Anda di halaman 1dari 5

PENGERTIAN UMUM YAYASAN

Yayasan (Inggris: foundation) adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan
bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota dan didirikan
dengan memperhatikan persyaratan formal yang ditentukan dalam undang-undang. Di Indonesia,
yayasan diatur dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan dan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001
tentang Yayasan.

Pendirian Yayasan

    Pendirian yayasan dilakukan dengan akta notaris dan mempunyai status badan hukum setelah
akta pendirian memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atau
pejabat yang ditunjuk. Permohonan pendirian yayasan dapat diajukan kepada Kepala Kantor
Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia yang wilayah kerjanya meliputi tempat
kedudukan yayasan. Yayasan yang telah memperoleh pengesahan diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia. (pasal 9,11)

    Organ yayasan

    Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas. Pengelolaan
kekayaan dan pelaksanaan kegiatan yayasan dilakukan sepenuhnya oleh Pengurus. Pengurus
wajib membuat laporan tahunan yang disampaikan kepada Pembina dan tembusannya kepada
Menteri dan instansi terkait mengenai keadaan keuangan dan perkembangan kegiatan yayasan.
Pengawas bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasihat kepada Pengurus dalam
menjalankan kegiatan yayasan. (pasal 2,52)

    Kegiatan Usaha Penunjang

    Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya
dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha. Yayasan dapat
melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha yang prospektif dengan ketentuan seluruh
penyertaan tersebut paling banyak 25% (dua puluh lima persen). Yayasan tidak boleh
membagikan hasil kegiatan usaha kepada Pembina, Pengurus, dan Pengawas. Yayasan tidak
digunakan sebagai wadah usaha dan Yayasan tidak dapat melakukan kegiatan usaha secara
langsung tetapi harus melalui badan usaha yang didirikannya atau melalui badan usaha lain
dimana Yayasan menyertakan kekayaannya. (Pasal 3,7)

    Kekayaan dan Pengalihan Kekayaan

    Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh Yayasan
berdasarkan Undang-undang ini, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak
langsung, baik dalam bentuk gaji, upah, maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai
dengan uang kepada Pembina, Pengurus dan Pengawas.Pengecualian atas ketentuan dimaksud,
dapat ditentukan dalam Anggaran Dasar Yayasan. Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk
menegaskan bahwa kekayaan Yayasan, termasuk hasil kegiatan usaha Yayasan, merupakan
kekayaan Yayasan sepenuhnya untuk dipergunakan guna mencapai maksud dan tujuan Yayasan.
(Pasal 5)
    Kewajiban Audit

    Yayasan yang kekayaannya berasal dari negara, bantuan luar negeri atau pihak lain, atau
memiliki kekayaan dalam jumlah yang ditentukan dalam undang-undang, kekayaannya wajib
diaudit oleh akuntan publik. Ikhtisar laporan tahunan Yayasan diumumkan pada papan
pengumuman di kantor Yayasan. Ikhtisar laporan keuangan yang merupakan bagian dari ikhtisar
laporan tahunan wajib diumumkan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia bagi Yayasan
yang dimaksud oleh Undang-undang. (Pasal 52)

    Penggabungan dan Pembubaran

    Perbuatan hukum penggabungan Yayasan dapat dilakukan dengan menggabungkan satu atau
lebih Yayasan dengan Yayasan lain, dan mengakibatkan Yayasan yang menggabungkan diri
menjadi bubar. Penggabungan Yayasan dilakukan dengan memperhatikan: ketidakmampuan
Yayasan dalam melaksanakan kegiatan usahanya tanpa dukungan Yayasan lain, Yayasan yang
menerima penggabungan dan yang bergabung kegiatannya sejenis, atau Yayasan yang
menggabungkan diri tidak pernah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Anggaran
Dasarnya, ketertiban umum, dan kesusilaan. (Pasal 57)

    Yayasan dapat bubar karena jangka waktu yang ditetapkan Anggaran Dasar berakhir, tujuan
yang ditetapkan telah tercapai atau tidak tercapai, dan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hokum berdasarkan alas an melanggar ketertiban umum dan kesusilaan, tidak mampu
membayar utangnya setelah dinyatakan pailit, atau harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk
melunasi utangnya setelah pernyataan pailit dicabut. (Pasal 62)

Undang-Undang Yayasan dan


Lembaga Pendidikan

Pertanyaan
Tolong dijelaskan implementasi UU no.16/2001 dan kaitannya dengan penyelenggara
pendidikan (tinggi). Apakah ada aturan pelaksanaannya? Adakah contoh konkret skema
hubungan yayasan dengan badan usaha/lembaga pendidikan, dan lain-lain.

Ulasan Lengkap
 
Undang-Undang Yayasan (UU No.16 Tahun 2001), akan mengakibatkan dampak yang cukup
signifikan terhadap semua yayasan di Indonesia termasuk bagi penyelenggara pendidikan.
Terlebih lagi kita ketahui bersama bahwa bentuk badan hukum yang diperkenankan untuk
penyelenggara pendidikan ialah yayasan.
 
Namun demikian karena pada dasarnya dampak UU No.16/2001 ini secara umum sama
untuk berbagai macam yayasan, saya akan mencoba menjawab dengan menjabarkan hal-hal
apa saja yang kira-kira perlu dipersiapkan bagi yayasan-yayasan dalam menghadapi UU
No.16/2001 ini.
 
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan oleh yayasan dalam menghadapi UU No.16
Tahun 2001 antara lain adalah :
 
1. Yayasan harus memastikan dirinya termasuk sebagai yayasan yang tetap diakui
sebagai badan hukum oleh undang-undang ini. (Lihat Pasal 71 UU No.16/2001);
2. Yayasan harus menyesuaikan anggaran dasarnya;
3. Yayasan harus merubah struktur organisasinya (Lihat Bab VI UU No.16/2001);
4. Yayasan harus memastikan badan usaha yang didirikannya memiliki kegiatan yang
sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan;
5. Yayasan harus memastikan penyertaan yang dilakukannya tidak melebihi 25% dari
seluruh nilai kekayaan yayasan;
6. Yayasan tidak boleh lagi menggaji organ yayasan;
7. Anggota Pembina, Pergurus, dan Pengawas yayasan dilarang merangkap sebagai
Anggota Direksi atau Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris atau Pengawas baik
pada badan usaha yang didirikan oleh yayasan ataupun pada badan usaha dimana
yayasan melakukan penyertaan;
8. Semua yayasan wajib membuat ikhtisar laporan tahunan dan diumumkan pada papan
pengumuman di kantor yayasan;
9. Bagi Yayasan yang memperoleh bantuan negara, bantuan luar negeri, atau pihak lain
sebesar lima ratus juta rupiah atau lebih; ataumempunyai kekayaan di luar harta
wakaf, sebesar dua puluh milyar rupiah atau lebih,ikhtisar laporan tahunannya wajib
diumumkan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia dan wajib diaudit oleh
Akuntan Publik;
10. Yayasan yang sebagian kekayaannya berasal dari bantuan negara, bantuan luar
negeri dan atau sumbangan masyarakat yang diperolehnya sebagai akibat berlakunya
suatu peraturan perundang-undangan wajib memgumumkan ikhtisar laporan tahunan
pada papan pengumuman yang mencakup kekayaannya selama 10 (sepuluh) tahun
sebelum Undang-undang ini diundangkan;
11. Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada Pembina, Pengurus,
dan Pengawas; dan
12. Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh
Yayasan berdasarkan Undang-undang ini, dilarang dialihkan atau dibagikan secara
langsung atau tidak langsung kepada Pembina, Pengurus, Pengawas, karyawan, atau
pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap Yayasan.
Demikian jawaban dari saya, adapun mengenai permintaan contoh konkret skema hubungan
yayasan dengan badan usaha ataupun lembaga pendidikan tidak dapat saya berikan karena
satu dan lain hal. Namun demikian saya dapat menggambarkan bahwa kebanyakan skema
hubungan antara yayasan dan badan usaha di Indonesia diwarnai oleh rangkap jabatan.
Masih banyak pengurus yayasan yang merupakan direksi ataupun komisaris pada badan
usaha yang didirikan tersebut, hal mana yang sekarang dilarang dalam UU No.16/2001.
 
