Dosen Pengampu:
Hendrik E.S Samosir, SE,Ak.,M.Ak.,CA
DISUSUN OLEH:
MAZMUR WALLTER SIMANJUNTAK
19510259
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang akan membahas lebih jauh
mengenai “PAJAK PENGHASILAN PASAL 22”.
Makalah ini penulis susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perencanaan Perpajakan, serta agar dapat menambah wawasan sekaligus pemahaman
terhadap materi yang penulis bawakan. Penulis sangat berterima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen
pengampu mata kuliah ini Bapak Hendrik E.S Samosir, SE,Ak.,M.Ak.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran serta
bimbingan dari dosen demi penyempurnaan dimasa-masa yang akan datang, semoga
karya tulis ini bermanfaat bagi semuanya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN3
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................15
3.2 Saran15
DAFTAR PUSTAKA16
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
impor atau kegiatan usaha dibidang lain. Dasar hokum PPh pasal 22 adalah UU pajak
penghasilan nomor 36 tahun 2008, pasal 22. Untuk lebih memahami secara mendalam
dan kompherensif mengenai pajak penghasilan (PPh) pasal 22, maka yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah paparan mengenai PPh pasal 22.
3
4
Cukai ( DJBC )
- Dilakukan oleh importer yang - Bank Devisa
memiliki API
- Dilakukan oleh importer yang
tidak memiliki API
- Yang tidak dikuasai ( lelang)
Pembelian bahan untuk industri Industri tertentu yang bergerak di
5 tertentu atau eksportir dari pedagang bidang pertanian, perkebunan dan
pengumpul perikanan
Penjualan bahan bakar minyak, gas, Produsen atau importer bahan bakar
6
dan pelumas minyak, gas, dan pelumas
Penjualan barang yang tergolong Wajib Pajak Badan yang melakukan
7
mewah penjualan tersebut
Penjualan hasil industry tertentu : Industry tertentu yang menjual
- Kertas
- Baja
8
- Otomotif
- Semen
- Rokok
2. PPh Pasal 22 atas impor harus dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea
Masuk dan dalam hal Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22 atas
impor harus dilunasi saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean impor.
Dilaporkan ke KPP paling lambat tanggal 20 setelah masa pajak berakhir.
3. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22
butir 2) disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak rekanan ke
bank persepsi atau Kantor Pos pada hari yang sama dengan pelaksanaan
pembayaran atas penyerahan barang. Pemungut menerbitkan bukti pungutan
rangkap tiga, yaitu :
2.6 lembar pertama untuk pembeli;
2.7 lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan ke Kantor Pelayanan Pajak;
2.8 lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan, dan
dilaporkan ke KPP paling lambat 14 (empat belas ) hari setelah masa pajak
berakhir.
4. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22
butir 3) disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak penjual ke
bank persepsi atau Kantor Pos paling lama tanggal 10 sepuluh) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir. Dilaporkan ke KPP paling lambat tanggal 20
setelah masa pajak berakhir.
5. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22
butir 4 ) disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP Wajib Pajak penjual ke
bank persepsi atau Kantor Pos paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim
berikutnya dengan menggunakan formulir SSP dan menyampaikan SPT Masa ke
KPP paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir.
6. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh
Pasal 22 butir 5, dan 7 ) dan hasil penjualan barang sangat mewah (Lihat
Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 8) disetor oleh pemungut atas nama
wajib pajak ke bank persepsi atau Kantor Pos paling lambat tanggal 10 (sepuluh)
bulan takwim berikutnya dengan menggunakan formulir SSP. Pemungut
menyampaikan SPT Masa ke KPP paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah
masa pajak berakhir.
9
7. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh
Pasal 22 butir 6) disetor oleh pemungut ke bank persepsi atau Kantor Pos paling
lama tanggal 10(sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Pemungut wajib menerbitkan bukti pemungutan PPh Ps. 22 rangkap 3 yaitu:
a. lembar pertama untuk pembeli;
b. lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kantor
Pelayanan Pajak;
c. lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan.
Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa ke KPP setempat
paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 22
bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional,
penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Catatan :
10
Yang dimaksud dengan nilai impor adalah nilai berupa uang yang digunakan
sebagai dasar perhitungan bea masuk. Nilai impor dihitung sebesar Cost
Insurance Freight (CIF) +Bea Masuk+ Pungutan pabean lainnya.
Contoh 1:
PT ANGGARA, memiliki nomor API, melakukan impor komputer dari
Amerika Serikat dengan perincian sbb:
Harga Komputer (Cost)……………………US$ 20,000.00
Asuransi (Insurance) ………………………US$ 1,000.00
Biaya angkut (Freight) …………………….US$ 4,000.00
Harga Pabean ……………………………..US$ 25,000.00
Pungutan :
- Bea Masuk 20% …………………………US$ 5,000.00
- Bea Masuk Tambahan 10% ……………US$ 2,500.00
NILAI IMPOR ………………………………US$ 32,500.00
Apabila pada tanggal impor (sesuai dokumen impor:pemberitahuan impor
barang) nilai kurs US $ 1.00= Rp 10.000,00 maka:
— Dasar pengenaan PPh Pasal 22: US$ 32,500.00 x Rp 10.000,00= Rp
325.000.000,-
— PPh Pasal 22 yang harus dipungut :Rp 325.000.000,00 x 2,5% = Rp
8.125.000,00
Contoh 2:
Seperti soal nomor diatas, tetapi PT ANGGARA tidak memiliki API, maka
perhitungan PPh Pasal 22 adalah :
Dasar pengenaan PPh Pasal 22: US$ 32,500.00 x Rp 10.000,00= Rp
325.000.000,-
PPh Pasal 22 yang harus dipungut :Rp 325.000.000,00 x 7,5% = Rp
24.375.000,-
Atas pembelian barang yang dananya dari belanja Negara atau belanja daerah
dikenakan pemungutan PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari harga pembelian.
Pembayaran yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah:
8. Cara Menghitung PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Pertamina dan Badan
Usaha Selain Pertamina
Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh Pertamina dan badan usaha
lainnya yang bergerak dibidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT
dan gas atas penjualan hasil produksinya adalah sbb:
3. Atas penjualan minyak tanah, gas LPG, dan pelumas adalah 0,3% dari
penjualan.
3.1 Kesimpulan
PPh pasal 22 merupakan pembayaran PPh dalam tahun berjalan yang dipungut
oleh:
a. Bendaharawan pemerintah baik pusat atau daerah, instansi atau lembaga
pemerintah dan lembaga-lembaga Negara lainnya sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang.
b. Badan-badan tertentu, baik badan pemrintah maupun swasta berkenaan dengan
kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lainnya.
c. Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat
mewah
3.2 Saran
Setelah penulis memaparkan hal – hal yang berkaitan dengan PPh pasal 22,
penulis menyarankan kepada pembaca untuk lebih taat melakukan pembayaran pajak
guna membantu meningkatkan APBN dan APBD khususnya pada PPh pasal 22.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=13585
http://armuhammad.wordpress.com/2012/06/19/pph-pasal-22-barang-mewah/
http://septikomariyah.blogspot.com/2012/11/makalah-perpajakan-tarif-pajak.html
http://populerkan.blogspot.com/2010/11/makalah-pajak-penghasilan.html
http://indahjewel.blogspot.com/2012/05/makalah-pph-pasal-22.html
http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-pajak-penghasilan-pasal-22
http://dedijayadiborneo.wordpress.com/2013/01/14/pajak-penghasilan-pasal-22/