Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKUNTANSI PENGHIMPUNAN DANA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Perbankan Syari’ah

Dosen Pengampu: Ibu Nawirah, SE., MSA., Ak

Disusun Oleh:

Aifa Izzwatul Hikmah 210502110059

Arwa El Zahra 210502110063

Nur Mufidaturrohmah 210502110066

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya berupa kesehatan yang
telah diberikan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Akuntansi Penghimpunan Dana” dengan tepat waktu. Tidak lupa shawalat serta
salam tercurahkan bagi Baginda Agung Rasulullah SAW yang syafaatnya akan kita
nantikan kelak. Adapun tujuan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Akuntansi Perbankan Syariah. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan tentang akuntansi dan juga perbankan syariah bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nawirah, SE., MSA., Ak
sebagai dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Perbankan Syariah karena telah
mendukung serta memberikan bimbingannya kepada kami. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada teman-teman kelompok 3 yang saling mendukung dalam
proses menyelesaikan makalah ini.
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada
ketidaksesuaian kalimat dan kesalahan. Serta kami menyadari, makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
dinantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 11 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................2
2.1 Penghimpunan Dana Perbankan Syariah .......................................................2
2.2 Tabungan .......................................................................................................3
2.2.1 Tabungan Mudharabah ......................................................................3
2.2.2 Tabungan Wadiah ..............................................................................5
2.3 Giro .................................................................................................................6
2.3.1 Giro Wadiah .......................................................................................6
2.3.2 Giro Mudharabah ...............................................................................9
2.4 Deposito .........................................................................................................9
2.4.1 Deposito Mudharabah ........................................................................9
BAB III PENUTUP .............................................................................................11
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum
Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar
bunga kepada nasabah. Undang-undang Perbankan Indonesia, yaitu Undang-
undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang No. 10 Tahun 1998, membedakan bank berdasarkan kegiatan
usahanya menjadi dua, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah dan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional.
Sebagai lembaga keuangan, bank memiliki usaha pokok yaitu menghimpun
dana untuk kemudian menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat yang
membutuhkan dalam jangka waktu tertentu. Fungsi mencari dan menghimpun dana
dalam bentuk simpanan (deposito) sangat menentukan pertumbuhan suatu bank.
Penghimpunan dana masyarakat di perbankan syariah menggunakan instrument
yang sesuai dengan pada perbankan konvensional, yaitu instrumen giro, tabungan
dan deposito. Ketiga jenis instrumen ini biasa disebut dengan istilah Dana Pihak
Ketiga (DPK)

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah cara penghimpunan dana dan prinsip
yang diterapkan bank syariah dalam akutansi penghimpunan dananya.

1.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui tentang akad yang ada dalam
penghimpunan dana dalam perbankan syariah, yaitu tabungan, giro dan deposito
dan tentang penghimpunan dana dibank syariah menggunakan akad wadi’ah dan
akad mudharabah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGHIMPUNAN DANA PERBANKAN SYARIAH


Pengertian penghimpunan dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan
bank untuk mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya akan disalurkan
kepada pihak kreditur dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai intermediasi
antara pihak deposit dengan pihak kreditur. Penghimpunan dana masyarakat di
perbankan syariah menggunakan instrumen yang sama dengan instrumen
penghimpunan dana pada perbankan konvensional, yaitu:
1. Giro
adalah simpanan masyarakat pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat selama saldo simpanan masih ada dengan menggunakan cek, bilyet, surat
perintah pembayaran lainnya atau surat perintah pemindahbukuan.
2. Tabungan
adalah simpanan penarikannya hanya dapat dilakukan setiap saat sesuai dengan
syarat-syarat tertentu dan tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro atau lainnya.
3. Deposito
adalah investasi dana berdasarkan oleh akad yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dengan jangka waktu penarikannya mempunyai periode tertentu (1
bulan, 3 bulan, 12 bulan dan seterusnya).
Ketiga instrumen ini biasa disebut dengan istilah Dana Pihak Ketiga (DPK).
Meskipun menggunakan instrumen yang sama, mekanisme kerja pada masing-
masing instrumen penghimpunan pada bank syariah berbeda dengan instrumen
penghimpunan pada bank konvensional. Perbedaan mendasar mekanisme kerja
instrumen penghimpunan syariah terletak pada tidak adanya bunga yang biasa
digunakan oleh bank konvensional. Pada bank syariah, klasifikasi penghimpunan
dana berdasaran prinsip yang digunakan. Mekanisme penghimpunan dana baik
giro, tabungan ataupun deposito pada bank syariah hanya mengenal dua jenis, yaitu
mekanisme wadiah (titipan) dan mekanisme mudharabah (bagi hasil).

