Anda di halaman 1dari 7

PPH FINAL DAN

TIDAK FINAL
Pengertian

Perhitungan JENIS

Pemotongan Tarif
PENGERTIAN
 Pajak Penghasilan Final (PPh Final) adalah pajak yang dikenakan
dengan tarif dan dasar pengenaan pajak tertentu atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh selama tahun berjalan.

 PPh Final dihitung dari penghasilan bruto tanpa


memperhitungkan biaya-biaya untuk memperoleh, menagih, dan
memelihara penghasilan. Sedangkan PPh tidak Final dihitung dari
penghasilan bruto – biaya-biaya untuk memperoleh, menagih, dan
memperoleh penghasilan
JENIS-JENIS
 Penghasilan dari transaksi penjualan saham di  Penghasilan atas perusahaan pelayaran/penerbangan
bursa efek luar negeri.
 Penghasilan atas bunga deposito dan tabungan  Penghasilan BUT perwakilan dagang asing di
Indonesia
 Penghasilan dari hadiah atas undian  Penghasilan atas selisih lebih revaluasi aktiva tetap
 Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah  Penghasilan atas penjualan hasil produksi pertamina
dan/atau Bangunan.  Penghasilan atas bunga simpanan anggota koperasi
 Penghasilan dari persewaan tanah dan/atau  Penghasilan perusahaan modal ventura dari transaksi
Bangunan. penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
 Penghasilan atas bunga atau diskonto obligasi pada perusahaan pasangan usaha.
 Penghasilan atas diskonto surat perbendaharaan
yang diperdagangkan dibursa efek
negara
 Penghasilan atas jasa konstruksi  Penghasilan atas transaksi derivatif berupa kontrak
 Penghasilan atas perusahaan pelayaran dalam berjangka yang diperdagangkan di bursa.
negeri  Penghasilan atas deviden yang diterima oleh Orang
Pribadi dalam negeri.
TARIF DAN PEMOTONGAN
 Bunga tabungan, deposito, sertifikat Bank  Transaksi derivative di bursa
Indonesia PPh terutang = 2,5% x penghasilan bruto
PPh terutang = 20% x jumlah bruto   Bunga simpanan koperasi kepada anggota lebih
 Penghasilan saham di bursa efek dari Rp 240.000 per bulan
PPh terutang = 0,1% x penghasilan bruto  PPh terutang = 10% x penghasilan bruto
 Sewa tanah dan bangunan  Bunga/diskonto obligasi
PPh terutang = 10% x penghasilan bruto  Bunga kupon        : WPDN/BUT 15%, WPLN
 Pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan 20% dari bruto
PPh terutang = 5% x penghasilan bruto  Diskonto kupon        : WPDN/BUT 15%, WPLN
 Penjualan saham perusahaan modal ventura 20% dari selisih harga jual
PPh terutang = 0,1% x penghasilan bruto  Diskonto obligasi tanpa bunga    : WPDN/BUT
 Bunga/diskonto obligasi di Bursa Efek 15%, WPLN 20% dari selisih harga jual
PPh terutang = 20% x jumlah bruto atau selisih  Bunga/diskonto diterima reksadana : tahun
harga jual 2009-2010 = 0% (bebas), tahun 2011-2013 = 5%,
 Hadiah undian mulai 2014 =15% 
PPh terutang = 25% x penghasilan bruto/pasar   Jasa konstruksi
Pelaksana konstruksi :
Kualifikasi  kecil =2% x bruto
Non kualifikasi = 4% x bruto
Kualifikasi menengah dan besar = 3%
Perencanaan konstruksi:
Kualifikasi = 4% x bruto
Non kualifikasi = 6% x bruto
PERHITUNGAN

Contoh :
PT. ABC (Wapu) mengadakan kontrak dengan PT. X untuk pembangunan
kantin, Nilai Kontrak sebesar Rp. 550.000.000,- termasuk PPN.
 
Perhitungan PPN dan PPh Pasal 4 (2) atas :
Nilai Kontrak Rp 550.000.000,-
PPN 10/110 x Rp 550.000.000,- Rp 50.000.000,-
Dasar pengenaan pajak Rp 500.000.000,-
PPh Pasal 4 (2)
2% x Rp 500.000.000,- Rp 10.000.000,-
 
PT ABC bayar kepada ybs Rp. 540.000.000,00
PT ABC setor ke Bank persepsi atau Kantor Pos
- PPh Pasal 4 (2) Rp. 10.000.000,00
JURNAL Pembayaran ke Rekanan dan Pemotong PPh Pasal 4 (2) :

Pada Saat Bayar :


Jurnal Kas Keluar (JKK)
Aktiva Tetap 500.000.000
Pajak Masukan 50.000.000
Kas 540.000.000
Hutang PPh Pasal 4 (2) 10.000.000
 
 
PENYETORAN HUTANG PPh PASAL 4 (2)
 
Pada saat dilakukan penyetoran pajak :
Hutang PPh Pasal 4 (2) 10.000.000
Kas 10.000.000
 

Anda mungkin juga menyukai