Anda di halaman 1dari 30

PERTEMUAN/SESI 2:

AZAS PEMAJAKAN
DAN PENGENAAN
PAJAK BERGANDA

Oleh:
DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK
DIT. PERATURAN
PERPAJAKAN II
POKOK-POKOK BAHASAN

Membahas Pertanyaan Minggu


Lalu
Azas-azas pengenaan pajak
Pajak berganda (Double Taxation)
Menghilangkan pajak berganda
Penghilangan pajak berganda
dalam UU PPh
Tugas Kelompok
AZAS PENGENAAN PAJAK
Pengertian
Azas pengenaan pajak adalah
pembenaran yang dijadikan dasar oleh
suatu negara untuk mengenakan pajak.
1.Azas nationality dan Azas territoriality
(Doernberg, International Tax in a Nutshell)

2.Azas Residensi, Sumber, dan


Kewarganegaraan
AZAS PENGENAAN PAJAK
Nationality:
negara mengenakan pajak atas penghasilan yang
diperoleh individu yang menjadi warganegara atau
perusahaan yang terdaftar di negara itu.
Hubungan hukum (legal connection) antara negara
dengan individu atau perusahaan tersebut.

Territoriality:
negara mengenakan pajak karena adanya
hubungan teritorial antara Negara dengan wajib
pajak. Inti dari hubungan territorial adalah keadaan
faktual subjek pajak di negara itu.
AZAS PENGENAAN PAJAK
Azas Residensi (Residence Principle):
pengenaan pajak kepada subjek pajak dalam
negeri (resident) atas seluruh penghasilan
(worldwide income), dan kepada subjek pajak luar
negeri (non-residents) atas penghasilan yang
bersumber dari negara itu.
Azas Sumber (Source Principle):
yaitu pengenaan pajak atas penghasilan yang
bersumber dari negara itu.
Azas kewarganegaraan (citizenship):
adalah pengenaan pajak berdasarkan status
warganegara.
AZAS PENGENAAN PAJAK

Principles Justifikasi Pengenaan


Pajak
Legal Factual/Econo
Connection mic
Connection
Nationality X
Territoriality X
Residence
Source X
Citizenship X
DIMENSI PENGENAAN PAJAK
Residence
Principle

2 3
Foreign
Extra
International Territorial
Taxation
Income
1 4
Domestic International
Domestic Taxation
Taxation Source
Principle

Residents Residency Non-Residents


PAJAK BERGANDA (DOUBLE
TAXATION)
Latar Belakang:
1. Pengenaan pajak di banyak
negara dengan menerapkan
sistem perpajakan yang hampir
seragam,
2. Globalisasi dan liberalisasi
ekonomi,
8
PAJAK BERGANDA (DOUBLE
TAXATION)
Pengertian Pajak Berganda
Ditentukan oleh beberapa pandangan:
Konsep ekonomi vs. Konsep juridis

Geografis: domestik vs. internasional

9
PAJAK BERGANDA (DOUBLE
TAXATION)
Menurut konsep ekonomi:
pengenaan pajak oleh negara/jurisdiksi lebih dari
sekali atas suatu penghasilan ekonomis yang sama.
Contoh:
a. Double Taxation pada Penghasilan seorang
karyawan
Ingat rumus ekonomi: Yd(penghasilan) = C (Konsumsi) + S (tabungan)
1) Pajak dikenakan saat penghasilan diperoleh
(Yd = Y Tax ) Pajak Penghasilan, dan
2) Pajak dikenakan lagi saat penghasilan dikonsumsi
Pajak konsumsi (dengan nama PPN/VAT/GST)

10
PAJAK BERGANDA (DOUBLE
TAXATION)
b. Double Taxation atas laba perseroan
terbatas
1) Pajak dikenakan di tingkat perseroan PPh Badan
atas laba perseoran), dan
2) Pajak dikenakan lagi pada tingkat pemegang
saham (PPh atas dividen).
PT ABC dikenakan PPh Badan
Laba Usaha Laba Bersih

Pemegang
Dividen
Saham

Ekonom: PT ABC dan Pemegang Saham adalah satu


kesatuan ekonomi laba usaha seharusnya 11
dikenakan pajak sekali.
PAJAK BERGANDA (DOUBLE
TAXATION)
2. Pajak berganda juridikal:
pengenaan pajak oleh dua negara/jurisdiksi atas
penghasilan yang secara juridis sama
jenisnya. Menurut konsep juridis, contoh 1.a dan
1.b tidak terjadi pengenaan pajak berganda.

3. Pajak berganda domestik:


pengenaan pajak oleh dua jurisdiksi di dalam
negara yang sama atas suatu penghasilan
(ekonomi atau juridis) yang sama .

