Anda di halaman 1dari 20

TAAT PAJAK DENGAN

EFISIEN PADA PPH


PASAL 22
Manajemen Perpajakan
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“Taat Pajak Dengan Efisien Pada Pph Pasal 22” guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Perpajakan.

Makalah ini tak lepas disusun dengan bantuan berbagai pihak, sehingga makalah dapat
terselesaikan dengan baik. Kami juga tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam hal pembuatan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi susunan makalah, tata bahasa maupun isi dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Sehingga kami secara terbuka menerima segala kritik
dan saran positif agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
berbagai pihak, dan untuk kami sendiri khususnya.

Lokasi, 6 Maret 2022

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 4
2.1. Dasar Hukum............................................................................................................... 4
2.2. Pemungut PPh Pasal 22 ............................................................................................... 4
2.3. Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 22 ............................................................................. 5
2.4. Tarif PPh Pasal 22 atas Impor ..................................................................................... 5
2.5. PPh Pasal 22 atas Pembelian Barang oleh BUMN, BUMD, dan Departemen ........... 6
2.6. PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Industri Semen, Rokok Kretek / Putih, Kertas, Baja
Otomotif ................................................................................................................................. 6
2.7. PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi Pertamina dan Badan Usaha Selain
Pertamina yang Bergerak di Bidang Bahan Bakar Minyak, Gas, dan Pelumas ..................... 7
2.8. Dikecualikan dari Pemungutan PPh Pasal 22 ............................................................. 8
2.9. Saat Terutang dan Pelunasan atau Pemungut PPh Pasal 22 ........................................ 9
2.10. Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 22 .......................... 9
2.11. Issue Terbaru PPh Pasal 22 atas Impor ................................................................. 11
2.12. PPh Pasal 22 atas Penjualan Barang Sangat Mewah PER Dirjen 19/ PJ/2015. Dan PER
24/PJ/2015 ............................................................................................................................ 12
2.13. Pengajuan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 22 ...................................... 12
2.14. Perhitungan PPh Pasal 22 ...................................................................................... 13
2.15. Langkah-Langkah untuk Taat Pajak Dengan Efisien PPh Pasal 22 ...................... 14
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 15
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 15
3.2. Saran ...................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran
serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban
perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah
Undang-undang Perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi
mempakan hak dari setiap Warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran
serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Tanggung jawab atas
kewajiban pembayaran pajak sebagai penceminan kewajiban kenegaraan dibidang
perpajakan berada pada anggota masyarakat sendiri untuk memenuhi kewajiban
tersebut.

Objek Pajak yang ditetapkan pemerintah adalah pajak penghasilan yaitu pajak
yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima dalam tahun
pajak atau dapat dikenakan pula dikenakan pajak atas penghasilan dalam bagian tahun
pajak. Pada kantor Dinas Pendapatan daerah terdapat beberapa Objek Pajak penghasilan
seperti PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal 23. Dari berbagai macam pajak di
Indonesia Pajak penghasilan pasal 22 merupakan pajak yang dipungut oleh
bendaharawan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi
atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan dengan
pembayaran atas penyerahan barang dan badan-badan tertentu baik badan pemerintah
maupun swasta di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain. Pajak Penghasilan
Pasal 22 yang dibayarkan dalam tahun berjalan melalui pemotongan atau pemungutan
dari pihak-pihak tertentu.

Subjek pajak pada PPh Pasal 22 salah satunya adalah importir. PPh Pasal 22
atas impor terutang pada saat pembayaran Bea Masuk, jika terdapat berupa fasilitas
penundaan atau pembebasan Bea Masuk, maka terutang pada saat penyelesaian
dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB). Tarif pemungutan PPh Pasal 22 atas
1
2

Impor yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API) menggunakan tarif sebesar
2,5% dari nilai impor. Tarif atas Impor yang tidak menggunakan API dikenakan tarif
sebesar 7,5% dari nilai impor. Perhitungan PPh Pasal 22 atas Impor yang tidak dikuasai
dikenakan dikenakan tarif 7,5% dari harga jual lelang.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Dasar Hukum terkait PPh Pasal 22?

2. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pemungutan PPh Pasal 22?

3. Bagaimana Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 22

4. Bagaimana pemberlakuan PPh Pasal 22 terhadap masing-masing industri yang


dimaksud?
5. Bagaimana perhitungan PPh Pasal 22?

6. Apa saja yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22?

7. Bagimana pemberlakuan PPh Pasal 22 pada Saat Terutang dan Pelunasan atau
Pemungut PPh Pasal 22?
8. Apa saja Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 22?

9. Pengajuan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 22

10. Bagaimana Pengajuan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 22?

11. Bagiamana Perhitungan terkait PPh Pasal 22 dan apa saja Langkah-langkah efisien
untuk taat pajak Pasal 22?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mahasiswa dapat mengerti apa saja dasar hukum terkait PPh Pasal 22.

2. Mahasiswa dapat memahami siapa saja pihak yang terlibat dalam pemungutan PPh
Pasal 22.
3. Mahasiswa dapat memahami Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 22.
3

4. Mahasiswa dapat memahami pemberlakuan PPh Pasal 22 terhadap masingmasing


industri yang dimaksud.
5. Mahasiswa dapat memahami perhitungan PPh Pasal 22.

6. Mahasiswa dapat memahami apa saja yang dikecualikan dari pemungutan PPh
Pasal 22.
7. Mahasiswa dapat memahami pemberlakuan PPh Pasal 22 pada Saat Terutang dan
Pelunasan atau Pemungut PPh Pasal 22.
8. Mahasiswa dapat memahami tentang Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan
Pelaporan PPh Pasal 22.
9. Mahasiswa dapat memahami terkait Pengajuan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh
Pasal 22.
10. Mahasiswa dapat memahami seputar Pengajuan Surat Keterangan Bebas (SKB)
PPh Pasal 22.
11. Mahasiswa dapat mengerti perhitungan terkait PPh Pasal 22 dan apa saja Langkah-
langkah efisien untuk taat pajak Pasal 22.
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Dasar Hukum

• UU PPh Pasal 22 Dalam UU PPh No. 36 Tahun 2008

• PMK Nomor 154/PMK 03/2010

• PMK Nomor 224/PMK 011/2012

• PMK Nomor 16/PMK 010/2016

• PER.24/PJ/2015

Pemahaman atas PPh Pasal 22 juga perlu mendalam agar kita bisa mempersiapkan
semua objek pajak PPh Pasal 22 yang harus dipotong atau dipungut. PPh Pasal 22
adalah PPh yang dipungut oleh:

- Bendaharawan Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan


lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan
barang;
- Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan
kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.

2.2. Pemungut PPh Pasal 22

1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor barang;

2. Direktorat Jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah Pusat/Daerah, yang


melakukan pembayaran atas pembelian barang;
3. BUMN/D, yang melakukan pembayaran atas pembelian barang dari belanja negara
dan/atau belanja daerah;
4. Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, industri rokok, industri
kertas, industri baja dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor
Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri;
5

5. Pertamina dan badan usaha selain Pertamina yang bergerak di bidang bahan bakar
minyak, gas, dan pelumas atas penjualan hasil produksinya;
6. Badan Urusan Logistik (Bulog), atas penyerahan gula pasir dan tepung terigu.

2.3. Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 22


SPT Masa PPh Pasal 22 dilaporkan paling lambat hari kerja terakhir minggu
berikutnya.

Rincian sebagai berikut :

Batas Waktu Batas Waktu


No. Jenis PPh Pasal 22
Setor Lapor
1. PPh Pasal 22 – Pada hari yang sama Tanggal 14 bulan
Bendahara Pemerintah pada saat berikutnya
penyerahan barang
2. PPh Pasal 22 - Sebelum Delivery Dilapor oleh
Pertamina Order dibayar Pemungut

3. PPh Pasal 22 – Tanggal 10 bulan Tanggal 20 bulan


Pemungut Tertentu berikutnya berikutnya

4. PPh Pasal 22 - PPN & 1 (satu) hari setelah Hari kerja terakhir
PPn BM oleh Bea dipungut minggu berikutnya
Cukai (melapor secara
mingguan)

2.4. Tarif PPh Pasal 22 atas Impor


Atas impor:

1. Menggunakan Angka Pengenal Importir (API) sebesar 2,5% dari nilai impor,
untuk barang tertentu 10% (PMK 107/PMK 10/2015).
6

2. Tidak menggunakan API sebesar 7,5% dari nilai impor, untuk barang tertentu 10%
(PMK 107/PMK 10/2015)
3. Tidak Dikuasai, sebesar 7,5% dari harga jual lelang.

4. Menggunakan Angka Pengenal Importir (API) atas impor komoditi gandum,


tepung terigu dan kedelai dikenakan tarif 0,5% dari nilai impor dan jika tak
menggunakan API menjadi 7,5% dari nilai impor.
5. Berdasarkan PMK 16/PMK 010/2016, untuk Barang Tertentu walaupun memiliki
API tetap 7,5%.

Keterangan:

Rumus nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea
masuk yaitu Cost Insurance and Freight (CIF) ditambah dengan Bea Masuk dan
pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan pabean dibidang impor.

2.5. PPh Pasal 22 atas Pembelian Barang oleh BUMN, BUMD, dan
Departemen
Atas pembelian barang yang dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN/APBD) sebesar
1,5% dari harga pembelian.

2.6. PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Industri Semen, Rokok Kretek /
Putih, Kertas, Baja Otomotif
Atas penjualan hasil produksi yang dilakukan oleh badan usaha yang bergerak di
bidang :

1. Industri semen sebesar 0,25% dari dasar pengenaan pajak (DPP) Pajak

Pertambahan Nilai (PPN)

2. Industri rokok kretek / putih sebesar 0,15% dari harga banderol dan bersifat final
7

3. Industri kertas sebesar 0,1% dari DPP PPN

4. Industri baja sebesar 0,3% dari DPP PPN

5. Industri otomotif sebesar 0,45% dari DPP PPN

6. Industri semua jenis obat sebesar 0,3%

2.7. PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi Pertamina dan Badan
Usaha Selain Pertamina yang Bergerak di Bidang Bahan Bakar
Minyak, Gas, dan Pelumas
Atas penjualan hasil produksi Pertamina dan badan usaha selain Pertamina
yang bergerak di bidang bahan bakar minyak, gas, dan pelumas kepada penyalur
dan/atau agennya :

1. Premium untuk SPBU Swastanisasi sebesar 0,3% dari penjualan atau Rp


2.100.000/KL, dan untuk SPBU Pertamina sebesar 0,25% dari penjualan atau Rp
1.750.000/KL.
2. Solar untuk SPBU Swastanisasi sebesar 0,3% dari penjualan atau Rp 1.140.000/KL
dan untuk SPBU Pertamina sebesar 0,25% dari penjualan atau Rp 950.000/KL.
3. Premix untuk SPBU Swastanisasi sebesar 0,3% dari penjualan dan untuk SPBU
Pertamina sebesar 0,25% dari penjualan.
4. Minyak tanah sebesar 0,3% dari penjualan atau Rp 913,00/KL

5. Gas LPG sebesar 0,3% dari penjualan atau Rp. 2.250/KL

6. Pelumas sebesar 0,3% dari penjualan.

Keterangan:

PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi Pertamina dan badan lain
8

2.8. Dikecualikan dari Pemungutan PPh Pasal 22


Berdasarkan PMK Nomor 16/PMK.010/2016 yang di Undang-Undang bulan Februari
tahun 2016.

Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 :

a) Impor barang dan/ atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang undangan tidak terutang tidak terutang Pajak Penghasilan.
b) Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan atau Pajak
Pertambahan Nilai :
1. Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di
Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
2. Barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar pada
Pemerintah Indonesia beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak
memegang paspor Indonesia;
3. Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial,
kebudayaan, atau barang untuk kepentingan penanggulangan bencana alam;
4. Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam
itu yang terbuka untuk umum, serta barang untuk konservasi alam;
5. Barang untuk keperluan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan;
6. Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya;
7. Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
8. Barang pindahan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri,
mahasiswa yang belajar di luar negeri, Pegawai Negeri Sipil, anggota Tentara
Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian Republik Indonesia yang
bertugas di luar negeri sekurang-kurangnya selama 1 (satu) tahun, sepanjang
barang tersebut tidak untuk diperdagangkan dan mendapat rekomendasi dari
Perwakilan Republik Indonesia setempat;
9. Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan
barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan Pabean;
9

10. Barang yang diimpor oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang
ditujukan untuk kepentingan umum;
11. Perlengkapan militer termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi
keperluan pertahanan dan keamanan Negara;
12. Barang impor sementara sesuai ketentuan peraturan perundangundangan
mengenai impor sementara;
13. Barang yang dipergunakan untuk kegiatan usaha eksplorasi dan eksploitasi
hulu minyak dan gas bumi serta eksplorasi dan eksploitasi panas bumi;

2.9. Saat Terutang dan Pelunasan atau Pemungut PPh Pasal 22

1. PPh Pasal 22 atas impor terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran
Bea Masuk.
2. PPh Pasal 22 atas pembelian barang yang dibayar dari belanja negara dan/atau
belanja daerah,terutang dan dipungut pada setiap dilakukan pembayaran.
3. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi di dalam negeri oleh badan usaha yang
ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, di Pungut pada saat penjualan
4. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi oleh Pertamina dan badan usaha selain
pertamina yang bergerak di bidang bahan bakar minyak jenis premix dan gas harus
di lunasi sendiri oleh penyalur maupun pembeli lain sebelum Surat Perintah
Pengeluaran Barang (Delivery Order) ditebus.
5. PPh pasal 22 atas penyerahan gula pasir dan tepung terigu oleh bulog harus dilunasi
sendiri oleh penyalur lain sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang (Delivery
Order) ditebus.

2.10. Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 22

Atas Impor

a. Impor dilengkapi dengan LKP PPh Pasal 22 disetor oleh Importir ke Bank Devisa
dengan menggunakan formulir surat Setoran Pajak yang berlaku sebagai bukti
pungutan pajak.
10

b. Impor tidak dilengkapi dengan LKP PPh Pasal 22 dipungut dan disetor oleh
Direktorat Jendral Bea dan Cukai

Direktorat Jendral Bea dan Cukai wajib menerbitkan Bukti Pemungutan PPh Pasal 22
dalam rangkap 3 yaitu:

1) Lembar pertama untuk Pembeli;

2) Lembar kedua untuk disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak sebagai


lampiran Laporan bulanan;
3) Lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai harus menyetorkan pemungutan PPh Pasal
22 atas impor dalam jangka waktu sehari setelah pemungutan PPh Pasal 22 atas Impor
dalam jangka waktu sehari setalah pemungutan pajak dilakukan ke Kantor Pos dan
Giro atau bank-bank persepsi, dan harus melaporkan hasil pemungutannya tersebut ke
Kantor secara mingguan. Selambatnya 7 hari setelah batas waktu penyetoran pajak
berakhir

Direktorat Jendral Anggaran,Bendaharawan Pemerintah


Pusat/Daerah.BUMN/D harus memungut dan menyetorkan pemungutan PPh Pasal 22
ke Kantor Pos dan Giro atau bank-bank persepsi pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembayaran menggunakan formulir Surat Setoran Pajak (SSP).
Pelaporan harus disampaikan selambatnya 14 hari setelah masa pajak berakhir

Badan Usaha yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus memungut
PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produknya di dalam negeri wajib menerbitkan
Pemungutan PPh Pasal 22 dalam rangkap 3 yaitu :

1) Lembar pertama untuk Pembeli;

2) Lembar kedua untuk disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak sebagai


lampiran Laporan bulanan;
3) Lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan

Badan usaha tersebut harus menyetorkan secara kolektif pemungutan PPh


Pasal 22 selambatnya tanggal 15 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak
11

berakhir. Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa selambatnya 20


hari setelah masa pajak berakhir.

PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi oleh Pertamina dan badan usaha
selain pertamina yang bergerak di bidang bahan bakar minyak jenis premix dan gas
serta atas penyerahan gula pasir dan tepung terigu oleh bulog harus dilunasi sendiri
oleh penyalur lain sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang (Delivery Order)
ditebus dengan menggunakan SSP yang juga merupakan bukti pungutan pajak.
Pelaporan dilakukan denga cara menyampaikan SPT Masa selambatnya 20 hari
setelah Masa Pajak berakhir.

2.11. Issue Terbaru PPh Pasal 22 atas Impor


Pemerintah menaikkan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 atas impor
barang tertentu. Kebijakan ini untuk menunjukkan keberpihakan pemerintah terhadap
industry dalam negeri dan mengurangi tingginya impor. Tujuan dinaikkan PPh Pasal
22 atas impor barang menjadi 10 persen, adalah untuk mengurangi dampak impor
karena dihapuskannya PPnBM dari beberapa Barang. Jadi kalua barang-barang yang
PPnBM tadi hilang itu berasal dari impor, maka berikutnya PPh Pasal 22 impornya
akan naik dari 7,5 % menjadi 10%.

Adapun barang-barang yang PPnBM nya dihapuskan tapi PPh Pasal 22 nya
dinaikkan yakni peralatan elektronik, alat olahraga,alat music,branded goods, serta
perabotan rumah tangga dan kantor.Walaupun PPh Pasal 22 Impor Dinaikkan menjadi
10 Persen, namun secara total, harga jual dari barangbarang tertentu itu masih lebih
murah. Sebab ,PPnBM yang sudah dibebaskan sebesar 40 % secara total nilainya akan
turun , karena meskipun naik menjadi 10 %,PPnBM nya hilang 40 %.

Tujuan lain dari Kebijakan ini adalah untuk meningkatkan kepatuhan


pemenuhan perpajakan Wajib Pajak. Khusunya Wajib Pajak yang bergerak di bidang
usaha tertentu melalui mekanisme pemotongan atau pemungutan Pajak.
12

2.12. PPh Pasal 22 atas Penjualan Barang Sangat Mewah PER Dirjen 19/
PJ/2015. Dan PER 24/PJ/2015
PPh Pasal 22 dikenakan 5% atas Penjualan Barang Sangat Mewah. Perincian yang
dimaksud dengan Barang Sangat Mewah:

a. Pesawat pribadi dan Helikopter pribadi

b. Kapal pesiar, yacht dan sejenisnya.


c. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihan lebih dari
Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah) atau luas bangunan lebih dari 400m2 (empat
ratus meter persegi).

d. Apartemen, kondominium dan sejenisnya, dengan harga jual atau pengalihannya


Iebih dari Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah) atau luas bangunan Iebih dari 150
m2 (seratus lima puluh meter persegi).

e. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa
sedan, jeep, Sport Utility Vehicle (SUV), Multi Purpose Vehicle (MPV) dan
sejenisnya, dengan harga jual lebih dari Rp2.000.000.000 (dua miliar rupiah) atau
dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000. cc.

f. Kendaraan bermotor roda dua dan roda tiga, dengan harga jual lebih dari Rp
300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) atau dengan kapasitas silinder lebih dari 250
cc.

2.13. Pengajuan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 22


Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pembebasan dari pemotongan dan
pemungutan PPh Pasal 22 oleh pihak Iain kepada Dirjen Pajak dikarenakan:

• Wajib Pajak dalam tahun pajak berjalan dapat menunjukan tidak terutang PPh
karena mengalami kerugian fiskal.
• Wajib Pajak berhak melakukan kompensasi kerugian fiskal sepanjang kerugian
tersebut yang jumlahnya lebih besar dari perkiraan penghasilan neto tahun pajak
bersangkutan.
13

• Pajak Penghasilan yang telah dibayar lebih besar dari Pajak Penghasilan yang
terutang sehingga akan menyebabkan lebih bayar.
Seorang perencana pajak (tax planner) yang handal akan mengetahui kapan
melakukan permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) oleh Wajib Pajak. Ketentuan
mengenai dasar pemungutan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) PMK
Nomor 16/PMK.010/2016 dan PER 24/PJ/2015.

2.14. Perhitungan PPh Pasal 22

Contoh :

PT Blue Green memegang izin impor (API), melakukan impor alat berat dari Jepang
dengan perincian sebagai berikut:

Harga Mesin US$ 800.000

Asuransi US$ 50.000

Ongkos Kirim US$ 10.000

Ongkos Angkut US$ 1.000

Bea Masuk (30% dari Harga Alat Berat) US$ 240.000

Pungutan dipelabuhan US$ 5.000

Diketahui 1 US $ = Rp11.700

Berapa PPh Pasal 22 impor?

Perhitungan: Harga Mesin US$ 800.000

Asuransi US$ 50.000

Ongkos Kirim US$ 10.000

Ongkos Angkut US$ 1.000

Harga Pabean US$ 861.000


14

Bea Masuk (30% dari Harga Alat Berat) US$ 240.000

Pungutan di Pelabuhan US$ 5.000

Nilai Impor US$ 1.106.000

Nilai Impor dalam Rupiah = US1.106.000 x Rp11.700 = Rp12.940.200.000 PPh Pasal


22 = 2,5% x Rp12.940.200.000 = Rp323.505.000.

2.15. Langkah-Langkah untuk Taat Pajak Dengan Efisien PPh Pasal 22


Dari kondisi di atas kita dapat simpulkan untuk melakukan perencanaan pajak
yang baik diperlukan persiapan arsip dokumen yang lengkap dan terdata dengan baik,
khususnya semua bukti potong PPh Pasal 22, SPT Masa PPh Pasal 22 dan Surat Setoran
Pajak (SSP) mengingat PPh Pasal 22 sifatnya dapat dikreditkan. Karena jika bukti-
bukti tersebut hilang akan menyebabkan PPh Pasal 22 ini ini akan menjadi masalah
untuk dikreditkan.

Langkah lain yang perlu dibuat adalah menjaga pelaporan dan penyetoran PPh
Pasal 22 susuai dengan peraturan yang berlaku untuk menghindari sanksi administrasi
perpajakan.
15

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
PPh pasal 22 merupakan pembayaran PPh dalam tahun berjalan yang dipungut
oleh:

a. Bendaharawan pemerintah baik pusat atau daerah, instansi atau lembaga


pemerintah dan lembaga-lembaga Negara lainnya sehubungan dengan pembayaran
atas penyerahan barang.
b. Badan-badan tertentu, baik badan pemrintah maupun swasta berkenaan dengan
kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lainnya.

3.2. Saran
Demikian makalah ini kami susun, semoga para pembaca dapat lebih memahami
terkait Taat Pajak Dengan Efisien Pada PPh Pasal PPh pasal 22, kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Sehingga kami terbuka
akan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
16

DAFTAR PUSTAKA

Wisanggeni, Irwan., dan Michell Suharli. (2017). Manajemen Perpajakan. Jakarta: Mitra Wacana
Media.

Dinyanti, S. (2021). Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember Jember Digital
Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember Jember. In Digital
Repository Universitas Jember (Issue September 2019).
17

Anda mungkin juga menyukai