Mengingat bentuk hukum dari perusahaan penanaman modal asig adalah perseroan
terbatas, maka dai sudut pandang perpajakan status subjek pajak perusahan PMA
adalah sebagai subjek pajak badan dalam negeri, sehingga ketentuan terkait dengan
pemajakan untuk wajib pajak badan dalam negeri sepenuhnya berlaku untuk
perusahaan PMA.
Sedangkan jenis penghasilan yang dikenai PPh final pasal 15, dasar pengenaan
pajak dan tariff pajaknya sebagai berikut :
Untuk penghasilan selain yang telah dikenakan PPh final pasal 4 ayat 2 dan
pasal 15, akan dikenakan PPh badan. Sesuai dengan ketentuan pasal 4 ayat 1
Undang – Undang PPh yang menjadi objek pajak adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun, diantaranya yang merupakan
penghasilan perusahaan PMA adalah sebagai berikut :
a. Laba usaha
b. Hadiah
c. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
d. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
dan pembayaran ttambahan pengembalian pajak.
e. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
f. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun
g. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak
h. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
i. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
j. Keuntungan karena pembebasan utang
k. Keuntungan selisih kurs mata uang asing
l. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
m. Premi asuransi
n. Penghasilan dari usaha berbasis syariah
o. Imbalan bunga
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak
Di samping itu, terdapat beberapa penghasilan yang bukan merupakan objek
pajak bagi perusahaan PMA, antara lain sebagai beriku :
a. Harta termasuk setoran tunai yang diterima sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal
b. Dividen, atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai wajib pajak dalam dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :
1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan
2) bagi perseroan terbatas, kepemilikan saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25 % dari jumlah modal yang disetor
Rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp. 100.000.000 yang masih tersisa pada akhir
tahun 2014 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun 2015,
sedangkan rugi fiskal tahun 2011 sebesar Rp. 300.000.000 hanya boleh
dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2015 dan tahun 2016, karena jangka
watu 5 tahun yang dimulai sejak tahun 2012 berakhir pada akhir tahun 2016.
c. Tariff pasal 31 E
Wajib pajak badan ddalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp.
50.000.000.000,- mendapat fasilitas berupa pegurangan tariff sebesar 50%
dari tariff sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat 1 huruf b dan tdan
ayat 2b yang dikenakan atau penghasilan kena pajak dari bagian peredaran
bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000,-
Contoh 1 :
Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2015 sebesar Rp 4.500.000.000,-
dengan penghasilan kena pajak Rp 500.000.000,-.
Perhitungan pajak yang terutang :
Seluruh peghasilan kena pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut
dikenai tariff sebesar 50% dari tariff pajak penghasilan badan yang berlaku
karena jumlah peredaran bruto PT Y tidak melebihi Rp 4.800.000.000,- .
Pajak penghasilan yang terutang :
(50% x 25%) x Rp 500.000.000,- = Rp 62.500.000,-
Contoh 2 :
Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp 30.000.000.000
dengan penghasilan kena pajak sebesar Rp 3.000.000.000
Perhitungan pajak penghasilan yang terutang :
a. Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto memperoleh
fasilitas :
(4.800.0.0 30.000.000.000) x 3.000.000.000 = 480.000.000
b. Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto tidak
memperoleh fasilitas :
3.000.000.000 – 480.000.000 = 2.520.000.000
Pajak penghasilan yang terutang :
50% x 25% x 480.000.000 = 60.000.000
25% x 2.520.000.000 = 630.000.000
PPh terutang = 690.000.000
4. Kredit Pajak
Kredit pajak merupakan uang muka pajak yang dapat dikurangkan dari PPh
terutang untuk menentukan pembayaran pajak di akhir tahun pajak (PPh pasal
29). Termasuk kredit pajak bagi wajib pajak badan dalam negeri dalam bentuk
perusahaan PMA, antara lain sebagai berikut :
a. Kredit pajak PPh Pasal 22
b. Kredit pajak PPh Pasal 23
c. Kredit pajak PPh Pasal 24
Jumlah yang dipotong / dibayar / terutang di luar negeri atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh di luar negeri dalam tahun pajak yang
bersangkutan. Dapat dikreditkan sebesar pajak penghasilan yang dibayar
atau terutang diluar negeri, tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak
yang terutang berdasarkan PPh.
d. Kredit pajak PPh Pasal 25
PPh pasal 25 merupakan angsuran PPh yang dibayar sendiri oleh wajib
pajak dalam tahun berjalan. Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak
berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan
adalah sebesar pajak penghasilan yang terutag menurut Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan :
a. Pajak penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
dan Pasal 23 serta pajak penghasilan yang dipungut sebagaimana
dimaksud dalam pasal 22.
b. Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, dibagi 12 atau
banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak. Termasuk dalam kategori
kredit pajak adalah pokok yang tercantum dalam STP (Surat Tagihan
Pajak).
