diberlakukan sebagai badan hukum, namun status yayasan sebagai Badan Hukum
dipandang masih lemah, karena tunduk pada aturan – aturan yang bersumber dari
berlindung dibalik status Badan Hukum Yayasan, yang tidak hanya digunakan
melainkan juga adakalanya bertujuan untuk memperkaya diri para Pendiri, Pengurus,
dan Pengawas. Pada hal peranan yayasan di sektor sosial, pendididkan, dan agama
sangat menonjol, tetapi tidak ada satu Undang – Undang pun yang mengatur secara
menampung kekayaan para pendiri atau pihak lain, bahkan yayasan dijadikan tempat
untuk memperkaya para pengelola yayasan. Yayasan tidak lagi bersifat nirlaba,
namun yayasan digunakan untuk usaha – usaha bisnis dan komersial dengan segala
aspek manifestasinya.
Dengan ketiadaan peraturan yang jelas ini, maka semakin berkembang dan
diimbangi dengan pertumbuhan Undang - Undang yang mengatur bagi yayasan itu
pengertian yayasan secara sendiri – sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
mereka.
berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan dan
Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan yang mulai berlaku 1
(satu) tahun kemudian terhitung sejak tanggal diundangkan yaitu tanggal 6 Agustus
2002. Kemudian pada tanggal 6 Oktober 2004 melalui Lembaran Negara Republik
18
Rochmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, PT.Eresco, Bandung,
1993, halaman 165.
Cepatnya perubahan atas Undang – Undang yang mengatur tentang Yayasan ini
menunjukkan bahwa masalah yayasan tidak sederhana dan badan hukum ini memang
Undang Nomor 16 Tahun 2001. Perubahan ini hanya sekedar mengubah sebagian
Pasal – Pasal dari Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001. Jadi Undang – Undang
Nomor 28 Tahun 2004 tidak mengubah seluruh Pasal yang ada didalam Undang –
hukum serta mengembalikan fungsi yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka
yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat
formal yang ditentukan dalam undang – undang ini dan diharapkan akan menjadi
Nomor 28 Tahun 2004 ada, tidak ada yang mengatur tentang badan hukum yayasan,
yayasan seperti Pasal 365, Pasal 899, Pasal 900, Pasal 1680 KUHPerdata.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia istilah Yayasan adalah badan atau
organisasi yang bergerak dibidang sosial, keagamaan dan pendidikan yang bertujuan
Yayasan dalam Bahasa Belanda disebut dengan Stichting, adalah suatu badan
hukum yang berbeda dengan badan hukum perkumpulan atau Perseroan Terbatas,
dimana dalam yayasan tidak mempunyai anggota atau persero, yayasan adalah badan
perkumpulan yang dapat memiliki hak – hak dan melakukan perbuatan seperti
menerima serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat, dan menggugat di muka
hakim. 19
Menurut Teori Fiksi yang dipelopori oleh Sarjana Von Savigny, bahwa hanya
manusia saja yang mempunyai kehendak. Menurut alam manusia selalu subjek
hukum, tetapi orang menciptakan dalam bayangannya badan hukum selalu subjek
hukum diperhitungkan sama dengan manusia, jadi orang bersikap seolah – olah ada
subjek hukum yang lain, tetapi wujud yang tidak riil itu tidak dapat melakukan
19
Handri Raharjo, Hukum Perusahaan, Penerbit Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, halaman
18
menjadi suatu subjek dari hubungan hukum sebab hukum memberi hak – hak kepada
hukum semata – mata hanya buatan pemerintah atau negara. Kecuali negara badan
hukum itu fiksi yakni suatu yang sebenarnya tidak ada tetapi orang menghidupkannya
kekayaan sendiri yang bersal dari suatu perbuatan pemisahan, mempunyai tujuan
hukum pemisahan.
sebagai berikut :
20
ibid
21
H.P.Pangabean, Praktik Peradilan Menangani Kasus Aset Yayasan ( Termasuk Aset
Lembaga Keagamaan) & Upaya Penanganan Sengketa Melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2002, halaman 10.
pengadilan.