4. Pajak berganda internasional:


pengenaan pajak oleh dua negara atas suatu
penghasilan (ekonomi atau juridis) yang sama.
12
PAJAK BERGANDA
Juridical & Internasional: Juridical & Domestik:
JURIDIKAL
X Jepang:
Corp. Corporate Tax:
Central Government :
30%
Investmen
t
Negara Local Government :
S
Negara
16%
Divide
D Total Tax :
n
46%
Mr. A Rusia:
Corporate Tax:
Central Government :
pik Bahasan dalam Perpajakan Internasional,
24%
tambah Pajak Berganda Ekonomis dari
sus Transfer Pricing Local Government :
17,5% 13
Total Tax :
ECONOMIC DOUBLE TAXATION-TRANSFER PRICING:

Fakta:
PT Budiman di Indonesia membayar dan membiayakan
royalti Rp 1 Miliar kepada perusahaan afiliasi Waseda Corp.
Waseda Corp. mencatat royalti sebagai penghasilan dan
terutang pajak di Jepang.
Pemeriksa Pajak Indonesia:
Memperoleh bukti bahwa PT Budiman terlalu besar
membebankan royalti yang seharusnya hanya Rp 400 juta
(transfer pricing).
Laba fiskal PT Budiman dikoreksi Rp 600 juta dan
dikenakan pajak.
Terjadi Double Taxation, karena:
Laba usaha PT Budiman yang dipajaki menjadi lebih besar
Rp 600 juta.
Penghasilan royalti Waseda dikenakan pajak terlalu besar
Rp 600 juta.
14
KONFLIK PENYEBAB DOUBLE
TAXATION
Penerapan undang-undang perpajakan atas
penghasilan yang timbul dari transaksi
internasional menyebabkan terjadinya
pengenaan pajak berganda.
1. Konflik penerapan azas pemajakan:
- Azas Residensi vs. Azas Sumber
- Azas Residensi vs. Azas Residensi
- Azas Sumber vs. Azas Sumber
2. Perbedaan karakterisasi penghasilan
menurut undang-undang.
15
AZAS RESIDENSI VS. AZAS
SUMBER
Pajak berganda terjadi karena UU suatu
negara mengenakan pajak berdasarkan
azas sumber dan UU negara yang lain
menerapkan azas residensi.
X Corp.

Loan Negara X

Negara Y
Interest
PT ABC

16
AZAS RESIDENSI VS. AZAS RESIDENSI
Pajak berganda terjadi karena dua UU mengenakan
pajak kepada residen yang diklaim oleh kedua
negara sebagai subjek pajak dalam negeri.
UU kedua negara menerapkan Azas Residensi.

Mr. John SP DN Negara X

Negara X

Indonesia

Melakukan usaha
di Indonesia SP DN Indonesia
selama > 183 hari

17
AZAS SUMBER VS. AZAS
SUMBER
Pajak berganda terjadi akibat dua UU
mengenakan pajak atas penghasilan yang
diklaim oleh kedua negara bersumber di
negaranya.
Kedua jurisdiksi menerapkan source principle.
Negara P
Mencatat biaya copyright
dan hutang-kantor pusat

P Corp. Cabang
ABC
Negara X
Tagihan Negara Y

Copyright fee
ABC
Mencatat piutang cabang
dan pengeluaran kas 18
PERBEDAAN KARAKTERISASI
INCOME
Setelah berhasil menghilangkan pajak berganda
akibat Azas Residen vs. Azas Sumber, pajak
berganda tetap terjadi bila dua negara
mengenakan pajak atas penghasilan yang
dikategorikan berbeda.
Di negara X:
Bunga tidak dikenakan pajak P Corp. Dividen
Dividen dikenakan pajak dan
Perpetual Loan: Ekuitas, Perpetual
Loan Negara X
Negara Y
Di negara Y:
Bunga dikenakan pajak,
Dividen tidak dikenakan pajak dan ABC Interest
Perpetual Loan: Loan,

19
MENGHILANGKAN PAJAK
BERGANDA
1. Ketentuan pajak domestik (Unilateral),

2. Tax Treaty (Bilateral)

3. Prosedur Perjanjian Bersama (Mutual


Agreement Procedures/MAP)

4. Arbitrase
MENGHILANGKAN PAJAK BERGANDA:
KETENTUAN DOMESTIK
Dengan cara:
1. Mengecualikan orang/badan sebagai Subjek Pajak
2. Mengecualikan penghasilan sebagai Objek Pajak
3. Menerapkan tarif preferensial untuk subjek/objek
pajak tertentu
4. Menerapkan metode penghilangan pajak berganda
(deduction, exemption, credit), dll.
Tidak Sempurna, karena:
1. Metode penghilangan pajak berganda hanya
tersedia bagi WP dalam negeri
2. UU tidak dapat menyelesaikan kasus dual residence
21
MENGHILANGKAN PAJAK BERGANDA:
TAX TREATY
Dengan cara:
1. Penyelesaian kasus Dual Residence dengan
menyediakan Tie Breaker Rule,
2. Membagi hak pemajakan (Distributive Rules)
3. Penyelesaian pajak berganda akibat koreksi
karena transfer pricing dengan melakukan
Corresponding Adjustment,
4. Penentuan metode penghilangan pajak berganda,
5. Mewajibkan Competent Authority menyelesaikan
penerapan P3B yang tidak sebagaimana
mestinya melalui konsultasi (Mutual Agreement
Procedures), bila diminta oleh WP.
22
METODE PENGHILANGAN PAJAK
BERGANDA
Deduction Method:
pajak yang dikenakan di luar negeri mengurangi
penghasilan yang diperoleh dari luar negeri
sebelum digabung dengan penghasilan dari dalam
negeri.
Exemption Method:
penghasilan dari luar negeri tidak diperhitungkan
saat menghitung pajak terutang di dalam negeri.
Credit Method:
pajak yang dikenakan di luar negeri diperhitungkan
dengan pajak atas seluruh penghasilan.
KASUS: MENGHILANGKAN PAJAK
BERGANDA
Ali memperoleh penghasilan neto dari dalam
negeri Rp 50 miliar dan dari luar negeri Rp 30
miliar (dikenakan pajak di luar negeri 40%, yaitu
Rp 12 miliar)
Hitunglah:
1.Total beban pajak Ali secara keseluruhan
2.Tarif pajak efektif yang ditanggung Ali
Apabila:
Di dalam negeri pengenaan pajak menerapkan
prinsip worldwide income dan tarif tunggal 30%
dan (i) tidak ada penghilangan pajak berganda, (ii)
deduction method, (iii) exemption method, dan (iv)
full credit method.
KASUS: MENGHILANGKAN PAJAK
BERGANDA
No Deduction Exempti Full Credit
Relief Method on Method
Method

Penghasilan Neto 50 M 50 M 50 M 50 M
DN
Penghasilan Neto 30 M 18 M -- 30 M
LN
Total Penghasilan 80 M 68 M 50 M 80 M
Neto
PPh (30%) 24 M 20.4 M 15 M 24 M
(-) Kredit Pajak --- --- --- (12 M)
LN
Pajak di dalam 24 M 20.4 M 15 M 12 M
negeri
TAX SPARING CREDIT
Adalah ketentuan dalam tax treaty yang membolehkan Wajib
Pajak dari negara domisili mengkreditkan pajak yang
seolah-olah dikenakan di negara sumber.
Kredit pajak tersebut fiktif, karena sebenarnya tidak
dikenakan berkaitan dengan kebijakan pemberian insentif.
Kasus:
Beni, SPDN negara B, berinvestasi di negara A dan menerima dividen
$1000. Negara A memberi insentif perpajakan sehingga dividen
yang diperoleh investor asing tidak dikenakan pajak.
UU PPh di negara B: tarif 30%, worldwide income, dan metode kredit.
Tarif pajak dividen ke luar negeri di negara A sebelum ada insentif:
20%.
Hitunglah pajak yang ditanggung Beni apabila di dalam P3B: (i) tidak
terdapat klausul tax sparing credit, (ii) terdapat klausul tax sparing
credit.
[Asumsi: Beni tidak mempunyai penghasilan dari dalam negeri]
KASUS TAX SPARING CREDIT
Sebelum ada Setelah ada kebijakan
kebijakan insentif perpajakan
insentif Tidak ada tax Ada tax
perpajakan sparing credit sparing credit

Negara Negara B Negara Negara B Negara Negara B


A A A

Penghasilan 1000 1000 1000 1000 1000 1000


Dividen
Pajak Dividen 200 -- --
Pajak terutang 300 300 300
(-) KPLN 200 -- 200
Pajak di A 100 300 100
Total Pajak 300 300 100
PENGHILANGAN PAJAK BERGANDA
DALAM UU PPh
1. Pasal 24 UU PPh

2. Pasal 32A
Tugas Kelompok
Wacana:
UU PPh menerapkan prinsip worldwide income.
Pernah berkembang pemikiran untuk mengubah
prinsip itu dengan menerapkan territorial base.
Kelompok 1:
Kelompok yang menggagas dan pro perubahan.
Jelaskan maksud ide perubahan dan manfaatnya.
Kelompok 2:
Kelompok yang menentang perubahan. Jelaskan
alasan dan kerugian yang berpotensi terjadi.
Presentasi: pada sesi ke-4
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai