Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

ASPEK PAJAK DANA PENSIUN

Disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat melengkapi tugas mata kuliah
Seminar Perpajakan

Disusun Oleh :
Kelompok :
Annisa Rahma Marchia C10210149
Tiara Nurrizki Lasanti C10210144
Siti Aolia Trihapsari C10210169
Destianing Dwi Hanani C10210171

PROGRAM STUDI STRATA SATU AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) EKUITAS
BANDUNG
2024
KATA PENGANTAR

Puji sykur kami sampaikan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan dan keschatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Aspek
Perpajakan Dana Pensiun" ini pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat beserta salam
semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Makalah ini kami susun untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Seminar Perpajakan yang berjudul “Aspek Pajak
Dana Pensiun”. Selain itu penulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan baik untuk
penulis atau bagi pembaca.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat didalam makalah ini karna
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu kami mengaharapkan kritik dan saran
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca. Untuk itu, kami ucapkan terimakasih.

Bandung, 21 Februari 2024

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perpajakan dan dana pensiun merupakan dua aspek penting yang perlu dipahami
karena pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi negara sedangkan dana pensiun
adalah suatu bentuk pengeluaran negara yang diberikan kepada para pengabdi bangsa yang
dikategorikan sebagai pekerja tetap yang sudah habis masa kontrak kerjanya karena
disebabkan oleh beberapa hal seperti karna faktor usia,fisik,ataupun karna alas an lainnya
yang mana keputusan tersebut harus dihormati oleh atasannya.

Perpajakan adalah suatu iuran wajib yang diserahkan oleh wajb pajak baik orang
pribadi maupun wajib pajak badan kepada kas negara terhadap penggunaan objek yang
dikenakan pajak yang mana dapat dipaksakan oleh undang-undang dan imbalannya tidak
dapat dinikmati secara langsung oleh wajib pajak tersebut serta bertujuan untuk
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan seluruh masyarakat disuatu negara.
Indonesia sendiri tingkat wajib pajak yang taat akan pajak itu minim sekali,karna seperti
yang kita ketahui bahwa pajak merupakan beban bagi seluruh wajib pajak sehingga mereka
enggan untuk membayar pajak tersebut belum lagi terkadanng sistem administrasi yang
rumit juga dapat menyebabkan wajib wajak malas untuk membayarkan pajaknya. Hal ini
sangat bertolak belakakang dengan pemerintahan atau negara,yang mana bagi negara pajak
adalah suatu pendapatan terbesar yang perlu diatur pengelolaannya dengan sebaik mungkin
karna dana dari pajak ini akan digunakan untuk menutupi kebutuhan negara itu sendiri dan
juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan seperti
pengalokasian dana untuk pendidikan ,keschatan,ataupun pelatihan yang dapat menyiapkan
para generasi bangsa yang cerdas,sehat dan berintegritas.

Pedoman mendasar tentang elemen perpajakan diperlukan mengingat pentingnya


masalah perpajakan dalam pengelolaan dana pensiun dan untuk mencegah penyalahgunaan
berbagai aspek perpajakan tersebut.Aspek perpajakan dana pensiun diatur oleh Undang-
Undang No.6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang No.16 tahun 2000. Dana pensiun
adalah suatu subjek pajak yang termasuk dalam kategori subjek pajak badan yang
ditetapkan oleh undang-undang perpajakan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungutan dan pemotongan pajak.

Selain undang-undang No.6 tahun 1983 atau yang sudah diperbarui undang-undang
No.16 tahun 2000 tentang tata cara perpajakan juga ada ketentuan lain yang menngatur
tentang aspek perjakan dana pensiun ini yaitu salah satu nya Peraturan Menteri Keuangan
tentang Tata Cara Pemotongan pajak penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan berupa Uang
Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua,dan Jaminan Hari Tua yang
dibayarkan sekaligus. Peraturan ini menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan uang
manfaat dana pensiun adalah setiap penghasilan atas manfaat dana pensiun yang
dibayarkan kepada orang pribadi peserta dana pensiun secara sekaligus atau serentak sesuai
denganketentuan peraturan perundang-undangan dibidang dana pensiun oleh dana pensiun
pemberi kerja atau dana pensiun lembaga keuangan yang pendiriannya telah disahkan oleh
menteri keuangan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uiraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas , maka rumusan
masalah yang didapat adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan dana pensiun?


2. Bagaimana cara perhitungan dana pensiun?
3. Apakah ada kasus penyimpangan sebuah Perusahaan pada dan pensiun?
4. Bagaimana perlakuan aspek perpajakan terhadap dana pensiun?

1.3 Tujuan Pembelajaran

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan dana pensiun.


2. Untuk mengetahui perhitungan dan pensiun
3. Untuk mengetahui kasus penyimpangan Perusahaan pada dana pensiun yang
berkaitan dengan pajak.
4. Untuk mengetahui bentuk perlakuan aspek perpajakan dana pensiun.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pajak Dana Pensiun
2.1.1 Pengertian Pajak Dana Pensiun

Pajak adalah iyuran wajib yang dibayarkan kepada kas negara oleh wajib pajak baik
orang pribadi maupun wajib pajak badan yang dapat dipaksakan oleh undang-undang yang
mana manfaanya tidak dapat dinikmati secara langsung dan bertujuan untuk menutupi
kebutuhan negara serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Masa pensin merupakan masa dimana sescorang berhenti bekerja saat memasuki
usia tertentu,menurut pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.18 tentang Akuntansi
Dana Pensiun dan Undang-Undang Dana Pensiun(Pasal 1 ayat 1 UUNo.11 tahun 1992)
terdapat dua jenis program pensiun yaitu: program pensiun manfaat pasti dan program
pensiun iuran pasti.

Pekerja yang menjadi peserta dana pensiun diharapkan mampu termotivasi untuk
terus meningkatkan produktivitasnya karena adanya jaminan yang akan diterima di waktu
mendatang. Pensiun memiliki beberapa jenis yang perlu diketahui:

1. Pensiun dipercepat, pensiun yang terjadi karena adanya kondisi-kondisi


tertentu, seperti pengurangan karyawan.
2. Pensiun normal, pensiun yang terjadi karena usia karyawan sudah memasuki
usia normal pensiun
3. Pensiun cacat, pensiun yang terjadi karena ketidakmampuan karyawan lagi
untuk melanjutkan pekerjaannya yang umumnya terjadi akibat dari sebuah
kecelakaan.
2.1.2 Manfaat Dana Pensiun

Manfaat atau tujuan dari penyelenggaran dana penerima pensiun dapat dilihat
beberapa sisi, yakni pemberi kerja, karyawan, dan lembaga pengelola dana pensiun yang
di mana kemudian masing-masing memiliki tujun tersendiri.

1. Bagi para pekerja yang menjadi peserta program dana pensiun, akan
mendapatkan bebprapa keuntungan, di antaranya:
- Dana pensiun dikecualikan dari pajak penghasilan, sehingga dana pensiun
dapat menjadi pengurang dari penghasilan bulanan yang nantinya akan
menjadi dasar PPh 21.
- Biaya yang diperlukan relatif keeil jika dibandingkan dengan penghasilan
bulanan pekerja.
- Kepastian memperoleh penghasilan di masa yang akan datang setelah
memasuki masa pensiun.
- Memberikan rasa aman dan dapat meningkatkan motivasi untuk bekerja.

2. Bagi pemberi kerja yang menjadi penyelenggara dana pensiun yakni :


- Memberi penghargaan kepada karyawan yang telah mengabdi.
- Memberikan rasa aman kepada karyawan.

2.1.3 Subjek Pajak Dana Pensiun dan Objek Dana Pensiun

Dana pensiun adalah badan hukum yang didirikan untuk memberikan manfaat
pensiun kepada peserta yang telah memenuhi syarat, dana pensiun dikenakan pajak sebagai
subjek pajak badan hukum, dana pensiun wajib membayar pajak penghasilan atas
penghasilan yang diterima dari investasi dan kegiatan operasional. Sedangkan, Objek pajak
dan pensiun adalah Pajak penghasilan dikenakan pada penghasilan yang diterima oleh dana
pensiun dari investasi dan kegiatan operasional, pajak pertambahan nilai (PPN) dikenakan
pada barang dan jasa yang dibeli oleh dana pensiun, pajak bumi dan bangunan (PBB)
dikenakan pada tanah dan bangunan yang dimiliki oleh dana pensiun.

2.2 Tarif Pajak Dana Pensiun

Tarif atas pajak pensiunan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
16/PMK.03/2010 Pasal 4 atas penghasilan berupa Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari
Tua, dan Jaminan Hari Tua.

Untuk uang pesangon yang bersifat final akan dikenakan berdasarkan tarif pajak
PPh 21 yang bersifat progresif, yang berarti penghasilan yang dikenai pajak akan dikurangi
secara bertahap, berikut tarifnya:

- Penghasilan 0-Rp60.000.000 dikenakan tarif 5%


- Penghasilan Rp60.000.000-Rp250.000.000 dikenakan tarif 15%
- Penghasilan Rp250.000.000-Rp500.000.000 dikenakan tarif 25%
- Penghasilan Rp500.000.000-Rp5.000.000.000 dikenakan tarif 30%
- Penghasilan lebih dari Rp5.000.000.000 dikenakan tarif 35%.

Apabila uang pesangon diterima karyawan sebesar Rp 80 juta, maka hanya Rp 30


juta yang dikenakan tarif 5% yaitu sebesar Rp 1,5 juta.

Untuk tarif pajak uang manfaat pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari
Tua sebagai berikut:

- Penghasilan bruto sampai dengan Rp 50 juta dikenakan tarif 0%


- Penghasilan bruto diatas Rp 50 juta dikenakan tarif 5%

Tarif PPh 21 untuk uang manfaat pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan
Hari Tua diberlakukan atas jumlah kumulatif dan dibayarkan paling lama dalam jangka
waktu 2 tahun kalender. Apabila melewati 2 tahun, maka peraturan perpajakan yang
digunakan akan berbeda, yakni berdasar pada tarif Pasal 17 UU PPh yang sifatnya tidak
final. Bagi orang pribadi yang sudah pensiun tidak perlu untuk membayarkan pajak
dikarenakan sudah tidak berpenghasilan, namun tetap melaporkan SPT tahunan jika
masih memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Dalam SPT tersebut, yang
dilaporkan adalah aset seperti properti, investasi, tabungan, dan lainnya, bukan
penghasilan.

2.3 Kasus Penyimpangan Perusahaan

Kasus 70 Persen Dana Pensiun BUMN Bermasalah

Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengatakan, 70 persen dari
48 dana pensiun di bawah payung BUMN berstatus tidak sehat. Selain penyimpangan
investasi, minimnya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan dana telah
meningkatkan potensi masalah di tubuh dana pensiun BUMN.

Pada hari Selasa 03 Oktober 2023 lalu Menteri BUMN Erick Thohir, Jaksa
Agung ST Burhanuddin, Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) Muhammad Yusuf Ateh, dan Kepala Pusat Penerangan Hukum
(Kapuspenkum) Kejaksaan Agung Ketut Sumedana mendatangi konfrensi pers untuk
penyerahan perkara dana pensiun BUMN di Kejaksaan Agung, Jakarta. Indikasi
masalah yang menjangkiti 34 dana pensiun BUMN ditemukan setelah terbongkarnya
penyelewengan pengelolaan dana oleh PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dan PT
Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri).

Audit BPKP akan dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal, audit
dilaksanakan pada empat dana pensiun, yakni PT Eksploitasi dan Industri Hutan atau
Inhutani, PT Angkasa Pura I, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), dan PT
Perkebunan Nusantara (Persero) atau PTPN. Hasil dari empat dana pensiun itu
mencapai kerugian pengelolaan dana sebesar Rp 300 miliar, BPKP baru mengaudit 10
persen dari total transaksi investasi senilai Rp 1,125 triliun. Dan dua dari empat dana
pensiun yang sudah di audit sudah terindikasi fraud.

Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Muhammad


Yusuf Ateh akan memeriksa secara menyeluruh akuntabilitas dan pengelolaan dana
yang dilakukan dana pensiun BUMN serta akan mengidentifikasi area yang berisiko
dan telah memberi rekomendasi perbaikan ke Kementerian BUMN pada 18 September
2023.

Salah satu persoalan yang umumnya menyebabkan dana pensiun BUMN


berkinerja buruk adalah menjadikan saham yang tidak aman dari sisi likuiditas serta
volatilitas sebagai portofolio investasi dengan tujuan mendapat imbal hasil dalam
waktu cepat.

Berdasarkan data OJK pada 2022, total aset dana pensiun BUMN mencapai Rp
126 triliun. Untuk program manfaat pasti, rata-rata rasio kecukupan dana (RKD) dari
dana pensiun milik BUMN ini berada di kisaran 93 persen, di bawah batas RKD 100
persen. Sementara itu, Jaksa Agung ST Burhanuddin memastikan mendukung upaya
Kementerian BUMN dalam memperbaiki sistem dan tata kelola perusahaan pelat
merah.

Kejaksaan Agung Menetapkan 6 Tersangka Terkait Dugaan Kasus Korupsi Dana


Pensiun Perusahaan Pelabuhan dan Pengerukan (DP4) di PT Pelabuhan
Indonesia (Pelindo)
Tim Penyidik pada Direktorat Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak
Pidana Khusus (JAM PIDSUS) telah menetapkan dan melakukan penahanan terhadap
6 orang tersangka yang terkait dengan perkara dugaan tindak pidana korupsi dalam
pengelolaan Dana Pensiun Perusahaan Pelabuhan dan Pengerukan (DP4) di PT
Pelabuhan Indonesia (persero) Tahun 2013 sampai 2019 dan ditahan di dua Rumah
Tahanan (rutan) berbeda selama 20 hari.

Dengan dalih melakukan investasi penyertaan modal ke PT Indoport dan Prima


PT Indoport Utama agar uang dapat dikeluarkan, namun pada akhirnya tidak
dipertanggungjawabkan sehingga menyebabkan kerugian pengelolaan negara sebesar
Rp 148 miliar.

Berikut daftar tersangka dalam perkara ini:

1. Edi Winoto selaku Direktur Utama DP4 periode 2011 s/d 2016. Ditahan di
Rutan Salemba cabang Kejagung.
2. Khamidin Suwarjo selaku Direktur Keuangan dan Investasi DP4 periode 2008
s/d 2014. Ditahan di Rutan Salemba cabang Kejagung.
3. Umar Samiaji selaku Manager Investasi DP4 periode 2005 s/d 2019. Ditahan
di Rutan Kelas 1 Jakarta Pusat.
4. Imam Syafingi selaku Staf Investasi Sektor Riil periode 2012 s/d 2017.
Ditahan di Rutan Kelas 1 Jakarta Pusat.
5. Chiefy Adi Kusmargono selaku Dewan Pengawas DP4 periode 2012 s/d 2017.
Ditahan di Rutan Kelas 1 Jakarta Pusat.
6. Ahmad Adhi Aristo selaku makelar tanah (pihak swasta). Ditahan di Rutan
Salemba cabang Kejagung.

Para tersangka disangkakan melanggar Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 jo Pasal 18
Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang RI
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat
(1) ke-1 KUHP.
2.4 Aspek Perpajakan Dana Pensiun
Pajak Penghasilan (PPh) atas Dana Pensiun menurut PP Nomor 68 Tahun 2009.

Pasal 1 :

1. Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan


sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri sebagaimana diatur dalam Pasal 21
Undang-Undang Pajak Penghasilan.

2. Pegawai adalah orang pribadi dalam negeri yang menerima


penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun,
tunjangan hari tua, dan jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus.

3. Uang Pesangon adalah penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi


kerja termasuk Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja kepada
pegawai, dengan nama dan dalam bentuk apapun, sehubungan
dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan hubungan
kerja, termasuk uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian
hak.

4. Tunjangan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus


oleh badan penyelenggara tunjangan hari tua kepada orang pribadi
yang telah mencapai usia pensiun.

5. Jaminan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus


olch badan penyclenggara jaminan sosial tenaga kerja kepada orang
pribadi yang berhak dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau
keadaan lain yang ditentukan.

6. Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja adalah badan yang dituniuk


oleh pemberi kerja untuk mengelola Uang Pesangon yang
selanjutnya membayarkan Uang Pesangon tersebut
kepada Pegawai dari pemberi kerja pada saat berakhimya masa
kerja atau terjadi pemutusan hubungan kerja. & Pemotong Pajak
adalah pemberi kerja, Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja,
Dana Pensiun Pemberi Kerja, atau Dana Pensiun Lembaga
Keuangan, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan
badan lain yang membayar Uang Pesangon, Uang Mantaat Pensiun,
Tunjangan Han Tua, dan Jaminan Hari Tua. Adapun pihak
pemotong pajak oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja atau Dana
Pensiun Lembaga Keuangan. Nantinya pajak penghasilan yang
dipotong untuk disetorkan kepada Kas Negara dan Kantor
Perbendaharaan.

Pasal 2 :

1. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai berupa Uang


Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau
Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus dikenai pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 yang bersifat final.
2. Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) dianggap dibayarkan sekaligus dalam hal
sebagian atau seluruh pembayarannya 'dilakukan dalam jangka saktu
paling lama 2 (dua) tahun kalender.

Pasal 3 :

1. Pembayaran Uang Pesangon kepada Pegawai dapat dilakukan


secara langsung oleh pemberi kerja atau dialihkan kepada Pengelola
Dana Pesangon Tenaga Kerja. Pada dasarnya kewajiban
pembayaran Uang Pesangon dilakukan oleh pemberi kerja kepada
pegawainya pada saat terjadi pemutusan hubungan kerja. Namun
ada kalanya, kewajiban pembayaran uang
2. Pesangon tersebut dialihkan kepada Pengelola Dana Pesangon
3. Tenaga Kerja melalui pengalihan dana pesangon secara sekaligus
atau secara bertahap atau berkala.
4. Dalam hal pemberi kerja mengalihkan Uang Pesangon
secara sekaligus kepada Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja,
Pegawai dianggap telah menerima hak atas Uang Pesangon. Apabila
pemberi kerja mengalihkan Uang Pesangon secara sekaligus kepada
Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja, maka pegawai telah
menerima hak atas pesangon.

Pasal 7 :

1. Pemotong Pajak wajib menghitung, memotong, menyetorkan, dan


melaporkan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang atas Uang
Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau
Jaminan Hari Tua.
2. Pemotong Pajak wajib memberikan bukti pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 21 baik diminta maupun tidak pada saat
dilakukannya pemotongan pajak kepada Pegawai yang berhak
menerima Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari
Tua, atau Jaminan Gari Tua.
3. Kewajiban menghitung, memotong, menyetorkan, dan melaporkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan kewajiban memberikan
bukti pemotongan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tetap
dilakuhan terhadap Pegawai yang dikenai tarif Pajak Penghasilan
Pasal 21 sebesar 0%(nol persen).
BAB III
KESIMPULAN

Dana pensiun adalah hak seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah


bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab-sebab lain sesuai
dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Penghasilan dalam hal ini biasanya diberikan
dalam bentuk uang dan besarnya Argantung dari peraturan yang ditetapkan.

Manfaat atau tujuan penyelenggaraan dana penerima pensiun dapat dilihat dari
dua atau tiga pihak yang terlibat. Jika hanya dua pihak berarti antara pemberi kerja
dengan karyawannya sendiri. Sedangkan jika tiga pihak, yaitu pemberi kerja, karyawan
dan lembaga pengelola dana pensiun, dimana kemudian masing-masing pihak memiliki
tujuan tersendiri.

Subjek pajak dana pensiun yang ada di Indonesia yaitu meliputi individu,
perusahaan, pengelola dana pensiun, penerima manfaat pensiun, pemerintah, dan badan
hukum lainnya yang terkait dengan sistem pensiun dan manajemen dana pensiun.
Semua pegawai yang berada dalam perusahaan atau berbadan hukum manapun akan
dikenakan pajak atas dana pensiun tersebut.

Bagi orang pribadi yang sudah pensiun ataupun pensiun dini tidak perlu lagi
untuk membayar pajak dikarenakan sudah tidak berpenghasilan, namun tetap
melaporkan SPT tahunan jika masih memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Keuangan. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun


2009 tentang Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang
Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, Dan Jaminan Hari Tua Yang Dibayarkan Sekaligus.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak.

https://www.studocu.com/id/document/universitas-putra-indonesia-yptk-
padang/perpajakan-lab/aspek-perpajakan-dana-pensiun/47570997

https://www.academia.edu/search?q=pajak%20dana%20pensiun

https://www.scribd.com/embeds/473281482/content?start_page=1&view_mode=scroll&
access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

Anda mungkin juga menyukai