Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PPh PASAL 22 DAN 23

Dosen Pengampuh :
Ibu Herawati Dahlan, SE.,M,AK.

Di Susun Oleh :
Anastasia Desi Bokko
2010321056

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU-ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS FAJAR
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat TUHAN Yang Maha Esa atas
petunjuk, rahmat,dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
berjudul PPh Pasal 22 dan 23,tanpa adahalangan apapun sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.

Makalah ini dibuat berdasarkan pengetahuan ilmu yang penulis dapat dari
Ibu Herawati Dahlan, SE.,M,AK. selaku dosenmata kuliah Perpajakan 2.
Pada makalah yang ada beberapa masalah yang penulis
bahasdiantaranya,Pengertian PPh pasal 22 dan 23, Pemotong PPh pasal 22
dan 23, Tarif dan Penghasilan yangdiekanakan PPh Pasal 22 dan 23,
Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22 dan 23, Saat terutang,
penyetoran,dan pelaporan PPh Pasal 22 dan 23, cara perhitungan PPh Pasal
22 dan 23.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik
tanpa adanya bantuan daari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini tidak lupa juga penulismengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyusunlaporan
ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritikdan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Makassar, 22 April 2022

Anastasia Desi Bokko


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................iii
BAB I....................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................2
BAB II..................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................3
2.1 PPh pasal 22............................................................................3
2.1.1 Pengertian PPh pasal 22..................................................3
2.1.2 Objek dan Pemungut PPh pasal 22................................3
2.1.3 Tarif PPh pasal 22............................................................4
2.1.4 Tata Cara pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan
PPh 21 5
2.1.5 Cara Menghitung PPh pasal 22......................................6
2.2 PPh pasal 23............................................................................8
2.2.1 pengertian PPh pasal 23..................................................8
2.2.2 Pemotong PPh pasal 23....................................................9
2.2.3 Tarif dan Penghasilan Yang Dikenakan PPh Pasal
23 9
2.2.4 Perhitungan PPh Pasal 23.............................................10
BAB III...............................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................12
3.1 Kesimpulan............................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya dan sumber dayaalamnya. Pada saat
ini, Indonesia mengalami perkembangan yang mendorong pemerintah untuk melakukan
perubahan di segala sector demi meningkatkan pendapatan atau kas Negara guna membiayai
pembangunan dan biaya-biaya Negara.dalam rangka menyelenggarakan perubahan tersebut,
pastilahmemerlukan dana yang tidak sedikit, dana tersebut berasal dari APBN danAPBD,
dimana sebagian besar bersumber pada penerimaan pajak. Dalam halini menjelaskan bahwa
pajak memiliki peranan yang sangat penting dalamkehidupan bernegara, khususnya di dalam
pelaksanaan pembangunan. Pajakmerupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang ada
untuk membiayai pengeluaran termasuk pengeluan untuk meningkatkan pembangunan.
Indonesia memiliki beraneka ragam kekayaan yag sangat besar dalam membangun
pertumbuhan ekonomi untuk menunjang segala kebutuhan dalamnegeri. Namun pada
kenyataannya Indonesia pada saat ini hanya mampumenjadi penonton ditengah persaingan
global yang begitu selektif. Kebijakankontrofersial yang dambil oleh pemerintah Indonesia
yang tergabung dalam pembebasan PPh pasal 22 dengan Negara Cina, pada konteks
tersebutkebijakan yang diambil sangat menggiurkan karena penduduk cina yang begitu
banyak dibandingkan jumlah penduduk Indonesia dan dapat menjadisasaran empuk bagi para
produsen dalam negeri. Akan tetapi para produsendalam negeri belum mampu bersaing
dengan produk- produk yangdihasilkan oleh negeri tirai bamboo tersebut. Dalam hal ini
kedewasaansangatlah diperlukan dalam melakukan suatu kebijakan karena besar ataukecilnya
pendapatan dari PPh pasal 22 bergantung pada kebijakan yangdiambil oleh peraturan
pemerintah.
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi ataulembaga pemerintah dan lembaga-
lembaga Negara lainnya berkenaandengan pembayaran atas penyerahan barang, badan-badan
tertentu yang berkenaan dengan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang
lain.Dasar hokum PPh pasal 22 adalah UU pajak penghasilan nomor 36 tahun2008, pasal 22.
Untuk lebih memahami secara mendalam dan kompherensifmengenai pajak penghasilan
(PPh) pasal 22, maka yang akan dibahas dalammakalah ini adalah paparan mengenai PPh
pasal 22.

1.2Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari PPh pasal 22?
2. Apa saja objek dan pemungut PPh pasal 22?
3. Bagaimana tarif PPh pasal 22?
4. Bagaimana Tata Cara pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh 21?
5. Bagaimana cara menghitung PPh pasal 22?
6. Apa pengertian PPh pasal 23?
7. Siapa saja pemotong PPh pasal 23?
8. Apa saja objek PPh pasal 23?
9. Bagaimana cara menghitung PPh pasal 23?
10.Apa saja tarif dan penghasilan yang dikenakan PPh pasal 23?

1.3Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari PPh pasal 22 dan 23
2. Untuk mengetahui siapa pemotong PPh pasal 22 dan 23
3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk objek PPh pasal 22 dan 23
4. Untuk mengetahui cara perhitungan PPh pasal 22 dan 23
BAB II

PEMBAHASAN
2.1PPh pasal 22
2.1.1 Pengertian PPh pasal 22
PPh Pasal 22 adalah pemungutan pajak yang dilakukan atas pembelian barang,
impor barang dan pembelian / penjualan barang di bidang usahatertentu. Oleh karena itu
yang dikenakan pemungutan PPh pasal 22 adalah pemasok barang kepada pemerintah,
importer, dan pemasok / pembeli barangdari badan-badan tertentu.Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh:
1) Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintahdan
lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas
penyerahan barang;
2) Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaandengan
kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.
3) Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolongsangat
mewah
2.1.2 Objek dan Pemungut PPh pasal 22
Berikut merupakan objek dan pemungut PPh pasal 22,antara lain:
NO Objek Pemungut

1 Pembelian barang oleh Pihak yang


bendaharawan pemerintah dan DJA membayar/membeli:
(Direktorat Jenderal Anggaran) - Bendaharawan
pemerintah
- DJA
2 Pembelia barang oleh BUMN/BUMD BUMN/D
yang bersumber dari dana APBN dan
APBD

3 Pembelian barang oleh badan tertentu Badan tertentu


yang bersumber dari dana APBN
maupun non APBN

4 Impor barang : - Direktorat Jenderal


- Dilakukan oleh importer yang Bea Cukai (DJBC)
memiliki API - Bank Devisa
- Dilakukan oleh importeryang
tidak memiliki API
- Yang tidak dikuasai (lelang)
5 Pembelian bahan untuk industri tertentu Industri tertentu yangbergerak
atau eksportir dari pedagang pengumpul di bidang pertanian,
perkebunan, dan peikanan

