Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERPAJAK II
PENJELASAN PPh PASAL 22

DISUSUN OLEH:

1. RANI JULIANI (102201007)


2. ROS MINANG (102201009)
3. DEVITRYANA (102201036)
4. SITTI RAHYUN NINGTYAS (102201107)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
2023/2024
KATA PENGANTAR

Bismilllahirrahmanirrahim,

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan Rahmat serta Karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya
mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik makalah ini.

Kami juga berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
orang yang membacanya agar mampu untuk lebih mengenal tentang apa aitu
“Penjelasan PPh Pasal 22” yang kami sajikan berdasarkan informasi dari berbagai
sumber.

Kami menyadari, bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan didalamnya, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu
pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat Kerjasama antar anggota kelompok,
akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.

Akhir kata kami sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak


berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal ampai akhir. Semoga Allah
SWT. senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Baubau, 23 Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR Isi ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................................1


B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

A. PENGERTIAN PPh PASAL 22 ................................................................3


B. PEMUNGUTAN PAJAK PPh PASAL 22 ...............................................4
C. OBJEK PAJAK DAN BUKAN OBJEK PAJAK PPh PASAL 22.........5
D. TARIF-TARIF PPh PASAL 22 ................................................................8
E. PERHITUNGAN PPh PASAL 22 ATAS IMPOR BARANG ..............10

BAB III PENUTUP ..............................................................................................12

A. KESIMPULAN.........................................................................................12
B. SARAN ......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak merupakan penerimaan Negara terbesar. Pemerintah Indonesia
belum juga mampu memanfaatkan dan memaksimalkan pendapatan
Negara dari hasil kekayaan bumi secara mandiri dengan sebaik mungkin
untuk kemaslahatan masyarakat bangsa dan Negara Indonesia, sehingga
tidak bisa dipungkiri penerimaan Negara Indonesia sangat bergantung dari
sektor pajak. (Ilat, 2016).

Terdapat beberapa kelompok pajak yang terbagi menjadi dua: Pajak


Pusat dan Daerah, pajak yang dimasukkan Pemerintah Pusat yaitu Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM), sedangkan yang termasuk Pajak Daerah,
Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Provinsi, Pajak Kabupaten/Kota, Pajak
Hotel, Pajak Restoran, Penerangan Umum, Tempat Parkir, dan pajak
lainnya yang dikelola dan dipungut oleh Pemerintah Daerah (Online Pajak,
2018).

Pajak penghasilan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu PPh Pasal 21,
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 25, PPh Pasal 26, PPh Pasal 29 dan
PPh Pasal 4 ayat (2) salah satu yang akan dijelaskan yaitu PPh Pasal 22.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 merupakan pajak yang dipungut


oleh bendaharawan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga Negara
lain, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan badan-
badan tertentu baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan
kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain (Chandra,
2019).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pph Pasal 22 ?
2. Bagaimana cara pemungutan Pajak Pph Pasal 22 ?
3. Apa saja objek pajak dan bukan objek pajak Pph Pasal 22 ?
4. Apa saja tarif-tarif Pph Pasal 22 ?
5. Bagaimana cara menghitung Pph Pasal 22 atas impor barang ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami penjelasan Pph Pasal 22
2. Mengetahui dan memahami cara pemungutan Pajak Pph Pasal 22
3. Mengetahui dan memahami objek pajak dan bukan objek pajak Pph
Pasal 22
4. Mengetahui dan memahami tarif-tarif Pph Pasal 22
5. Mengetahui dan memahami cara menghitung Pph Pasal 22 atas impor
barang

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENJELASAN PPH PASAL 22


Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan, PPh 22 merupakan bentuk pemotongan atau
pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap wajib pajak dan
berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang.

Pajak Penghasilan atau PPh Pasal 22 adalah pajak penghasilan yang


pemungutannya dilakukan oleh bendaharawan atau badan usaha tertentu,
baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan ekspor dan
impor serta re-impor maupun kegiatan usaha lain.

Menurut Pasal 22 ayat 1 UU PPh ini, Menteri Keuangan dapat menetapkan:

• Bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan


pembayaran atas penyerahan barang.
• Badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang
melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang
lain.
• Wajib Pajak Badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas
penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

PPh 22 Bendaharawan adalah pemungutan yang dilakukan oleh


Bendaharawan Pemerintah atas penyerahan barang oleh rekanan yang
dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Bendaharawan Pemerintah ini, baik pemerintah pusat maupun


pemerintah daerah, instansi atau lembaga-lembaga negara lain yang
berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan.

3
B. PEMUNGUTAN PAJAK PPh PASAL 22
Bendahara & badan-badan yang memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari
pembelian adalah:
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atas objek
PPh Pasal 22 impor barang;
2. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai
pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi
atau Lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya,
berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang;
3. Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian
barang yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP);
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah
Membayar yang diberikan delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA), berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada
pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung
(LS);
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan,
yang meliputi:
• PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk., PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT
Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT
Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero);
• Bank-bank Badan Usaha Milik Negara, berkenaan dengan
pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk
keperluan kegiatan usahanya.

4
6. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian
bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya
atau ekspornya.
7. Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas
tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan
atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan.

C. OBJEK PAJAK DAN BUKAN OBJEK PAJAK PPh PASAL 22


Objek pajak menjadi bagian yang penting dibicarakan atau
dipersoalkan dalam hukum pajak. Objek pajak dikatakan sebagai bagian
terpenting karena wajib pajak tidak dikenakan pajak kalua tidak memiliki,
menguasai, atau menikmati objek pajak yang tergolong sebagai syarat
syarat objektif dalam pengenaan pajak.

Berikut merupakan objek pajak PPh Pasal 22 berdasarkan Pasal 1


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 (PMK
34/2017):
1. Impor barang dan ekspor barang komoditas tambang batubara, mineral
logam, dan mineral bukan logam yang dilakukan oleh eksportir.
2. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara
pemerintan dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut
pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan lembaga-
lembaga negara lainnya.
3. Pembayaran atas pembelian barang dengan mekanisme uang persediaan
(UP) yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran.
4. Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga dengan
mekanisme pembayaran langsung (LS) oleh KPA atau pejabat penerbit
surat perintah membayar yang diberi delegasi oleh KPA.

5
5. Pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk
keperluan kegiatan usahanya Badan Usaha Milik Negara.
6. Penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan
usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri baja,
yang merupakan industri hulu, industri otomotif, dan industri farmasi.
7. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal
Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan
importir umum kendaraan bermotor.
8. Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh
produsen atau importir.
9. Pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk pengumpul
untuk keperluan industrinya atau ekspornya oleh industri dan eksportir
yang bergerak dalam sector kehutanan, perkebunan, pertanian,
perternakan, dan perikanan.
10. Penjualan barang yang tergolong sangat mewah yang dilakukan oleh
wajib pajak badan.

Selanjutnya, ketentuan mengenai pengecualian dari objek PPh Pasal


22 terutang dalam Pasal 3 PMK 34/2017, yang dikecualikan dari
pemungutan PPh Pasal 22 adalah:
1. Impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan tidak terutang Pajak Penghasilan.
2. Impor barang yang dibebaskan dari pungutann Bea Masuk dan/atau
Pajak Pertambahan Nilai:
1. Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang
bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
2. Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya
yang bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia
yang diakui dan terdaftar dalam peraturan menteri keuangan yang
mengatur tentang tata cara pemberian pembebasan bea masuk dan

6
cukai atas impor barang untuk keperluan badan internasional beserta
para pejabatanya yang bertugas di Indonesia;
3. Barang kiriman hadiah/hibah untuk keperluan ibadah umum, amal,
sosial, kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan
bencana;
4. Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, konservasi alam
dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum; dan
5. Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan.
3. Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan
untuk diekspor Kembali.
4. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah
diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau
barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan,
pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi syarat yang ditentukan
oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
5. Impor emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang
perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor.
6. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

7
D. TARIF-TARIF PPh PASAL 22
1. Atas Impor Barang
• yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x
nilai impor;
• non-API = 7,5% x nilai impor;
• yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang.
2. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara
Pemerintah, BUMN/BUMD = 1,5% x harga pembelian (tidak
termasuk PPN dan tidak final.)
3. Atas penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak, yaitu
• Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)
• Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)
• Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
• Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)
4. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen
atau importir bahan bakar minyak,gas, dan pelumas adalah sebagai
berikut:
• Pemungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final.
Selain penyalur/agen bersifat tidak final
5. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor
dari pedagang pengumpul ditetapkan = 0,25 % x harga pembelian (tidak
termasuk PPN).
6. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang
menggunakan API = 0,5% x nilai impor.

8
7. Atas penjualan
• Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp
20.000.000.000,-
• Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp
10.000.000.000,-
• Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga
pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,- dan luas
bangunan lebih dari 500 m2.
• Apartemen, kondominium,dan sejenisnya dengan harga jual atau
pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,- dan/atau luas
bangunan lebih dari 400 m2.
• Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang
dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport utility vehicle(suv), multi
purpose vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya dengan harga
jual lebih dari Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan
dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari
harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.

8. Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari
tarif PPh Pasal 22.

9
E. PERHITUNGAN PPh PASAL 22 ATAS IMPOR BARANG
Cara menghitung PPh 22 adalah dengan ruumus sebagai berikut:
PPh 22 = Tarif Pajak x Nilai Impor/Harga Jual/DPP PPN/Harga Beli

Namun, penting untuk diperhatikan bahwa tarif paja bisa berbeda-beda


tergantung jenis kegiatan dan barangnya.

Contoh soal;
Pada tanggal 1 Januari 2016, PT ABC mengimpor barang dari Jerman
dengan harga faktur US$100.000. Barang yang di impor adalah jenis barang
yang tidak termasuk dalam barang-barang tertentu yang ditentukan dalam
Peraturan Menteri Keuangan No. 16/PMK.010/2016. Biaya asuransi yang
dibayar di luar negeri sebesar 5% dari harga faktur dan biaya angkut sebesar
10% dari harga faktur.

Bea masuk dan bea masuk tambahan masing-masing sebesar 20% dan 10%.
Kurs yang ditetapkan Menteri Keuangan pada saat itu sebesar
US$1=Rp10.000. Hitunglah PPH Pasal 22 yang dipungut oleh Ditjen Bea
Cukai jika tidak memiliki API?

10
Jawaban:
Maka, perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 yang dipungut Ditjen Bea
Cukai adalah:
NO. Diketahui Perhitungan Nilai
a Harga faktur (cost) US$100.000
b Biaya asuransi (5% x US$100.000 US$5.000
(insurance)
c Biaya angkut 10% x US$100.000 US$10.000
(freight)
CIF (cost, insurance (a+b+c) US%115.000
& freight)
d CIF (dalam rupiah) (US$115.000 x Rp1.150.000.000
Rp10.000)
e Bea masuk (20% x Rp230.000.000
Rp1.150.000.000)
f Bea masuk (10% x Rp115.000.000
tambahan Rp1.150.000.000)
Nilai Impor (d+e+f) Rp1.495.000.000

Jadi, PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC, jika PT ABC memiliki API
(2,5% x Nilai Impor):
2,5% x Rp1.495.000.000 = Rp37.375.000

PPh Pasal 22 yang dipungut DJBC, jikaPT ABC tidak memiliki API (7,5%
x Nilai Impor):
7,5% x Rp1.495.000.000 = Rp112.125.000

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pajak Penghasilan atau PPh Pasal 22 adalah pajak penghasilan yang
pemungutannya dilakukan oleh bendaharawan atau badan usaha tertentu,
baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan ekspor dan
impor serta re-impor maupun kegiatan usaha lain. Bendahara & badan-
badan yang memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari pembelian adalah
Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atas objek PPh
Pasal 22 impor barang; dan lainnya.

Salah satu objek pajak PPh Pasal 22 berdasarkan Pasal 1 Peraturan


Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 (PMK 34/2017) adalah impor
barang dan ekspor barang komoditas tambang batubara, mineral logam, dan
mineral bukan logam yang dilakukan oleh eksportir. Dan ketentuan
mengenai pengecualian dari objek PPh Pasal 22 terutang dalam Pasal 3
PMK 34/2017, yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah
impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan tidak terutang Pajak Penghasilan.

B. SARAN
Kami yakin dalam penyusunan makalah ini belum begitu sempurna
karena kami dalam tahap belajar, maka dari itu kami berharap bagi kawan-
kawan semua bisa memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan
membangun sehingga makalah ini menjadi sederhana dan bermanfaat dan
apabila ada kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena kami
hanyalah hamba yang memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Fitriya. 2023. PPh Pasal 22: Tarif, Cara Hitung dan Lapor SPT Masa PPh Pasal 22.
Diakses pada tanggal 28 Maret 2024 dari https://klikpajak.id/blog/pph-pasal-
22-dan-lapor-spt-pph-
22/#:~:text=Pajak%20Penghasilan%20atau%20PPh%20Pasal,impor%20
maupun%20kegiatan%20usaha%20lain.

OnlinePajak. 2023. Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22). Diakses pada
tanggal 28 Maret 2024 dari https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-
pribadi/pph-pajak-penghasilan-pasal-22

DDTCNEWS. 2016. Objek & Non-Pajak Objek. Diakses pada tanggal 28 Maret
2024 dari https://news.ddtc.co.id/pph-pasal-22-2-objek--non-objek-pajak-
7896

Pertapsi. 2016. Contoh Soal Perhitunngann PPh Pasal 22. Diakses pada 28 Maret
2024 dari https://pertapsi.or.id/contoh-soal-perhitungan-pph-pasal-22

13

Anda mungkin juga menyukai