Anda di halaman 1dari 22

BADAN HUKUM

YAYASAN
Kuliah III dan IV : Pembuatan Akta Badan Hukum Non PT dan Non Badan Hukum

Senin, 16 September 2019


Yayasan
• Istilah Yayasan pada mulanya digunakan dari sebagai terjemahan dari istilah “stichting”
dalam Bahasa Belanda dan “foundation” dalam Bahasa Inggris.
• Sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001, yang mengatur tentang
Yayasan, selama ini perundang-undangan sama sekali tidak mengatur tentang badan
hukum yayasan. Hanya dalam beberapa undang-undang menyinggung adanya lembaga
yayasan, seperti Pasal 365 KUHPerdata rnenyebutkan :
• Dalam pasal tersebut cuma disinggung tentang yayasan dapat melakukan perbuatan
hukum seperti tersebut diatas tapi tidak menjelaskan tentang lembaga yayasan itu
sendiri. Dalam Pasal 900 dan Pasal 1680 KUHPerdata yang hanya menyinggung tentang
penerimaan wasiat dan hibah oleh lembaga atau badan yayasan harus oleh orang atau
pengurus yang berwenang untuk itu serta memerlukan penunjukan Penguasa atau
Pemerintah, kemudian dalam Pasal 6 ayat (3) dan Pasal 236 IR. Dalam pasal-pasal
tersebut sama sekali tidak memberi rumusan tentang yayasan.
Arti Yayasan
• Dalam kamus besar bahasa Indonesia istilah yayasan adalah badan atau
organisasi yang bergerak di bidang sosial, keagamaan dan pendidikan yang
bertujuan tidak mencari keuntungan. 
• Bila dilihat dalam Black Law Dictionary terdapat istilah foundation: Permanent
fund established and maintened by contributions ,for charitable, educated,
religious or other benevolent purpose, and Institution or associaton given to
rendering financial aid to cooleges schools and charities and generaly
supported by gifts for such purpose. (Yayasan adalah dana abadi yang telah
ditetapkan dan pembiayaannya didanai untuk amal sosial, pendidikan,
keagamaan, atau kegiatan sosial, dan institusi atau asosiasi memberikan
bantuan keuangan kepada universitas dan lembaga amal dan pada umumnya
pemberian bantuan itu untuk suatu tujuan sosial).
UU YAYASAN
• Dalam rangka menjamin kepastian dan ketertiban hukum agar
yayasan berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan
prinsip keterbukaan dan akuntabilitas kepada masyarakat, maka pada
tanggal 6 Agustus 2001 disahkan Undang-undang Nomor 16 Tahun
2001 tentang Yayasan yang mulai berlaku tanggal 6 Agustus 2002.
• Kemudian pada tanggal 6 Oktober 2004 melalui Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 disahkannya Undang-undang Nomor
28 Tahun 2004 perubahan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001
tentang Yayasan.
Definisi Yayasan
• Yayasan dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan, yaitu: “Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas
kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan
tertentu dibidang sosial keagamaan dan kemanusiaan yang tidak
mempunyai anggota” (beda dengan koperasi).
• Berdasarkan pengertian Yayasan ini, Yayasan diberikan batasan yang
jelas dan diharapkan masyarakat dapat memahami bentuk dan tujuan
pendirian Yayasan tersebut.  Sehingga tidak terjadi kekeliruan persepsi
tentang Yayasan dan tujuan diberikannya Yayasan. Yang geraknya
terbatas di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan sehingga tidak
dipakai sebagai kendaraan untuk mencari keuntungan.
Esensi dari Yayasan
• Yayasan pada esensinya adalah kekayaan yang dipisahkan oleh UU kemudian diberikan status
sebagai badan hukum (pasal 11 ayat (1)
• Kekayaan adalah untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan
• Yang dimaksud dengan kekayaan Yayasan disini adalah yang lazim disebut dengan kekayaan
awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi atau para pendiri dan dijadikan asset Yayasan dalam
rangka melakukan maksud dan tujuan Yayasan. Harta kekayaan Yayasan dapat berbentuk uang
atau benda. Yang dimaksud dengan benda yang menjadi kekayaan awal tersebut adalah dapat
berupa benda berwujud atau benda tidak berwujud yang dapat diganti dengan uang.
• Uang atau benda yang menjadi kekayaan awal Yayasan tersebut tidak lagi mempunyai kaitan
dengan pendiri, karena dalam undang-undang telah ditentukan harus dipisahkan dari kekayaan
pribadi atau para pendiri, selanjutnya harta    kekayaan atau asset tersebut sepenuhnya beralih