2
2.2 TABUNGAN
2.2.1 TABUNGAN MUDHARABAH
Akuntansi untuk tabungan mudharabah pada dasarnya mengacu pada PSAK
105 tentang Akuntansi Mudharabah, khususnya yang terkait dengan akuntansi
untuk pengelola dana. Berdasarkan PSAK 105 paragraf 25, dinyatakan bahwa dana
yang diterima dari pemilik dana (nasabah penabung) dalam akad mudharabah
diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset non
kas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur
sebesar nilai tercatatnya.
Ketentuan Tabungan Mudharabah sesuai Fatwa Dewan Syariah Nasional adalah:
1. Dalam transaksi nasabah bertindak sebagai shahibul mal/pemilik dana dan
bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai bukan
piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.

a) Transaksi Penambahan Tabungan Mudharabah


Adapun yang mempengaruhi bertambahnya saldo tabungan mudharabah, antara
lain:
- Setoran tunai nasabah
Bank menerima setoran tunai dari nasabah untuk pembukaan tabungan mudharabah
sebesar Rp xx
Kas Rp xx
Tabungan mudharabah Rp xx

3
- Transfer dari kantor cabang lain ke rekening nasabah
Nasabah menerima transer dari nasabah lain dari bank cabang kota A (bank yang
sama) sebesar Rp xx
RAK cabang kota A Rp xx
Tabungan mudharabah Rp xx
- Transfer dari bank lain ke rekening nasabah
Nasabah menerima transer dari nasabah dari bank lain (bank yang berbeda) sebesar
Rp xx
Giro pada bank Indonesia Rp xx
Tabungan mudharabah Rp xx
- Penerimaan bagi hasil mudharabah ke rekening nasabah
Nasabah menerima bagi hasil atas tabungan mudharabah sebesar Rp xx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil Rp xx
Tabungan mudharabah Rp xx

Untuk transaksi yang bersifat transfer antarkantor, dalam praktik perbankan


biasa menggunakan rekening semestara dengan nama rekening antarkantor (RAK).
Jika transaksi yang melibatkan transaksi antarbank yang berbeda biasanya
diselesaikan dlaam mekanisme yang diberikan oleh Bank Indonesia atau bank yang
ditunjuk Bank Indonesia atau biasa disebut dengan kliring. Pada transaksi kliring,
semua penerimaan dari atau pembayaran kepada bank lain dilakukan melalui
rekening giro pada Bank Indonesia.

b) Transaksi Pengurang Tabungan Mudharabah


Selain dalam transaksi tabungan mudharabah yang dapat menambah saldo tabungan
mudharabah. Ada juga transaksi-transaksi yang yang dapat mengurangi saldo
tabungan mudharabah. Adapun transaksi-transaksi itu seperti:
- Transfer kepada nasabah bank lain
Nasabah mentransfer dari rekeningnya ke rekening nasabah dari bank lain (bank
yang berbeda) sebesar Rp xx
Tabungan mudharabah Rp xx
Giro pada bank Indonesia Rp xx

