Anda di halaman 1dari 20

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI STIE

SULTAN AGUNG
PEMATANG SIANTAR
Ujian Akhir Semester ( UAS ) Ganjil
T.A.2021.2022

Nama : Dini Apriani Simanjuntak

Nim : 21105934

Kelas : S1 Managemen Pagi B

Mata Kuliah : Aspek Hukum

Dosen : Edy Dharma, S,H, M,H

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PAJAK

2.2 JENIS-JENIS PAJAK DALAM DUNIA BISNIS

2.3 SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

2.4 TARIF PAJAK

2.5 FUNGSI PAJAK

2,6 ASPEK HUKUM DALAM PERPAJAKAN

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA

2
Bab 1

Pendahu

luan

1.1 Latar Belakang

Saat ini, bisnis dan pajak tidak bisa dilepaskan satu sama lain. Di mana ada

potensi keuntungan ekonomis, di situ biasanya akan ada kegiatan bisnis. Di

mana pun ada bisnis di situ ada pajak yang mewakili kepentingan negara.

Semua kegiatan berbisnis tidak akan luput dari kewajiban pajak. Untuk

penyerahan barang dan atau jasa yang dilakukan akan ada kewajiban

memungut, menyetor dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Untuk itu terdapat berbagai kewajiban administratif yang harus dijalankan

seperti membuat Faktur Pajak, mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) kemudian

menyetorkannya ke kas negara melalui bank persepsi atau kantor pos dan

mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) dan kemudian melaporkannya ke

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di mana pengusaha tersebut terdaftar. Bila

dalam menjalankan bisnisnya diperoleh keuntungan, maka yang

bersangkutan harus membayar Pajak Penghasilan (PPh).Belum lagi

kewajiban memotong atau memungut PPh atas penghasilan pihak lain

melalui mekanisme withholding tax.

Pajak memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam bisnis. Artinya pajak

bisa mempengaruhi kelangsungan bisnis seorang pengusaha. Banyak

contoh kasus di lapangan yang sudah terjadi, ada perusahaan yang

terpaksa ditutup hanya karena persoalan perpajakan. Mengapa harus bayar

3
pajak? Negara perlu memungut pajak karena untuk Komponen APBN yaitu

belanja gaji pegawai negeri, TNI dan POLRI, belanja barang/jasa, belanja

modal, belanja utang/bunga, belanja subsidi, bantuan sosial dan bantuan

lain-lain. Belanja tersebut timbul dalam rangka menjalankan fungsi negara,

pegawai negeri melayani masyarakat, guru melayani kebutuhan pendidikan

anak usia sekolah, TNI menjaga keamanan negara dari serangan musuh,

POLRI menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Belanja barang dan

modal untuk merawat dan atau menyediakan fasilitas umum, jalan,

jembatan, gedung-gedung pemerintah, sekolah dll.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini antara lain

1.Pajak- pajak apa saja yang dikenakan dalam dunia bisnis. 2.Pengertian

dan dasar hukum dari jenis-jenis pajak. 3.Permasalahan apa saja yang

timbul dari praktek perpajakan dalam kehidupan sehari hari.

4
Bab II

Pembahasan

2.1 Pengertian Pajak

Aspek pajak merupakan faktor yang dipertimbangkan perusahaan karena pajak

merupakan beban yang signifikan dalam perusahaan. Sesuai tujuan

mengoptimalkan laba, perusahaan baik domestik maupun multinasional berusaha

meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan ketentuan pajak yang ada.

Pemilik perusahaan akan mendorong manajemen untuk melakukan tindakan pajak

agresif untuk mengurangi beban pajak yang muncul

Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah

disempurnakan terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum

dan tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat''.

2.2 Jenis-Jenis Pajak Dalam Dunia Bisnis

Setelah berlakunya undang-undang perpajakan sejak tahun 1983, terdapat

bermacam-macam pajak yang berlaku dalam dunia bisnis, Adapun pajak-pajak yang

dikenakan dalam kegiatan bisnis di Indonesia antara lain :

1. Pajak Penghasilan (PPh)

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

5
3. Pajak Bumi dan Bangunan(PBB)

4. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

5. Pajak atas Bea Materai

1. Pajak Penghasilan

setiap orang atau badan yang melakukan bisnis, tentunya mengharapkan

keuntungan tetapi keuntungan yang akan dan telah diperoleh tidaklah dapat

dinikmati seutuhnya, oleh karena baik penghasilan maupun keuntungan setiap orang

atau badan pasti akan terkena pajak yaitu pajak penghasilan.

