Anda di halaman 1dari 3

Akuntansi PPh Pasal 4 ayat 

(2)
PPh Pasal 4 ayat (2) kita kenal sebagai PPh yang bersifat final. Artinya, PPh yang
telah dipotong tidak dapat dikreditkan sebagai pengurang PPh Pasal 29 di akhir tahun.
Oleh karena itu penghasilan yang sudah dikenai PPh Pasal 4 ayat (2) pun dilaporkan
dalam lampiran tersendiri dan dikoreksi dari pelaporan penghasilan neto fiskal dalam
SPT Tahunan PPh.

Jenis penghasilan yang dikenai PPh Pasal 4 ayat (2) diantaranya:

Uraian Tarif Dasar Hukum

Penghasilan dari sewa tanah 10% x jumlah bruto nilai PP No 5/2002,


dan/atau bangunan persewaan KEP 227/PJ/2002

5% x jumlah bruto nilai


Penghasilan dari Pengalihan
pengalihan atau 1% x jumlah PP 48/1994, PP
hak atas tanah dan/atau
bruto nilai pengalihan 71/2008
bangunan
(RS/RSS)

Penghasilan dari jasa PP 51/2008 jo PP


sesuai PP 51/2008
konstruksi 40/2009

0,1% x jumlah bruto nilai


Penghasilan dari penjualan
transaksi dan tambahan 0,5% x PP 41/1994 jo PP
saham yang dilakukan di
nilai saham untuk saham 14/1997
bursa efek
pendiri

15% x jumlah bruto


Penghasilan berupa
bunga/diskonto untuk WPDN PP 16/2009
bunga/diskonto obligasi
dan 20% untuk WPLN

Penghasilan dari bunga
Surat Perbendaharaan 20% x diskonto SPN PP 27/2008
Negara (SPN)

Penghasilan Deviden yang


diterima oleh Wajib Pajak
10% x jumlah bruto deviden PP 19/2009
Orang Pribadi Dalam
Negeri

Bunga simpanan koperasi 0% x bunga simpanan sampai


yang dibayarkan kepada dengan Rp240.000,- dan 10%
PP 15/2009
anggota koperasi orang x bunga simpanan di atas Rp
pribadi 240.000,-
Pendapatan berupa bunga
deposito dan tabungan serta
20% x jumlah bruto bunga PP 131/2000
sertifikat bank indonesia
(SBI)

Penghasilan berupa hadiah 25% x jumlah bruto nilai


PP 132/2000
undian hadiah

Penghasilan dari penjualan 0,1% x jumlah bruto nilai


PP 4/1995
saham milik modal ventura transaksi

Penghasilan usaha Wajib 1% x peredaran usaha setiap


Pajak yang memiliki bulan setiap tempat kegiatan PP 46/2013
peredaran bruto tertentu usaha

Mengingat PPh Pasal 4 ayat (2) ini bersifat final, maka tidak dapat dijadikan sebagai
uang muka pajak dalam pencatatannya. Oleh karena itu PPh Pasal 4 ayat (2) dicatat
sebagai beban bagi pihak yang dipotong dan dicatat sebagai utang bagi pihak yang
memotong apabila prosedur yang harus dilakukan adalah dipotong dan memotong.
Namun apabila sifatnya setor sendiri, maka dicatat sebagai utang oleh yang
bersangkutan.

Contoh:
PT Surya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi (memiliki
SIUJK) dan telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pada bulan
Januari 2015 memberikan jasa perbaikan kepada PT Matahari dengan nilai kontrak
Rp100.000.000,-.
Atas transaksi ini PT Surya memungut PPN 10% dan PT Matahari memotong PPh
Pasal 4 ayat (2) atas pelaksana konstruksi dengan kualifikasi usaha kecil sebesar 2%.
Jurnal yang dibuat PT Surya adalah:

Uraian Debit Kredit

Kas 108.000.000,-

PPh Pasal 4 ayat (2) 2.000.000,-

       PPN Keluaran 10.000.000,-

       Pendapatan 100.000.000,-
Jurnal yang dibuat oleh PT Matahari adalah:
Uraian Debit Kredit

Beban Jasa Konstruksi 100.000.000,-

PPN Masukan 10.000.000,-

      Utang PPh Pasal 4 ayat (2) 2.000.000,-

      Kas 108.000.000,-

PT ABC menyewakan gedungnya ke PT XYZ, Senilai Rp.500.000.000,-, PPN Keluaran


Rp.50.000.000,-. Bagaimana perlakuan akuntansi nya untuk PT ABC, PPh Pasal 4 ayat 2
termasuk PPh final apakah di jurnal juga?

Jurnal utk PT.ABC Sewa Inc.PPh:


Kas/Piutang....................................... ...Rp.500.000.000,- ---
PPh Final Psl.4(2)..................................Rp. 50.000 .000,- ---
........Penghasilan Sewa Gedung................................ Rp.500.000.000,-
........PPN-Keluaran.............................. ...................... Rp. 50.000.000,-

Perhitungan PT. ABC


Nilai sewa.... ..................................................Rp. 500.000.000,-
PPN-Kelaran..........................................................Rp. 50.000.000,-+
Jumlah............................................ .......................Rp.550.000.000,-
Dipotong PPh Pasal 4 ayat 2 oleh PT. XYZ..........Rp. 50.000.000,--
Kas diterima PT. ABC..................................... Rp.500.000.000,-

Perhitungan oleh PT. XYZ


Nilai sewa......................................................Rp. 500.000.000,-
PPN-Keluaran ...............................................Rp. .50.000.000,-+
Jumlah............................................ ..............Rp. 550.000.000,-
Dipotong PPh Pasal 4 ayat 2 oleh PT. XYZ.Rp....50.000.000,--
Kas dibayarkan ke PT. ABC..........................Rp..500.000.000,-

Anda mungkin juga menyukai