen
mata kuliah “Manajemen Dana Bank Syariah” atas bimbingan, pengarahan, dan kemudahan
yang telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka
dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Bandar Lampung, 19 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Fungsi Modal Bank Syariah ................................................................................ 3


B. Sumber Modal Bank Syariah .............................................................................. 5
C. Kecukupan Modal Bank Syariah ........................................................................ 8
D. Penerapan CAR dalam Bank Syariah ................................................................ 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik. Pada akhir tahun buku,
setelah dihitung keuntungannya yang didapat pada tahun tersebut, pemilik modal
akan memperoleh bagian dari hasil usaha yang biasa dikenal dengan deviden. Dana
modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan dan
sebagainya yang secara langsung tidak menghasilkan. Selain itu juga modal dapat
digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu disalurkan menjadi pembiayaan
yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan
kepada pemilik dana lainnya. Secara tradisional, modal didefenisikan sebagai
sesuatu yang mewakili kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan. Berdasarkan
nilai buku, modal didefenisikan sebagai kekayaan bersih (net worth) yaitu selisih
antara nilai buku dari aktiva dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban
(liabilities). Pemegang saham menempatkan modalnya pada bank dengan harapan
memperoleh hasil keuntungan dimasa mendatang. Dalam neraca terlihat pada sisi
pasiva bank, yaitu rekening modal dan cadangan. Rekening modal berasal dari setoran
para pemegang saham, sedangkan rekening cadangan berasal dari bagian keuntungan
yang tidak dibagikan kepada pemegang saham, yang digunakan untuk keperluan
tertentu, misalnya untuk perluasan usaha dan menjaga likuiditas karena adanya
kredit-kredit yang diragukan atau menjurus kepada macet.1

1
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah Edisi Revisi, Cet 4, (Jakarta : Pustaka Alvabet,
2006) 135

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa saja fungsi modal bank syariah?

2. Apa saja sumber modal bank syariah?

3. Bagaimana definisi kecukupan modal bank syariah?

4. Bagaimana penerapan CAR dalam bank syariah?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui fungsi modal bank syariah

2. Untuk mengetahui sumber modal bank syariah

3. Untuk mengetahui definisi kecukupan modal bank syariah

4. Untuk mengetahui penerapan CAR dalam bank syariah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fungsi Modal Bank Syariah

Modal bank syariah berfungsi sebagai penyalur dana yang dimana biasa
disebut dengan pembiayaan. Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah terbagi menjadi
beberapa prinsip yaitu berdasarkan prinsip jual beli, bagi hasil dan sewa. Pembiayaan
pada bank syariah sangat penting karena kegiatan pembiayaan ini merupakan salah
satu sarana untuk memperoleh keuntungan dan juga menjaga keamanan dana nasabah.
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang di biayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dalam penyaluran dana
bank syariah harus berpedoman pada perinsip kehati-hatian. Sehubungan dengan itu
bank diwajibkan meneliti secara seksama calon nasabah yang akan menerima
berdasarkan asas pembiayaan yang sehat agar pendapatan yang diterima dapat
optimal. Dalam penyaluran dana bank syariah harus berpedoman pada perinsip kehati-
hatian. Sehubungan dengan itu bank diwajibkan meneliti secara seksama calon
nasabah yang akan menerima berdasarkan asas pembiayaan yang sehat agar
pendapatan yang diterima dapat optimal. Pembiayaan merupakan salah satu tugas
pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
pihakpihak yang merupakan deficit unit.2

Berdasarkan pengertian di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa pembiayaan


merupakan pemberian pinjaman atau penyediaan dana yang diberikan kepada
peminjam atau yang dibiayainya dan pihak yang dibiayai tersebut wajib untuk
membayar atau mengembalikan tagihan tersebut pada jangka waktu tertentu sesuai
dengan kesepakatan dan dengan imbalan yang telah disepakati.

2
Dahlan Siamat, Manajemen lembaga keuangan: kebijakan moneter dan perbankan, (Jakarta : Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2005) 92

3
Pembiayaan memiliki beberapa fungsi diantaranya :

1. Memperoleh profit yang optimal.

2. Menyediakan aktiva cair dan kas yang memadai.

3. Menyimpan cadangan.

4. Mengelola kegiatan-kegiatan lembaga ekonomi dan kebijakan yang pantas bagi


orang yang bertindak sebagai pemelihara dana-dana orang lain.

5. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pembiayaan.

Berdasarkan fungsi pembiayaan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya


memiliki berbagai macam fungsi selain memperoleh profit yang optimal, bank juga
menyediakan aktiva cair dan kas yang memadai untuk keperluan bank itu sendiri atau
untuk kepentingan nasabah yang bisa diambil kapan saja.

Bank sebagai unit bisnis tidak bisa lepas dari yang namanya modal sebab
beroperasi tidaknya bank atau dipercaya atau tidaknya bank merupakan salah satu hal
yang mempengaruhi terhadap pelaksanaan bank itu sendiri, menurut Johnson modal
bank itu mempunyai tiga fungsi : 3

1. Sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian lainnya.


Dalam fungsi ini modal memberikan perlindungan terhadap kegagalan atau
kerugian bank dan perlindungan terhadap kepentingan para deposan.

2. Sebagai dasar untuk menetapkan batas maksimum pemberian kredit, hal ini
adalah merupakan pertimbangan operasional bagi bank sentral, sebagai regulator,
untuk membatasi jumlah pemberian kredit kepada setiap individu nasabah bank.
Melalui pembatasan ini bank sentral memaksa untuk melakukan diversifikasi
kredit mereka agar dapat melindungi diri terhadap kegagalan keredit dari suatu
individu debitur.

3. Modal juga menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk
mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relative untuk mengahasilkan
keuntungan. Tingkat keuntungan bagi para investor diperkirakan dengan

3
Muhammmad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta : Ekonisia, 2004) 92

4
membandingkan keuntungan bersih dengan ekuitas. Para patisipan pasar
membandingkan return on investment di antara bank-bank yang ada.

Sementara itu, Brenton C.Leavit, mengemukakan dalam kaitannya dengan


fungsi dari modal bank lebih menekankan pada empat hal : 4

1. Untuk melindungi deposan yang tidak diasuransikan, pada saat bank dalam
keadaan insolvable dan likuidasi.

2. Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan guna menjaga kepercayaan


masyarakat bahwa bank dapat terus beroperasi.

3. Untuk memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasar lainnya yang diperlukan
untuk menawarkan pelyanan bank.

4. Sebagai alat pelaksanaan peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang tidak tepat.

B. Sumber Modal Bank Syariah

Sumber dana yang terlihat pada sisi pasiva neraca atau yang disebut pula
dengan manajemen pasiva (liability management) adalah suatu proses dimana bank
berusaha mengembangkan sumber-sumber dana yang tradisional melalui pinjaman di
pasar uang atau dengan menerbitkan instrumen utang untuk digunakan secara
menguntungka terutama untuk memenuhi alokasi yang produktif. Secara umum
manajemen pasiva mencakup aktivitas di dalam rangka mengumpulkan dana dari
masyarakat dan sumber lainnya dan menetapkan komposisi dana tersebut sesuai
dengan yang diinginkan/dibutuhkan. Dalam arti sempit, manajemen pasiva diartikan
dengan kebutuhan likuiditas, yaitu aktivitas mencari dana pada waktu yang
diperlukan.5

Sumber dana yang terbesar bersumber dari dana masyarakat, disamping


sumber dana lainnya yang berasal dari pinjaman dan modal sendiri. Sumber dana
pihak ketiga seperti giro, tabungan dan deposito juga lazim disebut sebagai sumber
dana tradisional. Jika dilihat dari sumbernya dana bank syariah terdiri atas :
4
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah Edisi Revisi, Cet 4, (Jakarta: Pustaka Alvabet,
2006) 136
5
Veithzal Rivai, dkk, Bank and Financial Institution Management: Conventional & Sharia Sistem,
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007) 412

5
1. Modal

Sumber utama dana bank syariah adalah modal inti (core capital) dan kuasi
ekuitas. Modal inti adalah modal yang berasal dari para pemilik bank, yang terdiri
dari modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan dan laba ditahan.
Sedangkan ekuitas adalah dana-dana yang tercatat dalam rekening-rekening bagi hasil
(mudharabah). Modal inti inilah yang berfungsi sebagai penyangga dan penyerap
kegagalan atau kerugian bank dan melindungi para kepentingan para pemegang
rekening titipan (wadiah) atau pinjaman (qard), terutama atas aktiva yang didanai
oleh modal sendiri dan dana-dana wadiah atau qard.

