Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Perbankan Syariah Dosen
Pengampu: Faiz Arif Jamil, M.Ak
Disusun Oleh :
Kelompok 5
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hanturkan kehadirat Allah SWT karna berkat rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyusun makalah ini dengan berjudul Manajemen dana bank
syariah Kami dengan baik dan tepat waktu.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Faiz Arif Jamil, M.Ak selaku dosen pengampu
yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini,
sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami memerlukan kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 5
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................I
DAFTAR ISI......................................................................................................................II
BAB I...................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...............................................................................................................2
A. Latar Belakang........................................................................................................2
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................................................3
BAB II.................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.................................................................................................................4
PENUTUP.........................................................................................................................15
A. Kesimpulan...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................16
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IV
menentukan kualitas usahanya sebagai lembaga perantara serta kemampuannya
menghasilkan laba.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
V
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen Dana Bank Syariah
Manajemen Dana Bank Syariah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga bank
syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktifitas funding
untuk disalurkan kepada aktifitas financing. Dengan harapan bank yang bersangkutan
tetap mampu memenuhi kriteria-kriteria likuiditas, rentabilitas dan solvabilitasnya. 2
Sumber utama modal bank syariah adalah modal inti (core capital) dan kuasi
ekuitas. Modal inti adalah modal yang berasal dari para pemilik bank, yang terdiri atas
modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan, dan laba yang ditahan.
Sementara itu, kuasi ekuitas adalah dana-dana yang tercatat dalam rekening-rekening bagi
hasil (mudharabah). Perolehan dana ini tergantung dari bank itu sendiri, apakah dari
simpanan masyarakat atau lembaga lainnya. Kegiatan dalam membiayai operasionalnya,
dana bank dapat berasal dari modal sendiri, yaitu dengan mengeluarkan atau menjual
saham.
Dalam perolehan dana yang berasal dari sumber dana modal sendiri tersebut, setiap
bank tentunya melakukan dengan persetujuan pemegang saham yang disetujui dan
disepakati dalam Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ). Tentunya dalam pemilihan
sumber dana pada RUPS akan sangat menentukan besar kecilnya biaya yang akan
ditanggung. Oleh karena itu, pemilihan sumber dana harus dilakukan dengan cara yang
1
Didin Hafifuddin, Manajemen Syariah (Jakarta: Gema Insani Press,2003) 2
2
Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,2002), 148.
VI
tepat, agar sumber dana yang diperoleh benar –benar terukur dan tidak membahayakan
dalam kelangsungan operasional bank sehari-hari.3
Dalam bisnis perbankan, ada tiga produk penghimpunan dana, sebagai berikut.
1. Giro
2. Tabungan
3.Deposito
a. Simpanan untuk jangka waktu tertentu yang dapat diambil setelah jatuh
tempo.
b. Menggunakan bilyet sebagai tanda bukti simpanan, yang mendapatkan
bagi hasil yang dibayarkan setiap akhir bulan
a. Wadi'ah adalah akad titipan atau simpanan, di mana barang yang dititipkan
dapat diambil sewaktu-waktu. Pihak yang menerima titipan dapat meminta
jasa untuk keamanan dan pemeliharaan.
b. Karena prinsip wadiah adalah titipan yang dapat diambil sewaktu-waktu dan
tidak dapat menghasilkan keuntungan, produk yang dapat diterapkan untuk
3
M.A. Andrianto, Fatihudin, D; Frimansyah., “Manajemen Bank,” 2019, 41-42
<http/:www.qiaramediapartner.blogspot.com>.
VII
prinsip ini adalah giro dan tabungan. (Mekanisme kerja wadiah ditunjukkan
pada Gambar 8.1.)