4
- Penarikan biaya administrasi tabungan, pajak, dan lainnya oleh bank
Potongan tabungan mudharabah nasabah untuk untuk administrasi sebesar Rp xx
dan pajak sebesar Rp yy (20% dari bagi hasil yang diterima nasabah)
Tabungan mudharabah Rp xx
Pendapatan administrasi tabungan mudharabah Rp xx
Tabungan mudharabah Rp yy
Titipan kas negara Rp yy
- Penarikan tunai oleh nasabah
Nasabah menarik tabungan mudharabahnya sebesar Rp xx
Tabungan mudharabah Rp xx
Kas Rp xx
- Transfer ke rekening lain pada bank yang sama.
Nasabah mentransfer dari rekeningnya ke rekening tabungan nasabah bank cabang
kota A (bank yang sama) sebesar Rp xx
Tabungan mudharabah Rp xx
RAK cabang kota A Rp xx

2.2.2 TABUNGAN WADIAH


Pengertiannya hampir sama prinsipnya seperti tabungan mudharabah,
namun yang membedakan akuntansi tabungan wadiah dengan mudharabah adalah
sesuatu yang diterima oleh nasabah. Yang diterima oleh nasabah yaitu dalam
bentuk wadiah yang bersifat sukarela dan tidak disyaratkan dimuka.

a) Transaksi penambah tabungan wadiah


Bank menerima setoran tunai dari nasabah untuk pembukaan tabungan wadiah
sebesar Rp xx
Kas Rp xx
Tabungan wadiah Rp xx
Nasabah menerima transer dari nasabah lain dari bank cabang kota A (bank yang
sama) sebesar Rp xx
RAK cabang kota A Rp xx
Tabungan wadiah Rp xx

5
Nasabah menerima transer dari nasabah dari bank lain (bank yang berbeda) sebesar
Rp xx
Giro pada bank Indonesia Rp xx
Tabungan wadiah Rp xx
Nasabah menerima bonus wadiah sebesar Rp xx
Beban bonus tabungan wadiah Rp xx
Tabungan wadiah Rp xx

b) Transaksi pengurang tabungan wadiah


Nasabah menarik tabungan wadiah nya sebesar Rp xx
Tabungan wadiah Rp xx
Kas Rp xx
Nasabah mentransfer dari rekeningnya ke rekening tabungan nasabah bank cabang
kota A (bank yang sama) sebesar Rp xx
Tabungan wadiah Rp xx
RAK cabang kota A Rp xx
Nasabah mentransfer dari rekeningnya ke rekening nasabah dari bank lain (bank
yang berbeda) sebesar Rp xx
Tabungan wadiah Rp xx
Giro pada bank Indonesia Rp xx

2.3 GIRO
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet, giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau
dengan pemindahbukuan. Dalam perbankan syari’ah, ada dua mekanisme yang
digunakan, yaitu giro wadiah dan giro mudlarabah. Namun lebih umum digunakan
adalah giro wadiah.

2.3.1 GIRO WADIAH


Giro wadiah adalah giro yang harus mengikuti fatwa DSN tentang wadiah.
Akad wadiah adalah akad penitipan dana dengan syarat penitip dana
mengizinkankan bank untuk menggunakan dana tersebut agar dimanfaatkan dan

6
diinvestasikan bank secara produktif dalam bentuk pembiayaan kepada berbagai
jenis usaha secara professional dan syari’ah. Dan bank wajib mengembalikan dana
tersebut kepada penitip dana sewaktu-waktu, baik Sebagian atau seluruhnya. Oleh
karena itu bank harus selalu menyediakan dana agar transaksi berjalan dengan
lancar. dalam transaksi giro wadiah ini nasabah bertindak sebagai penitip dana
(mudi’) dan bank sebagai penerima dana (muda’).
Keuntungan dalam pengelolaan dana titipan tersebut menjadi milik bank.
Bank tidak boleh menjanjikan imbalan atau keuntungan apapun kepada pemegang
rekening wadiah, dan sebaliknya pemegang rekening juga tidak boleh
mengharapkan atau meminta imbalan atau keuntungan atas rekening wadiah. Setiap
imbalan yang dijanjikan dapat dianggap riba. Akan tetapi, jika atas kehendaknya
sendiri, Bank dapat memberikan imbalan berupa bonus (hibah) kepada pemilik
dana (Pemegang rekening wadiah).

Ciri-ciri Giro Wadiah yaitu:


1. Disediakan cek bagi pemegang rekening untuk mengoperasikan
rekeningnya.
2. Harus dikembalikan utuh seperti semula.
3. Dapat dikenakan biaya titipan.
4. Dapat diberikan syarat tertentu untuk keselamatan barang titipan, misalnya
menetapkan saldo minimum.
5. Dana wadiah hanya dapat digunakan seijin penitip.
6. Calon pemegang rekening tidak terdaftar dalam daftar hitam Bank
Indonesia.
Tipe rekening giro wadiah:
1. Rekening perorangan.
2. Rekening pemilik tunggal
3. Rekening Bersama
4. Rekening organisasi
5. Rekening perusahaan yang berbadan hukum
6. Rekening kemitraan
7. Rekening titipan.

7
a) Transaksi Penambah giro wadiah
Bank menerima setoran tunai pembukuan giro wadiah atas nama Citra sebesar
Rp.xxx
Kas Rp. xxx
Giro wadiah – Citra Rp.xxx
Citra menerima transfer dari nasabah lain dari Bank cabang kota B (Bank yang
sama) sebesar Rp. xxx
RAK Cabang kota B Rp. xxx
Giro wadiah – Citra Rp.xxx
Citra menerima transfer dari nasabah lain dari bank lain (bank yang berbeda) sebesar
Rp. xxx
Giro pada Bank Lain Rp. xxx
Giro wadiah - Citra Rp. xxx
Citra menerima bonus wadiah sebesar Rp. xxx
Beban bonus giro wadiah Rp. xxx
Giro wadiah - Citra Rp. Xxx

b) Transaksi pengurang giro wadiah


Citra menarik cek untuk mencairkan dana di rekening giro wadiah sebesar Rp. xxx
Giro wadiah – Citra Rp. xxx
Kas Rp. xxx
Citra menerima transfer dari nasabah lain dari bank cabang kota B (bank yang
sama) sebesar Rp. xxx
Giro Wadiah – Citra Rp. xxx
RAK cabang kota B Rp. xxx
Citra menggunakan bilyet giro untuk pembayaran pembelian sebuah motor kepada
nasabah giro bank lain sebesar Rp. xxx
Giro wadiah – Citra Rp. xxx
Giro pada bank lain Rp. xxx
Dipotong giro wadiah Citra untuk pembayaran administrasi sebesar Rp. xxx dan
untuk pajak sebesar Rp. xxx (20% dari bonus yang diterima Citra)

8
Giro wadiah – Citra Rp. xxx
Pendapatan administrasi giro Rp. xxx
Giro wadiah – Citra Rp. xxx
Titipan kas negara – pajak giro Rp. xxx

2.3.2 GIRO MUDHARABAH


Giro mudharabah merupakan instrument penghimpunan dana melalui
produk giro yang menggunakan akad mudharabah. Giro mudharabah harus
mengikuti fatwa DSN mengenai giro Mudharabah. Akad mudharabah adalah akad
yang digunakan dalam perjanjian antara piham penanam dana dan pihak pengelola
dana untuk dikelola sebagai usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara
kedua belah pihak yang telah disepakati Bersama.
Prinsip yang digunakan oleh giro mudharabah itu sama dengan prinsip giro
wadiah tetapi yang membedakannya adalah dalam hal insentif yang diperoleh
nasabah. Contohnya dalam giro wadiah, hal insentif yang diterima berupa bonus
yang bersifat sukarela yang diberikan oleh bank dengan tidak mensyaratkannya.
Sedangkan hal insentif yag diterima nasabah giro mudharabah adalah bagi hasil
yang telah ditentukan presentasi sebelumnya, harus dibayarkan bank sesuai dengan
keuntungan bank syariah.

a) Transaksi terkait giro mudharabah


Haniya adalah nasabah Bank Peduli Syariah (BPS) yang menerima imbalan bagi
hasil sebesar Rp. xx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil Rp. xxx
Giro mudharabah-Haniya Rp. xxx

2.4 DEPOSITO
2.4.1 DEPOSITO MUDHARABAH
Menurut UU Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syari’ah, deposito
adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan syari’ah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada

9
waktu tertentu berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak yaitu nasabah dan
bank syariah. Dalam transaksi giro mudharabah nasabah bertidak sebagai pemilik
dana (shahibul mal) dan bank sebagai pengelola dana (mudharib).

Ketentuan -ketentuan mengenai deposito mudharabah yaitu:


1. Modal yang didepotasikan harus berbentuk tunai bukan piutang.
2. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah, dan
dituangkan dalam pembukuan rekening
3. Bank tidak boleh mengurangi nisbah keuntungan tanpa persetujuan
nasabah.
4. Sebagai Mudharib, bank menutup biaya operational deposito dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

a) Transaksi terkait deposito mudharabah

Bank menerima setoran atas nama Citra sebesar RP. xxx sebagai investasi depodito
mudharabah untuk jangka waktu satu bulan dengan nisbah sebesar 60% untuk
nasabah dan 40% untuk bank.
Kas Rp. xxx
Deposito Mudharabah – Citra Rp. xxx
Berdasarkan perhitungan distribusi pendapatan, bagi hasil yang dibagikan untuk
kelompok deposito sebesar Rp. xxx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil Rp.xxx
Bagi hasil belum dibagikan Rp. xxx
Dibayarkan bagi hasil deposito mudharabah kepada Citra sebesar Rp. xx dan atas
pembayaran tersebut dipotong pajak sebesar 20%. Pembayaran bagi hasil dilakukan
ke rekening tabungan mudharabah atas nama pemilik yang sama.
Bagi hasil belum dibagikan Rp. xx
Tabungan mudharabah – Citra Rp. xx
Titipan kas negara – pajak deposito Rp. xx
Citra mencairkan deposito mudharabah, pencairan dilakukan secara tunai.
Deposito mudharabah – Citra Rp. xxx
Kas Rp. xxx

10
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Penghimpunan dana di bank syari’ah menggunakan instrument tabungan,
giro, dan deposito. Perbedaan mendasar antara bank syariah dan konvensional
terletak pada prinsipnya. Bank syari’ah menggunakan prinsi wadiah dan
mudharabah, yang mana tidak ada unsur riba didalamnya.
Tabungan dibagi menjadi 2 yaitu tabungan wadiah dan tabungan
mudharabah. Untuk giro juga dibagi menjadi 2 yaitu giro wadiah dan giro
mudharaba, sedangkan untuk deposito hanya ada deposito mudharabah saja.
Perbedaan mendasar mengenai prinsip wadiah dan mudharabah terletak
pada insentif yang diterima oleh nasabah. Jika prinsip wadiah, insentif yang
diterima oleh nasabah yaitu berupa bonus (hibah) yang diberikan pihak bank secara
sukarela dan tidak ada perjanjian dimuka. Sedangkan prinsip mudharabah yaitu
intensif yang diterima oleh nasabah merupakan bagi hasil yang telah disepakati
dimuka oleh pihak nasabah dan pihak bank.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sofyan Syafri Harapan, dkk. 2005. Akutansi Perbankan Syariah. Ed.1, Cet. 1.
Jakarta: LPFE Usakti.

Rizal Yaya, dkk. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakart: Salemba Empat.

Antonio, Syafi’i. 2001. Bank Syariah Teori dan Praktek. Jakarta: Gema Insani.

Iman, Akbar dkk. 2014. “MAKALAH PERBANKAN PENGHIMPUNANDANA


BANK SYARIAH PADA WADI’AH”,
https://www.academia.edu/10212999/Makalah_Penghimpunan_Dana_Bank_Syari
ah, diakses pada 9 Maret 2023.

Mardiyanti, Devi (2016). Makalah Akuntansi Penghimpunan Dana.


http://devidema.blogspot.com/

12

Anda mungkin juga menyukai