Dana-dana rekening bagi hasil (mudharabah) sebenarnya juga dapat


dikategorikan sebagai modal, inilah yang biasanya disebut dengan kuasi ekuitas.
Namun demikian rekening ini hanya dapat meanggung resiko atas aktiva yang
dibiayai oleh dana dari rekening bagi hasil itu sendiri. Selain itu, pemilik rekening
bagi hasil dapat menolak untuk menanggung risiko atas aktiva yang dibiayainya,
apabila terbukti bahwa resiko tersebut timbul akibat salah urus (mismanagement),
kelalaian atau kecurangan yang dilakukan oleh manajemen bank selaku mudharib. 6

Dalam perbankan syariah, mekanisme penyertaan modal pemegang saham


dapat dilakukan melalui musyarakah fi sahm asysyirkah atau equity paryticipation
pada saham perseroan bank.

2. Titipan

Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobolisasi dana
adalah dengan menggunkan prinsip titipan. Adapun akad yang digunakan dalam
prinsip ini adalah al-wadiah. Adapun pengertian dari wadiah itu sendiri yaitu secara
bahasa dapat diartikan sebagai meninggalkan atau meletakkan. Yaitu meletakkan
sesuatu pada orang lain untuk dipelihara atau dijaga. Sedangkan menurut istilah yaitu
memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga hartanya/barangnya dengan
cara terang-terangan atau dengan isyarat yang semakna dengan itu, yaitu merupakan
titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. Secara
umum terdapat dua jenis wadiah yaitu wadi’ah ah yad al-amanah dan wadiah yad
adh-dhamamah.

6
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: (UPP) AMP YKPN, 2002) 247

6
a. Wadi’ah ah yad al-Amanah

Wadi’ah ah yad al-Amanah adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak


pertama tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak
bertanggungjawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang diakibatkan
perbuatan atau kelalaian penerima titipan.7

Wadiah jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut :

• Harta atau barang yang ditipkan tidak boleh dimamfaatkan dan digunakan oleh
penerima titipan
• Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas dan
berkewajiban untuk menjaga barang yang ditipkan tanpa boleh memanfaatkannya
• Sebagai konpensasi, penerima titipan diperkenankan untuk membebankan biaya
kepada yang menitipkan.
• Mengingat barang atau harta yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan oleh
penerima titipan, aplikasi perbankan memungkinkan untuk jenis ini adalah jasa
penitipan atau safe deposit box.

b. Wadiah yad adh-Dhamamah

Wadiah yad adh-dhamamah yaitu, akad penitipan barang/uang dimana pihak


penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan
barang/uang titipan dan harus bertanggungjawab terhadap kehilangan atau kerusakan
barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam
penggunaan barang/uang tersebut menjadi hak penerima titipan. 8

Dalam hal ini, bank syariah dapat menggunakan akad wadiah yad adh-
dhamamah, yaitu bank dapat menggunakan uang simpanan nasabah untuk dikelola.
Hasil keuntungan dari pengelolaan dana tersebut adalah milik bank, namun kerugian
yang dialami harus ditanggung oleh bank, karena nasabah mendapat jaminan
perlindungan atas dananya. Melihat defenisi dan penjelasan diatas, jenis produk
perbankan yang dapat diaplikasikan dengan menggunkan akad wadiah adalah giro
bank, karena giro bank pada dasarnya adalah penitipan dana masyarakat di bank
untuk tujuan pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Hal ini sesuai

7
Widyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2005) 128
8
Suhartono Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2003) 35

7
dengan UU no 7 tahun 1992 artinya giro hanyalah merupakan dana titipan nasabah,
bukan dana yang dapat diinvestasikan.