2. Mudharabah
a. Akad usaha dua pihak di mana salah satunya memberikan modal (shahibul
maal), sedangkan pihak lainnya memberikan keahlian (mudharib), dengan
nisbah keuntungan yang disepakati dan apabila terjadi kerugian maka
pemilik. modal menanggung kerugian tersebut. Karena karakter mudharabah
seperti ini, mudharabah dapat diterapkan pada dua produk, yaitu tabungan
dan deposito
b. Dengan menerapkan mudharabah pada tabungan dan deposito, nasabah
bertindak selaku shahibul maal dan Bank bertindak selaku mudharib.
c. Nasabah dan bank harus menyepakati nisbah bagi hasil ketika pembukaan
tabungan dan deposito mudharabah.
d. Simpanan dalam tabungan dan deposito mudharabah hanya dapat ditarik
setelah jangka waktu tertentu (tidak dapat ditarik sewaktu-waktu) untuk
memastikan dana tersebut digunakan dalam usaha bank.
e. Pembagian hasil menurut tradisi yang berlaku. Di Indonesia, pembagian hasil
dilakukan pada setiap akhir bulan.
3. Mudharabah muqayyadah
4. Qardh
Di Iran dan beberapa negara Timur Tengah lainnya, akad qardh dijadikan
dasar untuk produk giro dan tabungan. Bank diasumsikan meminjam dana dari
nasabah dan dapat ditarik sewaktu-waktu. Bank dapat memberikan "hadiah" atas
pinjaman yang diberikan oleh nasabah, sepanjang tidak diperjanjikan di muka.
VIII
C. Penggunaan Dana Bank Syariah
Setelah dana bank ketiga telah dikumpulkan oleh bank, maka sesuai dengan
fungsinya sebagai intermediary, bank berkewajiban menyalurkan dana tersebut untuk
pembiayaan. Dalam hal ini, bank harus mempersiapkan strategi penggunaan dana-dana
yang dihimpunnya sesuai dengan rencana alokasi berdasarkan kebijakan yang telah
digariskan dengan tujuan untuk mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dengan
tingkat rasio yang rendah dan untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat
Alokasi penggunaan dana bank syariah pada dasarnya dapat dibagi dalam dua
bagian penting dari aktiva bank, yaitu; aktiva yang menghasilkan dan aktiva yang tidak
menghasilkan. Aktiva yang dapat menghasilkan adalah asset bank yang digunakan untuk
menghasilkan pendapatan.4 Alokasi ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat risiko yang rendah;
serta
2. mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi
likuiditas tetap aman..
Untuk mencapai kedua tujuan tersebut, alokasi dana dana bank harus diarahkan
sedemikian rupa agar pada saat yang diperlukan, semua kepentingan nasabah dapat
terpenuhi. Alokasi penggunaan bank syariah pada dasarnya dapat dibagi dalam dua
bagian penting dari aset bank, sebagai berikut.
1. Earning asset
Fungsi penggunaan dana terpenting bagi bank adalah fungsi pembiayaan. Tingkat
penghasilan dari pembiayaan (yield on financing) merupakan tingkat penghasilan
4
Nurma Sari, “Manajemen Dana Bank Syariah,” Al-Maslahah Jurnal Ilmu Syariah, 12.1 (2016)
<https://doi.org/10.24260/almaslahah.v12i1.341>.
IX
tertinggi bagi bank. Sementara itu, tingkat penghasilan dari setiap jenis pembiayaan juga
bervariasi, yang bergantung pada prinsip pembiayaan yang digunakan dan sektor usaha
yang dibiayai.
Porsi terbesar berikutnya dari fungsi penggunaan dana bank adalah berupa
penempatan pada bank syariah (antar-aset bank)-baik dalam bentuk tabungan maupun
deposito, sedangkan penempatan pada bank konvensional tidak diakui sebagai
pendapatan bank. Selain untuk tujuan memperoleh penghasilan, penempatan padabank
syariah lain dilakukan sebagai salah satu media pengelolaan likuiditas, di mana bank
harus menginvestasikan dana yang ada seoptimal mungkin, tetapi dapat dicairkan
sewaktu-waktu bila bank membutuhkan. Tingkat penghasilan dari penempatan bank
syariah pada umumnya lebih rendah daripada yield on financing.
