Disusun oleh:
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
2021
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian dan Wajib Pajak Penghasilan Pasal 22.......................................3
1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22.....................................................3
2. Wajib Pajak Penghasilan Pasal 22.............................................................4
B. Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22..........................................................7
C. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 22..................................................................8
D. Pengecualian Pajak Penghasilan Pasal 22.....................................................9
E. Proses Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 22.........................................10
3. 1. Saat Terutang dan Pembayaran...........................................................10
2. Cara Penyetoran PPh Pasal 22.................................................................11
3. Kewajiban Pelaporan...............................................................................11
4. Kewajiban Membuat Bukti Pungut.........................................................12
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
KATA PENGANTAR
ii
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan
limpahan rahmat-Nya dan meluangkan waktu kepada penulis, sehingga mampu
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pajak Penghasilan Pasal 22” sesuai
dengan waktu yang kami rencanakan.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing
khususnya yang berkaitan dengan tugas ini, yakni Siti Soimah, S.AB., M.AB.
karena berkat beliaulah kami dapat mengerti apa itu PPh Pasal 22.
Selain itu dukungan dari semua pihak termasuk teman-teman telah mendorong
kami agar bissa menyelesaikan tugas ini. Untuk itu, kami mengucapkan terima
kasih. Kami sadar makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi kinerja yang lebih baik kedepannya.
Penyusun
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dengan PPh lainnya, seperti PPh 21 atau pun PPh 23. Pada umumnya,
PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap
“menguntungkan”, sehingga baik penjual maupun pembelinya dapat
menerima keuntungan dari perdagangan tersebut. Karena itulah, PPh
Pasal 22 dapat dikenakan baik saat penjualan maupun pembelian.
•Tambang batubara
•Mineral logam
•Pemerintah Pusat
•Pemerintah Daerah
4
d. Pembayaran atas Pembelian Barang untuk BUMN
Pembayaran atas pembelian barang untuk Bahan Usaha Milik
Negara (BUMN) dikenakan PPh Pasal 22 untuk keperluan usaha.
e. Penjualan Hasil Produksi pada Distributor
Penjualan hasil produksi pada distributor dikenai PPh Pasal 22
adalah distributor dalam negeri oleh badan usaha bidang:
•Industri semen
•Industri kertas
•Industri baja
•Industri hulu
•Industri otomotif
•Industri farmasi
g. Penjualan Migas
Penjualan migas oleh produsen dan importir dikenakan PPh Pasal
22 diantarnya penjualan:
•Pelumas
•Kehutanan
•Perkebunan
•Pertanian
5
•Peternakan
•Perikanan
Wajib pajak badan atau perusahaan swasta yang wajib memungut PPh
Pasal 22 saat penjualan adalah:
a. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri
semen, industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan
industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada
distributor di dalam negeri;
b. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang
Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor, atas
penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri;
c. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas,
dan pelumas, atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar
gas, dan pelumas;
d. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja
yang merupakan industri hulu, termasuk industri hulu yang
terintegrasi dengan industri antara dan industri hilir.
e. Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang
kegiatan usahanya:
mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan; dan
menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan
eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan,
perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.
f. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
90/PMK.03/2015, pemerintah menambahkan pemungut PPh
Pasal 22 dengan wajib pajak badan yang melakukan penjualan
barang yang tergolong sangat mewah.
6
5. Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22
7
6. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 22
a. Atas impor:
yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x nilai
impor;
non-API = 7,5% x nilai impor;
yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang.
b. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara
Pemerintah, BUMN/BUMD = 1,5% x harga pembelian (tidak
termasuk PPN dan tidak final.)
c. Atas penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak, yaitu:
Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)
Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)
Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)
d. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen
atau importir bahan bakar minyak,gas, dan pelumas adalah sebagai
berikut:
Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain
penyalur/agen bersifat tidak final
e. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari
pedagang pengumpul ditetapkan = 0,25 % x harga pembelian (tidak
termasuk PPN)
f. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang
menggunakan API = 0,5% x nilai impor.
g. Atas penjualan
Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp
20.000.000.000,-
Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp
10.000.000.000,-
Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga
pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,- dan luas bangunan
lebih dari 500 m2.
Apartemen, kondominium,dan sejenisnya dengan harga jual atau
pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,- dan/atau luas
bangunan lebih dari 400 m2.
Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari
10 orang berupa sedan, jeep, sport utility vehicle(suv), multi
purpose vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya dengan harga jual
8
lebih dari Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan dengan
kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual
tidak termasuk PPN dan PPnBM.
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan
Bea Masuk yaitu Cost Insurance and Freight (CIF) ditambah dengan Bea
Masuk dan pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan kepabeanan di bidang impor.
Besarnya tarif pemungutan sebagaimana dimaksud di atas yang diterapkan
terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap
Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Ketentuan ini berlaku untuk pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 yang
bersifat tidak final.
Berikut ini adalah daftar pengecualian terhadap pemungutan PPh Pasal 22:
9
pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas,
benda-benda pos;
pemakaian air dan listrik.
f. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang
perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor;
g. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
PPh Pasal 22 atas impor barang, terutang dan dilunasi bersamaan dengan
saat pembayaran Bea Masuk. Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda
atau dibebaskan dan tidak termasuk dalam pengecualian dari pemungutan
PPh Pasal 22, Pasal 22 terutang dan dilunasi pada saat penyelesaian
dokumen pemberitahuan pabean atas impor.
PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh Bendahara Pemerintah dan KPA,
bendahara pengeluaran dan pejabat penerbit Surat Perintah Membayar, dan
pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha
oleh BUMN tertentu dan Bank BUMN, terutang dan dipungut pada saat
pembayaran.
PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi Badan usaha yang bergerak
dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri
otomotif, dan industri farmasi dan atas penjualan kendaraan bermotor di
dalam negeri yang dilakukan oleh ATPM, APM dan importir umum
kendaraan bermotor terutang dan dipungut pada saat penjualan.
10
PPh Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas terutang dan dipungut pada saat penerbitan surat perintah
pengeluaran barang (delivery order).
3. Kewajiban Pelaporan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan pemungut pajak wajib melaporkan
hasil pemungutannya dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa ke
Kantor Pelayanan Pajak.
Semua Pemungutan PPh Pasal 22 bersifat tidak final dan dapat
diperhitungkan sebagai pembayaran PPh dalam tahun berjalan bagi Wajib
Pajak yang dipungut, kecuali atas penjualan bahan bakar minyak, bahan
bakar gas, dan pelumas oleh Produsen atau importir bahan bakar minyak,
bahan bakar gas, dan pelumas kepada penyalur/agen.
11
4. Kewajiban Membuat Bukti Pungut
Pemungut PPh Pasal 22 selain wajib membuat bukti pungut juga wajib
menyetor PPh yang dipungut dengan kode pajak 411122-900 ke bank
persepsi, kemudian melaporkannya dalam SPT Masa PPh Pasal 22.
Sedangkan pihak yang dipungut mendapat bukti pungut dan dapat
dikreditkan pada akhir tahun di SPT Tahunan. Penjualan bahan bakar
minyak dan gas ke agen atau penyalur dikenakan atas PPh bersifat final.
Artinya, wajib pajak yang hanya memiliki usaha tersebut, maka hanya
wajib lapor SPT Tahunan yang dilampiri bukti potong.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
PPh Pasal 22 adalah pajak yang dikenakan pada bendahara atau badan-
badan tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan
kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-impor. Sekarang dengan
adanya Peraturan Menteri Keuangan No. 90/PMK.03/2015, pemerintah
melebarkan badan-badan yang berhak memungut PPh Pasal 22 yaitu
menjadi wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang
tergolong sangat mewah.
PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap
‘menguntungkan’, karena itu PPh Pasal 22 dapat dikenakan baik saat
penjualan maupun pembelian.
Tarif PPh Pasal 22 bervariasi tergantung dari objek pajaknya, yaitu
berkisar antara 0,25%-1,5%.
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14