Selanjutkan bank syariah memberlakukan giro sebagai titipan wadiah yad ad-
dhamanah. Dana titipan tersebut dapat dipergunakan oleh bank sebagai penerima
titipan selama dana tersebut mengendap di bank. Tetapi bank mempunyai kewajiban
untuk membayarnya setiap saat. Jika nasabah mengambil titipan tersebut. Sebagai
imbalan dari titipan yang dimanfaatkan oleh bank syariah, nasabah dapat menerima
imbalan jasa dari pemanfaatan dana yang mengendap di bank dalam bentuk bonus.
Bonus tidak boleh diperjanjikan sebelumnya dan merupakan hak penuh bank untuk
memberikannya atau tidak.

C. Kecukupan Modal Bank Syariah

Kecukupan modal merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis


perbankan. Bank yang memiliki tingkat kecukupan modal baik menunjukkan indiator
sebagai bank yang sehat. Sebab kecukupan modal bank menunjukkan keadaannya
yang dinyatakan dengan suatu rasio tertentu yang disebut dengan ratio kecukupan
modal atau capital adequacy ratio (CAR). Tingkat kecukupan modal dapat diukur
dengan cara :

1. Membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga

Dilihat dari sudut perlindungan kepentingan para deposan, perbandingan


antara modal dengan pos-pos pasiva merupakan petunjuk tentang tingkat keamanan
simpanan masyarakat pada bank. Perhitungannya merupakan rasio modal dikaitkan
dengan simpanan pihak ketiga (giro, deposito dan tabungan) sebagai berikut :

Modal dan Cadangan= 10%Giro+Deposito+Tabungan

Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa rasio modal atas simpanan cukup
dengan 10% dan dengan rasio itu permodalan bank dianggap sehat. Rasio antara
modal dan simpanan masyarkat harus dipadukan dengan memperhitungkan aktiva
yang mengandung risiko. Oleh karena itu modal harus dilengkapi oleh berbagai

8
cadangan sebagai penyagga modal, sehingga secara umum modal bank terdiri dari
modal inti dan modal pelengkap. 9

b. Membandingkan modal dengan aktiva berisiko

Untuk ukuran kedua ini merupakan kesepakatan BIS (bank for International
Settlements) yaitu organisasi bank sentral dari negra-negara maju yang disponsori
oleh Amerika Serikat, Kanada, Negara-negara Eropa dan Jepang. Kesepakatan tentang
ketentuan permodalan dicapai pada tahun 1998 dengan menetapkan CAR yaitu rasio
minimum yang mendasarkan kepada perbandingan antara modal dengan dengan
aktiva berisiko. Kesepakatan ini dilatarbelakangi oleh hasil pengamatan para ahli
perbankan Negara-negara maju, termasuk pakar IMF dan World Bank, tentang adanya
ketimpangan struktur dan sistem perbankan internasional. Hal ini didukung oleh
beberapa indikasi berikut :

1. Krisis pinjaman negara-negara Amerika Latin telah mengganggu kelancaran arus


peredaran uang Internasioanl.

2. Persaingan yang dianggap unfair antara bank-bank Jepang dengan bank-bank


Amerika dan Eropa di pasar uang internasional. Bank-bank jepang memberikan
pinjaman amat lunak (bunga rendah) karena ketentuan CAR di Negara itu aman
lunak, yaitu antara 2% sampai 3% saja.

3. Terganggunya situasi pinjaman internasional yang berakibat terganggunya


perdagangan internasional. Berdasarkan indikasi-indikasi tersebut, BIS
menetapkan ketentuan perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang harus
diikuti oleh bank-bank di seluruh dunia aturan main dalam kompetisi yang fair
dipasar keuangan global, yaitu rasio minimum 8% permodalan terhadap aktiva
beresiko.10

9
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta : (UPP) AMP YKPN, 2002) 248
10
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah Edisi Revisi, Cet 4, (Jakarta : Pustaka Alvabet,
2006) 140

9
D. Penerapan CAR dalam Bank Syariah

Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal, didalam dunia
perbankan rasio ini sangat penting karena menjadi kewajiban bagi setiap bank
yang telah menjalankan operasinya untuk memelihara Capital Adequacy Ratio
(CAR) agar bank tersebut dapat berkembang dengan baik, menampung risiko
kerugiannya, serta dapat bersaing dengan perbankan lain. Rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat kesehatan bank didasarkan pada modal terhadap aktiva tertimbang
menurut risiko (ATMR). Capital Adequacy Ratio (CAR) dalam bentuk komposit
peringkat akan digunakan menjadi dasar untuk menentukan penilaian tingkat
kesehatan bank dalam keadaan baik, cukup baik, kurang baik atau tidak baik sesuai
batas minimum Capital Adequacy Ratio (CAR) yang telah ditentukan oleh Bank
Indonesia. Bank yang dikatakan dalam kondisi baik diharapkan agar tetap
mempertahankan kesehatan bank berupa peningkatan permodalan dan bagi bank yang
kurang baik atau tidak baik diharapkan untuk segera melakukan perbaikan baik di
dalam intern maupun ekstern bank untuk mencapai kecukupan permodalan untuk
menanggung risiko solvabilitas yang lebih baik.

CAR merupakan perbandingan antara equitycapital dan aktiva total loans dan
securities. CAR adalah rasio kecukupan modal bank atau kemampuan bank dalam
permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian dalam perkreditan atau
perdagangan surat-surat berharga. 11 Rasio CAR menunjukkan kemampuan dari modal
untuk menutupi kemungkinan kerugian atas kredit yang diberikan beserta kerugian
pada investasi surat-surat berharga. CAR menurut standar SBI (Bank For
International Settlements) minimum sebesar 8%. Jika kurang dari itu akan dikenakan
sanksi oleh Bank Sentral. CAR (Capital Adequacy Ratio) atau rasio kecukupan
modal. CAR sebagai kontrol jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko
(kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal
sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank.

11
Muhammad Antonio Syafii, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta : Gema Insani Press, 2004)
146

10
Matriks Kriteria PenilaianPeringkat CAR

Rasio Peringkat Predikat


CAR ≥ 11% 1 Sangat Baik
9,5% ≤ CAR < 11% 2 Baik
8% ≤ CAR < 9,5% 3 Cukup Baik
6,5% ≤ CAR < 8% 4 Tidak Baik
CAR < 6,5% 5 Sangat Tidak Baik

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bank sebagai unit bisnis tidak bisa lepas dari yang namanya modal sebab
beroperasi tidaknya bank atau dipercaya atau tidaknya bank merupakan salah satu hal
yang mempengaruhi terhadap pelaksanaan bank itu sendiri. Sumber dana yang
terbesar bersumber dari dana masyarakat, disamping sumber dana lainnya yang
berasal dari pinjaman dan modal sendiri. Sumber dana pihak ketiga seperti giro,
tabungan dan deposito juga lazim disebut sebagai sumber dana tradisional.
Kecukupan modal merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis perbankan. Bank
yang memiliki tingkat kecukupan modal baik menunjukkan indiator sebagai bank
yang sehat. Sebab kecukupan modal bank menunjukkan keadaannya yang dinyatakan
dengan suatu rasio tertentu yang disebut dengan ratio kecukupan modal atau capital
adequacy ratio (CAR).

B. Saran

Dalam karya ilmiah yang penulis buat ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
diharapkan demi perbaikan yang semestinya pada karya ilmiah ini sangat penulis
harapkan dari semua pihak yang berkenan memperhatikan isi dan penulisnya. Semoga
karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan memiliki arti bagi dunia pendidikan.

12
DAFTAR RUJUKAN

Antonio, Muhammad Syafii, 2004, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta : Gema
Insani Press)

Arifin, Zainul, 2006, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah Edisi Revisi, Cet 4, (Jakarta :
Pustaka Alvabet)

Muhammad, 2002, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta : (UPP) AMP YKPN)

Muhammmad, 2004, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta : Ekonisia)

Rivai, Veithzal, dkk, 2007, Bank and Financial Institution Management: Conventional &
Sharia Sistem, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada)

Siamat, Dahlan, 2005, Manajemen lembaga keuangan: kebijakan moneter dan perbankan,
(Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia)

Widyaningsih, 2005, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana)

Zulkifli, Suhartono, 2003, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta : Zikrul
Hakim)

https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/jmbi/article/view/28392

https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Bisnis/article/download/3017/2238

https://repositori.uma.ac.id/jspui/bitstream/123456789/472/5/108330168_file5.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai