OLEH :
KELOMPOK G
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Hal ini mendorong pemerintah menciptkan suatu mekanisme yang dapat memberikan
daya pemaksa bagi para wajib pajak yang tidak taat hukum.Salah satu mekanisme tersebut
adalah gijzeling atau lembaga paksa badan.Keberadaan lembaga ini masih
kontroversial.Beberapa kalangan beranggapan bahwa pemberlakuan lembaga paksa badan
merupakan hal yang berlebihan.Di lian pihak,muncul pula pendapat bahwa lembaga ini
diperlukan untuk memberikan efek jera yang potensial dalam menghadapi wajib pajak yang
nakal.
1.3 Tujuan
• Untuk mengetahui pengertian dari pajak, retribusi, bea, dan sumbangan
• Untuk mengetahui pembagian dan pembedaan pajak
• Untuk cara pemungutan pajak
• Untuk mengetahui pengelompokan pajak
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Perpajakan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pajak mulai dari pengertian
dasar pajak hingga teknis administrasi pelaksanaannya.
2.2.1 Pajak
Menurut Mardiasmo (2016:3) Pajak merupakan iuran yang dibayarkan oleh rakyat
kepada negara yang masuk dalam kas negara yang melaksanakan pada undang-undang serta
pelaksanaannya dapat dipaksaaan tanpa adanya balas jasa. Iuran tersebut digunakan oleh
negara untuk melakukan pembayaran atas kepentingan umum. untuk melakukan pembayaran
atas kepentingan umum (mardiasmo, 2016:3).Unsur ini memberikan pemahaman bahwa
masyarakat dituntut untuk membayar pajak secara sukarela dan penuh kesadaran sebagai
warganegara yang baik. Penerimaan pajak adalah merupakan sumber penerimaan yang dapat
diperoleh secara terus – menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan
pemerintah serta kondisi masyarakat.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, dalam buku Perpajakan Edisi Revisi 2013
(2013:1) menjelaskan Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbul (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Prof Dr. P.J.A. Andriani, dalam buku Perpajakan Indonesia (2014:3) pajak
adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
yang berhubungan dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintah
4
2.2 Pengertian Retribusi
Banyak definisi retribusi yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Windhu (2018:
185) restribusi daerah adalah iuran yang dibayarkan oleh rakyat kepada daerah yang dapat
dipaksakan yang mendapat prestasi kembalinya secara langsung. Menurut Yoyo (2017: 108)
Restribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan.
Menurut ketentuan Pasal 1 Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan
Retribusi Daerah, yang di maksud dengan retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khas disediakan dan atau diberikan
oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.
Cukai merupakan sebuah pungutan yang dibebankan kepada orang pribadi atas pemakaian
terhadap barang-barang tertentu. Pemungutan Cukai di Indonesia sama seperti pemungutan
Bea sebelumnya, yaitu dipungut dan dikelola oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Tidak
semua jenis barang akan dikenakan cukai, karena mengingat tujuan dari pengenaan cukai ini
adalah untuk mengurangi beredarnya barang-barang dengan karakteristik tertentu di tengah
masyarakat. Berikut beberapa kriteria barang tertentu yang dikenakan Cukai berdasar
pada Undang-Undang Nomer 39 Tahun 2007, antara lain:
Berikut merupakan contoh dari barang-barang yang dimaksudkan sebelumnya dan dapat
dikenakan Cukai, yaitu:
5
2. Minuman dengan kandungan Etil Alcohol (MMEA) dalam kadar berapa pun
3. Hasil dari tembakau, seperti cerutu, sigaret, rokok daun, tembakau iris, dan olahan
tembakau lainnya.
Untuk Bea ini, dipungut dan dikelola langsung oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Bea dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu Bea Ekspor dan Bea Impor.
1. Bea Ekspor adalah pungutan yang dikenakan pada barang-barang tertentu yang akan
diekspor ke luar negeri sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Undang-Undang.
2. Bea Impor adalah pungutan yang dikenakan pada barang-barang tertentu yang akan
dimasukkan atau diimpor dari luar negeri sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
yang berlaku.
6
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam hukum pajak terdapat berbagai pembedaan jenis-jenis pajak, yang dibagi ke
dalam golongan-golongan besar. Cara memperbedakan dan membagi ini dapat berdasarkan
atas ditemukannya sifat-sifat tertentu yang terdapat dalam masingmasing pajak seperti:
Ada pula yang fungsinya hanya ditujukan kepada tujuan ilmiah. Hukum pajak harus
selalu memperhatikan ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu itu, tetapi yang Iebih perlu ia harus selalu
awas dan waspada terhadap prinsip yang menjadi dasar suatu pengenaan pajak, memegangnya
erat-erat sebagai pegangan yang teguh, dan mengawasi terjelmanya prinsip prinsip itu. Yang
7
terakhir ini menurut Prof. Adriani, adalah yang terpenting, maka menurut pendapatnya ia Iebih
mengutamakan pembedaan dan pembagian yang didasarkan atas ciri-ciri yang mempunyai arti
prinsip, yaitu seperti yang terdapat pada pembedaan ke dalam pajak subjektif dan pajak
objektif.
Pembedaan dan pembagian pajak-pajak ini akhirnya menuju ke arah sistematika. Dan
pembentukan sistematika ini (demikian seterusnya Prof. Adriani dalam bukunya Het
Belastingrecht jilid I) hanya dapat berguna jika berdasarkan atas prinsip-prinsip tertentu saja.
Barulah sistematika demikian dapat bertugas sebagai penunjuk jalan ke arahh memperdalam
pengetahuan tentang dasar pokoknya, yaitu yang disebut dasar hukum dari pengenaan pajak.
Inilah yang merupakan soko guru dari seluruh hukum pajak, karena cara penafsirannya pun
sebagian besar tergantung kepadanya.
Pembedaan Antara Pajak Subjektif Dan Pajak Objektif Pajak subjektif Yang
dinamakan pajak subjektif ialah pajak yang memperhatikan Pertama tama keadaan pribadi
Wajib pajak: untuk menetapkan pajaknya harus ditemukan alasan-alasan yang objektif yang
berhubungan erat dengan keadaan materialnya, yaitu yang disebut gaya pikulnya.
Dalam pada itu tidak mutlak dipersoalkan faktor manakah yang menentukan (decisive)
gaya pikul tersebut, apakah pendapatan ataupun kekayaan seseorang bahkan barangkali
keduanya, di samping pula masih ada faktor-faktor lainnya. Sebagai contoh dari pajak ini
dikemukakan pajak pendapatan, yang (sebagaimana tercantum dalam namanya) sasaran nya
adalah pendapatan seseorang. Hubungan antara pajak dan wajib pajak (subjek) adalah langsung
oleh karena besarnya pajak pendapatan yang harus dibayar tergantung kepada besarnya gaya
pikulnya; pada pajak-pajak subjektif ini keadaan pribadi wajib pajak sangat mempengaruhi
besar-kecilnya jumlah pajak yang terutang
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya
di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk
membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Silahkan disimak
berbagai fungsi pajak pada uraian di bawah ini.
8
Fungsi Anggaran (Budgetair)
Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa
dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak,
penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
9
3.3 Tata Cara Pemungutan Pajak
1. Stelsel Pajak
• Stelsel Nyata
Pengenaan Pajak didasarkan pada suatu objek (penghasilan yang nyata), pemungutan
dilakukan pada akhir tahun pajak setelah penghasilan sesungguhnya diketahui. Pajak lebih
realistis tapi baru dapat dikenakan di akhir periode.
Pengenaan pajak didasarkan pada sebuah anggapan yang diatur UndangUndang. Tanpa
menunggu akhir tahun dan tidak berdasarkan keadaan sesungguhnya.
• Stelsel Campuran
Merupakan salah satu kombinasi antara stelsel Nyata dan stelsel anggapan. Pada awal
tahun dihitung berdasarkan anggapan dan akhir tahun disesuaikan dengan keadaan yang
sebebnarnya.
• Asas Domisili
Negara berhak untuk dapat mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak
diwilayahnya baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. asas ini berlaku bagi wajib pajak
dalam negeri.
• Asas Sumber
Negara juga berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya
tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
• Asas Kebangsaan
10
3. Sistem Pemungutan Pajak
1. Wewenang untuk dapat menentukan besarya pajak terutang ada pada fiskus
2. Wajib pajak yang bersifat pasif
3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan sebuah surat ketetapan pajak oleh fiskus
• Self Assessment System
Ialah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak
untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
1. Wewenang untuk bisa menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri
2. Wajib pajak aktif dapat dimulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri
pajak yang terutang.
Merupakan salah satu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh wajib pajak.
• Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga pihak
selain fiskus dan wajib pajak.
11
3.4 Teori Pemungutan Pajak
1. Teori Asuransi adalah teori yang menyamakan negara dengan perusahaan asuransi. Untuk
mendapatkan perlindungan warganegara harus membayar pajak sebagai premi. Sebenarnya
teori ini sudah lama ditinggalkan karena tidak sesuai dengan kenyataan, dimana tidak ada
hubungan langsung pembayaran pajak dengan nilai perlindungan terhadap pembayar pajak.
2. Teori Kepentingan adalah semakin banyak individu menikmati jasa dari pekerjaan
pemerintah maka semakin besar juga pajaknya, jadi teori ini menganggap pembayaran pajak
mempunyai hubungan dengan kepentingan individu yang diperoleh dari pekerjaan negara.
3. Teori Daya Pikul atau Gaya Pikul adalah pemungutan pajak harus sesuai dengan kemampuan
si pembayaran pajak yang memperhatikan besar penghasilannya, kekayaan dan pengeluaran
belanja wajib pajak. Teori daya pikul ini memiliki kelemahan yaitu penentuan secara tepat
seseorang yang berbedabeda. Teori daya pikul ini diterapkan dalam perhitungan pajak
penghasilan dimana wajib pajak baru dikenakan pajak apabila penghasilan tersebut melebihi
penghasilan tidak kena pajak atau PTKP.
4. Teori Kewajiban Mutlak atau Teori Bakti, teori ini menjelaskan bahwa dasar hukum pajak
adalah hubungan antara rakyat dan negara dimana negara berhak memungut pajak dan
rakyat berkewajiban membayar pajak. Kelemahan teori ini negara bisa menjadi otoriter
sehingga mengabaikan aspek keadilan dalam pemungutan pajak.
5. Teori Daya Beli, teori ini merupakan teori modern yang memandang efek baik dari pajak
sebagai dasar keadilan. Teori ini menjelaskan penyelenggaraan kepentingan masyarakat
merupakan dasar keadilan pemungutan pajak, bukan individu ataupun bukan kepentingan
negara melainkan kepentingan masyarakat.
12
3.5 Pengelompokan Pajak
1. Menurut golongannya
• Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan.
• Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai
2. Menurut sifatnya
• Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau bersandarkan pada subjeknya, dalam
arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
• Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.
• Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan
Bea Meterai. Mulai tahun 2012 PBB dikelola oleh daerah.
• Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah.
Contoh
1). Pajak Daerah Kabupaten/Kota :pajak kendaaan bermotor dan kendaraan di atas air, bea
balik nama kendaaan bermotor dan kendaraan di atas air, pajak pengambilan dan pemanfaatan
air tanah dan air permukaan.
2) Pajak Daerah Provinsi: pajak hotel dan restoran, pajak reklame, pajak hiburan, pajak
penerangan jalan.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.Pajak memiliki beberapa fungsi yakni fungsi pemasukan anggaran,mengatur kebijakan
negara,pemerataan kepada masyarakat,dan menstabilkan keaadaan ekonomi
negara.Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan undang-undang harus
dijamin kelancarannya. Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara
umum. Jaminan hukum akan terjaganya kerahasiaan bagi para wajib pajak.Menurut teori
asuransi di ibaratkan seperti pembayaran premi karena mendapat jaminan dari negara. Negara
bertugas melindungi orang dan/atau warganya dengan segala kepentingan, yaitu keselamatan
dan keamanan jiwa serta harta bendanya.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pajakku.com/read/60cc60c458d6727b1651ab20/Selain-Pajak-Ketahui-
Jenis-Pungutan-Resmi-Lainnya-di-Indonesia
https://www.finansialku.com/bea-cukai-adalah/
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/perpajakan-di-indonesia-sejarah-sistem-
dan-dasar-hukumnya
https://www.cermati.com/artikel/pengertian-pajak-fungsi-dan-jenis-jenisnya
http://amirhidayatulloh.act.uad.ac.id/teori-pendukung-pemungutan-pajak/
15