Anda di halaman 1dari 41

PAJAK

PENGHASILAN
FINAL

Disusun oleh :
1. Defina Anindita (30221610)
2. Jufrin Malva Pandora Dewi
(30221610)
3. Juliazmi Nurkamilia (3022161031)
4. Meutia Fatima Susanto (3022161035)
5. Ririn Anggraini (30221610)
6. Salsa Virginia (30221610)
Pengertian Pajak Penghasilan Final

Pajak penghasilan bersifat final merupakan pajak


penghasilan yang pengenaanya sudah final
(berakhir) sehingga tidak dapat dikreditkan
(dikurangkan) dari total Pajak Penghasilan
terutang pada akhir tahun pajak.
Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) UU PPh
Pajak penghasilan yang bersifat final terdiri atas:
•Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga
obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan
oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi.
•Penghasilan berupa hadiah undian
•Penghasilan  dari  transaksi  saham  dan  sekuritas lainnya, transaksi
derivatif yang diperdagangkan di bursa,  dan  transaksi  penjualan 
saham  atau pengalihan  penyertaan  modal  pada  perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
•penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah
dan/atau bangunan; dan
•penghasilan tertentu lainnya, yang  diatur  dengan  atau  berdasarkan 
Peraturan Pemerintah.
1. Bunga Deposito, Tabungan, dan Diskonto
SBI
Pemotong, membayarkan bunga dan
Penyetor, dan diskonto.
Pelapor
disahkan Menkeu dan bank yang
Subjek
menjual kembali SBI dan sertifikat
pajak deposito
atas bunga tabungan dan
WP DN & BUT deposito yang ditempatkan
di cabang LN.

Kantor cabang bank LN atas


WPLN bunga tabungan dan
deposito yang ditempatkan
di luar negeri.
OBJEK
Tarif Dan Asas Pengenaan
(Bunga Deposito, Tabungan, dan Diskonto)

20% dari jumlah bruto.


(WP DN dan BUT)

20% atau sesuai


tarif P3B dari
jumlah bruto. (WP
LN)

( KETENTUAN KHUSUS )
WP OP berpenghasilan rendah dapat mengajukan permohonan restitusi.
Dikecualikan dari Pemotongan PPh
1. Bunga diskonto dan tabungan serta sertifikat Bank
Indonesia yang tidak melebihi Rp 7.500.000
2. Bunga dan diskonto yang diperoleh bank yang di
Indonesia
3. Bunga diskonto dan tabungan serta sertifikat Bank
Indonesia yang diperoleh dari Dana Pensiun
4. Bunga Tabungan pada Bank yang ditunjuk oleh
pemerintah
5. Orang Pribadi subjek pajak dalam negeri yang
penghasilan dalam 1 tahun melebihi PTKP.
2. Bunga Obligasi dan SUN
Subjek Pajak
Y-Values Objek Pajak
3.5

3Pemotong, Penyetor,
dan Pelopor Obligasi
Negara
2.5
 Penerbit Obligasi
2 perusahaan efek, Y-Values
dealer, atau bank atas Surat Utang
1.5 bunga dan diskonto yang Bertempo Surat
yang diterima penjual < 12 bln Pembendaha
1 obligasi saat transaksi
raan negara
0.5

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3
Bunga Obligasi Dan SUN
Tarif

15% dari jumlah bruto 20% atau sesuai tarif P3B


( WP DN dan BUT) dari jumlah bruto (WP LN)

Dasar Pengenaan

Bunga Obligasi
Berkupon
Diskonto Obligasi Diskonto
Berkupon Obligasi tanpa
Kupon
Bunga Obligasi yang tidak dikenai pemotongan
PPh Final, Yaitu :
Apabila penerima penghasilannya berupa bunga
obligasi dari :
 WP Dana Pensiun
 WP Bank
7. Pengahasilan dari transaksi derivatif yang
di perdagangkan di bursa

Diterima oleh orang pribadi


atau badan dari transaksi
Objek pajak
derivatif berupa kontrak
berjangka.

2,5% dari margin


Tarif
awal
PPh Final Atas Jasa Kontruksi
Tarif
Objek

1. 2% untuk pelaksanaan kontruksi oleh penyedia


jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil.
2. 4% untuk pelaksanaan kontruksi oleh penyedia
jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha. Usaha jasa kontruksi
3. 3% untuk pelaksanaan kontruksi oleh penyedia
jasa.
4. 4% untuk perencanaana atau pengawasan
kontruksi oleh penyedia jasa yang memiliki
kualifikasi usaha.
5. 6% untuk perencanaan atau pengawasan
kontuksi oleh penyedia jasa yang tidak memiliki
kualifikasi usaha.
Ringkasan Pengenaan PPh Final Pasal 4 (2)

No PP Objek PPh Final Psl 4 (2) Tarif dan DPP


1 PP 131/2000 Penghasilan berupa bunga 20% x jml bunga
deposito dan tabungan
lainnya

2 PP 16/2009 Penghasilan berupa bunga


obligasi
15% x jml bunga
 Diatas tahun 2014
5% x jml bunga
 Tahun 2011-2013
0% x jml bunga
 Tahun 2009-2010
Ringkasan
Ringkasan Pengenaan
Pengenaan PPh
PPh Final
Final Pasal
Pasal 44 (2)
(2)

No PP Objek PPh Final Psl 4 (2) Tarif dan DPP


3 PP 15/2009 Bunga simpanan yang 10% x jml bunga
dibayarkan oleh koperasi 0% x jml bunga
kepada anggota koperasi
orang pribadi

4 PP 132/2000 Penghasilan berupa hadiah 25% x penghasilan


undian bruto

5 PP 41/1994 Penghasilan dari transaksi 0,1% x nilai jual


jo. PP saham dan sekuritas lainnya 0,5% x harga
14/1997 perdana
Ringkasan Pengenaan PPh Final Pasal 4 (2)

No PP Objek PPh Final Pasal 4 (2) Tarif dan DPP

6 PP 17/2009 Transaksi derivatif yang 2,5% x margin


diperdagangkan di bursa awal

7 PP 4/1995 Transaksi penjualan saham 0,1% x nilai jual


atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima
oleh perusahaan modal
ventura
Ringkasan Pengenaan PPh Final Pasal 4 (2)

No PP Objek PPh Final Psl 4 (2) Tarif dan DPP


8 PP 48/1994 Penghasilan dari transaksi 5% x harga jual
stdtd. PP pengalihan harta berupa atau NJOP PBB,
71/2008 tanah dan/atau bangunan mana yang lebih
tinggi

9 PP 51/2008 jo. Penghasilan dari usaha jasa 2% x nilai kontrak


PP 40/2009 konstruksi 3% x nilai kontrak
4% x nilai kontrak
6% x nilai kontrak
Ringkasan Pengenaan PPh Final Pasal 4 (2)

No PP Objek PPh Final Psl 4 (2) Tarif dan DPP


10 PP 48/1994 Penghasilan dari usaha real estate 5% x harga jual atau
PP 71/2008 NJOP PBB, mana
yang lebih tinggi

11 PP 29/1996 Persewaan tanah dan/atau 10% x nilai sewa


PP 5/2002 bangunan

12 PP 19/2009 Deviden yang diterima oleh Wajib 10% x jumlah


Pajak orang pribadi dalam negeri deviden

13 PP 27/2008 Penghasilan dari Surat 20% x jumlah bunga


Perbendaharaan Negara
Pasal 15 UU PPh
• Norma Penghitungan Khusus untuk menghitung penghasilan netto dari
Wajib Pajak tertentu yang tidak dapat dihitung berdasarkan ketentuan
Pasal 16 ayat (1) atau ayat (3) ditetapkan Menteri Keuangan.

Penjelasan Pasal 15 UU PPh

• Ketentuan ini mengatur tentang Norma Penghitungan Khusus untuk


golongan Wajib Pajak tertentu, antara lain perusahaan pelayaran atau
penerbangan internasional, perusahaan asuransi luar negeri, perusahaan
pengeboran minyak, gas dan panas bumi, perusahaan dagang asing,
perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah
(“build, operate, and transfer”).
• Untuk menghitung kesukaran dalam menghitung besarnya Penghasilan
Kena Pajak bagi golongan Wajib Pajak tertentu tersebut, berdasarkan
pertimbangan praktis atau sesuai dengan kelaziman pengenaan pajak
dalam bidang-bidang usaha tersebut, Menteri Keuangan diberi wewenang
untuk menetapkan Norma Penghitungan Khusus guna menghitung
besarnya penghasilan netto dari Wajib Pajak tertentu tersebut.
Pengertian/Definisi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran
Dalam Negeri (PPh Pasal 15)

• Pengertian/Definisi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri


adalah :

• Orang yang bertempat tinggal atau badan yang didirikan dan berkedudukan
di Indonesia yang melakukan usaha pelayaran dengan kapal yang didaftarkan
baik di Indonesia maupun di luar negeri atau dengan kapal pihak lain.

