Anda di halaman 1dari 30

TUGAS PERPAJAKAN LANJUTAN

ASPEK PERPAJAKAN DANA PENSIUN

Dosen Pembimbing:

Drs. Rinaldi Munaf, MM, Ak, CPA, CA

Oleh kelompok 4:

Ali Oktari (1810531023)

Elga Arilma Putri (1810531029)

Dirat Azhari (1810531039)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN AJARAN 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

”Aspek Perpajakan Dana Pensiun” ini pada waktu yang telah ditentukan.Sholawat beserta

salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam

pembuatan makalah ini terutama kepada Bapak Drs. Rinaldi Munaf, MM, Ak, CPA, CA

selaku dosen pembimbing pada matakuliah perpajakan lanjutan.Kami menyadari masih

banyak kekurangan yang terdapat didalam makalah ini karna keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman.Untuk itu kami mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk

kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Padang, 11 februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................................i

Daftar Isi...................................................................................................................................ii

BAB I : Pendahuluan...........................................................................................................iii

A. Latar Belakang.....................................................................................................iii

B. Rumusan Masalah................................................................................................iv

C. Tujuan...................................................................................................................v

BAB II : Pengkajian...............................................................................................................1

BAB III : Landasan Teori.......................................................................................................3

A. Dana pensiun.........................................................................................................3

B. Program pensiun....................................................................................................4

BAB IV : Pembahasan............................................................................................................6

A. Dana pensiun.........................................................................................................6

B. Aspek perpajakan dana pensiun serta Penghitungan Pajak Dana Pensiun..........12

BAB V : Penutup....................................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perpajakan dan dana pensiun merupakan dua aspek penting yang perlu

dipahami.karna pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi negara sedangkan dana

pensiun adalah suatu bentuk pengeluaran negara yang diberikan kepada para pengabdi

bangsa yang dikategorikan sebagai pekerja tetap yang sudah habis masa kontrak kerjanya

karena disebabkan oleh beberapa hal seperti karna faktor usia,fisik,ataupun karna alasan

lainnya yang mana keputusan tersebut harus dihormati oleh atasannya.

Perpajakan adalah suatu iyuran wajib yang diserahkan oleh wajb pajak baik orang

pribadi maupun wajib pajak badan kepada kas negara terhadap penggunaan objek yang

dikenakan pajak yang mana dapat dipaksakan oleh undang-undang dan imbalannya tidak

dapat dinikmati secara langsung oleh wajib pajak tersebut serta bertujuan untuk

meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan seluruh masyarakat disuatu negara. Indonesia

sendiri tingkat wajib pajak yang taat akan pajak itu minim sekali,karna seperti yang kita

ketahui bahwa pajak merupakan beban bagi seluruh wajib pajak sehingga mereka enggan

untuk membayar pajak tersebut belum lagi terkadanng sistem administrasi yang rumit juga

dapat menyebabkan wajib wajak malas untuk membayarkan pajaknya. Hal ini sangat bertolak

belakakang dengan pemerintahan atau negara,yang mana bagi negara pajak adalah suatu

pendapatan terbesar yang perlu diatur pengelolaannya dengan sebaik mungkin karna dana

dari pajak ini akan digunakan untuk menutupi kebutuhan negara itu sendiri dan juga untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan seperti pengalokasian dana untuk

pendidikan ,kesehatan,ataupun pelatihan yang dapat menyiapkan para generasi bangsa yang

cerdas,sehat dan berintegritas.

iii
Mengingat pentingnya masalah perpajakan dalam pengelolaan dana pensiun dan

untuk mengantisipasi berbagai penyalahgunaan berbagai aspek dalam perpajakan tersebut,

maka perlu adanya pedoman mendasar tentang aspek perpajakan tersebut.Peraturan aspek

perpajakan dana pensiun mengacu pada undang-undang No.6 tahun 1983 tentang ketentuan

umum dan tata cara perpajakan sebagaimana diubah terakhir dengan undang-undang No.16

tahun 2000.Dana pensiun adalah suatu subjek pajak yang dikategorikan sebagai subjek pajak

badan yang menurut peraturan per undang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan

kewajiban perpajakan termasuk dalam pemungutan dan pemotongan pajak tersebut.

Selain undang-undang No.6 tahun 1983 atau yang sudah diperbarui undang-undang

No.16 tahun 2000 tentang tata cara perpajakan juga ada ketentuan lain yang menngatur

tentang aspek perjakan dana pensiun ini yaitu salah satu nya Peraturan Menteri Keuangan

tentang Tata Cara Pemotongan pajak penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan berupa Uang

Pesangon,Uang Manfaat Pensiun,Tunjangan Hari Tua,dan Jaminan Hari Tua yang dibayarkan

sekaligus.Peraturan ini menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan uang manfaat dana

pensiun adalah setiap penghasilan atas manfaat dana pensiun yang dibayarkan kepada orang

pribadi peserta dana pensiun secara sekaligus atau serentak sesuai denganketentuan peraturan

perundang-undangan dibidang dana pensiun oleh dana pensiun pemberi kerja atau dana

pensiun lembaga keuangan yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan.

B. Rumusan Masalah

1.Apa yang diaksud dengan dana pensiun?

2.Bagaimana perlakukan aspek perpajakan terhadap dana pensiun?

3.bagaimana cara penghitungan pajak dana pensiun?

iv
C. Tujuan

1.untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan dana pensiun

2.untuk mengetahui bagaimana bentuk perlakuan aspek perpajakan terhadap dana pensiun

3.untuk mengetahui bagaimana cara penghitungan pajak dana pensiun

v
BAB II
PENGKAJIAN

Pajak adalah iyuran wajib yang dibayarkan kepada kas negara oleh wajib pajak baik

orang pribadi maupun wajib pajak badan yang dapat dipaksakan oleh undang-undang yang

mana manfaatnya tidak dapat dinikmati secara langsung dan bertujuan untuk menutupi

kebutuhan negara serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Masa pensiun merupakan masa dimana seseorang berhenti bekerja saat memasuki

usia tertentu,menurut pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.18 tentang Akuntansi

Dana Pensiun dan Undang-Undang Dana Pensiun(Pasal 1 ayat 1 UUNo.11 tahun 1992)

terdapat dua jenis program pensiun yaitu: program pensiun manfaat pasti dan program

pensiun iuran pasti.program pensiun manfaat pasti adalah suatu program yang mengupayakan

manfaat pensiun bagi peserta sedangkan program pensiun iuran pasti merupakan manfaat

pensiun yang didapatkan tergantung pada akumulasi iuran dan hasil pengembangan.

Menurut pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.18 tentang akuntansi dana

pensiun,dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang

menjajikan manfaat pensiun.

Jenis-Jenis dana pensiun:

1. Dana pensiun pemberi kerja(DPPK)

Yaitu dana pensiun yang dibentuk dan dikelola oleh suatu badan atau perusahaan

pemberi kerja dan memberi program pensiun manfaat pasti dan iuran pasti bagi seluruh

karyawan atau pegawainya.

2. Dana pensiun lembaga keuangan(DPLK)

1
Yaitu dana pensiun yang didirikan oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa bagi

masyarakat umum,baik karyawan atau pegawai maupun pekerja mandiri.

Subjek pajak atau wajib pajak dari pensiunan adalah para pegawai tetap atau orang

pribadi yang bekerja pada pemberi kerja ,yang menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah

tertentu secara berkala,termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas

yang secara teratur dan terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan atau lembaaga

tertentu secara langsung.

Penerima manfaat dana pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima

atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan dimasa lalu,termasuk orang

pribadi atau ahli warisnya yang menerima tabungan hari tua atau tunjangan hari tua.

2
BAB III

LANDASAN TEORI

A. Dana Pensiun

Menurut Wahab (2005:34) “Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan

memnjalakan program yang menjanjikan pembayaran berkala kepada peserta pada saat

mencapai usia pensiun atau pada saat lain,dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan dana

pensiun”.

Menurut Undang-undang Dana pensiun (UU No.11tahun 1992) “Dana pensiun adalah

badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat

pensiun(pasal 1 ayat 1 UU No.11tahun 1992)”.

Menurut undang-undang diatas ada dua jenis dana pensiun yaitu:

1. Dana pensiun pemberi kerja (DPPK)

Dana pensiun pemberi kerja adalah dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau

badan yang mempekerjakan karyawan,selaku pendiri,untu menyelenggarakan program

pensiun manfaat pasti atau program pensiun iuran pasti,bagi kepentingan sebagian atau

seluruh karyawannya sebagai peserta,dan yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi

kerja (pasal 1 ayat 2 UU No.11 tahun 1992).

2. Dana pensiun lembaga keuangan (DPLK)

Dana pensiun lembaga keuangan adalah dana pensiun yang didirikan oleh bank

atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan program program pensiun iuran

pasti bagi perorangan,baik bagi karyawan pemberi kerja maupun pekerja mandiri yang

3
terpisah dari dana pensiun pemberi kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi

jiwa yang bersangkutan (pasal 1 ayat 4 UU No.11 tahun 1992).

Dana pensiun harus terdaftar secara hukum sehingga para pesertanya tetap mendapat

kepastian hukum dari program yang diikutinya .hal ini berlaku untuk dana pensiun pemberi

kerja maupun untuk dana pensiun lembaga keuangan.bagaimanapun juga kedua jenis dana

pensiun ini memiliki fungsi yang sama yakni untuk menyediakan program pemberian

manfaat pensiun bagi pesertanya.hanya saja peserta program pensiun disini sangat berbeda

dimana dalam dana pensiun pemberi kerja,pesertanya adalah para karyawan yang

dipekerjakan oleh dana pensiun bersangkutan.sedangkan dalam dana pensiun lembaga

keuangan,pesertanya adalah pihak eksternal atau non-pegawai dari dana pensiun

bersangkutan.

B. Program Pensiun

Menurut pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.8 tentang akuntnsi dana

pensiun,”program pensiun adalah setiap proram yang mengupayakan manfaat pensiun bagi

peserta”.

Menurut wild ,Subramanyam dan halsey (dalam bachtiar:2005:177),”program pensiun

(pensiun plan) merupakan janji pemberi kerja untuk untuk menyediakan imbalan pensiun

bagi pekerja,dan perjanjian tersebut melibatkan tiga pihak yaitu : pemberi kerja atau pihak

yang memberikan kontribusi pada program pensiun,pekerja yang menerima imbalan,dan dana

pensiun.dana pensiun (pensiun fund) terpisah dari pemberi kerja dan diadministrasikan oleh

pihak yang ditunjuk (trustee)”.

Sedangkan menurut kieso,weygandt,dan warfield (dalam Wibowo:2002 :147) “program

pensiun (pensiun plan) adalah sebuah perjanjian yang menetapkan bahwa pemberi kerja atau

4
majikan memberikan tunjangan (pembayaran) kepada para karyawan setelah mereka pensiun

atas jasa-jasa yang mereka berikan ketika masih bekerja”.

Sebelum lahirnya UU Dana pensiun ,dikenal beberapa istilah dana pensiun yaitu:

a) program pensiun yang dikelola oleh perusahaan atau pemberi kerja yang dibayarkan

dari cadangan perusahaan (book reserve) atau dari biaya perusahaan (pay as you go).

b) program pensiun yang dikelola oleh yayasan dana pensiun yang telah memperoleh

persetujuan menteri keuangan sebelumnya dan telah memperoleh fasilitas perpajakan

dari pemerintah.

c) program pensiun pegawai negri sipil atau pejabat negara yang dikelola oleh

PT.Taspen.

d) program pensiun anggotaTNI dan Polri yang dikelola oleh PT.Asabri.

Menurut Wahab (2005:35) “program pensiun yang dikelola perusahaan atau pemberi

kerja tersebut ada yang diatur dengan kesepakatan kerja bersama (KKB) antara serikat

pekerja perusahaan (mewakili karyawan/pekerja) dengan perusahaan”.

Menurut Manulang (2001:74) : Kesepakatan kerja bersama (KKB) adalah perjanjian

atau kesepakatan yang diadakan antara serikat pekerja atau serikat pekerja yang telah

terdaftar pada departemen tenaga kerja dengan pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang

berbadan hukum yang pada umumnya atau semata-mata memuat syarat-syarat kerja yang

harus diperhatikan dalam perjanjian kerja.dasa hukum atau peraturan perundang-undangan

yang mengatur KKB adalah : UU No.21 tahun 1954,PP No.49 tahun 1954,UU No.18 tahun

1956, peraturan menteri tenaga kerja No.01 tahun 1985.

5
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Dana pensiun

Dana pensiun adalah hak seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah

bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab-sebab lain sesuai

dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Penghasilan dalam hal ini biasanya diberikan

dalam bentuk uang dan besarnya tergantung dari peraturan yang ditetapkan.

Pengertian perusahaan dana pensiun secara umum dapat merupakan perusahaan

yang memungut dana dari masyarakat kepada peserta pensiun sesuai perjanjian. Artinya

dana ini dikelola oleh suatu lembaga dan pemungutan dana diperoleh dari pendapatan

para karyawan suatu perusahaan, kemudian membayarkan kembali dana tersebut dalam

bentuk pensiun setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak.

Pengertian sesuai perjanjian disni adalah diberikanya dana pada saat karyawan tersebut

sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab-sebab lain, sehingga memperoleh hak untuk

mendapatkan dana tersebut.

Menurut Undang – undang nomor 11 tahun 1992 dana pensiun adalah badan

hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun.

Dengan demikian, jelas bahwa yang mengelola dana pensiun adalah perusahaan yang

memiliki badan hukum seperti bank umum atau asuransi jiwa. Jadi kegiatan perusahaan

dana pensiun adalah memungut dana dari iuran yang dipotong dari pendapatan karyawan

suatu perusahaan. Iuran ini kemudian di investasikan lagi kedalam berbagai kegiatan

usaha yang memberikan keuntungan

6
A. Manfaat Dana Pensiun

Setelah kita membahas tentang pengertian dari dana satu ini, sekarang kita akan

membahas manfaat dari dana pensiun bagi karyawan maupun lembaga pengelola.

Manfaat atau tujuan penyelenggaraan dana penerima pensiun dapat dilihat dari dua atau

tiga pihak yang terlibat. Jika hanya dua pihak berarti antara pemberi kerja dengan

karyawannya sendiri. Sedangkan jika tiga pihak , yaitu pemberi kerja, karyawan dan

lembaga pengelola dana pensiun, dimana kemudian masing-masing pihak memiliki tujuan

tersendiri.

1. Bagi pemberi kerja tujuan atau manfaat penyelenggaraan dana pensiun bagai

karyawan adalah sebagai berikut:

 Memberikan penghargaan kepada para karyawan yang telah

mengabdi diperusahaan tersebut.

 Agar dimasa usia pensiun karyawan tersebut tetap dapat menikmati

hasil yang diperoleh setelah bekerja diperusahaannya.

 Memberikan rasa aman sehingga dapat menurunkan turn

over karyawan.

 Meningkatkan motivasi karyawan dalam melaksanakan tugas

sehari – sehari.

 Meningkatkan citra perusahaan dimata masyarakat dan pemerintah.

2. Bagi karyawan yang menerima pensiun, manfaat yang diperoleh dengan

adanya dana pensiun yaitu:

 Kepastian memperoleh penghasilan dimasa yang akan datang

setelah memasuki masa pensiun.

7
 Memberikan rasa aman dan dapat meningkatkan motivasi untuk

bekerja.

3. Bagi lembaga pengelola dana pensiun tujuan penyelenggaraan dana pension

yaitu:

 Mengelola dan pensiun untuk memperoleh keuntungan dengan

melakukan berbagai kegiatan investasi

 Turut membantu dan mendukung program pemerintah.

4. Manfaat Dana Pensiun bagi Keluarga Pekerja

Selain pekerja yang pensiun, keluarga pekerja tersebut juga membutuhkan

jaminan hidup sehingga jaminan pensiun ini dibuat dalam bentuk program yang

memberikan jaminan pendapatan bulanan seumur hidup untuk pekerja yang

pensiun atau berhenti kerja karena cacat, dan untuk ahli warisnya. Besarnya

manfaat pensiun untuk setiap tahun iuran dapat berupa persentase dari rata-rata

gaji atau nominal tertentu. Peserta jaminan pensiun adalah pekerja yang telah

membayar iuran.

Manfaat jaminan pensiun dalam bentuk uang tunai yang diterima setiap

bulan dengan ketentuan sebagai berikut:

 Pensiun hari tua, diterima peserta setelah pensiun sampai

meninggal dunia

 Pensiun cacat, diterima peserta yang cacat akibat kecelakaan atau

akibat penyakit sampai meninggal dunia

 Pensiun janda/duda, diterima janda/duda ahli waris peserta sampai

meninggal dunia atau menikah lagi

 Pensiun anak, diterima anak ahli waris peserta sampai mencapai 23

(dua puluh tiga) tahun, bekerja, atau menikah

8
 Pensiun orang tua, diterima orang tua ahli waris peserta lajang

sampai batas waktu tertentu sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Manfaat jaminan pensiun ini berlaku jika memenuhi kondisi sebagai

berikut:

 Peserta jaminan pensiun atau ahli warisnya berhak mendapatkan

pembayaran uang pensiun berkala setiap bulan setelah memenuhi

masa iuran minimal 15 (lima belas) tahun

 Jika peserta meninggal dunia pada masa pembayaran iuran selama

15 (lima belas) tahun tersebut, ahli warisnya tetap berhak

mendapatkan manfaat jaminan pensiun.

B. Jenis-Jenis Pensiun

Pensiun juga memiliki macam-macam jenis. Secara umum jenis pensiun yang

dapat dipilih oleh karyawan yang akan menghadapi pensiun sebagai berikut:

 Pensiun Normal.

Pensiun normal yaitu pensiun yang diberikan untuk karyawan yang usianya telah

mencapai masa pensiun seperti yang ditetapkan perusahaan. Sebagai contoh, rata rata

usia pensiun di Indonesia adalah telah berusia 55 tahun dan 60 tahun untuk profesi

tertentu.

 Pensiun Dipercepat.

Jenis pensiun ini untuk kondisi tertentu, misalnya karena adanya pengurangan

pegawai di perusahaan tertentu.

 Pensiun Ditunda.

Pensiun ditunda merupakan pensiuan yang diberikan kepada para karyawan yang

meminta pensiun sendiri, namun usia pensiun belum memenuhi syarat untuk pensiun.

9
Dalam hal tersebut karyawan yang mengajukan tetap keluarnya dan pensiunnya baru

dibayar pada saat usia pensiun tercapai.

 Pensiun Cacat.

Pensiun yang diberikan bukan karena usia, tetapi lebih disebabkan peserta mengalami

kecelakaan sehingga dianggap tidak mampu lagi untuk dipekerjakan. Pembayaran

pensiun biasanya dihitung berdasarkan formula manfaat pensiun normal dimana masa

kerja diakui seolah-olah sampai usia pensiun normal.

C. Jenis-Jenis Dana Pensiun

Selain jenis pensiun, ternyata dana pensiun juga dibagi dari beberapa jenis.

Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992, dana pensiun dapat digolongkan

kedalam beberapa jenis yaitu:

o Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)

o Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)

Pengelolaan Dana pensiun dapat dilakukan oleh pemberi kerja (DPPK) atau

lembaga keuangan (DPLK). Perusahaan mempunyai beberapa alternatif. Altenatif ini

disesuaikan dengan tujuan perusahaan, tanpa menghilangkan hak karyawan. Alternatif

yang dapat dipilih, antara lain:

a. Mendirikan sendiri dana pensiun bagi karyawannya

b. Mengikuti program pensiun yang diselenggarakan oleh dana pensiun lembaga

keuangan lain

c. Mendirikan dana pensiun secara bersama sama dengan pemberi kerja.

Selanjutnya, penyelenggaraan dana pensiun lembaga keuangan dapat pula

dilakukan oleh bank umum atau asuransi jiwa setelah mendapat pengesahan dari

10
Menteri Keuangan (DPLK). Menurut ketentuan diatas program pensiun yang dapat

dijalankan adalah sebagai berikut:

1. Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP). Program pensiun manfaat pasti

merupakan program pensiun yang besar manfaat pensiun ditetapkan dalam

peraturan dana pensiun. Seluruh iuran merupakan beban karyawan yang

dipotong dari gajinya. Program ini dikaitkan dengan masa kerja dan besar

penghasilan kita untuk menentukan besaran uang pensiun.

Berikut kelebihan dari program pensiun manfaat pasti, yaitu:

 Uang pensiun ditentukan terlebih dahulu sesuai dengan gaji karyawan,

sehingga pekerja dapat menentukan besarnya uang yang akan diterima

pada saat mencapai usia pensiun.

 Berlaku surut, artinya dapat mengakomodasi masa kerja yang telah

dilalui pekerja apabila, program pensiun dibentuk jauh setelah

perusahaan berjalan.

Berikut kelemahan dari program pensiun manfaat pasti, yaitu:

 Perusahaan menanggung resiko atas kekurangan dana apabila hasil

investasi tidak mencukupi

 Program ini relatif lebih sulit untuk dikelola dari sisi administrasinya.

2. Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). Program pensiun iuran pasti, besarnya

manfaat pensiun tergantung dari hasil pengembangan kekayaan dana pensiun.

Iuran ditanggung bersama oleh karyawan dan perusahaan pemberi kerja.

11
Program pensiun ini terdiri dari money purchase plan, profit

sharing dan saving plan dimana besarnya uang pensiun didasarkan pada iuran

dibayarkan pekerja dan perusahaan (pemberi kerja).

Berikut kelebihan dari program pensiun iuran pasti, yaitu:

 Iuran dari perusahaan dapat diperhitungkan secara pasti

 Lebih mudah memperhitungkan besarnya iuran bagi pekerja sehingga

proses administrasinya juga lebih gampang dikelola.

Berikut kelemahan dari program pensiun iuran pasti, yaitu:

 Susah memprediksi penghasilan pada saat mencapai usia pensiun karena

karyawan menanggung resiko atas ketidakberhasilan investasi

 Tidak berlaku surut, artinya tidak dapat mengakomodasikan masa kerja

yang telah dilalui karyawan.

2. Aspek Perpajakan Dana Pensiun serta Perhitungannya

a. Kebijakan Umum Sistem Perpajakan

Kebijakan Umum dalam sistem perpajakan pada Dana Pensiun Perhutani,

yaitu sebagai berikut :

1) Dana Pensiun sebagai badan merupakan Wajib Pajak yang menurut

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk

melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut atau pemotong pajak

tertentu;

12
2) Dana Pensiun mempunyai kedudukan khusus sebagai Wajib Pajak, terkait

dengan adanya pembebasan pajak bagi sebagian pendapatan hasil

pengembangan dana;

3) Dana Pensiun Perhutani menyelenggarakan pembukuan yang merupakan

salah satu kewajiban Wajib Pajak guna mencerminkan keadaan atau

kegiatan usaha yang sebenarnya;

4) Dana Pensiun Perhutani menggunakan nomor yang diberikan kepada Wajib

Pajak atau Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai sarana dalam

administrasi perpajakan yang digunakan sebagai identitas Wajib Pajak dalam

melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan;

5) Menghitung Pajak yang terhutang atau pajak yang harus dibayar pada suatu

saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;

6) Dana Pensiun menggunakan Surat Setoran Pajak untuk melakukan

pembayaran pajak yang terhutang ke Kas Negara melalui kantor pos atau

bank badan usaha milik negara atau di tempat pembayaran lainnya yang

ditunjuk oleh Menteri Keuangan;

7) Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) yang oleh Dana Pensiun sebagai

Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran

pajak yang terhutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan;

8) Membantu proses pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas perpajakan

dalam rangka melaksanakan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak, untuk

mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lain untuk

13
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban dan untuk tujuan lain dalam

rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

b. Pajak penghasilan (PPh) atas Dana Pensiun

(PP Nomor 68 Tahun 2009)

Pasal 1:

1. Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan sehubungan dengan

pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima

atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sebagaimana diatur dalam

Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

2. Pegawai adalah orang pribadi dalam negeri yang menerima penghasilan berupa uang

pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, dan jaminan hari tua yang

dibayarkan sekaligus.

3. Uang Pesangon adalah penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja termasuk

Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja kepada pegawai, dengan nama dan dalam

bentuk apapun, sehubungan dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan

hubungan kerja, termasuk uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.

4. Uang Manfaat Pensiun adalah penghasilan dari manfaat pensiun yang dibayarkan

kepada orang pribadi peserta dana pensiun secara sekaligus sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang dana pensiun oleh Dana Pensiun Pemberi

Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan yang pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan. Salah satu penghasilan yang termasuk di dalam peraturan itu

adalah Uang Manfaat Pensiun. Uang Manfaat Pensiun adalah penghasilan dari

manfaat pensiun yang dibayarkan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi pemilik dana

pensiun sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang dana pensiun

14
oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan

(DPLK) yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

5. Tunjangan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan

penyelenggara tunjangan hari tua kepada orang pribadi yang telah mencapai usia

pensiun.

6. Jaminan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan

penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja kepada orang pribadi yang berhak dalam

jangka waktu yang telah ditentukan atau keadaan lain yang ditentukan.

7. Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja adalah badan yang dituniuk oleh pemberi

kerja untuk mengelola Uang Pesangon yang selanjutnya membayarkan Uang

Pesangon tersebut kepada Pegawai dari pemberi kerja pada saat berakhirnya masa

kerja atau terjadi pemutusan hubungan kerja.

8. Pemotong Pajak adalah pemberi kerja, Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja,

Dana Pensiun Pemberi Kerja, atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan, badan

penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan lain yang membayar Uang

Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua.

Adapun pihak pemotong pajak oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja atau Dana Pensiun

Lembaga Keuangan. Nantinya pajak penghasilan yang dipotong untuk disetorkan

kepada Kas Negara dan Kantor Perbendaharaan.

Pasal 2:

1. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai berupa Uang Pesangon, Uang

Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan

sekaligus dikenai pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang bersifat final.

15
2. Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau

Jaminan Hari Tua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dianggap dibayarkan

sekaligus dalam hal sebagian atau seluruh pembayarannya dilakukan dalam jangka

waktu paling lama 2 (dua) tahun kalender.

Karena alasan keuangan, pembayaran Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,

Tunjangan Hari Tua atau jaminan Hari Tua yang seharusnya dibayarkan sekaligus,

dilakukan dalam beberapa kali pembayaran. Pembayaran dalam beberapa kali

pembayaran sepanjang dilakukan dalam waktu 2 (dua) tahun kalender dianggap

sebagai pembayaran secara sekaligus, dan dihitung sebagai satu kesatuan untuk

pengenaan pajaknya.

Pasal 3:

1. Pembayaran Uang Pesangon kepada Pegawai dapat dilakukan secara langsung oleh

pemberi kerja atau dialihkan kepada Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja.

Pada dasarnya kewajiban pembayaran Uang Pesangon dilakukan oleh pemberi kerja

kepada pegawainya pada saat terjadi pemutusan hubungan kerja. Namun ada kalanya,

kewajiban pembayaran Uang Pesangon tersebut dialihkan kepada Pengelola Dana

Pesangon Tenaga Kerja melalui pengalihan dana pesangon secara sekaligus atau

secara bertahap atau berkala.

2. Dalam hal pemberi kerja mengalihkan Uang Pesangon secara sekaligus kepada

Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja, Pegawai dianggap telah menerima hak atas

UangPesangon.

Apabila pemberi kerja mengalihkan Uang Pesangon secara sekaligus kepada Pengelola

Dana Pesangon Tenaga Kerja, maka Pegawai dianggap telah menerima hak atas Uang

16
Pesangon, sehingga pemberi kerja sudah mempunyai kewajiban pemotongan Pajak

Penghasilan Pasal 21 pada saat pengalihan tersebut.

3. Dalam hal pemberi kerja mengalihkan Uang Pesangon secara bertahap atau berkala

kepada Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja, Pegawai dianggap belum

menerimahak atas Uang Pesangon.

4. Dalam hal pemberi kerja mengalihkan Uang Pesangon secara bertahap atau berkala
kepada Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja, Pegawai dianggap belum

menerimahak atas Uang Pesangon.

Dalam hal pemberi kerja mengalilkan Uang Pesangon secara bertahap atau berkala

kepada Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja, maka Pegawai dianggap belum

menerima hak atas Uang Pesangon, sehingga pemberi kerja tidak mempunyai

kewajiban untuk memotong Pajak Penghasilan Pasal 21 pada saat pengalihan tersebut.

Pasal 4:

Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa Uang Pesangon ditentukan sebagai

berikut :

a. sebesar 0% (nol persen) atas penghasilan bruto sampai dengan Rp 50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah);

b. sebesar 5% (lima persen) atas penghasilan bruto di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) sampai dengan Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah);

c. sebesar 15% (lima belas persen) atas penghasilan bruto di atas Rp 100.000.000,00

(seratus juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);

d. sebesar 25% (dua puluh lima persen) atas penghasilan bruto di atas Rp

500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah).

17
Dengan memperhatikan bahwa besarnya Uang Pesangon dikaitkan dengan masa kerja dan

besarnya upah atau penghasilan yang diterima setiap bulan, maka tarif Pajak Penghasilan

Pasal 21 yang dikenai bersifat progresif. Namun untuk memberikan keadilan,

kemudahan, dan kepastian hukum bagi Pegawai yang menerimanya, lapisan tarif progresif

yang diberlakukan berbeda dengan lapisan tarif yang ditentukan dalam Pasal 17 ayat (1)

huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Contoh perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dipotong atas penghasilan berupa Uang

Pesangon dengan jumlah Rp 175.000.000,00.

Penghasilan bruto Rp 175.000.000,00


Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang :
0% x Rp50.000.000,00 = RP 0,00
5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp75.000.000,00 = Rp 11.250.000,00 (+)
______________
Rp13.750.000,00

Dalam hal pembayaran Uang Pesangon dalam contoh tersebut di atas dilakukan dalam
beberapa kali pembayaran, misalnya :

a. Bulan Desember 2009 = Rp 50.000.000,00


b. Bulan April 2010 = Rp 125.000.000.00 (+)
_______________
Jumlah Rp 175.000.000,00

Perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 didasarkan pada jumlah


pembayaran sebagai satu kesatuan, yaitu sebesar Rp 175.000.000.00

Pajak Penghasilan Pasal 21 yang harus dipotong :


Bulan Desember 2009:
Jumlah penghasilan bruto Rp 50.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang :
0% x Rp50.000.000.00 = Rp 0,00
Bulan April 2010:
Jumlah penghasilan bruto Rp 125.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang :
5% x Rp 50.000.000.00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp75.000.000.00 = Rp 11.250.000,00 (+)
______________
Jumlah Rp 13.750.000,00

18
Jumlah seluruh Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dipotong : Rp 0,00 + Rp
13.750.000,00 = Rp 13.750.000,00

Pasal 5:

Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan

Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua ditentukan sebagai berikut:

a. sebesar 0% (nol persen) atas penghasilan bruto sampai dengan Rp 50.000.000.00

(lima puluh juta rupiah);

b. sebesar 5% (lima persen) atas penghasilan bruto di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah).

Berdasarkan pertimbangan bahwa Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau

Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus merupakan nilai tunai atas Uang Manfaat

Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan secara berkala untuk

jangka waktu yang cukup lama, maka penghasilan yang diterima sekaligus tersebut pada

dasarnya penghasilan yang seharusnya diterima untuk beberapa tahun pajak. Dengan

memperhatikan besarnya Uang Manfaat Pensiun yang berlaku saat ini pada umumnya, maka

penghasilan sekaligus tersebut jika dialokasikan dalam beberapa tahun masih berlaku tarif

terendah yaitu sebesar 5% (lima persen).

Ketentuan ini diberikan untuk memberikan keadilan, kemudahan, kesederhanaan, dan

kepastian hukum bagi penerima pensiun yang sudah masuk dalam usia tidak produktif. Untuk

memberikan perlakuan yang sama dengan Uang Pesangon, maka atas jumlah sampai dengan

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dikenai tarif 0% (nol persen).

19
Contoh perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dipotong atas pembayaran

Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus sebesar Rp 150.000.000,00 adalah:

Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus Rp 150.000.000,00

Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang:


0% x Rp 50.0000.000,00 = Rp 0,00
5% x Rp 100.000.000,00 = Rp 5.000.000,00
_____________
Jumlah = Rp 5.000.000,00

Dalam hal jumlah pembayaran uang Jaminan Hari Tua tersebut di atas dibayarkan dalam
beberapa kali pembayaran, misalnya :

Bulan Desember 2009 sebesar Rp 50.000.000,00


Bulan Februari 2010 sebesar Rp 100.000.000,00
_______________
Jumlah Rp 150.000.000,00

Pajak Penghasilan Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebagai berikut:

Bulan Desember 2009:= Rp 0,00


0% x Rp50.000.000,00
Bulan Februari 2010:= Rp 5.000.000,00
5% x Rp 100.000.000,00
_____________
Jumlah = Rp 5.000.000,00

Pasal 6:

1. Dalam hal terdapat bagian penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)

yang terutang atau dibayarkan pada tahun ketiga dan tahun-tahun berikutnya,

pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dilakukan dengan menerapkan tarif Pasal 17

ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan atas jumlah bruto seluruh

penghasilan yang terutang atau dibayarkan kepada Pegawai pada masing-masing

tahun kalender yang bersangkutan.

20
Misalkan pembayaran Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan

Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang seharusnya dilakukan sekaligus, namun masih

dilakukan bagian pembayaran pada tahun ketiga sebesar Rp50.000.000,00, jika

kepada Wajib Pajak orang pribadi yang bersangkutan dalam tahun tersebut hanya

dibayarkan penghasilan tersebut, Pajak Penghasilan Pasal 21 yang harus dipotong

dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak

Penghasilan atas jumlah bruto tersebut, yaitu sebesar 5% x Rp 50.000.000,00 = Rp

2.500.000,00.

2. Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dipotong sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

bersifat final dan dapat diperhitungkan sebagai pembayaran pajak pendahuluan atau

kredit pajak.

3. Atas pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku ketentuan Pasal 21 ayat (5a) Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Penerima penghasilan sebagaimana contoh penjelasan ayat (1) yang tidak

mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak, maka Pajak Penghasilan Pasal 21 yang harus

dipotong sebesar 120% x 5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 3.000.000,00.

Pasal 7:

1. Pemotong Pajak wajib menghitung, memotong, menyetorkan, dan melaporkan Pajak

Penghasilan Pasal 21 yang terutang atas Uang Pesangon, Uang Manfaat

Pensiun,Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua.

2. Pemotong Pajak wajib memberikan bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 baik

diminta maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak kepada Pegawai yang

berhak menerima Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,Tunjangan Hari Tua, atau

Jaminan Hari Tua.

21
3. Kewajiban menghitung, memotong, menyetorkan, dan melaporkan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan kewajiban memberikan bukti pemotongan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), tetap dilakukan terhadap Pegawai yang dikenai tarif Pajak

Penghasilan Pasal 21 sebesar 0%(nol persen).

Pasal 8:

1. Dalam hal pembayaran Uang Pesangon dialihkan oleh pemberi kerja kepada Pengelola

Dana Pesangon Tenaga Kerja dengan pembayaran secara sekaligus sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dilakukan

oleh pemberi kerja padasaat pengalihan Uang Pesangon.

2. Dalam hal pembayaran Uang Pesangon dialihkan oleh pemberi kerja kepada Pengelola

Dana Pesangon Tenaga Kerja dengan pembayaran secara bertahap atau berkala

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3), pemberi kerja tidak melakukan

pemotongan Pajak Penghasilan Pasal21 atas pengalihan Uang Pesangon tersebut.

3. Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Uang Pesangon sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dilakukan oleh Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja pada

saatpembayaran Uang Pesangon kepada Pegawai.

22
BAB V

PENUTUP

Dana pensiun adalah hak seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah

bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab-sebab lain sesuai

dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Penghasilan dalam hal ini biasanya diberikan

dalam bentuk uang dan besarnya tergantung dari peraturan yang ditetapkan.

Manfaat atau tujuan penyelenggaraan dana penerima pensiun dapat dilihat dari

dua atau tiga pihak yang terlibat. Jika hanya dua pihak berarti antara pemberi kerja

dengan karyawannya sendiri. Sedangkan jika tiga pihak , yaitu pemberi kerja, karyawan

dan lembaga pengelola dana pensiun, dimana kemudian masing-masing pihak memiliki

tujuan tersendiri.

Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa Uang Pesangon

ditentukan sebagai berikut : sebesar 0% (nol persen) atas penghasilan bruto sampai

dengan Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah); sebesar 5% (lima persen) atas

penghasilan bruto di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp

100.000.000,00 (seratus juta rupiah); sebesar 15% (lima belas persen) atas penghasilan

bruto di atas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah); sebesar 25% (dua puluh lima persen) atas penghasilan bruto di

atas Rp 500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah).

23
DAFTAR PUSTAKA

Pemerintah Indonesia.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2009

Tentang Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan berupa Uang Pesangon,

Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan hari Tua yang dibayarkan

Sekaligus. Diakses melalui

https://www.ortax.org/ortax/?mod=forum&page=show&idtopik=16255&hlm=2

pada tanggal 14 Februari 2020 pukul 13.20.

Pemerintah Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2010 Tentang Tata

Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan berupa Uang

Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan hari Tua yang

dibayarkan Sekaligus. Diakses Melalui

http://www.ortax.org/files/downaturan/10PMK.03_16.pdf pada tanggal 14 Februari

2020 pukul 15.00.

Arniati,Muammar.2012.Dampak Perencanaan Pajak Penghasilan Pasal 21 terhadap Jumlah

Pajak Penghasolan Tahunan dalam Jurnal Integrasi. Batam, Indonesia. Vol. 4 No.2

Hal 187-193.

Wardhani, I Gusti Ayu Komang Kusuma dan I Nyoman Widana. 2014. Perhitungan Dana

Pensiun dengan Metode Projected Unit Credit dan Individual Level Premium dalam

E-Jurnal Matematika.Bali, Indonesia. Vol.3 No.2 Hal; 64-74 diakses Melalui

https://ojs.unud.ac.id/index.php/mtk/article/view/9617/7127 Pada 15 Februari pukul

19.00 WIB.

Diana,Anastasia dan Lilis Setiawati.1993. Perpajakan Indonesia;Konsep,Aplikasi dan

Penuturan Praktis. Bandung.Eresco.

24

Anda mungkin juga menyukai