atau menjadi milik Yayasan. Hal penting dari ketentuan Undang-Undang ini bahwa Yayasan
dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan.
Yayasan dapat melakukan pernyataan dalam berbagai bentuk yang bersifat prospektif dengan
ketentuan bahwa seluruh penyertaan tersebut paling banyak 25% (duapuluh lima persen) dari
seluruh nilai kekayaan Yayasan.
UU No. 28 Tahun 2004
• Perubahan atas Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
dengan Undang-undang Nomor. 28 Tahun 2004 dimaksudkan untuk lebih
menjamin kepastian dan ketertiban hukum, serta memberikan
pemahaman yang benar pada masyarakat mengenai Yayasan, sehingga
dapat mengembalikan fungsi Yayasan sebagai pranata hukum dalam
rangka mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan.
• Undang-undang ini menegaskan bahwa yayasan adalah suatu badan
hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan
dan kemanusiaan, didirikan dengan memperhatikan persyaratan formal
yang ditentukan dalam undang-undang ini dan diharapkan akan menjadi
dasar hukum yang kuat dalam mengatur kehidupan yayasan.
Prinsip Hukum dari Yayasan
1. Yayasan sebagai lembaga yang nirlaba.
2. Pendirian Yayasan secara deklaratif.
3. Secara formal pendirian Yayasan harus dengan akta Notaris (Pasal 9 ayat (2) UUY).
4. Yayasan sebagai Badan Hukum (Pasal 1 UUY) setelah memperoleh pengesahan dari Menteri (Pasal 11 UUY-P).
5. Perbuatan hukum yang dilakukan Pengurus atas nama Yayasan sebelum Yayasan memperoleh status Badan
Hukum menjadi tanggungjawab Pengurus secara tanggung renteng (Pasal 13 A UUY-P).(tanggung jawab
pribadi)
6. Yayasan dapat mendirikan atau turut serta melakukan kegiatan usaha guna mencapai maksud dan tujuannya
serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan/atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku, penyertaan tersebut paling banyak 25 % dari seluruh nilai kekayaan Yayasan (Pasal 3 ayat (1) dan
Pasal 7 ayat (1) dan (2) serta Pasal 8 UUY).
7. Kekayaan Yayasan dilarang dialihkan atau dibagikan kepada Or¬gan Yayasan, karyawan atau pihak lain yang
mempunyai kepen¬tingan terhadap Yayasan baik langsung maupun tidak langsung atau bentuk lain yang
dapat dinilai dengan uang (Pasal 5 UUY-P)
Prinsip Hukum dari Yayasan
8. Pengurus Yayasan menerima gaji, upah atau honorarium yang ditetapkan oleh Pembina sesuai dengan kemampuan kekayaan
Yayasan (Pasal 5 ayat (2) YYU-P), dengan batasan:
a. Pengurus yang bersangkutan bukan pendiri Yayasan dan ti¬dak terafiliasi dengan organ Yayasan.
b. Melaksanakan kepengurusan Yayasan secara langsung dan penuh.
9. Maksud dan tujuan Yayasan tidak dapat diubah (Pasal 17 UUY).
10. Anggaran dasar Yayasan dapat diubah berdasarkan keputusan Rapat Pembina apabila dihadiri oleh 2/3 dari jumlah anggota
Pembina (Pasal 18 ayat (2) UUY).
11. Tidak diperkenankan adanya rangkap jabatan dalam organ Yayasan.
12. Jabatan dalam Yayasan (sebagai Pembina, Pengawas, Pengurus) secara pribadi/perorangan) atau tidak dalam kapasitas jabatan
tertentu (ex officio).
13. Bila terjadi ultra vires atau perbuatan melawan hukum, maka anggota pengurus Yayasan bertanggungjawab secara pribadi atas
kerugian tersebut, baik terhadap Yayasan maupun pihak ketiga (Pasal 35 ayat (5) UUY).
14. Jika Yayasan dilikuidasi, maka sisa hasil likuidasi diserahkan kepada Yayasan lain yang mempunyai maksud dan tujuan sama dengan
Yayasan yang bubar apabila hal tersebut diatur dalam undang-undang mengenai badan hukum tersebut (Pasal 68 ayat (1) UUY dan
Pasal 68 ayat (1) dan (2) UUY-P), jika tidak dilakukan seperti itu, maka sisa kekayaan tersebut diserahkan kepada negara dan
penggunaannya dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan tersebut (Pasal 68 ayat (2) UUY dan Pasal 68 ayat (3) UUY-P).
15. Setiap organ Yayasan yang melakukan pengalihan atau mem¬ba¬gikan secara langsung atau tidak langsung kekayaan Yayasan
kepada organ Yayasan, karyawan atau pihak lain yang mem¬pu¬nyai kepentingan Yayasan dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan pidana tambahan berupa kewa¬jiban mengembalikan uang, barang atau kekayaan Yayasan yang dialihkan
atau dibagikan tersebut (Pasal 70 ayat (1) dan (2) UUY).
16. Yayasan tidak dapat dialihkan (diwariskan/jual beli/hibah).
Organ-organ Yayasan

Pembina Pengurus Pengawas

UU YAYASAN TIDAK MEMBERI PELUANG UNTUK LAHIRNYA ORGAN BARU DALAM YAYASAN, MESKIPUN
DALAM HAL INI UUY MENGENAL ISTILAH PENDIRI, YAITU SEBAGAI SUBYEK HUKUM (ORANG ATAU
BADAN HUKUM) YANG MENDIRIKAN YAYASAN, TAPI PENDIRI INI BUKAN ORGAN YAYASAN, YANG
MENURUT PASAL 28 AYAT (3) UUY PENDIRI DAPAT DIBERI KEDUDUKAN SEBAGAI PEMBINA YAYASAN.
Organ-organ Yayasan

Pembina Pengurus Pengawas

Pengurus dan Pengawas merupakan organ Yayasan yang ditentukan masa jabatannya. Sementara
untuk Pembina, tidak ditentukan masa jabatannya. Akan berakhir apabila ybs mengundurkan diri
atau meninggal dunia
Pembina
• Pembina dalam yayasan memiliki kedudukan tertinggi dimana pengawas sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 yang berbunyi:
Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada
pengurus atau pengawas oleh undang-undang ini atau anggaran dasar. Kewenangan         yang
diberikan kepada pembina adalah kewenangan yang benar, karena pada umumnya pembina
adalah pendiri yayasan tersebut.
• Namun perlu diperhatikan, Pembina tidak boleh turut campur dalam pengelolaan dan
pengurusan Yayasan
• Kewenangan Pembina, meliputi:
• Kebutuhan mengenai perubahan Anggaran Dasar
• Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan pengawas
• Penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran dasar yayasan
• Penyelesaian program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan
• Penetapan keputusan mengenai penggabungan dan peleburan
Pengurus
• Pengurus adalah organ dalam yayasan yang melaksanakan kegiatan/
pengurusan yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1)
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001. Adapun guna menjalankan
kegiatan pengurus, maka organ pengurus terbagi atas:
• Ketua
• Sekretaris
• Bendahara
Pengawas
• Pengawas adalah organ dalam yayasan yang diberikan tugas untuk
melaksanakan pengawasan serta memberi nasehat kepada pengurus
dalam menjalankan kegiatan yayasan tentang pengertian pengawas
yayasan ini termuat dalam Pasal 40 Undang-undang Nomor 16 Tahun
2001. Pengawas di dalam menjalankan tugasnya wajib dengan itikad
baik dengan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk
kepentingan yayasan seperti yang dimuat dalam Pasal 40 Undang-
undang Nomor 16 Tahun 2001.
Pendirian Yayasan
• Dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
disebutkan, yayasan dapat didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan
harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal. Yang dimaksud dengan orang
pada pasal ini adalah orang perseorangan dan badan hukum.
• Berarti yayasan hanya bisa didirikan oleh orang perseorangan saja atau boleh badan
hukum saja. Makna dari memisahkan harta kekayaan pendirinya menunjukkan
bahwa pendiri bukanlah pemilik yayasan karena telah sejak awal semula
memisahkan sebagian dari kekayan pendirinya menjadi milik yayasan.
• Pendirian yayasan dilakukan dengan Akta Notaris dan dibuat dalam Bahasa
Indonesia, hal ini sudah ditentukan tegas dalam Pasal 9 ayat (2) Undang-undang
Nomor 16 Tahun 2001, sehingga pembuatan akta secara notarial adalah syarat
mutlak yang ha.p\rus dipenuhi dengan memenuhi segala ketentuan notaris dalam
pembuatan akta, baik pembacaan, waktu, wilayah kewenangan notaris maupun
penandatanganan. 
Pendirian Yayasan
• Pendirian Yayasan bukan bersifat Perjanjian, karena jika bersifat Perjanjian seperti pada pendirian
Perseroan Terbatas (PT), jika PT dibubarkan, maka saham/harta kekayaan/asset yang ada/tersisa
dapat diberikan/dibagikan kepada para pemegang saham, sedangkan pada Yayasan jika dibubarkan,
maka harta kekayaan/aset yang ada/tersisa harus diberikan/diserahkan kepada Yayasan lain yang
mempunyai maksud dan tujuan sama dengan Yayasan yang bubar tersebut (Pasal 68 ayat (1) UUY)
atau diserahkan kepada Negara dan penggunaannya dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan
Yayasan tersebut (Pasal 68 ayat (2) UUY).
• Jika Yayasan didirikan oleh Subyek Hukum Orang/manusia, untuk pemisahan harta kekayaan dari
para pendiri yang berasal dari harta bersama (harta bergerak atau tidak bergerak) harus ada
Persetujuan secara tertulis dari pasangan kawan-kawinnya, jika berasal dari warisan harus ada
Persetujuan secara tertulis dari para ahli warisnya.
• Jika Yayasan didirikan oleh Subyek Hukum Badan Hukum Perdata, untuk pemisahan harta kekayaan
dari para pendiri (Badan Hukum Perdata) yang berasal dari harta bersama (harta bergerak atau tidak
bergerak) harus ada Persetujuan secara tertulis dari institusi yang tersebut dalam anggaran dasar
badan hukum perdata tersebut.
Pendiri Yayasan bukan Pemilik Yayasan
• Subyek Hukum yang mendirikan Yayasan bukan pemilik Yayasan.
Maka Yayasan yang telah berbadan hukum menjadi milik masyarakat,
dan masyarakat akan memperoleh guna dan manfaat dari maksud
dan tujuan tersebut. Oleh karena itu sangat tidak perlu jika Subyek
Badan Hukum Publik mendirikan Yayasan, karena menurut Pasal 1
angka 1 UU No. 1/2004, harta kekayaan termasuk investasi dan
kekayaan Yayasan yang akan tetap berkedudukan sebagai milik Subyek
Badan Hukum Publik tersebut, sedangkan dalam Yayasan tidak bisa
dimiliki oleh pendirinya, tapi oleh masyarakat.
Bolehkah Yayasan membagikan keuntungan?
• Asas Yayasan bersifat non profit, tidak untuk mencari keuntungan.
• Asas tersebut juga terlihat pada Pasal 3 ayat (2) yang menyebutkan bahwa yayasan
tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada Pembina, Pengurus, dan
Pengawas ini artinya ketiga organ yayasan tersebut tidak boleh mencari keuntungan
dengan menggunakan lembaga yayasan. Sejalan dengan asas nirlaba atau non
profit tersebut, dapat diketahui bahwa yayasan bukan sebagai perusahaan. Yayasan
dalam menjalankan kegiatannya tidak mencari keuntungan, sedang perusahaan
secara nyata bertujuan mencari keuntungan.           Dalam yayasan tidak mengenal
modal, tetapi istilahnya adalah kekayaan. Kekayaan tidak digunakan untuk proses
produksi atau perdagangan, melainkan digunakan untuk kepentingan kegiatan di
bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Selain itu dalam yayasan tidak
mengenal adanya laba dan tidak ada pembagian laba kepada pengurus yayasan.   
Yayasan Mendirikan Usaha?
• Yayasan boleh mendirikan badan usaha, dasar hukumnya adalah Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang
Yayasan yang menyebutkan, yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian
maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan
usaha. Kemudian ketentuan tersebut tampak dipertegas dalam Pasal 7 ayat (1) yang berbunyi,
yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan.
• Kiranya menjadi jelas bahwa yayasan dalam kegiatannya boleh dan patut melaksanakan aktifitas
komersial seperti halnya perusahaan biasa, akan tetapi surplus atau keuntungan yang diperolehnya
diperuntukkan bagi pencapaian maksud dan tujuan di bidang sosial, keagamaan amupun
kemanusiaan. Dengan demikian, makna nirlaba atau non profit menjadi jelas bahwa surplus atau
keuntungan yayasan tidak boleh di distribusikan atau dibagikan kepada siapapun, tetapi
diperuntukkan untuk kepentingan yayasan sendiri dalam mencapai maksud dan tujuannya.
• Mendirikan badan usaha artinya mendirikan perusahaan. Yayasan mendirikan perusahaan, dengan
maksud perusahaan itu yang mencari keuntungan. Yayasan mencari keuntungan melalui perusahaan
yang didirikan. Yayasan berkedudukan sebagai pendiri perusahaan. Yayasan tidak mengurus atau
mengelola langsung perusahaan. Perusahaan diurus oleh pihak lain dalam menjalankan usahanya.
Bagaimana keuntungan dari hasil usaha
tersebut?
• Mengenai hasil usaha atau keuntungan perusahaan yang diberikan kepada yayasan
menjadi milik yayasan atau kekayaan yayasan. Oleh karena menjadi milik yayasan,
maka sejalan dengan itu Pasal 3 ayat (2) melarang, bahwa yayasan tidak boleh
membagikan hasil kegiatan usaha itu kepada Pembina, Pengurus, dan Pengawas. Ini
untuk menghindari agar jangan sampai anggota yayasan memanfaatkan
kesempatan untuk mencari keuntungan pribadi dari hasil keuntungan perusahaan.
• Disamping itu terdapat larangan pengalihan harta yayasan dalam Pasal 5 ayat (1)
yaitu, bahwa kekayaan yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain
yang diperoleh yayasan berdasarkan Undang-Undang Yayasan, dilarang dialihkan
atau dibagikan secara langsung, baik dalam bentuk gaji, upah maupun honorarium,
atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada Pembina, Pengurus, dan
Pengawas.
Peraturan Teknis Pendirian Yayasan
• Tercantum dalam
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016
TENTANG TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGESAHAN
BADAN HUKUM DAN NPERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
SERTA PENYAMPAIN PEMBERITAHUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
DAN PERUBAHAN DATA YAYASAN
Bolehkah Menggunakan Mukadimah?
• Dalam praktek pendirian Yayasan tidak jarang pula para penghadap/pendiri meminta agar dalam akta pendiriannya memakai Mukadimah
sebagai kalimat pembuka yang berisi niat atau alasan kenapa Yayasan tersebut didirikan. Apakah hal ini diperbolehkan..?
• Dalam akta pendirian Yayasan telah mencantumkan yang wajib ada dalam anggaran dasar Yayasan, sebagaiman ditentukan dalam Pasal 14 UUY,
yaitu :
(1) Akta pendirian memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain yang dianggap perlu.

• (2) Anggaran Dasar Yayasan sekurang-kurangnya memuat:


a. nama dan tempat kedudukan;
b. maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut;
c. jangka waktu pendirian;
d. jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri dalam bentuk uangatau benda;
e. cara memperoleh dan penggunaan kekayaan;
f. tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian anggota Pembina, Pengurus dan Pengawas;
g. hak dan kewajiban anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas;
h. tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan;
i. ketentuan mengenai perubahan Anggaran Dasar;
j. penggabungan dan pembubaran Yayasan; dan
k. Penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan Yayasan setelah pembubaran.

(3) Keterangan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuat sekurang-kurangnya nama, alamat, pekerjaan, tempat dan tanggal lahir, serta
kewarganegaraan Pendiri, Pembina,Pengurus, dan Pengawas.

(4) Jumlah minimum harta kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi Pendirisebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.

Jika para penghadap/pendiri menganggap perlu dan menginginkan adanya Mukadimah tersebut dapat saja dilakukan, dengan alasan seperti
tersebut dalam Pasal 14 ayat (1) UUY sebagai keterangan lain yang dianggap perlu.

Anda mungkin juga menyukai