• Pengertian/Definisi Peredaran Bruto Dalam Perusahaan Pelayaran Dalam


Negeri adalah :

• Semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri dari
pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke
pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke
pelabuhan luar negeri dan/atau sebaliknya. 
Objek Pajak PPh Pasal 15 Bagi Perusahaan Pelayaran
Dalam Negeri

Seluruh penghasilan yang diterima atau diperolehnya baik dari


Indonesia maupun dari luar Indonesia. Oleh karena itu
penghasilan yang menjadi Objek pengenaan PPh meliputi
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari
pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penghasilan
penyewaan kapal yang dilakukan dari :

• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia;


• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;
• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan
• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar
Indonesia. 
Besarnya Norma Penghitungan Khusus Penghasilan neto
Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri

4% (empat persen) dari peredaran bruto.


Contoh :
• PT. Laut Kargo memperoleh
pendapatan/penghasilan dari usaha
pengangkutan barang antar pulau di Indonesia
pada bulan Maret 2012 sebesar 100.000.000.
• Maka penghasilan neto bulan Maret 2012 sebesar
:
• 4 % x 100.000.000 = 4.000.000
Tarif Pajak PPh Pasal 15 Atas Penghasilan Perusahaan
Pelayaran Dalam Negeri

1,2% (satu koma dua persen) dari peredaran bruto dan bersifat final.

Jadi Atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri dikenakan Pajak


yang bersifat final, yaitu hanya dikenakan sekali saja. Sehingga penyetoran PPh
Pasal 15 hanya satu kali saja dan dilaporkan di SPT Masa PPh Pasal 15,
sedangkan pada SPT Tahunan hanya dilaporkan sebagai penghasilan final jadi
SPT Tahunan PPh Badan/SPT Tahunan PPh Orang Pribadi untuk Perusahaan
Pelayaran Dalam Negeri adalah nihil.

• Contoh :
• PT. Angin Timur Kargo memperoleh pendapatan/penghasilan bruto dari
usaha pengangkutan orang antar pulau di Indonesia pada bulan Juni 2012
sebesar 400.000.000.
• Maka PPh Pasal 15 atas penghasilan bulan Juni 2012 sebesar :
• 1,2 % x 400.000.000 = 4.800.000
Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 15 Atas
Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri

Dalam hal penghasilan diperoleh berdasarkan perjanjian persewaan atau charter dengan
pemotong pajak,

maka pihak yang membayar atau terutang hasil tersebut wajib :

• Memotong PPh Pasal 15 yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya imbalan
atau nilai pengganti;
• Memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 15 atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran
Dalam Negeri (Final) kepada pihak yang menerima atau memperoleh penghasilan.
• Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro selambat-
lambatnya 10 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya imbalan,
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) dengan kode jenis setoran pajak 411128-
410.
• Melaporkan pemotongan dan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak
selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau
terutangnya imbalan, dengan menggunakan SPT Masa PPh Pasal 15, dilampiri dengan
Lembar ke-3 SSP, Daftar dan Lembar ke-2 Bukti Pemotongan PPh atas Penghasilan
Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri (Final). 
Dalam hal penghasilan diperoleh selain berdasarkan
perjanjian persewaan atau charter dengan pemotong
pajak,
maka Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri
wajib :
• Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau
Kantor Pos dan Giro selambat-lambatnya tanggal 15
bulan berikut setelah bulan diterima atau
diperolehnya penghasilan, dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak (SSP) Final;
• Melaporkan penyetoran yang dilakukan ke Kantor
Pelayanan Pajak selambat-lambatnya tanggal 20
bulan berikut setelah bulan diterima atau
diperolehnya penghasilan, dengan menggunakan SPT
Masa PPh Pasal 15, dilampiri dengan lembar ke-3 SSP
Final dengan kode jenis setoran pajak 411128-410.
Dalam hal Wajib Pajak membayar pajak di Luar
negeri atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya di luar negeri dari pengangkutan
orang dan/atau barang termasuk penyewaan
kapal (PPh Pasal 24),
• pajak yang dibayar di luar negeri tersebut dapat
diperhitungkan dengan PPh yang terutang
berdasarkan KMK No. 416/KMK.04/1996 Tanggal
14 Juni 1996, untuk masing-masing negara
setinggi-tingginya 1,2% (satu koma dua persen)
dari penghasilan yang diterima atau diperolehnya
diluar negeri tersebut.
• Dalam hal Wajib Pajak juga menerima atau memperoleh penghasilan lainnya
selain penghasilan dari pelayaran dalam negeri, maka atas penghasilan lainnya
dikenakan PPh berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku;