B. FASILITAS PAJAK BAGI PERUSAHAAN PMA
Fasilitas pajak penghasilan yang diberikan melalui UU PPh diatur dalam pasal 31 A.
kepada wajib pajak yang melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha
tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu mendapat prioritas tinggi dalam skala
nasional dapat diberikan fasilitas perpajakan. Maksud pemberian fasilitas ini untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan percepatan
pembangunan daerah tertentu, pendalam stuktur industry, mendorong penanaman
modal asing dan penanaman modal dalam negeri di bidang-bidang usaha tertentu
dan atau daerah-daerah tertentu.
Kepada wajib pajak badan dalam negeri ( termasuk perusahaan PMA) yang
melakukan menanaman modal, baik penanaman modal baru maupun perluasan dari
usaha yang telah ada pada bidang-bidang usaha tertentu dan bidang-bidang usaha
tertentu dan daerah-daerah tertentu, dapat diberikan fasilitas pajak penghasilan,
berupa berikut ini :
1. Pengurangan penghasilan netto sebesar 30% dari jumlah penanaman modal
berupa aktiva tetap berwujud termasuk tanah yang digunakan untuk kegiatan
utama usaha, dibebankan selama 6 tahun masing-masing sebesar 5%
pertahunyang dihitung sejak saat mulai berprodksi secara komersial.
Fasilitas pengurangan penghasilan netto diberikan selama 6 tahun terhitung
sejak saat dimulai berproduksi komersial, yaitu setiap tahunnya sebesar 5% dari
jumlah penanaman modal berupa perolehan aktiva tetap berwujud termasuk
tanah untuk kegiatan utama usaha. Fasilitas ini sifatnya mengurangi penghasilan
netto (dalam hal mendapatkan keuntungan usaha) atau menambah kerugian
fiscal ( dalam hal mendapatkan kerugian usaha).
Contoh :
PT ABC melakukan penanaman modal sebesar Rp 100.000.000.000 berupa
pembelian akiva tetap berupa tanah, bangunan dan mesin. Terhadap PT ABC
dapat diberikan fasilitas pengurangan penghasilan netto (Invesment Allowance)
sebesar 5% x Rp 100 Miliyar = Rp 5 Miliyar setiap tahunnya selama 6 tahun
dihitung sejak saat ini mulai berproduksi komersial.
2. Penyusutan yang dipercepat atas aktiva berwujud dan amortisasi yang dipercepat
atas aktiva tak berwujud yang diperoleh dalam rangka penanaman modal baru
dan / atau perluasan usaha, dengan masa manfaat dan tariff penyusutan serta
tariff amortisasi ditetapkan sebgai beikut :
a. Untuk penyusutan yang dipercepat atas aktiva berwujud
Tariff Penyusutan Berdasarkan
Kelompok Aktiva Masa Manfaat
Metode
Berwujud Menjadi
Garis Lurus Saldo Menurun
Bukan Bangunan :
Kelompok I 2 tahun 50% 100% dibebankan
sekaligus
Kelompok II 4 tahun 5% 50%
Kelompok III 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok IV 10 tahun 10% 20%
Bangunan :
Tidak Permanen 10 tahun 10% -
Permanen 5 tahun 20% -
3. Pengenaan pajak penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada wajib pajak
luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesiasebesar 10 %, atau tariff yang
lebih rendah menurut Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku.
Misalnya, investor dari Negara X, memperoleh dividen dari wajib pajak badan
dalam negri yang telah ditetapkan memperoleh fasilitas berdasarkan peraturan
pemerintah ini. Apabila investor X tersebut bertempat kedudukan di Negara
yang belum memiliki Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan
pemerintah Republik Indonesia, atau bertempat kedudukan di Negara yang telah
memiliki P3B dengan pemerintah Republik Indonesia denga tariff pajak dividen
untuk wajib pajak luar negeri 10% atau lebih, maka atas dividen tersebut hanya
dienakan pajak penghasilan di Indonesia sebesar 10%. Namun, apabila investor
X tersebut bertempat kedudukan di suatu Negara yang telah memiliki P3B
dengan pemerintah Republik Indonesia dengan tariff pajak dividen lebih rendah
dari 10% maka atas dividen tersebut dikenakan pajak penghasilan di Indonesia
sesuai dengan tariff yang diatur dalam P3B tersebut.
4. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun, tetapi tidak lebih dari 10
tahun, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Tambahan 1 tahun : apabila penanaman modal baru pada bidang – bidang
usaha tertentu dan bidang – bidang usaha tertentu dilakukan di kawasan
industry dan/atau kawasan berikut.
b. Tambahan 1 tahun : apabila wajib pajak yang melakukan penanaman modal
baru mengeluarkan biaya untuk infrastruktur ekonomi dan/atau sosial di
lokasi usaha paling sedikit sebesar Rp. 10.000.000.000
c. Tambahan 1 tahun : apabila menggunakan bahan baku dan/atau komponen
hasil produksi dalam negeri paling sedikit 70% sejak tahun ke 4.
d. Tambahan 1 tahun atau 2 tahun :
1. Tambahan 1 tahun apabila mempekerjakan sekurang – kurangnya 500
orang tenaga kerja Indonesia selama 5 tahun berturut – turut.
2. Tambahan 2 tahun apabila mempekerjakan sekurang – kurangnya 1000
orang tenaga kerja Indonesia selama 5 tahun berturut – turut.
e. Tambahan 2 tahun : apabila mengeluarkan biaya penelitian dan
pengembangan di dalam negeri dalam rangka pengembangan produk atau
efesiensi produksi paling sedikit 5% dari jumlah penanaman modal dalam
jangka waktu 5 tahun.
f. Tambahan 2 tahun : apabila penanaman modal berupa perluasan dari usaha
yang telah ada pada bidang – bidang usaha tertentu dan/atau daerah – daerah
tertentu sebagian sumber pembiayaannya berasal darii laba setelah pajak
(earning after tax) wajib pajak pada 1 tahun pajak sebelum tahun
diterbitkannya izin prinsip perluasan penanaman modal.
g. Tambahan 2 tahun : apabila melakukan ekspor paling sedikit 30% dari ilia
total penjualan, untuk penanaman modal pada bidang – bidang usaha tertentu
yang dilakukan diluar kawasan berikut.
Contoh perhitungan fasilitas tambhan jangka waktu kompensasi kerugian bagi
wajib pajak yang melakukan perluasan usaha yang sumber pembiayaan untuk
perluasan usaha dimaksud berasal dari laba setelah ajak adalah sebagai berikut :
1. Untuk tahun pajak yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 PT DEF
memiliki laba setelah pajak sebesar Rp. 250.000.000.000.
2. Pada tanggal 1 Mei 2016 PT DEF mendapatkan Izin Prinsip Perluasan
Penanaman modal dari Badan Koordinasi Penanaman Modal dengan rencana
penanaman modal sebesar Rp. 500.000.000.000.
3. Sumber pembiayaan untuk perluasan penanaman modal dimaksud berasal
dari laba setelah pajak tahun pajak 2015 sebesar Rp. 220.000.000.000, dan
sisanya berasal dari pinjaman sebesar Rp.. 280.000.000.000.
4. Atas perluasan penanaman modal tersebut, PT DEF mendapatkan keputusan
persetujuan pemberian fasilitas pajak penghasilan berdasarkan peraturan
pemerintah ini pada tanggal 2 Januari 2017.
5. Pada tanggal 31 Juli 2017 PT DEF merealisasikan seluruh rencana perluasan
penanaman modal sebesar Rp. 500.000.000.000.
6. PT. DEF mengalami kerugian fiskal tahun pajak 2017 sebesar Rp.
10.000.000.000.
7. Nilai buku fiskal seluruh aktiva tetap PT. DEF pada tanggal 31 Desember
2017 sebesar Rp. 550.000.000.000 yang terdiri atas berikut ini :
- Nilai buku fiskal aktiva tetap sebelum perluasan sebesar Rp.
100.000.000.000 dengan perincian :
Nilai Perolehan Rp. 1.000.000.000.000