YAYASAN
Kuliah III dan IV : Pembuatan Akta Badan Hukum Non PT dan Non Badan Hukum
UU YAYASAN TIDAK MEMBERI PELUANG UNTUK LAHIRNYA ORGAN BARU DALAM YAYASAN, MESKIPUN
DALAM HAL INI UUY MENGENAL ISTILAH PENDIRI, YAITU SEBAGAI SUBYEK HUKUM (ORANG ATAU
BADAN HUKUM) YANG MENDIRIKAN YAYASAN, TAPI PENDIRI INI BUKAN ORGAN YAYASAN, YANG
MENURUT PASAL 28 AYAT (3) UUY PENDIRI DAPAT DIBERI KEDUDUKAN SEBAGAI PEMBINA YAYASAN.
Organ-organ Yayasan
Pengurus dan Pengawas merupakan organ Yayasan yang ditentukan masa jabatannya. Sementara
untuk Pembina, tidak ditentukan masa jabatannya. Akan berakhir apabila ybs mengundurkan diri
atau meninggal dunia
Pembina
• Pembina dalam yayasan memiliki kedudukan tertinggi dimana pengawas sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 yang berbunyi:
Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada
pengurus atau pengawas oleh undang-undang ini atau anggaran dasar. Kewenangan yang
diberikan kepada pembina adalah kewenangan yang benar, karena pada umumnya pembina
adalah pendiri yayasan tersebut.
• Namun perlu diperhatikan, Pembina tidak boleh turut campur dalam pengelolaan dan
pengurusan Yayasan
• Kewenangan Pembina, meliputi:
• Kebutuhan mengenai perubahan Anggaran Dasar
• Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan pengawas
• Penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran dasar yayasan
• Penyelesaian program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan
• Penetapan keputusan mengenai penggabungan dan peleburan
Pengurus
• Pengurus adalah organ dalam yayasan yang melaksanakan kegiatan/
pengurusan yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1)
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001. Adapun guna menjalankan
kegiatan pengurus, maka organ pengurus terbagi atas:
• Ketua
• Sekretaris
• Bendahara
Pengawas
• Pengawas adalah organ dalam yayasan yang diberikan tugas untuk
melaksanakan pengawasan serta memberi nasehat kepada pengurus
dalam menjalankan kegiatan yayasan tentang pengertian pengawas
yayasan ini termuat dalam Pasal 40 Undang-undang Nomor 16 Tahun
2001. Pengawas di dalam menjalankan tugasnya wajib dengan itikad
baik dengan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk
kepentingan yayasan seperti yang dimuat dalam Pasal 40 Undang-
undang Nomor 16 Tahun 2001.
Pendirian Yayasan
• Dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
disebutkan, yayasan dapat didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan
harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal. Yang dimaksud dengan orang
pada pasal ini adalah orang perseorangan dan badan hukum.
• Berarti yayasan hanya bisa didirikan oleh orang perseorangan saja atau boleh badan
hukum saja. Makna dari memisahkan harta kekayaan pendirinya menunjukkan
bahwa pendiri bukanlah pemilik yayasan karena telah sejak awal semula
memisahkan sebagian dari kekayan pendirinya menjadi milik yayasan.
• Pendirian yayasan dilakukan dengan Akta Notaris dan dibuat dalam Bahasa
Indonesia, hal ini sudah ditentukan tegas dalam Pasal 9 ayat (2) Undang-undang
Nomor 16 Tahun 2001, sehingga pembuatan akta secara notarial adalah syarat
mutlak yang ha.p\rus dipenuhi dengan memenuhi segala ketentuan notaris dalam
pembuatan akta, baik pembacaan, waktu, wilayah kewenangan notaris maupun
penandatanganan.
Pendirian Yayasan
• Pendirian Yayasan bukan bersifat Perjanjian, karena jika bersifat Perjanjian seperti pada pendirian
Perseroan Terbatas (PT), jika PT dibubarkan, maka saham/harta kekayaan/asset yang ada/tersisa
dapat diberikan/dibagikan kepada para pemegang saham, sedangkan pada Yayasan jika dibubarkan,
maka harta kekayaan/aset yang ada/tersisa harus diberikan/diserahkan kepada Yayasan lain yang
mempunyai maksud dan tujuan sama dengan Yayasan yang bubar tersebut (Pasal 68 ayat (1) UUY)
atau diserahkan kepada Negara dan penggunaannya dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan
Yayasan tersebut (Pasal 68 ayat (2) UUY).
• Jika Yayasan didirikan oleh Subyek Hukum Orang/manusia, untuk pemisahan harta kekayaan dari
para pendiri yang berasal dari harta bersama (harta bergerak atau tidak bergerak) harus ada
Persetujuan secara tertulis dari pasangan kawan-kawinnya, jika berasal dari warisan harus ada
Persetujuan secara tertulis dari para ahli warisnya.
• Jika Yayasan didirikan oleh Subyek Hukum Badan Hukum Perdata, untuk pemisahan harta kekayaan
dari para pendiri (Badan Hukum Perdata) yang berasal dari harta bersama (harta bergerak atau tidak
bergerak) harus ada Persetujuan secara tertulis dari institusi yang tersebut dalam anggaran dasar
badan hukum perdata tersebut.
Pendiri Yayasan bukan Pemilik Yayasan
• Subyek Hukum yang mendirikan Yayasan bukan pemilik Yayasan.
Maka Yayasan yang telah berbadan hukum menjadi milik masyarakat,
dan masyarakat akan memperoleh guna dan manfaat dari maksud
dan tujuan tersebut. Oleh karena itu sangat tidak perlu jika Subyek
Badan Hukum Publik mendirikan Yayasan, karena menurut Pasal 1
angka 1 UU No. 1/2004, harta kekayaan termasuk investasi dan
kekayaan Yayasan yang akan tetap berkedudukan sebagai milik Subyek
Badan Hukum Publik tersebut, sedangkan dalam Yayasan tidak bisa
dimiliki oleh pendirinya, tapi oleh masyarakat.
Bolehkah Yayasan membagikan keuntungan?
• Asas Yayasan bersifat non profit, tidak untuk mencari keuntungan.
• Asas tersebut juga terlihat pada Pasal 3 ayat (2) yang menyebutkan bahwa yayasan
tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada Pembina, Pengurus, dan
Pengawas ini artinya ketiga organ yayasan tersebut tidak boleh mencari keuntungan
dengan menggunakan lembaga yayasan. Sejalan dengan asas nirlaba atau non
profit tersebut, dapat diketahui bahwa yayasan bukan sebagai perusahaan. Yayasan
dalam menjalankan kegiatannya tidak mencari keuntungan, sedang perusahaan
secara nyata bertujuan mencari keuntungan. Dalam yayasan tidak mengenal
modal, tetapi istilahnya adalah kekayaan. Kekayaan tidak digunakan untuk proses
produksi atau perdagangan, melainkan digunakan untuk kepentingan kegiatan di
bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Selain itu dalam yayasan tidak
mengenal adanya laba dan tidak ada pembagian laba kepada pengurus yayasan.
Yayasan Mendirikan Usaha?
• Yayasan boleh mendirikan badan usaha, dasar hukumnya adalah Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang
Yayasan yang menyebutkan, yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian
maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan
usaha. Kemudian ketentuan tersebut tampak dipertegas dalam Pasal 7 ayat (1) yang berbunyi,
yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan.
• Kiranya menjadi jelas bahwa yayasan dalam kegiatannya boleh dan patut melaksanakan aktifitas
komersial seperti halnya perusahaan biasa, akan tetapi surplus atau keuntungan yang diperolehnya
diperuntukkan bagi pencapaian maksud dan tujuan di bidang sosial, keagamaan amupun
kemanusiaan. Dengan demikian, makna nirlaba atau non profit menjadi jelas bahwa surplus atau
keuntungan yayasan tidak boleh di distribusikan atau dibagikan kepada siapapun, tetapi
diperuntukkan untuk kepentingan yayasan sendiri dalam mencapai maksud dan tujuannya.
• Mendirikan badan usaha artinya mendirikan perusahaan. Yayasan mendirikan perusahaan, dengan
maksud perusahaan itu yang mencari keuntungan. Yayasan mencari keuntungan melalui perusahaan
yang didirikan. Yayasan berkedudukan sebagai pendiri perusahaan. Yayasan tidak mengurus atau
mengelola langsung perusahaan. Perusahaan diurus oleh pihak lain dalam menjalankan usahanya.
Bagaimana keuntungan dari hasil usaha
tersebut?
• Mengenai hasil usaha atau keuntungan perusahaan yang diberikan kepada yayasan
menjadi milik yayasan atau kekayaan yayasan. Oleh karena menjadi milik yayasan,
maka sejalan dengan itu Pasal 3 ayat (2) melarang, bahwa yayasan tidak boleh
membagikan hasil kegiatan usaha itu kepada Pembina, Pengurus, dan Pengawas. Ini
untuk menghindari agar jangan sampai anggota yayasan memanfaatkan
kesempatan untuk mencari keuntungan pribadi dari hasil keuntungan perusahaan.
• Disamping itu terdapat larangan pengalihan harta yayasan dalam Pasal 5 ayat (1)
yaitu, bahwa kekayaan yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain
yang diperoleh yayasan berdasarkan Undang-Undang Yayasan, dilarang dialihkan
atau dibagikan secara langsung, baik dalam bentuk gaji, upah maupun honorarium,
atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada Pembina, Pengurus, dan
Pengawas.
Peraturan Teknis Pendirian Yayasan
• Tercantum dalam
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016
TENTANG TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGESAHAN
BADAN HUKUM DAN NPERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
SERTA PENYAMPAIN PEMBERITAHUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
DAN PERUBAHAN DATA YAYASAN
Bolehkah Menggunakan Mukadimah?
• Dalam praktek pendirian Yayasan tidak jarang pula para penghadap/pendiri meminta agar dalam akta pendiriannya memakai Mukadimah
sebagai kalimat pembuka yang berisi niat atau alasan kenapa Yayasan tersebut didirikan. Apakah hal ini diperbolehkan..?
• Dalam akta pendirian Yayasan telah mencantumkan yang wajib ada dalam anggaran dasar Yayasan, sebagaiman ditentukan dalam Pasal 14 UUY,
yaitu :
(1) Akta pendirian memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain yang dianggap perlu.
(3) Keterangan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuat sekurang-kurangnya nama, alamat, pekerjaan, tempat dan tanggal lahir, serta
kewarganegaraan Pendiri, Pembina,Pengurus, dan Pengawas.
(4) Jumlah minimum harta kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi Pendirisebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
Jika para penghadap/pendiri menganggap perlu dan menginginkan adanya Mukadimah tersebut dapat saja dilakukan, dengan alasan seperti
tersebut dalam Pasal 14 ayat (1) UUY sebagai keterangan lain yang dianggap perlu.