Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERPAJAKAN I

DASAR DASAR PERPAJAKAN

OLEH :
KELOMPOK G

Mochamad Rizal (2110280022)


M Ilham Rizqullah (2110280293)
Bagas Kresna Adji (2220290483)
Rivaldi Dwi Hasul (2220290650)
Hyrmawan Taufan Dewantara (2010212157)
Ahmad Bin Agil (2110280221)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
SURABAYA
2023
i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................. 4
2.1 Pengertian Perpajakan............................................................................................ 4
2.2.1 Pajak.............................................................................................................. 4
2.2 Pengertian Retribusi ............................................................................................... 5
2.3 Pengertian Cukai .................................................................................................... 5
2.4 Pengertian Bea ....................................................................................................... 6
2.5 Pengertian Sumbangan .......................................................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................. 7
3.1 Pembagian Dan Pembedaan Pajak ........................................................................ 7

3.2 Fungsi Pajak ...................................................................................................................... 7

3.3 Tata Cara Pemungutan Pajak ............................................................................................ 10

3.4 Teori Pemungutan Pajak ................................................................................................... 12

3.5 Pengelompokan Pajak ....................................................................................................... 13

BAB 4 PENUTUP ............................................................................................................. 14


4.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara yang digunakan untuk
pembagunan dengan tujuan akhir kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.Oleh karena itu,sektor
pajak memegang peranan penting dalam perkembangan kesejahteraan bangsa.Namun,tak bisa
dipungkiri bahwa sulitnya negara melakukan pemungutan pajak karena banyaknya wajib pajak
yang tidak patuh dalam membayar pajak merupakan suatu tantangan tersendiri.Pemerintah
telah memberikan kelonggaran dengan memberikan peringatan terlebih dahulu melalui surat
pemberitahuan pajak (SPP).Akan tetapi,tetap saja banyak wajib pajak yang lalai untuk
membayar pajak bahkan tidak sedikit yang cenderung menghindari kewajiban tersebut.

Hal ini mendorong pemerintah menciptkan suatu mekanisme yang dapat memberikan
daya pemaksa bagi para wajib pajak yang tidak taat hukum.Salah satu mekanisme tersebut
adalah gijzeling atau lembaga paksa badan.Keberadaan lembaga ini masih
kontroversial.Beberapa kalangan beranggapan bahwa pemberlakuan lembaga paksa badan
merupakan hal yang berlebihan.Di lian pihak,muncul pula pendapat bahwa lembaga ini
diperlukan untuk memberikan efek jera yang potensial dalam menghadapi wajib pajak yang
nakal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dan fungsi pajak?
2. Apa saja pembagian dan pembedaan pajak?
3. Bagaimana cara pemungutan pajak dan ?
4. Apa itu retribusi, bea, cukai, dan sumbangan?

1.3 Tujuan
• Untuk mengetahui pengertian dari pajak, retribusi, bea, dan sumbangan
• Untuk mengetahui pembagian dan pembedaan pajak
• Untuk cara pemungutan pajak
• Untuk mengetahui pengelompokan pajak

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Perpajakan

Perpajakan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pajak mulai dari pengertian
dasar pajak hingga teknis administrasi pelaksanaannya.

2.2.1 Pajak

Menurut Mardiasmo (2016:3) Pajak merupakan iuran yang dibayarkan oleh rakyat
kepada negara yang masuk dalam kas negara yang melaksanakan pada undang-undang serta
pelaksanaannya dapat dipaksaaan tanpa adanya balas jasa. Iuran tersebut digunakan oleh
negara untuk melakukan pembayaran atas kepentingan umum. untuk melakukan pembayaran
atas kepentingan umum (mardiasmo, 2016:3).Unsur ini memberikan pemahaman bahwa
masyarakat dituntut untuk membayar pajak secara sukarela dan penuh kesadaran sebagai
warganegara yang baik. Penerimaan pajak adalah merupakan sumber penerimaan yang dapat
diperoleh secara terus – menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan
pemerintah serta kondisi masyarakat.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, dalam buku Perpajakan Edisi Revisi 2013
(2013:1) menjelaskan Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbul (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut Prof Dr. P.J.A. Andriani, dalam buku Perpajakan Indonesia (2014:3) pajak
adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
yang berhubungan dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintah

4
2.2 Pengertian Retribusi

Banyak definisi retribusi yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Windhu (2018:
185) restribusi daerah adalah iuran yang dibayarkan oleh rakyat kepada daerah yang dapat
dipaksakan yang mendapat prestasi kembalinya secara langsung. Menurut Yoyo (2017: 108)
Restribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan.