a. Cash assets
Cash assets (aset dalam bentuk tunai) terdiri atas uang tunai dalam
brankas, cadangan likuiditas (primary reserve) yang harus dipelihara pada bank
sentral, giro pada bank, dan item-item tunai lainnya yang masih dalam proses
penagihan (collection). Dari cash assets ini, bank tidak memperoleh penghasilan
kalaupun ada sangat kecil dan tidak berarti. Namun, investasi pada cash assets ini
penting guna mendukung fungsi simpanan pada bank, dalam beberapa hal juga
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan layanan dari bank koresponden yang
berkaitan dengan pembiayaan dan investasi.
Bank h arus memelihara uang tunai dalam brankas yang terdiri atas uang
kertas dan uang logam. Bank harus dapat memenuhi kebutuhan para nasabah
penyimpan dana yang ingin menarik dananya dalam bentuk tunai, meskipun bank
juga harus membatasi jumlah investasi dalam bentuk tunai. Sebab, investasi yang
terlalu banyak dapat mengurangi tingkat penghasilan bank.
Penanaman dana dalam aset tetap dan inventaris (premis and equipment)
juga tidak menghasilkan pendapatan bagi bank, tetapi merupakan kebutuhan bank
untuk memfasilitasi pelaksanaan fungsi kegiatannya. Fasilitas itu terdiri atas
bangunan/ gedung, kendaraan, dan peralatan lainnya yang dipakai oleh bank
dalam rangka penyediaan layanan kepada nasabahnya.
X
D. Perhitungan Pembagian Hasil Usaha Saldo Rata-Rata Harian (SRRH)
Pembayaran imbalan yang diberikan bank kepada pemilik dana dalam bentuk
bagi hasil besarnya sangat bergantung pada pendapatan atau dari laba yang diperoleh oleh
bank sebagai mudharib atas pengelolaan dana mudharabah tersebut. Apabila bank
memperoleh hasil usaha yang besar maka distribusi hasil usaha didasarkan pada jumlah
yang besar. Sebaliknya, jika bank memperoleh hasil usaha yang kecil maka distribusi
hasil usaha pun kecil. Besar kecilnya pendapatan atau imbalan yang diterima oleh pemilik
dana sangat bergantung pada keahlian/ keprofesionalisan para pengelola bank. Sarana
untuk melakukan perhitungan distribusi hasil usaha antara pemilik dana (shahibul maal)
dan pengelola dana (mudharib), yang lazimnya disebut dengan "perhitungan distribusi
hasil usaha (profit distribution)"
Dalam pembagian keuntungan kepada shahibul maal dapat dilakukan dengan dua
cara sesuai dengan fatwa DSN tersebut, yaitu prinsip bagi untung dan prinsip bagi hasil,
di mana dalam penetapan penggunaan prinsip distribusi hasil usaha (bagi hasil atau bagi
untung) ada implikasi yang berbeda dalam administrasi yang dilakukan oleh bank.
Adapun mekanisme dengan mengunakan perhitungan bagi hasil adalah sebagai berikut.
1. Menghitung saldo rata-rata harian sumber dana sesuai klasifikasi dana yang
dimiliki.
2. Menghitung saldo rata-rata tertimbang sumber dana yang telah tersalurkan ke
dalam investasi dan produk-produk aset lainnya.
3. Menghitung total pendapatan yang diterima dalam periode berjalan.
XI
5. Membandingkan antara jumlah sumber dana dan total dana yang telah
tersalurkan.
6. Alokasi total pendapatan pada masing-masing klasifikasi dana yang dimiliki
sesuai dengan data saldo rata-rata tertimbang.
7. Memperhatikan nisbah sesuai kesepakatan yang tercantum dalam akad.
8. Mendistribusikan bagi hasil sesuai nisbah kepada pemilik dana sesuai klasifikasi
dana yang dimiliki.
XII
RDP = (R/T) × P
di mana
Jumlah ini dibagi hasilkan kepada pemilik dana (shahibul maal) dan kepada Bank
sebagai pengelola dana (mudharib), berdasarkan atas nisbah yang telah disepakati di awal
XIII
akad. Jadi, apabila di awal akad diperjanjikan bahwa nisbah simpanan mudharabah
nasabah adalah 45% untuk bank dan 55% untuk nasabah,
perhitungannya adalah:
XIV
Dana Pihak Ketiga (DPK) A 90.000.000
Mudharabah
DPK yang dikeluarkan B 85.500.000
untuk pembiiayaan
(=DPKx(1-GWM)
GWM=5%)
Pembiayaan yang C 100.000.000
disalurkan dana Bank
Dana Bank 14.500.000
Pendapatan dari D 6.000.000
pembiayaan
Pendapatan dari setiap E 57
RP.1000 DPK
E=(B/C)xD(1/A)x1000
Pendapatan investasi E 57
untuk setiap Rp.1000
DPK Mudhabarah
Saldo rata-rata F 1000.000
harian nasabah
Nisbah bagi hasil G 65%
Porsi bagi hasil untuk H 37.050
bulan ini
H=(E/1000)xFx(G/1000)
Perhitungan tersebut memberikan hasil pendapatan nasabah
untuk bulan ini dengan dananya,yaitu sebesar Rp.1000.000
dengan bagi hasil sebesar Rp.37,050
XV
Keterangan: D1 = (C1/Grand Total C) × Grand Total D, dan seterusnya
*) Bobot = 1 – (GWM + Excess Reserve + Floating)
**) Dalam bank konvensional dikenal dengan loanable funds5
5
Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah Gita Danupranata, Salemba Empat,
2013 <http://www.penerbitsalemba.com>.
XVI
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen Dana Bank Syariah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga bank
syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktifitas funding
untuk disalurkan kepada aktifitas financing. Dengan harapan bank yang bersangkutan
tetap mampu memenuhi kriteria-kriteria likuiditas, rentabilitas dan solvabilitasnya
Dalam pengumpulan dana perbankan syariah, terdapat tiga produk utama, yaitu
Giro, Tabungan, dan Deposito, yang mengadopsi prinsip-prinsip syariah seperti Wadiah,
Mudharabah, dan Qard.
Setelah dana bank ketiga telah dikumpulkan oleh bank, maka sesuai dengan
fungsinya sebagai intermediary, bank berkewajiban menyalurkan dana tersebut untuk
pembiayaan. Alokasi penggunaan dana bank syariah pada dasarnya dapat dibagi dalam
dua bagian penting dari aktiva bank, yaitu; aktiva yang menghasilkan dan aktiva yang
tidak menghasilkan.
Setelah dana dari ketiga produk bank terkumpul, bank sebagai perantara memiliki
tanggung jawab untuk menyalurkan dana tersebut untuk pembiayaan. Alokasi
penggunaan dana bank syariah dapat dibagi menjadi dua bagian utama dari aset bank:
aset yang menghasilkan pendapatan dan aset yang tidak menghasilkan pendapatan.
Pembayaran imbalan yang diberikan bank kepada pemilik dana dalam bentuk
bagi hasil besarnya sangat bergantung pada pendapatan atau dari laba yang diperoleh oleh
bank sebagai mudharib atas pengelolaan dana mudharabah tersebut. Apabila bank
memperoleh hasil usaha yang besar maka distribusi hasil usaha didasarkan pada jumlah
yang besar. Sebaliknya, jika bank memperoleh hasil usaha yang kecil maka distribusi
hasil usaha pun kecil.
XVII
DAFTAR PUSTAKA
Sari, Nurma, “Manajemen Dana Bank Syariah,” Al-Maslahah Jurnal Ilmu Syariah,
12.1 (2016) <https://doi.org/10.24260/almaslahah.v12i1.341>
XVIII