Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PERPAJAKAN

PAJAK PENGHASILAN UMUM

DOSEN PENGAMPU : Drs. Sampeadi, M.S.

Kelompok 2 :

- Agung Wardani (200803101013)


- Ayu Wulandari (200803101014)
- Ruri Dinda Y. (200803101015)
- Sugeng Arif K. (200803101016)
- Nawal Malika (200803101017)
- Diah Ayu W. (200803101019)
- Homsatun (200803101024)
- Hesti Awinda K. (200803101026)

PROGRAM STDUI D3 MANAJEMEN PERUSAHAAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER
2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulisan panjatkan kehadirat allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul ”Pajak Penghasilan Umum.” Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas kuliah Perpajakan pada Program Studi Diploma III Jurusan Manajemen
Perusahaan Universitas Jember.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaikan penulisan makalah, yakni :

1. Drs. Sampeadi, M.S., selaku dosen pembimbing utama;


2. Teman-teman kelompok 2 yang telah membantu dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan pajak?
2. Apa saja yang termasuk subjek pajak dan wajib pajak?
3. Apa itu objek pajak?
4. Apa yang di maksud Penghasilan Kena Pajak?
5. Apa yang di maksud Penghasilan Tidak Kena Pajak?
6. Bagaimana cara menghitung tarif pajak?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian pajak
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam subjek pajak dan wajib
pajak
3. Untuk mengetahui arti dari objek pajak
4. Untuk mengetahui Penghasilan Kena Pajak
5. Untuk mengetahui Penghasilan Tidak Kena Pajak
6. Untuk mengetahui cara menghitung tarif pajak
a.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak

Pajak adalah Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

undang-undang sebagai perwujudan pengabdian dan peran serta

rakyat untuk membiayai negara dan pembangunan nasional.

Dari definisi ini akan bahas dan analisa di bawah ini lebih

lanjut menurut urutannya untuk memudahkan kita untuk

memahaminya.

Di dalam hidup berkelompok haruslah ada aturan-aturan yang

mengatur kehidupan kelompok tersebut dimana terdapat hak dan

kewajiban antara individu-individu dengan kelompok masyarakat

yang besar, kelompok tersebut kita sebut negara. Setiap individu

mempunyai hak-hak dan kewajiban kepada individu-individu

tersebut (rakyatnya).

Dalam hal perwujudan hak-hak dan kewajiban ini, aturannya

telah dijabarkan dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2 yang merupakan

hasil persetujuan DPR Repbulik Indonesia, yang berarti bahwa


pemungutan iuran tersebut telah disetujui rakyat bersama

pemerintah yang dituangkan ke dalam bentuk Undang-Undang.

B. Subjek Pajak dan Wajib Pajak

Subjek atau wajib pajak

- Wajib pajak yang dipotong PPh pasal 21 adalah orang pribadi yang

merupakan:

l. Pegawai.

2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan

hari tua, atau jaminan hari tua termasuk ahli warisnya.

3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan

dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan seperti konsultan, pengacara, dokter,

arsitek, pemain music, olahragawan, peneliti, agen iklan, distributor MLM,

dll.

4. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap

sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama

5. Mantan pegawai; dan/atau

6. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari

kegiatan tersebut

- Yang tidak termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21 yaitu:

a) Pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat Iain dari Negara

asing dan orang - orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada

dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga Negara
Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain

di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yang bersangkutan

memberikan perlakuan timbal balik.

b) Pejabat perwakilan organisasi internasional yang telah ditetapkan oleh

Menteri Kenangan, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan

tidak'menjalankan" usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh

penghasilan dari Indonesia.

C. Objek Pajak

Menurut Wirawan (2001: 75) objek pajak penghasilan adalah penghasilan.

Yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan

ekonomis yang diterima atau diperoleh baik dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia yang digunakan baik untuk investasi maupun konsumsi.

 Objek Pajak Penghasilan pasal 21 adalah:

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang

pensiun bulanan, upah, honorarium, (termasuk honorarium anggota dewan

komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang

sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak,

tunjangan kehamilan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan

transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan

anak, bea siswa, hadiah, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan

penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun;


2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa

produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan

tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan teratur lainnya dengan

nama apapun;

3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan;

4. Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Tunjangan Hari Tua

(THT), uang pesangon, dan pembayaran lainnya yang sejenis;

5. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam

bentuk apapun, komisi, bea siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan

sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib

Pajak dalam negeri;

6. Gaji dan tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji yang diterima

oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil serta uang pensiun dan tunjangan-

tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh

pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak-anaknya.

 Tidak Termasuk Objek Pajak

1. Bantuan atau sumbangan, termasuk di dalamnya zakat. Selain itu, ada juga

harta hibahan dari keluarga sedarah, lembaga keagamaan, lembaga

pendidikan, lembaga sosial, dan orang pribadi yang menjalankan usaha

mikro dan usaha kecil.

2. Harta warisan juga tidak termasuk objek pajak penghasilan, namun Anda

perlu melaporkannya di dalam SPT Tahunan sebelum harta warisan

tersebut dibagikan.
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh subjek pajak badan sebagai

pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari wajib

pajak atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan wajib pajak, wajib

pajak yang dikenakan pajak secara final atau wajib pajak yang menggunakan

norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15 UU Pajak Penghasilan. Imbalan dalam bentuk natura di atas bukan

dalam bentuk uang dan bisa berbentuk barang. Sedangkan untuk kenikmatan,

penjelasannya lebih mengacu kepada hal-hal yang digunakan seperti fasilitas

mobil, pengobatan, rumah, dan lain sebagainya.

5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan

dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna, dan asuransi beasiswa.

6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas

sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, BUMN, atau BUMD dari

penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan

di Indonesia. Dividen harus memiliki persyaratan, di antaranya berasal dari

cadangan laba yang ditahan dan bagi perseroan terbatas, BUMN, dan BUMD,

kepemilikan sahamnya paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor.
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun. Ini bisa dianggap sebagai

bukan objek pajak penghasilan jika pendiriannya telah disahkan Menteri

Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.

8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana

dimaksud pada poin sebelumnya, maka juga bisa dianggap sebagai bukan

objek pajak. Namun masih dianggap jika dalam bidang-bidang tertentu yang

ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,

perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak

investasi kolektif.

10. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan

menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia. Badan pasangan usaha harus

memenuhi syarat-syarat berikut yang mana merupakan perusahaan mikro,

kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha

yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan dan

sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

D. Penghasilan Kena Pajak

Setiap Wajib Pajak (WP) yang memiliki penghasilan, punya hak dan

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.


Penghasilan dari wajib pajak yang memenuhi syarat, akan masuk kategori

penghasilan kena pajak. Bagaimana perhitungannya? Dalam penghitungan

Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi (OP), ada batasan Penghasilan Tidak

Kena Pajak (PTKP) yang menjadi hak bagi WP sebagai pengurang

penghasilan yang akan dikenakan pajak.

Sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh), Wajib Pajak

adalah orang pribadi atau badan yang meliputi pembayar, pemotong, atau

pemungut pajak yang punya hak dan kewajiban perpajakan. Dengan

demikian, bisa dikatakan bahwa setiap orang yang memiliki penghasilan,

berkewajiban untuk membayar pajak sekaligu punya hak untuk memperoleh

batas penghasilan yang tidak dikenakan pajak. Subjek pajak adalah orang

pribadi, badan, dan Bentuk Usaha Tetap (BUT). Perhitungan pajak berlaku

sama untuk semua kalangan. Sementara yang menjadi objek pajak adalah

penghasilan, yaitu setiap pemasukan ekonomis yang diterima atau diperoleh

wajib pajak. Jadi, penghasilan kena pajak adalah penghasilan wajib pajak

yang menjadi dasar menghitung pajak penghasilan dalam satu tahun pajak.

Cara menghitung penghasilan kena pajak WP Orang Pribadi adalah

mengurangkan dari penghasilan yang diterima dengan PTKP sebelum

mengalikan dengan tarif progresif PPh Pasal 17 untuk mengetahui besar PPh

Terutang.

Ketentuan mengenai Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia diatur dalam

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang PPh. Salah satu poin yang
diatur dalam UU No. 36 Tahun 2008, tepatnya pada Pasal 17, adalah tarif PPh

atas Penghasilan Kena Pajak.

E. Penghasilan Tidak Kena Pajak

 DEFINISI PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah jumlah nilai penghasilan bruto

bagi wajib pajak yang tidak dikenakan pajak. Besarnya PTKP ditentukan

berdasarkan kondisi awal tahun kalender. Kecuali bagi pegaway yang baru

datang dan menetap di Indonesia tidak pada awal tahun maka PTKP sesuai

kondisi pada awal bulan. Sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No.

PER-16/PJ/2016 dan PMK No. 101/PMK.010/2016, berikut ini tarif PTKP:

• Wajib pajak orang pribadi lajang Rp 54.000.000

• Istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami

Rp54.000.000

• Wajib pajak yang kawin mendapatkan tambahan Rp 4.500.000

• Rp 4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga

semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi

tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.

Contoh Hubungan keluarga sedarah dan semenda:

 Sedarah lurus : Ayah, ibu, anak kandung

 Semenda lurus : Mertua, anak tiri ,Saudara kandung dan saudara ipar

yang menjadi_tanggungan wajib pajak tidak memperoleh tambahan

pengurangan PTKP.
F. Tarif Pajak dan Cara Perhitungannya

Tarif PPh 21

Berdasarkan pasal 17 ayat 1 UU PPh, perhitungan tariff pajak

pribadi menggunakan tariff progesifsebagain berikut :

Penghasilan Netto Tarif Pajak Maksimal


Sampai dengan 50 juta 5% Rp 50.000.000
50 juta sampai dengan 250 juta 15% Rp 200.000.000
250 juta sampai dengan 500 25% Rp 250.000.000

juta
Diatas 500 juta 30% Tidak terbatas
Contoh :

Penghasilan Kena Pajak Rp 275.000.000

Pajak penghasilan yang harus dipotong bagi wajib pajak yang

memiliki NPWP adalah :

- 5% x Rp 50.000.000= Rp 2.500.000

- 15% x Rp 200.000.000= Rp 30.000.000

- 25% x Rp 25.000.000= Rp 6.250.000 (+)

- Jumlah Rp 38.750.000

Pajak penghasilan yang harus dipotong jika wajib pajak tidak

memiliki NPWP adalah :

- 5% x Rp 50.000.000= Rp 3.000.000
- 15% x Rp 200.000.000= RP 36.000.000

- 25% x Rp 200.000.000= Rp 7.500.000 (+)

- Jumlah Rp 46.500.000

Rumus perhitungan PPh 21 orang pribadi

- Penghasilan Bruto (gaji & tunjangan) xxxx


- Iuran BPJS?premi asuransi yang dibayar xxxx

perusaahaan
- Jaminan Kecelakaan Kerja xxxx
- Jaminan Kematian xxxx
- Jaminan Kesehatan xxxx
- Tunjangan PPh 21 yang dibayarkan xxxx +

perusahaan
Jumlah xxxx
Dikurangi
- Biaya jabatan (ingat nilai maximalnya) xxxx
- Iuran Pensiun/Iuran JHT yang dibayarkan xxxx

karyawan
- Iuran BPJS yang dibayarkan karyawan xxxx +
Jumlah xxxx -
BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-

akuntansi/article/viewFile/2273/1390

https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-

akuntansi/article/viewFile/2273/1390

https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-

akuntansi/article/viewFile/2273/1390

https://klikpajak.id/blog/berita-regulasi/pengertian-penghasilan-

kena-pajak-dan-cara-menghitung-pph-17/

https://klikpajak.id/blog/berita-regulasi/apa-itu-pajak-penghasilan-

tidak-kena-pajak/

https://www.cermati.com/artikel/cara-menghitung-pajak-

penghasilan-bagi-lajang-dan-suami-istri

https://tirto.id/cara-menghitung-pajak-penghasilan-dan-contoh-

simulasi-ekTU

Anda mungkin juga menyukai