6 Penjualan bahan bakar minyak, gas, dan Produsen atau importer bahan
pelumas bakar minyak , gas, dan
pelumas

7 Penjualan barang yang tergolong mewah Wajib pajak badan yang


melakukan penjualan tersebut

8 Penjualan hasil industry tertentu ; Industry tertentu yang menjual


- Kertas
- Baja
- Otomotif
- Semen
- rokok

2.1.3 Tarif PPh pasal 22


Berikut merupakan tarif PPh pasal 22, antara lain :
NO Objek Tarif

1 Pembelian barang yang dilakukan oleh BPJB, bendahara 1,5%


pemerintah, BUMN/D, dan badan tertentu

2 Impor barang ;
- Yang mengguakan API. 2,5%
- Yang tidak menggunakan API. 7,5%
- Yang tidak dikuasai ( Lelang). 7,5%

3 Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industry/ekspor 2,5%


dari pedagang pengumpul

4 Pembelian oleh pertamina :


- Premium, solar, premix, super TT 0,25%
- Minyak tanah, LPG, pelumas 0,3%

5 Penjualan oleh selain pertamina :


- Premium, solar, premix, super TT 0,3%
- Minyak tanah, LpG, pelumas 0,3%

6 Penjualan hasil industry tertentu :


- Kertas 0,1%
- Baja 0,3%
- Otomotif 0,45%
- Semen 0,25%
- Rokok
0,15%

Selain tarif di atas, Peraturan Menteri Keuangan Nomor253/PMK.03/2008 tanggal 31


Desember 2008 juga mengatur tentang wajib pajak badan tertentu sebagai pemungut PPh
pasal 22 atas penjualan barangyang tergolong sangat mewah yaitu wajib pajak badan yang
melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah, diantaranya :
1) Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp20.000.000.000,00(Dua Puluh
Miliar Rupiah)
2) Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dariRp10.000.000.000,00
(Sepuluh Miliar Rupiah)
3) Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannyalebih dari
Rp10.000.000.000,00 (Sepuluh Miliar Rupiah) dan luas bangunan lebih dari 500 m
4) Apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya
lebih dari Rp10.000.000.000,00 (Sepuluh Miliar Rupiah)dan/atau bangunan lebih
dari 400 m.
5) Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10orang berupa
sedan. Jeep, sport utility vehicle (SUV), multi purposevehicle (MPV), minibus dan
sejenisnya dengan harga jual lebih dariRp5.000.000.000,00 (Lima Miliar Rupiah)
dan dengan kapasitas silinderlebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual tidak
termasuk PPN danPPnBM.
Selain tarif pajak yang tercantum di atas, terdapat tariff sebagai berikut :
1. Impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importer yangmenggunakan API
sebesar 0,5%.
2. Untuk wajib pajak yang tidak memiliki NPWP maka pajak dipungut100% lebih
tinggi dari tarif PPh pasal 22

2.1.4 Tata Cara pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh 21


1) Atas impor barang yangdipungut oleh DJBC harus disetor ke bank devisa, atau
bank persepsi, atau bendahara Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dalam jangka
waktu 1 (satu)hari setelah pemungutan pajak dan dilaporkan ke KPP secara
mingguan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah batas waktu penyetoran pajak
berakhir.
2) PPh Pasal 22 atas impor harus dilunasi bersamaan dengan saat pembayaranBea
Masuk dan dalam hal Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal22 atas impor
harus dilunasi saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean impor.
Dilaporkan ke KPP paling lambat tanggal 20 setelah masa pajak berakhir.
3) PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir
2) disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajakrekanan ke bank
persepsi atau Kantor Pos pada hari yang sama denganpelaksanaan pembayaran atas
penyerahan barang. Pemungut menerbitkan bukti pungutan rangkap tiga, yaitu :
a) lembar pertama untuk pembeli;
b) lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan ke KantorPelayanan Pajak;
c) lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan,
dandilaporkan ke KPP paling lambat 14 (empat belas ) hari setelahmasa
pajak berakhir.4.
4) PPh Pasal 22 atas pembelian barang (LihatPemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir
3 disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak penjual ke bank
persepsi atau Kantor Pos paling lama tanggal 10 sepuluh) bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir. Dilaporkan ke KPP palinglambat tanggal 20 setelah masa
pajak berakhir. Dilaporkan ke KKP paling lambat tanggal 20 setelah masa pajak
berakhir.
5) PPh Pasal 22 atas pembelian barang (LihatPemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir
4 ) disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP WajibPajak penjual ke bank
persepsi atau Kantor Pos paling lambat tanggal 10(sepuluh) bulan takwim
berikutnya dengan menggunakan formulir SSPdan menyampaikan SPT Masa ke
KPP paling lambat 20 (dua puluh) harisetelah masa pajak berakhir.
6) PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (LihatPemungut dan Objek PPh Pasal22
butir 5 ) dan hasil penjualan barang sangat mewah(LihatPemungut dan Objek PPh
Pasal 22 butir 8) disetor oleh pemungutatas nama wajib pajak ke bank persepsi atau
Kantor Pos paling lambattanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya dengan
menggunakanformulir SSP. Pemungut menyampaikan SPT Masa ke KPP paling
lambat 20 (dua puluh)hari setelah masa pajak berakhir.
7) PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (LihatPemungut dan Objek PPh Pasal22
butir 6 ) disetor oleh pemungut ke bank persepsi atau KantorPos paling lama
tanggal 10(sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Pemungut
wajib menerbitkan bukti pemungutan PPh Ps. 22rangkap 3 yaitu:
a) lembar pertama untuk pembeli;
b) lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada KantorPelayanan
Pajak;
c) lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan.
Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa ke KPPsetempat paling
lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.Dalam hal jatuh tempo penyetoran
atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 22 bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau
hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

2.1.5 Cara Menghitung PPh pasal 22


1. Cara menghitung PPh pasal 22 atas kegiatan Impor Barang
Besarnya PPH pasal 22 atas impor barang ;
Yang menggunakan nagka pengenal importir (API), tarif pemungutannya sebesar 2,5% dari
nilai impor.
PPh pasal 22= 2,5% dari nilai impor.
Yang tidak menggunakan angka pengenal imortir (API), tarif pemungutannya sebesar 7,5%
dari nilai impor.
PPh pasal 22 = 7,5% x Nilai Importir
Yang tidak dikuasai,tarif pemungutannya sebesar 7,5% dari harga juallelang.
PPh pasal 22 = 7,5% x Harga Jual lelang
Catatan :Yang dimaksud dengan nilai impor adalah nilai berupa uang yangdigunakan sebagai
dasar perhitungan bea masuk. Nilai impor dihitungsebesar Cost Insurance Freight (CIF) +Bea
Masuk+ Pungutan pabeanlainnya.
Contoh 1:
PT ANGGARA, memiliki nomor API, melakukan impor komputer dariAmerika
Serikat dengan perincian sbb:
Harga Komputer (Cost)…………………………US$ 20,000.00
Asuransi (Insurance) ……………………………US$ 1,000.00
Biaya angkut (Freight) ………………………….US$ 4,000.00
Harga Pabean ……………………………………US$ 25,000.00
Pungutan :- Bea Masuk20% …………………………US$ 5,000.00-
Bea Masuk Tambahan 10% ……………US$ 2,500.00
NILAI IMPOR ………………………………US$ 32,500.00
Apabila pada tanggal impor (sesuai dokumen impor:pemberitahuanimpor barang)
nilai kurs US $ 1.00= Rp 10.000,00 maka:
— Dasar pengenaan PPh Pasal 22: US$ 32,500.00 x Rp 10.000,00= Rp325.000.000,-
— PPh Pasal 22 yang harus dipungut :Rp 325.000.000,00 x 2,5% = Rp8.125.000,00
Contoh 2:
Seperti soal nomor diatas, tetapi PT ANGGARA tidak memiliki API,maka
perhitungan PPh Pasal 22 adalah :Dasar pengenaan PPh Pasal 22: US$ 32,500.00 x Rp
10.000,00= Rp325.000.000,-PPh Pasal 22 yang harus dipungut :Rp 325.000.000,00 x 7,5% =
Rp24.375.000,-
2. Cara menghitung PPh pasal atas pembelian Barang yang Dibiayai dengan APBN/APBD
PPh Pasal 22 = 1,5% x Harga Perolehan
Atas pembelian barang yang dananya dari belanja Negara atau belanjadaerah dikenakan
pemungutan PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari harga pembelian.Pembayaran yang dikecualikan
dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah:Pembayaran atas penyerahan barang (bukan
merupakan jumlah yangdipecah-pecah) yang meliputi jumlah kurang dari Rp 1.000.000,00.
Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak,listrik,gas,airminum/PDAM, dan
benda-benda pos.Pembayaran/ pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh
kantorPerbendaharaan dan Kas Negara.Contoh 3 :PT Jayadi Maju melakukan penjualan
lemari arsip kepada DepartemenDalam Negri senilai Rp 220 juta. Pembayaran dilakukan
olehBendaharawan Depdagri. Dalam kontrak penjualan dengan pemerintahyang didanai dari
APBN/APBD, biasanya harga jual sudah termasukPajak Pertambahan Nilai sebesar
10%.Diminta : Hitunglah PPh Pasal 22 PT Jayadi MajuJawab :
a) Dasar Pengenaan PPh Pasal 22: (100/110 x Rp 220 juta)=Rp200.000.000,00.
b) PPh Pasal 22 yang dipungut Bendaharawan Pemerintah daritransaksi pembayaran:
Rp 200.000.000,00 x 1,5%= Rp 3.000.000,00

3. Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Penjualan Hasil ProduksiIndustri Otomotif di Dalam
Negeri.
Besarnya PPh Pasal 22 atas penjualan semua jenis kendaraan bermotor beroda dua
atau lebih di dalam negeri adalah 0,45% dari dasar pengenaan pajak (DPP) Pajak
Pertambahan Nilai.
PPh pasal 22 = 0,45% x DPP PPN
Penjualan kendaraan bermotor yg dikecualikan dari pemungutan PPhPasal 22 atas industry
otomotif ini adalah penjualan kendaraan bermotorkepada:
a) Instansi pemerintah
b) Korps diplomatic
c) Bukan subjek pajak
4. Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Penjualan Hasil Produksiindustri Rokok di dalam
negeri
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri rokok pada saat penjualan
rokok di dalam negeri adalah 0,15% dari harga bandrol (pitacukai), dan bersifat final.
5. Cara Menghitun PPh Pasal 22 Atas Penjualan Hasil ProduksiIndustri Kertas di Dalam
Negeri
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri kertas pada saat penjualan
kertas di dalam negeri adalah 0,1% dari Dasar PengenaanPajak (DPP) Pajak Pertambahan
Nilai.
6. Cara Menhitung PPh Pasal 22 Atas Penjualan Hasil ProduksiIndustri Semen di Dalam
Negeri
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industri semen padasaat penjualan
semen di dalam negeri adalah 0,25% dari DasarPengenaan Pajak (DPP) Pajak Pertambahan
Nilai.PPh Pasal 22= 0,25% x DPP PPNYang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22
adalah penjualansemen dalam negeri oleh PT Indocemen, PT Semen Cibinong dan
PTSemen Nusantara kepada Distributor utama / tunggalnya
7. Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Penjualan Hasil ProduksiIndustri Baja di Dalam
Negeri.
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh industry baja pada saat penjualan
hasil produksinya di dalam negeri adalah 0.3% dari DasarPengenaan Pajak (DPP) Pajak
Pertambahan NilaiPPh Pasal 22 (Final)= 0,15% x Harga BandrolPPh Pasal 22 = 0,1% x DPP
PPNPPh Pasal 22 = 0,3% x DPP PPN.
8. Cara Menghitung PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Pertamina danBadan Usaha Selain
Pertamina
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh Pertamina dan badanusaha lainnya
yang bergerak dibidang bahan bakar minyak jenis premix,super TT dan gas atas penjualan
hasil produksinya adalah sbb:1. Atas penebusan premium, solar, premix/super TT oleh
SPBUswastanisasi adalah 0,3% dari penjualan2. Atas penebusan premium, solar,
premix/super TT oleh SPBUPertamina adalah 0,25% dari penjualan3. Atas penjualan minyak
tanah, gas LPG, dan pelumas adalah 0,3% dari penjualan.PPh Pasal 22 = 0,3% x
PenjualanPPh Pasal 22 = 0,25% x PenjualanPPh Pasal 22 = 0,3% x Penjualan

2.2PPh pasal 23
2.2.1 pengertian PPh pasal 23
Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas
penghasilan yangditerima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap
yang berasal darimodal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah
dipotong PajakPenghasilan Pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah
atau subjek pajakdalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan
perusahaan luarnegeri lainnya.
2.2.2 Pemotong PPh pasal 23
Pemotong PPh Pasal 23 terdiri atas :
1) Badan pemerintah
2) Subjek pajak badan dalam negreri
3) Penyelenggara dalam negeri
4) Bentuk usaha tetap
5) Perwakilan perusahaan di luar negeri lainnya
6) Orang Pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh
kepalakantor pelayanan pajak sebagai pemotong PPh Pasal 23, yaitu:
a) Akuntan, arsitek, dokter, notaries, pejabat pembuat akta tanah (PPAT),
kecuali camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas
b) Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan atas pembayaran berupa sewa.
2.2.3 Tarif dan Penghasilan Yang Dikenakan PPh Pasal 23
Penghasilan yang dikenakan PPh pasal 23 sesuai dengan pasal 23 UU No.
36 Tahun 2008menetapkan tarif sebagai berikut:
1) Sebesar 15% dari Jumlah Bruto atas :
a) Dividen
b) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
c) Royalty
d) hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh
yangdimaksut dalam Pasal 21 ayat 1 huruf e.
2) sebesar 2% dari jumlah bruto atas :
a) sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan oenggunaan harta yang telah
dikenai PPh Pasal4 ayat (2)
b) imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa managemen, jasa konstruksi,
jasakonsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh pasal 21
 jasa penilai (appraisal)
 jasa aktuaris
 jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan
 jasa perancang
 jasa pengeboran dibidang penambangan minyak dan migas, kecuali
yangdilakukan oleh BUT
 jasa penunjang dibidang pembangunan migas dan panas bumi
 jasa penambangan dan jasa penunjang dibidang penambangan selain
migas
 jasa penunjang dibidang penerbangan dan Bandar udara
 jasa penebangan hutan
 jasa ppengolaan limbah
 jasa penyedia tenaga kerja
 jasa perantara dan keagenan
 jasa dibidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang
dilakukan oleh bursa efek, KSEI dan KPEI
 jasa custodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh
KSEI
 jasa pengisian suara/ sulih
 jasa sehubungan dengan software computer, termasuk perawatan,
pemelihraandan perbaikan
 jasa instalasi/pemasangan mesin, pealatan, listrik, telepon, air, gas,
AC atautelevisi kabel, selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang
ruang lingkupnyadibidang konstruksi dan mempunyai izin atau
sertifikat sebagai pengusahakontribusi
 jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik,
telepon, air,gas, AC atau televisi kabel, alat transportasi/kendaraan
atau bangunan, selainyang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang
lingkupnya dibidang konstruksidan mempunyai izin atau sertifikat
sebagai pengusaha kontribusi
 jasa maklon
 jasa penyelidikan dan keamanan
 jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer
 jasa pengepakan
 jasa penyelidikan tempat dan waktu dalam media masa, media luar
ruang ataumedia lain untuk pem]nyimpanan informasi
 jasa pembasmian hama
 jasa kebersihan atau cleaning service
 jasa catering atau tata boga
dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tersebut
tidakmemiliki nomer NPWP besarnya tariff pemotongan adalah lebih tinggi
100%daripada tarif yang sebenarnya
2.2.4 Perhitungan PPh Pasal 23
Contoh Kasus-1:
Pada tanggal 10 May 2010, PT. Sukses Gagalnya, membagikan dividen
masing-masingRp 10,000,000 kepada 20 pemegang sahamnya. Atas dividen yang
dibagikan, PT. SuksesGagalnya wajib memungut PPh Pasal 23.PPh pasal 23 yang
harus dipotong PT. Sukses Gagalnya adalah :=>15% x Rp 10.000.000,- = Rp
150.000,-=>20 x Rp 150.000,- = Rp 3.000.000,-Saat terutang : akhir bulan dilakukan
pembayaran yaitu pada tanggal 31 Mei 2010Saat Penyetoran : paling lambat 10 Juni
2010Saat Pelaporan : paling lambat 20 Juni 20102.

Contoh Kasus-2:
Pada tanggal 20 agustus 2010, PT. Tukang Utang membayar bunga atas
pinjamanmembayarkan bunga kepada PT. Lintah Darat sebesar Rp 90.000.000,-PPh
pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Tukang Utang adalah :=> 15% x Rp
90.000.000 = Rp 13.500.000,-Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu
pada tanggal 31 Agustus 2010Saat Penyetoran : paling lambat 10 September
2010Saat Pelaporan : paling lambat 20 September 20103.

Contoh Kasus-3:
CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat Lemes membayar Royalti kepada
Tuan. DoanWiro Pasaribu atas pemakaian merek ayam Goreng “Pak Doan” sebesar
Rp1.000.000.000,- pada tanggal 2 Maret 2010 [PPh Pasal 22]. PPh pasal 23 yang
harus dipotong CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat Lemes :=> 15% x Rp
1.000.000.000,- = Rp 150.000.000,-Saat terutang : akhir bulan dilakukan
pembayaran yaitu pada tanggal 31 Maret 2010Saat Penyetoran : paling lambat 10
April 2010Saat Pelaporan : paling lambat 20 April 20104.

Contoh Kasus-4 :
Doan Pasaribu mendapat hadiah sebuah mobil senilai Rp 200.000.000,- atas
undian tabungan yang diselenggarakan Bank Kecap ABC pada tanggal 20 Januari
2010PPh pasal 23 yang harus dipotong Bank Kecap ABC adalah :=> 15% x Rp
200.000.000,- = Rp 30.000.000,-Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran
yaitu pada tanggal 31 Januari2010Saat Penyetoran : paling lambat 10 Februari
2010Saat Pelaporan : paling lambat 20 Februari 20105.

Contoh Kasus-5 :
PT. Selalu Susah menyewa sebuah bus pariwisata dengan nilai sewa Rp
20.000.000,-milik BudiPPh pasal 23 yang harus dipungut PT. Selalu Susah=> 2%
x Rp. 20.000.000,- = Rp 400.000,-Apabila Budi tidak mempunyai NPWP maka
PPh Pasal 23 yang dipotong PT. Selalususah adalah Rp 800.000,-6.
BAB III

PENUTUP
3.1Kesimpulan
Pasal 22 adalah pemungutan pajak yang dilakukan atas pembelian barang,
impor barang dan pembelian / penjualan barang di bidang usahatertentu. Oleh
karena itu yang dikenakan pemungutan PPh pasal 22 adalah pemasok barang
kepada pemerintah, importer, dan pemasok / pembeli barangdari badan-badan
tertentu.Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh:
1) Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga
pemerintahdan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan
pembayaran atas penyerahan barang;
2) Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta
berkenaandengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang
lain.
3) Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang
tergolongsangat mewah
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas
penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan
penghargaan, selain yang telah dipotongPPh Pasal 21. Dalam melakukan
pemotongan PPh Pasal 23 terdapat pemotong pajak yang telahditentukan oleh
peraturan uu PPh pasal 23 begitu pula dengan tarif dan penghasilan apasaja
yangtergolong dapat dipotong PPh Pasal 23 ataupun yang dikecualikan. Makalah
diatas jugamenunjukan kapan saat terutang, pelaporan dan penyetoran PPh pasal
23 yang telah ditentukanoleh UU.
3.2Saran
Setelah penulis memaparkan hal–hal yang berkaitan dengan PPh pasal
22 dan 23, penulis menyarankan kepada pembaca untuk lebih taat melakukan
pembayaran pajak guna membantu meningkatkan APBN dan APBDkhususnya
pada PPh pasal 22.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=13585/
http://armuhammad.wordpress.com/2012/06/19/pph-pasal-22-barang-mewah/
http://septikomariyah.blogspot.com/2012/11/makalah-perpajakan-tarif- pajak.html/
http://indahjewel.blogspot.com/2012/05/makalah-pph-pasal-22.html /
http://dedijayadiborneo.wordpress.com/2013/01/14/pajak-penghasilan-pasal-22/html
Mardiasmo. 2013. Perpajakan. yogyakarta : ANDI.Resmi,Siti . 2013. Perpajakan.
jakarta : Selemba Empat.
Informasi Umum Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23),
(online),
http://www.online-pajak.com/id/berita-dan-tips/pph-pajak-penghasilan-pasal-23
(15 Oktober 2014)
Pajak Penghasilan Pasal 23,
(online),
http://www.pajak.net/info/PPh23.htm , (15Oktober 2014)
Seri pajak
pajak penghasilan pasal 23,
(online),
http://www.pajak.go.id/content/seri- pph-pajak-penghasilan-pasal-23 , (15 oktober
2014)
Konsep dan Perhitungan PPh Pasal 23
(online),
http://wijayanomicstax.wordpress.com/2013/03/20/konsep-perhitungan-pph- pasal-
23/ , (15 oktober 2014)

Anda mungkin juga menyukai