Anda di halaman 1dari 9

PERENCANAAN PAJAK

Untuk Yayasan

OLEH KELOMPOK 6 :

1. PUTRI SALSABILLA (18043138)


2. SUCI NOVALIA (18043154)
3. YOLA ZULKAISI UTAMI (18043166)
4. YUNISA GUSRIA ANNUR (18043169)

DOSEN PENGAMPU :

HERLINA HELMY, SE, Ak, M.S.Ak

S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


A. PENGERTIAN YAYASAN

Yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial,
keagamaan dan kemanusiaan, didirikan dengan memperhatikan persyaratan formal yang
ditentukan dalam undang-undang.

B. PENDIRIAN YAYASAN

Yayasan dapat didirikan oleh warga negara indonesia maupun warga negara asing, dimana
hal tersebut akan berpengaruh pada penetapan jumlah minimal kekayaan awal yayasan. Hal ini
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 pada pasal 6 :

• Jumlah kekayaan awal Yayasan yang didirikan oleh Orang Indonesia, yang berasal dari
pemisahan harta kekayaan pribadi pendiri, paling sedikit senilai Rp10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah)

• Jumlah kekayaan awal Yayasan yang didirikan oleh Orang Asing atau Orang Asing
bersama Orang Indonesia, yang berasal dari pemisahan harta kekayaan pribadi pendiri,
paling sedikit senilai Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

Pemisahan harta kekayaan yang disebutkan di atas harus disertai dengan surat pernyataan
pendiri mengenai keabsahan harta kekayaan yang dipisahkan tersebut, dan bukti yang merupakan
bagian dari dokumen keuangan Yayasan.

C. KEKAYAAN YAYASAN

1. Dipisahkan dalam bentuk uang atau barang

2. Kekayaan lainnya dapat diperoleh dari :

• Sumbangan/Bantuan

• Wakaf

• Hibah

• Hibah Wasiat

• Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar/UU

• (UU No 28 tahun 2004)


3. Kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan pada yayasan /Badan hukum yang kegiatannya
sama

4. Jika tidak maka bisa diserahkan kepada Negara tetapi penggunaannya harus sesuai
dengan kegiatan yayasan

D. YAYASAN SEBAGAI SUBJEK PAJAK

Pada prinsipnya, yayasan merupakan subjek Pajak Penghasilan. Pengakuan penghasilan


maupun pembebanan biaya pada yayasan sama dengan bentuk organisasi lainnya. Pada akhir
periode laporan keuangan suatu yayasan akan menyajikan nilai Sisa Hasil Usaha yang setara
dengan laba-rugi suatu perusahaan. Yayasan juga diwajibkan membuat laporan SPT tahunan PPh
badan. Artinya, yayasan juga tidak luput dari sanksi administrasi dan sanksi pidana apabila ada
ketentuan perpajakan yang dilanggar.

E. OBJEK PAJAK YAYASAN

Objek pajak yayasan dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni objek pajak penghasilan, dan
bukan objek pajak penghasilan. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

1. Objek Pajak Penghasilan

• Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari usaha pekerjaan, kegiatan atau jasa.

• Bunga deposito bunga obligasi, diskonto SBI, dan bunga lain.

• Sewa dan imbalan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

• Keuntungan dari pengalihan harta termasuk keuntungan pengalihan harta yang


semula berasal dari bantuan sumbangan atau hibah.

2. Bukan Objek Pajak Penghasilan

• Bantuan, sumbangan, atau zakat yang diterima oleh BAZIS (Badan Amil Zakat,
Infak, dan Sedekah).

• Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh yayasan atau organisasi
yang sejenis dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat di Indonesia.

• Bantuan atau sumbangan dari pemerintah.


F. TUJUAN DAN BATAS YAYASAN

Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan
untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak
mempunyai anggota (Pasal 1 Angka 1).

1. Yayasan sendiri berbeda dengan perkumpulan. Perbedaannya terletak Yayasan tidak


mempunyai anggota sedangkan perkumpulan mempunyai anggota. LIKUIDASI =
DIBUBARKAN.

2. Yayasan itu bisa memiliki anak perusahaan berupa Perseroan Terbatas (PT) karena
pemegang saham PT itu harus berbadan hukum dan yayasan pun berbadan hukum.

3. Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas. Dalam
UU yayasan ada ketentuan tidak boleh rangkap jabatan antara pembina, pengurus dan
pengawas.

• Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak


diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh UU ini. (Pasal 28)

• Pengurus merupakan organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan.


Jadi yang melakukan perbuatan kepengurusan itu adalah pengurus. Susunan
pengurus sekurang-kurangnya terdiri atas ketua, seorang sekretaris, dan seorang
bendahara.

• Sedangkan pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan


pengawasan serta memberi nasihat kepada pengurus dalam menjalankan kegiayan
yayasan.

4. Harus diperhatikan baik-baik bahwa yayasan tidak diperkenankan membagikan hasil dari
kegiatan usahanya kepada P3 (pembina, pengurus, pengawas).

5. Kekayaan yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh
yayasan berdasarkan Undang-Undang ini, dilarang dialihkan atau dibagikan secara
langsung atau tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah, maupun honorium, atau
bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada pembina, pengurus, dan pengawas.

G. KEWAJIBAN PERPAJAKAN YAYASAN


Sesuai dengan UU PPh Pasal 2 Ayat (1) Huruf b, bahwa yayasan merupakan subjek Pajak
Penghasilan yang termasuk dalam kategori “Badan”. Adapun kewajiban perpajakan sebagai
subjek Pajak Badan adalah sebagai berikut:

1. PPh Pasal 4 ayat 2 – Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, serta
persewaan tanah dan bangunan dapat dikenai pajak bersifat final.

2. PPh Pasal 21 – Kewajiban pemotongan pajak atas penghasilan sehubugan dengan


pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan bentuk apapun yang diterima atau Wajib
Pajak Orang Pribadi.

3. PPH Pasal 23 – Kewajiban pemotongan PPh oleh pihak yang wajib membayarkan
penghasilan atas penghasilan dengan nama dan bentuk apapun yang dibayarkan, serta
disediakan untuk dibayarkan atau telah jatuh tempo pembayarannya.

4. Sebesar 15% dari jumlah bruto pada: (1) dividen dengan nama dan bentuk apapun,
termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian hasil
usaha koperasi, (2) bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang, royalti, dan (3) hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain
yang telah dipotong PPh 21.

5. Sebesar 2% dari jumlah bruto pada: (1) sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 2,
dan (2) imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong sesuai PPh 21.

H. SISA LEBIH (PMK-68/PMK.03/2020)

Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga yang digunakan untuk
Pembangunan dan Pengadaan sarana dan Prasarana kegiatan pendidikan dan atau peneliton dan
pengembangan yang dilakukan paling lama dalam jangka waktu 4 (empat) tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan. Sisa lebih adalah
selisih dari seluruh penghasilan yang diterima atau diperoleh selain penghasilan yang dikenai
PPH Final dan atau bukan Objek Pajak, dikurangi dengan biaya untuk mendapat menagih dan
memelihara penghasilan tersebut.

Biaya 3 M: Bantuan, sumbangan, atau harta hibahan, biaya operasional penyelenggaraan


pendidikan, biaya pengadaan barang/jasa untuk mendukung operasional pendidikan, biaya untuk
meningkatkan kapasitas mutu dan layanan pendidikan.
I. PERLAKUAN PPH HIBAH, BANTUAN, SUMBANGAN SECARA UMUM
PASAL 4(3) HURUF A UU PPH

Yang dikecualikan dari obejek pajak

1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan
yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga dalam garis keturunan lurus satu derajat,
badan kegamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil.

“Sumbangan”

Sumbangan yang diperkenankan untuk mengurangi penghasilan adalah :

1. Sumbangan dalam rangka penanggulangan benca nasional

2. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan diwilayah NKRI

3. Sumbangan fasilitas pendidikan melalui lembaga pendidikan

4. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga

5. Sumbangan pembangunan infrastuktur sosial untuk kepentingan umum dan bersifat


nirlaba

Syarat sumbangan dapat dikurangkan :

1. WP mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan SPT tahunan pada tahun pajak
sebelumnya

2. Pemberian sumbangan tidak menyebabkan rugi pada tahun pajak berjalan

3. Didukung bukti yang sah (daftar normatif)

4. Lembaga yang menerima mempunyai NPWP, kecuali badan yang dikecualikan sebegai
subjek pajak

5. Nilai sumbangan tidak melebihi 5% dari penghasilan neto fiskal tahun sebelumnya

6. Sumbangan tak diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa


7. Biaya pembangunan infrastruktir sosial diberikan hanya dalam bentuk sarana prasarana.

“Beasiswa (PMK-68/PMK.03/2020)”

1. Beasiswa dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk menghitung PKP

2. Penghasilan berupa beasiswa baik dari subjek pajak maupun non subjek pajak yang
memenuhi persyaratan dikecualikan dari objek PPh

3. Persyaratan beasiswa :

• Penerima adalah WNI

• Menempuh pendidikan formal di DN atau LN

• Tidak ada hubungan usaha, kepemilikan, atau penguasaan antara pemberi dan
penerima beasiswa.

“PPN Yayasan”

1. Jasa yang tidak dikenai PPN yaitu jasa pendidikan, jasa keagamaan, jasa pelayanan
kesehatan medis. Jasa pelayanan sosial (pasal 4A ayat 3 UU PPN)

2. Jasa pendidikan meliputi jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah atau di luar sekolah

3. Jasa keagamaan : jasa pelayanan rumah ibadah, pemberian kotbah atau dakwah,
penyelenggaraan kegiatan agama, jasa lainnya di bidang agama seperti jasa
penyelenggaraan perjalanan keagamaan oleh pemerintah atau biro pariwisata (PMK
92/PMK.03/2020)

4. Pemakaian sendiri atau pemberian Cuma-Cuma BKP/JKP merupakan penyerahan


BKP/JKP yang terutang PPN (pasal 1A ayat 1 huruf d)

5. Perlakuan PPN organisasi nirlaba apabila tidak diatur secara khusus maka mengikuti
ketentuan Umum UU PPN.

Tidak ada aturan khusus yang mengatur perpajakan yayasan kecuali yayasan pendidikan.
Sesuai Pasal 2 ayat (2) PMK 245/PMK.03/2008 : Badan keagamaan [yang dikecualikan dari
objek pajak penghasilan] adalah badan keagamaan yang kegiatannya semata-mata mengurus
tempat-tempat ibadah dan/atau menyelenggarakan kegiatan di bidang keagamaan, yang tidak
mencari keuntungan.

“Yayasan yang Bergerak di Bidang Sosial”

Badan sosial termasuk yayasan dan koperasi [yang dikecualikan dari objek pajak
penghasilan] adalah badan sosial yang kegiatannya semata-mata menyelenggarakan:
• pemeliharaan kesehatan;

• pemeliharaan orang lanjut usia (panti jompo);

• pemeliharaan anak yatim-piatu, anak atau orang terlantar, dan anak atau orang
cacat;

• santunan dan/atau pertolongan kepada korban bencana alam, kecelakaan, dan


sejenisnya;

• pemberian beasiswa;

• pelestarian lingkungan hidup; dan/atau

• kegiatan sosial lainnya.yang tidak mencari keuntungan.

J. KETENTUAN LAIN

1. Dana abadi dapat dapat dikembangkan dengan prinsip tata kelola yang baik

2. Hasil pengembangan dana abadi dikembangkan pajak sesuai ketentuan dan dapat
digunakan untuk kegiatan operasional terutama sarana dan prasarana .

3. Dana abadi yang tidak digunakan sesuai prinsip tata kelola menjadi objek PPh pada tahun
pajak yang dikemukakan.

K. PERENCANAAN PAJAK (TAX PLANNING) PADA YAYASAN

Sebenarnya untuk sistem perpajakan pada yayasan ini tidak diatur secara khusus dan hanya
yayasan pendidikan saja yang terdapat fasilitas perpajakan. Perencanaan pajak yang dapat
dilakukan yayasan dalam rangka meminimalkan beban pajak terutang yaitu :

1. Biaya sumbangan kegiatan non pendidikan dialihkan menjadi biaya beasiswa bagi yang
berprestasi

2. Biaya sumbangan untuk karyawan dapat dialihkan menjadi biaya pelatihan dan seminar

3. Yayasan dapat mengganti makan bersama menjadi tunjangan makan

4. Pemberian tunjangan PPh 21 atas penghasilan yang diterima oleh karyawan


5. Jika selisih pemberian tunjangan transportasi langsung kedalam gaji lebih besar
dibandingkan dengan menyediakan transportasi, maka sebaiknya yayasan menyediakan
transportasi saja. Dalam hal ini, yayasan bisa melakuka penghematan pajak

6. Faktur pajak tidak boleh cacat dan harus diisi lengkap dan sesuai aturan perpajakan

Anda mungkin juga menyukai