Menurut ketentuan Pasal 1 Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan
Retribusi Daerah, yang di maksud dengan retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khas disediakan dan atau diberikan
oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.

2.3 Pengertian Cukai

Cukai merupakan sebuah pungutan yang dibebankan kepada orang pribadi atas pemakaian
terhadap barang-barang tertentu. Pemungutan Cukai di Indonesia sama seperti pemungutan
Bea sebelumnya, yaitu dipungut dan dikelola oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Tidak
semua jenis barang akan dikenakan cukai, karena mengingat tujuan dari pengenaan cukai ini
adalah untuk mengurangi beredarnya barang-barang dengan karakteristik tertentu di tengah
masyarakat. Berikut beberapa kriteria barang tertentu yang dikenakan Cukai berdasar
pada Undang-Undang Nomer 39 Tahun 2007, antara lain:

1. Barang-barang yang peredarannya perlu untuk diawasi


2. Barang-barang yang konsumsinya perlu untuk dikendalikan
3. Barang-barang yang dalam pemakaian atau pengkonsumsiannya dapat menimbulkan
dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungannya
4. Barang-barang yang pemakaian atau penggunaannya perlu untuk dilakukan
pembebanan pungutan atas negara demi keadilan dan keseimbangan.

Berikut merupakan contoh dari barang-barang yang dimaksudkan sebelumnya dan dapat
dikenakan Cukai, yaitu:

1. Etil Alcohol (EA) atau etanol

5
2. Minuman dengan kandungan Etil Alcohol (MMEA) dalam kadar berapa pun
3. Hasil dari tembakau, seperti cerutu, sigaret, rokok daun, tembakau iris, dan olahan
tembakau lainnya.

2.4 Pengertian Bea

Untuk Bea ini, dipungut dan dikelola langsung oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Bea dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu Bea Ekspor dan Bea Impor.

1. Bea Ekspor adalah pungutan yang dikenakan pada barang-barang tertentu yang akan
diekspor ke luar negeri sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Undang-Undang.
2. Bea Impor adalah pungutan yang dikenakan pada barang-barang tertentu yang akan
dimasukkan atau diimpor dari luar negeri sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
yang berlaku.

2.4 Pengertian Sumbangan

Sumbangan merupakan pungutan sukarela yang tidak diatur dalam Undang-Undang


dan tidak bersifat paksaan. Sumbangan juga merupakan pungutan yang tidak dikelola oleh
Pemerintah dan digunakan untuk kepentingan pengeluaran-pengeluaran yang tidak dikelola
oleh Pemerintah. Contoh dari sumbangan, yaitu sumbangan perbaikan jalan, pembangunan
tempat-tempat ibadah, dan lain sebagainya.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembagian Dan Pembedaan Pajak

Dalam hukum pajak terdapat berbagai pembedaan jenis-jenis pajak, yang dibagi ke
dalam golongan-golongan besar. Cara memperbedakan dan membagi ini dapat berdasarkan
atas ditemukannya sifat-sifat tertentu yang terdapat dalam masingmasing pajak seperti:

a. Pajak atas kekayaan dan pendapatan


b. Pajak atas lalu lintas, yaitu lalu lintas hukum, lalu lintas kekayaan, dan lalu lintas barang
c. Pajak yang bersifat kebendaan
d. Pajak atas pemakaian
Pembagian lain didasarkan atas ditemukannya ciri-ciri tertentu pada setiap pajak, dan
jenis pajak yang ciri tertentunya bersamaan dimasukkan ke dalam suatu golongan, sehingga
terjadilah pembagian-pembagian pajak dalam:

a. Pajak subjektif dan pajak objektif


b. Pajak langsung dan pajak tidak Iangsung
c. Urunan dan pajak umum
d. Pajak umum dan pajak daerah
Sudah barang tentu pembedaan dan pembagian ini kesemuanya mempunyai fungsi,
baik pembagian menurut sifat maupun menurut ciri-ciri yang berbeda itu. Hanya perlu kiranya
dicatat di sini, bahwa faedahnya itu sangat berlainan. Ada yang fungsinya itu hanya ditujukan
untuk memudahkan pekerjaan di dalam praktek, jadi hanya sekadar sebagai alat untuk
menunjukkan, terhadap pajak-pajak yang mana saja diperlakukan peraturan-peraturan tertentu
dalam sebuah undang-undang; Sebagai misal disebutkan di sini pembagian dalam pajak
Iangsung dan pajak tidak Iangsung (dalam arti administratif) yang diturut beberapa negara,
termasuk juga Indonesia.

Ada pula yang fungsinya hanya ditujukan kepada tujuan ilmiah. Hukum pajak harus
selalu memperhatikan ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu itu, tetapi yang Iebih perlu ia harus selalu
awas dan waspada terhadap prinsip yang menjadi dasar suatu pengenaan pajak, memegangnya
erat-erat sebagai pegangan yang teguh, dan mengawasi terjelmanya prinsip prinsip itu. Yang

7
terakhir ini menurut Prof. Adriani, adalah yang terpenting, maka menurut pendapatnya ia Iebih
mengutamakan pembedaan dan pembagian yang didasarkan atas ciri-ciri yang mempunyai arti
prinsip, yaitu seperti yang terdapat pada pembedaan ke dalam pajak subjektif dan pajak
objektif.

Pembedaan dan pembagian pajak-pajak ini akhirnya menuju ke arah sistematika. Dan
pembentukan sistematika ini (demikian seterusnya Prof. Adriani dalam bukunya Het
Belastingrecht jilid I) hanya dapat berguna jika berdasarkan atas prinsip-prinsip tertentu saja.
Barulah sistematika demikian dapat bertugas sebagai penunjuk jalan ke arahh memperdalam
pengetahuan tentang dasar pokoknya, yaitu yang disebut dasar hukum dari pengenaan pajak.
Inilah yang merupakan soko guru dari seluruh hukum pajak, karena cara penafsirannya pun
sebagian besar tergantung kepadanya.

Pembedaan Antara Pajak Subjektif Dan Pajak Objektif Pajak subjektif Yang
dinamakan pajak subjektif ialah pajak yang memperhatikan Pertama tama keadaan pribadi
Wajib pajak: untuk menetapkan pajaknya harus ditemukan alasan-alasan yang objektif yang
berhubungan erat dengan keadaan materialnya, yaitu yang disebut gaya pikulnya.

Dalam pada itu tidak mutlak dipersoalkan faktor manakah yang menentukan (decisive)
gaya pikul tersebut, apakah pendapatan ataupun kekayaan seseorang bahkan barangkali
keduanya, di samping pula masih ada faktor-faktor lainnya. Sebagai contoh dari pajak ini
dikemukakan pajak pendapatan, yang (sebagaimana tercantum dalam namanya) sasaran nya
adalah pendapatan seseorang. Hubungan antara pajak dan wajib pajak (subjek) adalah langsung
oleh karena besarnya pajak pendapatan yang harus dibayar tergantung kepada besarnya gaya
pikulnya; pada pajak-pajak subjektif ini keadaan pribadi wajib pajak sangat mempengaruhi
besar-kecilnya jumlah pajak yang terutang

3.2 Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya
di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk
membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Silahkan disimak
berbagai fungsi pajak pada uraian di bawah ini.

8
Fungsi Anggaran (Budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai


pengeluaranpengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan
melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari
penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja
pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan,
uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi 3
pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai
kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan
dari sektor pajak.

Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan


fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam
rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan
berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri,
pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan


yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal
ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

Fungsi Redistribusi Pendapatan

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa
dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak,
penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

9
3.3 Tata Cara Pemungutan Pajak

1. Stelsel Pajak

• Stelsel Nyata

Pengenaan Pajak didasarkan pada suatu objek (penghasilan yang nyata), pemungutan
dilakukan pada akhir tahun pajak setelah penghasilan sesungguhnya diketahui. Pajak lebih
realistis tapi baru dapat dikenakan di akhir periode.

• Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada sebuah anggapan yang diatur UndangUndang. Tanpa
menunggu akhir tahun dan tidak berdasarkan keadaan sesungguhnya.

• Stelsel Campuran

Merupakan salah satu kombinasi antara stelsel Nyata dan stelsel anggapan. Pada awal
tahun dihitung berdasarkan anggapan dan akhir tahun disesuaikan dengan keadaan yang
sebebnarnya.

2. Asas Pemungutan Pajak

• Asas Domisili

Negara berhak untuk dapat mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak
diwilayahnya baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. asas ini berlaku bagi wajib pajak
dalam negeri.

• Asas Sumber

Negara juga berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya
tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

• Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak ini dapat dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

10
3. Sistem Pemungutan Pajak

• Official Assesment System

Yaitu sebuah sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah


(FISKUS) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri – Ciri Official Assesment System

1. Wewenang untuk dapat menentukan besarya pajak terutang ada pada fiskus
2. Wajib pajak yang bersifat pasif
3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan sebuah surat ketetapan pajak oleh fiskus
• Self Assessment System

Ialah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak
untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri – Ciri Self Assessment System

1. Wewenang untuk bisa menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri

2. Wajib pajak aktif dapat dimulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri
pajak yang terutang.

3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi saja.

• With Holding System

Merupakan salah satu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri – Ciri With Holding System

• Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga pihak
selain fiskus dan wajib pajak.

11
3.4 Teori Pemungutan Pajak

1. Teori Asuransi adalah teori yang menyamakan negara dengan perusahaan asuransi. Untuk
mendapatkan perlindungan warganegara harus membayar pajak sebagai premi. Sebenarnya
teori ini sudah lama ditinggalkan karena tidak sesuai dengan kenyataan, dimana tidak ada
hubungan langsung pembayaran pajak dengan nilai perlindungan terhadap pembayar pajak.

2. Teori Kepentingan adalah semakin banyak individu menikmati jasa dari pekerjaan
pemerintah maka semakin besar juga pajaknya, jadi teori ini menganggap pembayaran pajak
mempunyai hubungan dengan kepentingan individu yang diperoleh dari pekerjaan negara.

3. Teori Daya Pikul atau Gaya Pikul adalah pemungutan pajak harus sesuai dengan kemampuan
si pembayaran pajak yang memperhatikan besar penghasilannya, kekayaan dan pengeluaran
belanja wajib pajak. Teori daya pikul ini memiliki kelemahan yaitu penentuan secara tepat
seseorang yang berbedabeda. Teori daya pikul ini diterapkan dalam perhitungan pajak
penghasilan dimana wajib pajak baru dikenakan pajak apabila penghasilan tersebut melebihi
penghasilan tidak kena pajak atau PTKP.

4. Teori Kewajiban Mutlak atau Teori Bakti, teori ini menjelaskan bahwa dasar hukum pajak
adalah hubungan antara rakyat dan negara dimana negara berhak memungut pajak dan
rakyat berkewajiban membayar pajak. Kelemahan teori ini negara bisa menjadi otoriter
sehingga mengabaikan aspek keadilan dalam pemungutan pajak.

5. Teori Daya Beli, teori ini merupakan teori modern yang memandang efek baik dari pajak
sebagai dasar keadilan. Teori ini menjelaskan penyelenggaraan kepentingan masyarakat
merupakan dasar keadilan pemungutan pajak, bukan individu ataupun bukan kepentingan
negara melainkan kepentingan masyarakat.

12
3.5 Pengelompokan Pajak

Pengelompokan Pajak Menurut Golongan, Sifat, Dan Pemungut dijelaskan sebagai


berikut:

1. Menurut golongannya

• Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan.

• Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai

2. Menurut sifatnya

• Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau bersandarkan pada subjeknya, dalam
arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.

• Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.

3. Menurut pemungut dan pengelolanya

• Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan
Bea Meterai. Mulai tahun 2012 PBB dikelola oleh daerah.

• Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah.

Contoh

1). Pajak Daerah Kabupaten/Kota :pajak kendaaan bermotor dan kendaraan di atas air, bea
balik nama kendaaan bermotor dan kendaraan di atas air, pajak pengambilan dan pemanfaatan
air tanah dan air permukaan.

2) Pajak Daerah Provinsi: pajak hotel dan restoran, pajak reklame, pajak hiburan, pajak
penerangan jalan.

13
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.Pajak memiliki beberapa fungsi yakni fungsi pemasukan anggaran,mengatur kebijakan
negara,pemerataan kepada masyarakat,dan menstabilkan keaadaan ekonomi
negara.Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan undang-undang harus
dijamin kelancarannya. Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara
umum. Jaminan hukum akan terjaganya kerahasiaan bagi para wajib pajak.Menurut teori
asuransi di ibaratkan seperti pembayaran premi karena mendapat jaminan dari negara. Negara
bertugas melindungi orang dan/atau warganya dengan segala kepentingan, yaitu keselamatan
dan keamanan jiwa serta harta bendanya.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.pajakku.com/read/60cc60c458d6727b1651ab20/Selain-Pajak-Ketahui-
Jenis-Pungutan-Resmi-Lainnya-di-Indonesia

https://www.finansialku.com/bea-cukai-adalah/

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/perpajakan-di-indonesia-sejarah-sistem-
dan-dasar-hukumnya

https://www.cermati.com/artikel/pengertian-pajak-fungsi-dan-jenis-jenisnya

http://amirhidayatulloh.act.uad.ac.id/teori-pendukung-pemungutan-pajak/

15

Anda mungkin juga menyukai