. Dengan demikian pengertian penghasilan dipandang dari segi mengalirnya

tambahan kemampuan ekonomi kepada Wajib Pajak, dapat diklasifikasikan mejadi 4

(empat) macam, yaitu :

1. Penghasilan dari pekerjaan, baik dalam hubungan kerja maupun atas pekerjaan

bebas. Penghasilan dari hubungan kerja demikian misalnya penghasilan yang

diterima subjek pajak karena bekerja pada pemberi kerja, seperti karyawan suatu

perusahaan, guru suatu sekolah, dan sebagainya. Sedangkan penghasilan atas

pekerjaan bebas yaitu penghasilan yang diterima subjek pajak karena menjalankan

usaha yang bebas yang tidak berkaitan pada pemberi kerja tertentu tetapi

pekerjaan

6
karena profesinya, seperti pekerjaan bebas seorang akuntan public, pekerjaan

seorang dokter , pengacara, dan sebagainya.

2. Penghasilan dari kegiatan usaha, yakni kegiatan melalui sarana perusahaan,

misalnya laba atau Sisa Hasil Usaha (SHU), baik dari usaha perseorangan,

perseroan, maupun koperasi.

3. Penghasilan dari modal yaitu penghasilan dari harta gerak, harta tidak bergerak,

dan harta yang dikerjakan sendiri. Misalnya bunga dari deposito, tabungan, atau

surat-surat berharga lainnya, serta penghasilan berupa pembagian laba suatu

perusahaan baik berupa dividen maupun bentuk lainnya.

4. Penghasilan lain-lain, misalnya bisa berupa hadiah undian (menang lotre),

penghasilan karena pembebasan utang, dan penghasilan lainnya. Sekalipun

penghasilan yang akan dikenakan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis,

tetapi tetap ada hal-hal yang sebenarnya merupakan tambahan kemampuan

ekonomis yang tidak diperlakukan sebagai objek pajak.

Menurut Pasal 4 Ayat (3) UU No. 10 Tahun 1994, pengecualian sebagai objek pajak

adalah sebagai berikut :

1. Bantuan atau sumbangan, harta hibahan yang diterima keluarga sedarah dalam

garis keturunan lurus satu derajat dan oleh badan keagamaan atau badan social

atau pengusaha kecil termasuk koperasi, sepanjang tidak ada hubungannya dengan

usaha, pekerjaan, pemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang

bersangkutan.

2. Harta termasuk setoran yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau

sebagai pengganti penyetoran modal.

3. Pengganti atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang


7
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari wajib

pajak atau pemerintah.

4. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan

asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwi guna, dan

asuransi bea siswa.

5. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas

sebagai Wajib Pajak dalam negeri.

Pajak penghasilan juga dapat dibedakan berdasarkan pasal-pasalnya, antara lain :

1) PPh Pasal 21

2) PPh Pasal 22

3) PPh Pasal 23

4) PPh Pasal 24

5) PPh Pasal 25

8
1. PPh Pasal 21PPh Pasal 21 merupakan pengenaan pajak terhadap penghasilan

yang diterima atau diperoleh dari pekerjaan dalam hubungan kerja (karyawan,

karyawati, pegawai), dan pekerjaan bebas (dokter, pengacara, akuntan) atau

dengan kata lain dikenakan terhadap gaji, upah, honorarium, tunjangan, atau

pembayaran lainnya.

2. PPh Pasal 22PPh Pasal 22 mengatur tentang pengenaan dan pemungutan

pajak terhadap penghasilan dari kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha

di bidang lain yang memperoleh pembayaran untuk barang dan/atau jasa dari

APBN atau APBD.

3. PPh Pasal 23PPh Pasal 23 mengatur tentang pengenaan dan pemungutan pajak

atas penghasilan modal yang diperoleh atau diterima Wajib Pajak dalam negeri

dalam suatu tahun pajak .Objek atau penghasilan dari modal tersebut dapat

berupa dividen, bunga, termasuk premium,diskonto,dan imbalan sehubungan

dengan jaminan pengembalian utang, royalti, hadiah, dan penghasilan lain

sehubungan dengan penggunaan harta, dan imbalan sehubungan dengan jasa

teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain.

4. PPh Pasal 24PPh Pasal 24 merupakan pajak yang dibayar atau terutang di

luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh

Wajib Pajak dalam negeri, yang bisa dikreditkan (diperhitungkan kemudian).

5. PPh Pasal 25PPh Pasal 25 merupakan pajak penghasilan yang terutang

berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan dan dalam melakukan pelunasan

pembayaran pajaknya, maka Wajib Pajak diperbolehkan mengangsurnya.

2. Pajak Pertambahan Nilai

Seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 yang mulai berlaku
9
tanggal 1 Juli 1984 dan terakhir diubah dengan UU No. 18 Tahun 2000.Pengertian

dari Pajak Pertambahan Nilai adalah golongan pajak yang dikenakan atas konsumsi

suatu barang ataupun jasa tertentu di daerah pabean Indonesia. Dengan demikian

apabila suatu barang diproduksi di daerah pabean Indonesia tetapi tidak dikonsumsi

di Indonesia atau dilakukan ekspor , maka atas ekspor barang tersebut terkena tarif

sebesar 0% (nol persen). Dari pengertian di atas jelas bahwa ada 6 (enam) kegiatan

yang dapat dikenakan PPN, yaitu berupa :

1. Penyerahan BKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

Penyerahan barang ini harus memenuhi syarat :

-Barangnya merupakan barang kena pajak

- Penyerahan dilakukan di daerah pabean

- Penyerahan dilakukan dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan

pengusaha yang bersangkutan.

2. Impor BKP. Artinya siapa pun yang memasukkan BKP ke dalam daerah pabean

tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam lingkungan perusahaan atau

pekerjaannya atau tidak, tetap dikenakan pajak.

3. Penyerahan JKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

Penyerahan jasa ini harus memenuhi syarat :

- Jasa yang diserahkan merupakan barang kena pajak

10
- Penyerahan dilakukan di daerah pabean

- Penyerahan dilakukan dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan

pengusaha yang bersangkutan.

3. Pajak Bumi dan Bangunan Pajak

Bumi dan Bangunan adalah salah satu jenis pajak yang dikenakan terhadap objek

berupa bumi dan /atau bangunan. Oleh karena jenis pajak ini mengenakan pajak

terhadap bumidan bangunan, maka kalangan dunia usaha atau bisnis juga sering

kali memantau ketentuan-ketentuan yang mengaturnya, agar mereka juga dapat

mengantisipasi dalam rangka kegiatan bisnis sehari-hari.

Dunia bisnis yang sering kali mengantisipasi masalah ini adalah bisnis di bidang

property serta bisnis yang berkaitan dengan masalah tanah dan bangunan lainnya.

Untuk itu beberapa termonologi yang diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 1994

tentang PBB perlu dikemukakan, sebagai berikut:

• Bumi : permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya .Pengertian

permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah

Indonesia.

• Bangunan : konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada

tanah dan/atau perairan. Termasuk dalam pengertian bangunan adalah: jalan

lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan

emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks

bangunan tersebut, jalan TOL, kolam renang, pagar mewah, tempat olah raga,

galangan kapal, dermaga, taman mewah, tempat penampungan,/kilang minyak, air

dan gas, pipa minyak, fasilitas lain yang memberikan manfaat.

• Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) : harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual
11
beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli.

2.3 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak adalah suatu cara yang dipakai untuk menghitung

besarnya pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara. Dengan kata

lain, sistem ini menjadi metode untuk mengelola utang pajak yang bersangkutan

agar dapat masuk ke kas negara.

Sistem pemungutan pajak sendiri diatur dalam Undang-Undang No.10 tahun 1994,

dengan pembahasan dan aturan segala hal yang terkait dengan subjek maupun

objek pajak.

Dengan inti dari aturan tersebut yaitu sistem perlu menerapkan asas domisili serta

asas sumber sekaligus atau dengan satu waktu. Perpajakan di Indonesia melakukan

pemberlakuan terhadap kedua asas tersebut sebagai aset penting guna menambah

devisa negara.

Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia

Setiap negara di dunia memiliki sistem dan metode yang berbeda, sedangkan

Indonesia memiliki 3 sistem yang berlaku. Untuk lebih lengkapnya, mari ulas satu

per satu ketiga metode tersebut.

Self Assessment System

Self assessment system adalah sistem pemungutan yang membebankan penentuan

besaran pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak yang bersangkutan secara

mandiri. Berarti, wajib pajak berperan aktif dalam perhitungan, pembayaran, serta

pelaporan pajak ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau dengan sistem administrasi
12
online resmi dari pemerintah.

Contoh sistem pemungutan pajak dari self assessment system, yakni jenis pajak

PPN serta PPh. Sistem pemungutan yang telah berlaku sejak masa reformasi yaitu

1983 hingga saat ini yang berlaku untuk jenis pajak pusat. Sementara itu melalui

sistem ini, pemerintah berperan sebagai pengawas dari kegiatan perpajakan dari

wajib pajak.

Akan tetapi, dengan adanya kemudahan dan keleluasaan bagi para wajib pajak,

beberapa konsekuensi dapat terjadi dalam self assessment system. Hal ini karena

segala perhitungan hingga pelaporan dilakukan oleh wajib pajak, maka wajib pajak

pun berusaha untuk melakukan penyetoran sekecil mungkin. Bahkan, ada pula

laporan palsu atas kekayaan yang dapat terjadi.

Wajib pajak memiliki peran aktif untuk menyelesaikan kewajiban pajak, mulai dari

perhitungan, pembayaran, maupun pelaporan.

Pemerintah tidak harus menerbitkan surat ketetapan pajak, kecuali ketika wajib

pajak telat melapor, telat membayar utang, maupun terdapat kewajiban pajak yang

tidak dibayar oleh wajib pajak.

Official Assessment System

Official assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang membebankan

wewenang dalam penentuan besaran pajak terutang fiskus maupun aparat

perpajakan sebagai pemungut pajak. Dengan sistem official assessment, wajib pajak

memiliki sifat pasif dan pajak terutang pun ada ketika fiskus mengeluarkan surat

13
ketetapan pajak. Contoh sistem pemungutan pajak yang satu ini yakni dalam

pelunasan Pajak Bumi Bangunan (PBB) maupun jenis pajak daerah lainnya. Hal

tersebut karena ketika membayar PBB, KPP menjadi pihak yang menerbitkan surat

ketetapan pajak yang berisikan besaran PBB terutang di setiap tahun. Dengan

demikian, wajib pajak tak perlu lagi melakukan perhitungan pajak terutang. Wajib

pajak hanya perlu melunasi PBB dengan jumlah yang sesuai dengan Surat

Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh KPP tempat objek pajak

terdaftar.

2.4 Tarif Pajak

adalah dasar pengenaan pajak terhadap objek pajak yang menjadi tanggungannya.

Tarif pajak biasanya berupa persentase (%). Dasar Pengenaan Pajak adalah nilai

berapa uang yang dijadikan untuk menghitung pajak yang terutang. Secara

struktural menurut tarif pajak dibagi dalam empat jenis yaitu :

1. Tarif proporsional(a proportional tax rate structure) yaitu tarif pajak yang

PRESENTASENYA tetap meskipun terjadi perubahan dasar pengenaan pajak.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai

2. Tarif regresif / tetap (a regresive tax rate structure) yaitu tarif pajak akan selalu

tetap sesuai peraturan yang telah ditetapkan

3. Tarif progresif (a progresive tax rate structure) yaitu tarif pajak akan semakin naik

sebanding dengan naiknya dasar pengenaan pajak. Contoh Pajak Penghasilan

14
4. Tarif proporsional(a proportional tax rate structure) yaitu tarif pajak yang

PRESENTASENYA tetap meskipun terjadi perubahan dasar pengenaan pajak.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai

5. Tarif regresif / tetap (a regresive tax rate structure) yaitu tarif pajak akan selalu

tetap sesuai peraturan yang telah ditetapkan

6. Tarif progresif (a progresive tax rate structure) yaitu tarif pajak akan semakin naik

sebanding dengan naiknya dasar pengenaan pajak. Contoh Pajak Penghasilan

7. Tarif degresif ( a degresive tax rate structure) yaitu kenaikan persentase tarif

pajak akan semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin meningkat.

Tarif Pajak yang berlaku untuk Pajak Penghasilan di Indonesia adalah tarif

progressif sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan.

Sedangkan untuk Pajak Pertambahan Nilai berlaku tarif pajak proporsional yaitu

10%. Tarif pajak tersebut dipungut sesuai dengan pengelompokan jenis-jenis pajak

di bawah ini:

Pengelompokan Pajak

1) Menurut golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak

dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh: Pajak Penghasilan.

b. Pajak tidak langsung

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.

2) Menurut sifatnya

15
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya,

dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

3) Menurut lembaga pemungutnya

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah, Bea Materai.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah daerah dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak Daerah terdiri atas: • Pajak Provinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan

pajak bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

• Pajak Kabupaten/Kota, contoh Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan.

2.5 Fungsi Pajak

1. Fungsi anggaran Pajak adalah sumber pendapatan paling besar di banyak

negara. Manfaat pajak untuk membiayai semua pengeluaran negara seperti

gaji pegawai negeri, gaji tentara, pembayaran utang pemerintah, dan

membiayai pembangunan.

2. Fungsi regulasi Pajak juga digunakan pemerintah sebagai pengaturan

kebijakan negara atau yang biasa disebut kebijakan fiskal. Beberapa

kebijakan fiskal antara lain penggunaan pajak bea masuk untuk menekan

impor.

16
3. Fungsi stabilitas Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk

menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga. Sehingga

inflasi dapat dikendalikan. Caranya bisa dengan mengatur peredaran uang di

masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

4. Fungsi pemerataanPajak adalah digunakan untuk menyesuaikan dan

menyeimbangkan antara pembagian pendapatan dengan kebahagiaan dan

kesejahteraan masyarakat, termasuk pembagian antar pemerintah daerah.

2.6 Aspek Hukum Dalam Perpajakan

Sistem Pemerintahan Republik Indonesia Mengatur asas desentralisasi, dan tugas

pembantu yang dilaksanakan secara bersama-sama. Untuk mewujudkan

pelaksanaan desentralisasi tersebut maka dibentuklah daerah otonom yang terbagi

dalam daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota yang bersifat otonom

sesuai dengan ketentuan pasal 1ayat 6Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah.

Dasar hukum pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah

UndangUndang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000

Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Adapun yang terkait dengan Pajak

Daerah antara lain :

• Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai batas Daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

• Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan

17
oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang

seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah

dan pembangu nan Daerah.

• Badan, adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik

yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi

perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya. Badan Usaha Milik

Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi,

koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,

organisasi social politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap,

dan bentuk badan lainny

18
Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ternyata dunia bisnis tidak bisa

dilepaskan dari aspek perpajakan. Pajak dan bisnis dikatakan sebagai satu mata

uang dengan dua sisi yang saling berkaitan satu sama lain. Berkembang tidaknya

dunia bisnis tentu akan dipengaruhi oleh aspek perpajakan yang berlaku. Begitu pun

dengan penerimaan pajak, akan berhasil bila dunia bisnis berkembang dengan baik.

Setelah berlakunya undang-undang perpajakan sejak tahun 1983, terdapat

bermacam-macam pajak yang berlaku dalam dunia bisnis. Jenis-jenis pajak tersebut

sering menjadi masalah dalam dunia bisnis saat ini, jenis-jenis pajak tersebut antara

lain seperti Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan

Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Pajak atas Bea Materai.

3.2 Saran

Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan yang selalu ada dalam setiap kehidupan

manusia yang mana kegiatan tersebut tidak bisa lepas dari adanya aspek

perpajakan, untuk itu ,kita sebagai mahasiswa ekonomi yang merupakan caloncalon

ekonom dan pebisnis atau pun entrepreneur masa depan, haruslah mampu untuk

mendalami dan mengerti, bahkan bisa mengaplikasikan aspek pajak yang berkaitan

dengan ekonomi yang menjadi permasalahan dalam kegiatan ekonomi sehari-hari

serta diharapkan mampu untuk berbagi pengetahuan kepada segenap lapisan

masyarakat di sekeliling kita.

19
DAFTAR PUSTAKA

20

Anda mungkin juga menyukai