Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT (2)


TUGAS MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
PERENCANAAN PERPAJAKAN

Dosen Pengampu:
Hendrik E.S Samosir, SE,Ak.,M.Ak.,CA

DISUSUN OLEH:
MAZMUR WALLTER SIMANJUNTAK
19510259

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang akan membahas lebih jauh
mengenai “PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT (2)”.
Makalah ini penulis susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perencanaan Perpajakan, serta agar dapat menambah wawasan sekaligus pemahaman
terhadap materi yang penulis bawakan. Penulis sangat berterima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen
pengampu mata kuliah ini Bapak Hendrik E.S Samosir, SE,Ak.,M.Ak.CA
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran serta
bimbingan dari dosen demi penyempurnaan dimasa-masa yang akan datang, semoga
karya tulis ini bermanfaat bagi semuanya.

Medan, Oktober 2022

Mazmur Wallter Simanjuntak


19510259

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi

DAFTAR ISIii

BAB I PENDAHULUAN1

1.1 Latar Belakang1

1.2 Rumusan Masalah1

1.3 Tujuan Penulisan2

1.4 Tujuan Penulisan.............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN3

2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 23

2.2 Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Mengenai Jasa Kontruksi 5

2.3 Perbedaan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) dengan Pajak Penghasilan
Pasal 23 Yang berkewajiban menyetor PPN7

BAB III PENUTUP............14

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................14

3.2 Saran...............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia maupun di berbagai negara lainnya, pasti memiliki kebijakan setiap
warga yang berpenghasilan untuk melakukan pembayaran pajak kepada negara. Hal ini
dikarenakan pajak merupakan salah satu sumber pemasukan untuk kas negara yang
akan digunakan untuk membiayai pembangunan suatu negara. Pajak ini sendiri bersifat
memaksa terhadap seluruh warga negara atau wajib pajak untuk menaaitinya. Di
Indonesia terdapat berbagai macam jenis pajak, salah satunya Pajak Penghasilan (PPh),
yang merupakan pajak terhutang atas dasar penghasilan yang didapatkan, antara lain
penghasilan dari pendapatan berupa gaji, penghasilan dari laba usaha, penghasilan yang
berupa hadiah, dan penghasilan yang berupa pendapatan bunga. PPh yang terhutang
dalam jangka waktu 1 tahun haruslah dilunasi oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan
perpajakan penghasilan yang ada. Sesuai dengan ketentuan dalan Undang-undang PPh,
PPh terdiri atas PPh pasal 4 ayat (2), PPh pasal 25, PPh pasal 21, PPh pasal 22, dll.
Pada makalah akan membahas mengenai PPh pasal 4 ayat (2) UU yang
merupakan pajak penghasilan yang mengatur penghasilan dari transaksi pengalihan
harta berupa tanah dan atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan
persewaan tanah dan atau bangunan dikenai pajak bersifat final yang diatur dengan
peraturan pemerintah. Namun fokus utama akan dibahas mengenai PPh pasal 4 ayat (2)
mengenai jasa kontruksi, karena sering kali sering terdapat perbedaan persepsi antara
pengenaan pajak pasal 4 ayat (2) dengan pajak pasal 23. Adapun peraturan pemerintah
yang mengatur tentang jasa konstruksi tersebut adalah Peraturan Pemerintah nomor 51
tahun 2008.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah,
yaitu :

1
2

1. Apa yang terkandung dalam peraturan tentang pajak penghasilan pasal 4 ayat (2)
mengenai jasa kontruksi?
2. Apa perbedaan pajak penghasilan pasal 4 ayat (2) dengan pasal 23 ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa saja mengenai pajak penghasilan pasal 4 ayat (2)
mengenai jasa kontruksi
2. Untuk mengetahui perbedaan antara pajak penghasilan pasal 4 ayat (2) dengan
pajak penghasilan pasal 23

1.4 Manfaat Penulisan


Berdasarkan tujuan penulisan diatas, maka penulisan ini diharapkan akan
memberikan manfaat bagi semua pihak diantaranya:
1. Menjadi masukan bagi penulis untuk mengembangkan pengetahuan dalam
bidang yang diteliti, dan mengkombinasikan pengetahuan yang selama ini telah
diperoleh dari perkuliahan.
2. Menjadi sumber dan bahan masukan kepada para pembaca untuk menggali lagi
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2.
3. Bagi Almamater diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
refernsi bagi peneliti lain dimasa yang akan datang
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2)


Pajak penghasilan pasal 4 ayat (2) menurut undang-undang pajak penghasilan
menyebutkan, bahwa : “Atas penghasilan berupa bunga deposito, dan tabungan
lainya,penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainya di bursa efek, penghasilan
dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta penghasilan tertentu lainya,
pengenaan pajaknya diatur dengan peraturan pemerintah”. PPh Pasal 4 ayat (2)
merupakan jenis pajak yang bersifat final, yang berarti PPh yang telah dipotong tidak
bisa untuk dikreditkan lagi sebagai pengurang PPh Pasal 29 di akhir tahun. Oleh karena
itu penghasilan yang sudah dikenai PPh Pasal 4 ayat (2) akan dilaporkan secara
tersendiri dalam sebuah lampiran dan akan dikoreksi dari pelaporan penghasilan neto
fiskal dalam SPT Tahunan PPh wajib pajak.
Nilai pajak PPh Pasal 4 ayat (2) tidak dapat dibukukan sebagai uang muka untuk
pembayaran pajak, karena pajak ini bersifat final. Oleh karena itu PPh Pasal 4 ayat (2)
dicatat sebagai beban bagi pihak yang dipotong dan dicatat sebagai utang bagi pihak
yang memotong apabila prosedur yang harus dilakukan adalah dipotong dan memotong.
Jenis penghasilan yang dikenai PPh Pasal 4 ayat (2) beserta dasar hukumnya, antara
lain:

Uraian Tarif Dasar Hukum

Penghasilan dari sewa 10% x jumlah bruto nilai PP No 5/2002, KEP


tanah dan/atau persewaan 227/PJ/2002
bangunan

3
4

Penghasilan dari 5% x jumlah bruto nilai PP 48/1994, PP 71/2008


pengalihan hak atas pengalihan atau 1% x
tanah dan/atau jumlah bruto nilai
bangunan pengalihan (RS/RSS)

Penghasilan dari jasa sesuai PP 51/2008 PP 51/2008 jo PP


kontruksi 40/2009
Penghasilan dari 0,1% x jumlah bruto nilai PP 41/1994 jo PP
penjualan saham yang transaksi dan tambahan 14/1997
dilakukan di bursa efek 0,5% x nilai saham untuk
saham pendiri
Penghasilan berupa 15% x jumlah bruto PP 16/2009
bunga/diskonto obligasi bunga/diskonto untuk
WPDN dan 20% untuk
WPLN
Penghasilan dari bunga 20% x diskonto SPN PP 27/2008
Surat Perbendaharaan
Negara (SPN)
Penghasilan Deviden 10% x jumlah bruto PP 19/2009
yang diterima oleh Wajib deviden
Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri
Bunga simpanan koperasi 0% x bunga simpanan PP 15/2009
yang dibayarkan kepada sampai dengan
anggota koperasi orang Rp240.000,- dan 10% x
pribadi bunga simpanan di atas
Rp 240.000,-
Pendapatan berupa 20% x jumlah bruto PP 131/2000
bunga deposito dan bunga
tabungan serta sertifikat
bank indonesia (SBI)
Penghasilan berupa 25% x jumlah bruto nilai PP 132/2000
hadiah undian hadiah
Penghasilan dari 0,1% x jumlah bruto nilai PP 4/1995
penjualan saham milik
5

modal ventura transaksi


Penghasilan usaha Wajib 1% x peredaran usaha PP 46/2013
Pajak yang memiliki setiap bulan setiap
peredaran bruto tertentu tempat kegiatan usaha

2.2 Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Mengenai Jasa Kontruksi


Jasa kontruksi merupakan layanan yang menyediakan jasa berupa konsultasi yang
dimulai dari perencanaan pekerjaan kontruksi, pelaksaan pekerjaan kontruksi serta
konsultasi pengawasan para pekerja kontruksi. Dimana hasil dari penyediaan jasa ini
akan dikenakan pajak berupa pajak penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final
berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2008. Ada pula hal lain yang
tercantum dalam PP No.51 tahun 2008 adalah sebagai berikut :
a. Pekerjaan kontruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian perencanaan
dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang termasuk didalamnya antara
lain pekerjaan arsitektur, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan
masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan
atau bentuk fisik lain.
b. Perencanaan konstruksi adalah pemberian jasa yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan yang memiliki keahlian dan professional dibidang
perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk
dokumen perencanaan bangunan fisik lain.
c. Pelaksanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yang profesional dibidang pelaksanaan jasa konstruksi
yang mampu menyelenggarakan kegiatan untuk mewujudkan suatu hasil
perencanaan menjadi bentuk bangunan bentuk fisik lain, termasuk didalamnya
pekerjaan konstruksi terintegrasi penggabungan fungsi layanan dalam model
penggabungan perencanaan, pengadaan, dan pembangunan (engineering,
proturement and contruction) serta model penggabungan perencanaan dan
pembangunan (design and build).
d. Pengawasan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yang profesional dibidang pengawasan konstrusi,yang
6

mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan jasa konstrusi sejak awal


pelaksanaan pekerjaan konstrusi sampai selesai dan diserahterimakan.

Tarif pengenaan pajak atas jasa kontruksi, sebagai berikut :


Jenis Jasa Penyelenggara Grade Keterangan Peruntukan Tarif
kegiatan kompetensi

Grade 1 0 – 100 juta Perorangan /


Badan usaha

100 juta - 300 Perorangan /


Grade 2
juta Badan usaha
Kualifikasi kecil 2%
300 juta – 600 Perorangan /
Grade 3
juta Badan usaha

600 juta – 1M Perorangan /


Pelaksanaa Grade 4
Badan usaha
n Konstruksi
Kualifikasi 1 M – 10 M
Grade 5 Badan usaha 3%
menengah

Grade 6 1M – 25 M Badan usaha

Kualifikasi besar 1 M – tidak Badan usaha 3%


Grade 7 dibatasi
(termasuk asing)

Tidak punya
4%
kualifikasi

Perencanaa Mempunyai 4%
n dan kualifikasi
7

Tidak
Pengawasa
mempunyai 6%
n Konstruksi
kualifikasi

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atas jasa konstruksi tertera dalam peraturan PMK
Nomor 187/ PMK.03/ 2008, dimana dinyatakan untuk dasar perhitungan besaran pajak
menggunakan jumlah pembayaran dan jumlah penerimaan pembayaran. Menggunakan
dasar besaran jumlah pembayaran, apabila PPh Final jasa konstruksi dikenakan melalui
pemotongan PPh oleh pengguna jasa (pemilik proyek). Sedangkan menggunakan dasar
besaran jumlah penerimaan pembayaran, apabila PPh Final jasa konstruksi dikenakan
melalui pembayaran sendiri oleh kontraktor / pemiliki proyek yang bersangkutan. PPh
Final jasa konstruksi ini dilakukan pada saat pembayaran dan dilakukan paling lambat
pada tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan terhutangnya PPh Final jasa konstruksi
dan harus dilaporkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan
terhutangnya PPh final.

2.2 Perbedaan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) dengan Pajak Penghasilan Pasal
23
Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) yang terbaru, yaitu UU
Nomor 36 Tahun 2008, jasa konstruksi disebutkan dalam dua pasal yang berbeda.
Pertama, jasa konstruksi disebutkan dalam Pasal 4 ayat (2) huruf d dan yang berikutnya
disebutkan dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 UU PPh. Bedanya PPh Pasal 4 ayat
(2) sudah bersifat final, sedangkan Pasal 23 tidak final. Apabila di dilihat dari sudut
pandang subjek pajaknya antara Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 23 tampak
berbeda. Didalam Pajak Pasal 4 ayat (2) ditujukan untuk usaha jasa konstruksi,
sendangkan Pajak Pasal 23 di tunjukan untuk jasa konstruksi.
Dengan memperhatikan makna dari kata usaha jasa konstruksi yang digunakan
dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh, maka subjek pajak yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(2) UU PPh adalah subjek yang bidang usahanya secara formal adalah jasa konstruksi.
Artinya, hanya pengusaha yang sudah memperoleh sertifikasi dan juga kualifikasi di
8

bidang jasa konstruksi saja yang tercakup dalam Pasal 4 ayat (2). Sedangkan dalam
pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan diatur bahwa ketentuan lebih
lanjut mengenai jenis jasa lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c angka 2
diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan. Peraturan Menteri
Keuangan yang mengatur jenis jasa lain ini adalah Peraturan Menteri Keuangan nomor
244/PMK.03/2008. Apabila kita perhatikan lebih jauh pasal 1 peraturan menteri
keuangan, setidaknya terdapat dua jenis jasa konstruksi yang dikelompokkan sebagai
jenis jasa lainnya yaitu:
1. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC,
dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi
sebagai pengusaha konstruksi
2. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air,
gas, AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan, selain yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi.

Jika kita menggunakan dasar Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2008 sebagai
dasar pengenaan pajak maka dua jenis jasa diatas dapat kita kelompokkan kedalam jasa
pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki
kualifikasi usaha sehingga akan dikenakan PPh final dengan tarif 4%, namun karena
dalam peraturan Menteri Keuangan dua jenis jasa tersebut dikelompokkan ke dalam
jenis jasa lain maka perlakuannya bukan merupakan objek PPh final tetapi merupakan
objek pemotongan PPh Pasal 23.
Deskripsi :
1. Organisasi XYZ menyewa sebuah ruko dari Tuan AA untuk dijadikan kantor
dengan nilai sewa sebesar Rp 60.000.000, maka :
PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh XYZ adalah: 10% x Rp 60.000.000 =
Rp 6.000.000
2. PT ABC dalam rangka mempromosikan produk barunya menyelenggarakan
undian dengan hadiah berupa uang tunai senilai Rp 100.000.000, maka:
9

PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh PT ABC adalah: 25% x Rp 100.000.000
= Rp 25.000.000
3. CV. Polan merupakan pelaksana usaha konstruksi yang memiliki kualifikasi
usaha kecil, menerima penghasilan atas jasa kosntruksi yang diserahkannya ke
Dinas Pendidikan kota A sebesar Rp500.000.000,-. Besarnya PPh Pasal 4 ayat
(2) yang harus dipotong Dinas Pendidikan Kota A atas penghasilan yang
diterima CV Polan yaitu :
2% x Rp500.000.000,- = Rp10.000.000,-
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pajak penghasilan pasal 4 ayat (2) menurut undang-undang pajak penghasilan
menyebutkan, bahwa : “Atas penghasilan berupa bunga deposito, dan tabungan
lainya,penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainya di bursa efek, penghasilan
dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta penghasilan tertentu lainya,
pengenaan pajaknya diatur dengan peraturan pemerintah”.

3.2 Saran
Dari uraian di atas penulis menyarankan kepada pembaca sekalian agar manfaat
dari pembahasan mengenai pajak penghasilan berupa bunga deposito, dan tabungan
lainya, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainya di bursa efek, penghasilan
dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta penghasilan tertentu lainnya
dapat memberikan wawasan positif. Penulis juga meminta kritik dan saran yang
membangun agar bisa dijadikan sebagai bahan perbaikan kedepannya.

14
15

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Pajak Penghasilan. http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-pajak-


penghasilan-pasal-4-ayat-2 (diakses tanggal 28 Agustus 2016)
Bahrun, M.. 2014. Pajak Jasa Konstruksi.
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/167-artikel-pajak/19556-jasa-
konstruksi,-antara-pasal-4-2-dan-pasal-23-uu-pph (diakses tanggal 29 Agustus
2016)
Fajriani. 2015. Makalah Perpajakan.
http://fajriarifwibawa.blogspot.sg/2015/04/makalah-perpajakan-pajak-penghasilan.html
(diakses tanggal 28 Agustus 2016)
Muhammad. 2011. Pajak Jasa Kosntruksi.
https://armuhammad.wordpress.com/2011/10/15/ragam-withholding-tax-untuk-
%E2%80%98jasa-konstruksi%E2%80%99/ (diakses tanggal 29 Agustus 2016)
Nasikhudin. 2015. PPh Pasal 4 ayat 2.
https://nasikhudinisme.com/2015/01/04/akuntansi-pph-pasal-4-ayat-2/(diakses tanggal
29 Agustus 2016)
Ray. 2015. PPh Jasa Konstruksi. http://pphppn.blogspot.sg/2015/03/pph-final-
jasa-konstruksi.html (diakses tanggal 28 Agustus 2016)

Anda mungkin juga menyukai