Eryanto Nugroho, salah satu peneliti di Pusat Studi Hukum dan Kebijakan
Indonesia

Apakah Yayasan Dibenarkan


Menarik Uang dari Lembaga di
Bawahnya?
Pertanyaan
Di tempat saya, yayasan mengadakan penarikan uang kepada lembaga pendidikan di
bawahnya. Apakah hal ini dibenarkan? Dan semua sumbangan selain dari bantuan
operasional siswa diminta ke yayasan apakah hal ini dibenarkan? Padahal dalam
undang-undang yayasan tidak diijinkan meminta dana ke lembaga di bawahnya kecuali
lembaga usaha. Bagaimana hukumnya dan bila dilanggar seperti apa hukumnya?

Ulasan Lengkap
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk
mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota,
demikian yang dikatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan (“UU Yayasan”) sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (“UU 28/2004”).
 
Mengenai apakah yayasan dibenarkan menarik dana/uang dari lembaga pendidikan di bawahnya, maka
hal ini berkaitan dengan kekayaan yayasan. Kekayaan yayasan itu sendiri diatur dalam Pasal 26 UU
Yayasan yang berbunyi:
 
(1) Kekayaan Yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang atau
barang.
(2) Selain kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), kekayaan Yayasan dapat diperoleh
dari:
a.    sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat;
b.    wakaf;
c.    hibah;
d.    hibah wasiat; dan
e.    perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan dan/atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Dalam hal kekayaan Yayasan berasal dari wakaf, maka berlaku ketentuan hukum
perwakafan.
(4) Kekayaan Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dipergunakan untuk
mencapai maksud dan tujuan Yayasan.
 
Dari penjelasan Pasal 26 ayat (2) UU Yayasan diperoleh penjelasan sebagai berikut:
a.    Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat adalah sumbangan atau bantuan sukarela yang
diterima Yayasan, baik dari Negara, masyarakat, maupun dari pihak lain yang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b.    Wakaf adalah wakaf dari orang atau dari badan hukum.
c.    Hibah adalah hibah dari orang atau dari badan hukum.
d.    Besarnya hibah wasiat yang diserahkan kepada Yayasan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan
hukum waris.
e.    Perolehan lain misalnya deviden, bunga tabungan bank, sewa gedung, atau perolehan dari hasil
usaha Yayasan.
 
Mengacu pada sumber kekayaan yang diperoleh yayasan di atas diketahui bahwa kekayaan yayasan
hanya bisa didapat dari kelima hal di atas.
 
Adapun mengenai lembaga usaha yang di dalamnya terdapat penyertaan kekayaan yayasan, diatur
dalam Pasal 3 dan Pasal 7 UU Yayasan:
 
Pasal 3 UU Yayasan:
(1) Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan
tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu
badan usaha.
(2) Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada Pembina, Pengurus, dan
Pengawas.
 
Pasal 7 UU Yayasan:
(1) Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan
tujuan Yayasan.
(2) Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha yang bersifat
prospektif dengan ketentuan seluruh penyertaan tersebut paling banyak 25 % (dua puluh
lima persen) dari seluruh nilai kekayaan Yayasan.
(3) Anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan dilarang merangkap sebagai Anggota
Direksi atau Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris atau Pengawas dari badan usaha
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2).
 
Penjelasan lebih lanjut mengenai penyertaan kekayaan yayasan pada suatu badan usaha dapat Anda
simak dalam artikel Bolehkah Yayasan Digunakan untuk Menjalankan Usaha Warnet?
 
Melihat pada ketentuan di atas, jelas bahwa selain bersumber dari hal-hal yang disebut dalam Pasal 26
UU Yayasan, penarikan dana dari lembaga pendidikan di bawah naungan yayasan tersebut tidak
dibenarkan. Kecuali jika dana dari lembaga pendidikan atau badan usaha di bawah yayasan adalah
pembagian hasil usaha atas penyertaaan yayasan dalam badan tersebut.
 
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.
 
Dasar hukum:
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

Anda mungkin juga menyukai