• Oleh karena atas penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang,


termasuk penghasilan penyewaan kapal telah dikenakan PPh yang bersifat final,
maka :

• Dalam pembukuan Wajib Pajak, wajib dipisahkan penghasilan dan biaya yang
berkenaan dengan pengangkutan orang dan/atau barang termasuk penghasilan
penyewaan kapal Dari penghasilan dan biaya lainnya. Sesuai dengan ketentuan
Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010, biaya yang berkenaan
dengan pengangkutan orang dan/atau barang termasuk penghasilan penyewaan
kapal tidak boleh dikurangkan dalam melakukan penghitungan penghasilan kena
pajak karena dari penghasilan final;

• Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri yang menerima atau memperoleh
penghasilan semata-mata dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk
penghasilan penyewaan kapal tidak lagi diwajibkan menyetor PPh Pasal 25 
Pajak Penghasilan Pasal 15

• Merupakan PPh yang dipotong atas penghasilan yang diterima/diperoleh


perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional, pengeboran
minyak, gas dan panas bumi, perusahaan dagang asing serta yang
melakukan investasi dalam bentuk Built Operate Transfer
Subjek dan Cara Penghitungan PPh Pasal 15
1. Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
Penghasilan neto WP perusahaan pelayaran dalam negeri sebesar 4%
dari peredaran bruto, sedangkan besarnya tarif efektif yang berlaku
adalah sebesar 1,2% dan bersifat final.
Norma penghasilan neto : 4%
Tarif PPh (maksimal) : 30%
Jumlah PPh Pasal 15 (4% x 30%) : 1,2%
Pajak Penghasilan Pasal 15

Subjek dan Cara Penghitungan PPh Pasal 15


2. Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri
Penghasilan neto WP perusahaan penerbangan dalam
negeri adalah sebesar 6% dari peredaran bruto, sedangkan
tarif efektif yang berlaku adalah sebesar 1,8% bersifat tidak
final
Norma penghasilan neto : 6%
Tarif PPh (maksimal) : 30%
Jumlah PPh Pasal 15 (6% x 30%) : 1,8%
Pajak Penghasilan Pasal 15

Subjek dan Cara Penghitungan PPh Pasal 15


3. Perusahaan Pelayaran/Penerbangan Luar Negeri yang
melakukan Usaha melalui BUT di Indonesia
Penghasilan neto perusahaan pelayaran/penerbangan luar
negeri adalah sebesar 6% dari peredaran bruto, sedangkan
tarif efektif yang berlaku adalah sebesar 2,64% dan bersifat
final.
Norma penghasilan neto : 6%
Tarif PPh (maksimal) : 30%
Jumlah PPh Pasal 15 (6% x 30% : 1,8%
Laba setelah PPh Pasal 15 (6%-1,8%) : 4,2%
Tarif PPh Pasal 26 ayat (4) : 20%
Jumlah PPh Pasal 26 (4) ayat (4,2% x 20%) : 0,84%
Tarif Efektif (0,84% + 1,8%) : 2,64%
Pajak Penghasilan Pasal 15

Subjek dan Cara Penghitungan PPh Pasal 15


4. Wajib Pajak Luar Negeri yang Mempunyai BUT Perwakilan
Dagang Asing di Indonesia
Penghasilan neto WP perwakilan dagang asing di Indonesia
adalah 1% dari nilai ekspor bruto, sedangkan tarif efekif
yang berlaku adalah sebesar 0,44% dari nilai ekspor bruto
dan bersifat final
Norma penghasilan neto : 1%
Tarif PPh (maksimal) : 30%
Jumlah PPh Pasal 15 (1% x 30% : 0,3%
Laba setelah PPh Pasal 15 (1%-0,3% : 0,7%
Tarif PPh Pasal 26 ayat (4) : 20%
Jumlah PPh Pasal 26 (4) ayat (0,7% x 20%) : 0,14%
Tarif Efektif (0,14% + 0,3%) : 0,44%
Pajak Penghasilan Pasal 15
• Penyetoran PPh terutang paling lambat
tanggal 15 bulan berikutnya dan pelaporannya
paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai