Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

DOSEN PEMBIMBING
Friski Danu Rahmat, SE, M.Acc

DISUSUN OLEH

Hiddeo (1820602096)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya makalah mata kuliah Perpajakan mengenai Pajak Penghasilan Pasal
22.

Selain itu kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen


pengampu kami, Bapak Friski Danu Rahmat, SE, M.Acc.

Maksud dan tujuan saya menyusun karya tulis ini adalah untuk mendapatkan
nilai dalam mata kuliah Perpajakan. Selain untuk mendapatkan nilai, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita semua dalam hal
perpajakan khususnya mengenai Pajak Penghasilan Pasal 22.

Garis besar isi makalah ini adalah mengenai PPh Pasal 22 yang berisi mengenai
pengertian PPh 22, tata cara pemotongan, objek dan subjek pajak PPh 22, dan tarif
pajak PPh 22. Selain itu makalah ini menjabarkan secara rinci mengenai pemungut dari
PPh 22 dan beserta contoh perhitungannya.

Saya juga berharap agar para pembaca mau memaafkan jika ada kesalahan
dalam pengetikan makalah ini. Saya juga mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun atas kelemahan dan kekurangan dalam makalah ini demi perbaikan
selanjutnya. Sekian dan terimakasih

Palembang, 5 Januari 2021

Hiddeo

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22.......................................................... 3
2.2 Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak PPh Pasal 22 .. 4
2.3 Subjek Pajak Penghasilan ............................................................................... 5
2.4 Objek Pajak Penghasilan ................................................................................. 7
2.5 Cara Menghitung PPh Pasal 22 .................................................................... 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 14
3.2 Saran ............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam suatu negara untuk menjalankan fungsinya pemerintah atau


penguasa setempat memerlukan dana atau modal. Modal yang diperlukan itu
salah satunya bersumber dari pungutan berupa pajak dari rakyatnya. Pajak
juga merupakan gejala sosial dan hanya terdapat dalam suatu masyarakat,
tanpa ada masyarakat, tidak mungkin ada suatu pajak. Pajak adalah pungutan
wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan digunakan untuk
kepentingan pemerintah dan masyarakat umum.

Rakyat yang membayar pajak tidak akan merasakan manfaat dari


pajak secara langsung. Pajak digunakan untuk kepentingan umum, bukan
untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah satu sumber dana
pemerintah untuk melakukan pembangunan, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan
berdasarkan undang-undang.

Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh


bendaharawan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah,
instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga Negara lainnya
berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang, dan badan-badan
tertentu baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di
bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.

Dasar hukum pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah Pasal 22


Undang-undang Pajak Penghasilan, selanjutnya diikuti dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 210/PMK.03/2008 berlaku sejak 31 Agustus 2010.

1
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian dari Pajak Penghasilan ?


1.2.2 Apa sajakah ketentuan umum Pajak Penghasilan ?
1.2.3 Bagaimana tata cara pemotongan Pajak Penghasilan ?
1.2.4 Apa sajakah Subjek dari Pajak Penghasilan ?
1.2.5 Apa sajakah Objek dari Pajak Penghasilan ?
1.2.6 Berapakah tarif PPh Pasal 22 ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari PPh pasal 22.


1.3.2 Untuk mengetahui mengenai pemotongan, objek, tarif dari PPh pasal
22.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana tata cara pemotongan Pajak
Penghasilan.
1.3.4 Untuk mengetahui Subjek dari Pajak Penghasialan.
1.3.5 Untuk mengetahui Objek dari Pajak Penghasilan.
1.3.6 Untuk mengetahui berapa tarif PPh Pasal 22.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22

Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap


Subjek Pajak Penghasilan atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak.

Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau


memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh
penghasilan, dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan (PPh) disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau
dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila
kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.

PPh Pasal 22 atau Pajak Penghasilan Pasal 22 dikenakan kepada


badan-badan usaha tertentu, naik milik pemerintah maupun swasta yang
melakukan kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-impor. Melalui
penerbitan peraturan No. 90/PMK.03/2015, pemerintah melebarkan badan-
badan yang berhak memungut PPh Pasal 22 yaitu menjadi wajib pajak badan
yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah

Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 Tahun 2008, Pajak


Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) adalah bentuk pemotongan atau
pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap Wajib Pajak dan
berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang.

3
2.2 Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak PPh Pasal
22

PPh Pasal 22 atas impor barang barang (angka II butir 1) disetor oleh
importir dengan menggunakan formulir Surat Setoran Pajak Cukai dan
Pabean (SSPCP) PPh Pasal 22 atas impor barang yang dipungut oleh DJBC
harus disetor ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro dalam jangka waktu
1 (satu) hari setelah pemungutan pajak dan dilaporkan ke KPP secara
mingguan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah batas waktu penyetoran pajak
berakhir.

PPh Pasal 22 atas pembelian barang (angka II butir 2 dan 3) disetor


oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak ke Bank Persepsi atau
Kantor Pos dan Giro secara kolektif pada hari yang sama dengan pelaksanaan
barang Pemungut menerbitkan bukti pemungutan rangkat tiga, yaitu :

1) Lembar pertama untuk pembeli


2) Lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan ke Kantor Pelayanan
Pajak
3) Lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan dan
dilaporkan ke KPP paling lambat 14 (empat belas) hari setelah masa
pajak berakhir.

4
2.3 Subjek Pajak Penghasilan

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subyek pajak


penghasilan adalah sebagai berikut:

1) Orang Pribadi

Yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang


pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam
suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia.

2) Harta Warisan Belum Dibagi

Yaitu warisan dari seseorang yang sudah meninggal dan belum dibagi
tetapi menghasilkan pendapatan, maka pendapatan itu dikenakan pajak.

3) Badan

Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali


unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

• Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-


undangan;
• Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
• Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah; dan
• Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional
negara.

5
4) Bentuk usaha tetap

Yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia atau berada di indonesia tidak lebih dari 183
hari dalam jangka waktu dua belas bulan, atau badan yang tidak didirikan dan
berkedudukan di Indonesia, yang melakukan kegiatan di Indonesia.

Dan yang tidak termasuk Subjek Pajak adalah sebagai berikut :

1) Badan perwakilan negara asing;


2) Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain
dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka,
dengan syarat:
• Bukan warga Negara Indonesia; dan
• Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain
di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut;
• Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
3) Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat :
• Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;
• Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;
4) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat :
• Bukan warga negara Indonesia; dan
• Tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia.

6
2.4 Objek Pajak Penghasilan

Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan


kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun .

Undang-undang Pajak Penghasilan Indonesia menganut prinsip


pemajakan atas penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak
dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak darimanapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk
konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak tersebut.

Pengertian penghasilan dalam Undang-undang PPh tidak


memperhatikan adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya
tambahan kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak merupakan ukuran terbaik mengenai
kemampuan Wajib Pajak tersebut untuk ikut bersama-sama memikul biaya
yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangu

Objek Pajak Penghasilan yang dapat dipakai untuk konsumsi atau


untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan
dalam bentuk apapun termasuk :

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang


diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk
lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang Pajak
Penghasilan;
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
c. laba usaha;

7
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
 Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,
persekutuan,dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal;
 Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham,
sekutu atau anggota;
 keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran,pemecahan atau pengambilalihan usaha;
 Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan
atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil
termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan atau penguasaan antara pihak pihak yang
bersangkutan;
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya;
f. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
g. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi;
h. Royalti;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

8
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi asuransi;
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya
yang terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak

Objek Pajak yang dikenakan PPh final Atas penghasilan berupa:

• Bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya;


• Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa
efek;
• Penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau
bangunan, serta
• Penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Dan yang tidak Termasuk Objek Pajak adalah sebagai berikut :

1. - Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan


amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak.

- Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis


keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, epanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-
pihak ybs;

9
2. Warisan;
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau Pemerintah;
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna dan asuransi beasiswa;
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai WP Dalam Negeri, koperasi, BUMN atau BUMD dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia, dengan syarat :
 Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
 Bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima
dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah
modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar
kepemilikan saham tersebut;
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan , baik yang dibayar oleh pemberi
kerja maupun pegawai;
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam
bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi;

10
10. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana
selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau
pemberian izin usaha;
11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

2.5 Cara Menghitung PPh Pasal 22

2.7.1 Cara menghitung PPh Pasal 22 atas kegiatan impor barangBesarnya


PPh pasal 22 atas impor: Yang menggunakan Angka Pengenal
Importir (API), tariff pemungutannya sebesar 2,5% dari nilai impor.

PPh Pasal 22 = 2,5% x Nilai Importir

Yang tidak menggunakan Angka Pengenal Imortir (API), tarif


Pemungutannya sebesar 7,5% dari nilai impor

PPh Pasal 22 = 7,5% x Harga Jual Lelang

Catatan :

Yang dimaksud dengan nilai impor adalah nilai berupa uang


yang digunakan sebagai dasar perhitungan bea masuk. Nilai impor
dihitung sebesar Cost Insurance Freight (CIF) +Bea Masuk+
Pungutan pabean lainnya.

Contoh 1:

PT ANGGARA, memiliki nomor API, melakukan impor


komputer dari Amerika Serikat dengan perincian sbb:
Harga Komputer (Cost)…………………….US$ 20,000.00
Asuransi (Insurance) ……………………….US$ 1,000.00
Biaya angkut (Freight) ……………………..US$ 4,000.00
Harga Pabean ………………………………US$ 25,000.00

11
Pungutan :

- Bea Masuk 20% ……………………………..US$ 5,000.00


- Bea Masuk Tambahan 10% …………….........US$ 2,500.00
NILAI IMPOR ………………………………..US$ 32,500.00

Apabila pada tanggal impor (sesuai dokumen


impor:pemberitahuan impor barang) nilai kurs US $ 1.00= Rp
10.000,00 maka:

- Dasar pengenaan PPh Pasal 22: US$ 32,500.00 x Rp


10.000,00= Rp 325.000.000,-
- PPh Pasal 22 yang harus dipungut :Rp 325.000.000,00 x
2,5% = Rp 8.125.000,00

2.7.2 Cara menghitung PPh Pasal 22 atas pembelian barang yang


dibiayai dengan APBN/APBD

PPh Pasal 22 = 1,5% x Harga Perolehan

Atas pembelian barang yang dananya dari belanja Negara atau


belanja daerah dikenakan pemungutan PPh Pasal 22 sebesar 1,5%
dari harga pembelian.

Pembayaran yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22


adalah:
Pembayaran atas penyerahan barang (bukan merupakan jumlah yang
dipecah-pecah) yang meliputi jumlah kurang dari Rp 1.000.000,00
Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak,listrik,gas,air
minum/PDAM, dan benda-benda pos.

12
Pembayaran/ pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh
kantor Perbendaharaan dan Kas Negara.

Contoh 3 :

PT Jayadi Maju melakukan penjualan lemari arsip kepada


Departemen

Dalam Negeri senilai Rp 220 juta. Pembayaran dilakukan oleh


Bendaharawan Depdagri. Dalam kontrak penjualan dengan
pemerintah yang di danai dari APBN/APBD, biasanya harga jual
sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%. Diminta :
Hitunglah PPh Pasal 22 PT Jayadi Maju
Jawab :

-Dasar Pengenaan PPh Pasal 22: (100/110 x Rp 220 juta)=


Rp200.000.000,00.

-PPh Pasal 22 yang dipungut Bendaharawan Pemerintah dari


transaksi pembayaran: Rp200.000.000,00 x 1,5%= Rp 3.000.000,00

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
PPh pasal 22 merupakan pembayaran PPh dalam tahun berjalan yang
dipungut oleh:

a. Bendahara pemerintah baik pusat atau daerah, intansi atau


lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga Negara lainnya
sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang.
b. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta
berkenaan dengan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha
dibidang lainnya.
c. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang
tergolong sangat mewah.

3.2 Saran
Setelah penulis memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan PPh pasal
22, penulis menyarankan kepada pembaca untuk lebih taat melakukan
pembayran pajak guna membantu meningkatkan APBN dan APBD
khususnya pada PPh pasal 22.

14
DAFTAR PUSTAKA

Waluyo. 2013. PERPAJAKAN INDONESIA. Jakarta: Salemba Empat.

Puspa, dian. “Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22)”. Diakses pada 5
Januari 2021

EkonomiHolic.com. (2013, Januari). Tarif Pajak Penghasilan 2016 dan


Contoh Cara Penghitungannya. dipetik from EkonomiHolic.com:
http://www.ekonomi-holic.com/2013/01/tarif-pajak-penghasilan-
2013-dan-cara_2918.html/. Diakses pada 5 Januarri 2021

Forever2705. (2009, Agustus 11). PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN.


Diambil kembali dari `ForeveR`:
http://forever2705.wordpress.com/2008/08/11/pengertian-pajak-
penghasilan/ptkp. Diakses pada 5 januari 2021.

PajakOnline.com. (n.d.). Penghitungan Penghasilan Kena Pajak. Retrieved


from Belajar Perpajakan:
http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=272.
Diakses pada 5 Januari 2021.

15

Anda mungkin juga menyukai