e. Bahwa yayasan tersebut mempunyai harta sendiri, antara lain harta benda hibah
badan hukum atau bukan badan hukum sehingga dalam masyarakat terdapat
penafsiran bahwa yayasan merupakan badan hukum atau penafsiran yayasan bukan
badan hukum. Berdasarkan Yurisprudensi tersebut diatas sudah jelas bahwa yayasan
merupakan badan hukum, tetapi yang belum jelas adalah bagaimana tata cara
menurut hukum yang harus dipenuhi oleh yayasan untuk mendirikan yayasan dan
biasanya dilakukan dengan akta notaris. Kekayaan yang dipisahkan dari milik para
pendiri atau pengurus yayasan yang bersangkutan. Kebiasaan yang terjadi akta notaris
Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 telah menegaskan bahwa yayasan adalah
sebagai Badan Hukum. Pasal 1 angka (1) Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2001
dengan tegas menyatakan bahwa yayasan adalah suatu badan hukum yang terdiri atas
ketentuan tertulis ini telah secara jelas menyatakan Yayasan adalah badan hukum
Jika kita melihat pasal 1 angka (1) Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
tentang Yayasan, yayasan mempunyai unsur – unsur sebagai berikut bahwa yayasan
adalah badan hukum yang terdiri atas harta kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan
Harta kekayaan itu digunakan untuk kepentingan tujuan yayasan dibidang sosial,
bahwa pendiri yayasan bukanlah pemilik yayasan. Pendiri yayasan telah memisahkan
kekayaaannya untuk menjadi milik yayasan, sehingga pendiri tidak terikat lagi dan
tidak lagi memiliki hak atas kekayaan yang telah menjadi milik yayasan itu.
dibagikan kepada organ yayasan. 22 Jadi disini menjelaskan juga bahwa organ yayasan
bukan pemilik yayasan. Jadi kekayaan tersebut harus dipakai untuk mewujudkan
tujuan yayasan. Dimana tujuan yayasan itu sendiri diarahkan untuk kepentingan
proses yaitu diperolehnya pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia
23 24
dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Dengan
dilaksanakan pengesahan dari Menteri Hukum Dan Hak Azasi Manusia maka
resmilah yayasan sebagai Badan Hukum karena ini merupakan sayarat mutlak
sehingga badan hukum itu tidak bertentangan dengan Perundang – Undangan yang
ada, kebenaran isi akta pendirian termasuk permodalan, hal ini dimaksudkan agar
Dari keterangan diatas jelas terlihat bahwa yayasan menjadi badan hukum
karena paksaan dari negara yaitu seperti terlihat pada Undang – Undang pada Pasal 1
angka (1) Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 yang mengatakan bahwa
Yayasan adalah badan hukum, hal ini sesuai apa yang dikemukakan oleh tiori fiksi
yang dipelopori oleh Von Savigni yang mengatakan bahwa badan hukum adalah
22
Pasal 3 ayat (2) dan ayat (5) Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004
23
Pasal 11 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004.
24
Pasal 24 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004.
berbadan hukum.
B. Pendirian Yayasan
Yayasan adalah kumpulan dari sejumlah orang yang terorganisasi dan dilihat
dari segi kegiatannya, lebih tampak sebagai lembaga sosial. Dari sejak awal, sebuah
yayasan didirikan bukan untuk tujuan komersial atau untuk mencari keuntungan, akan
tetapi tujuannya tidak lebih dari membantu atau meningkatkan kesejahteraan hidup
orang lain.
menginginkan adanya wadah atau lembaga yang bersifat dan bertujuan sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan. Dengan adanya yayasan, maka segala keinginan sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan, itu diwujudkan di dalam suatu lembaga yang diakui
berbagai kontroversi sebab yayasan yang pada dasarnya bertujuan untuk kepentingan
hukum. Yayasan yang demikian, umumnya telah menyimpang dari maksud dan
25
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi,Hukum Yayasan Di Indonesia, Abadi,
Jakarta,2003,halaman 1
difokuskan pada usaha yang bersifat sosial dan kemanusiaan itu dibelokkan arahnya
Dengan mengejar keuntungan, Yayasan itu umumnya tidak segan untuk melakukan
mengakibatkan tujuan aslinya menjadi kabur, salah arah, dan hampir – hampir tidak
terkendali. Tampak disini yayasan digunakan untuk menjalankan usaha bisnis dan
Dengan ketiadaan peraturan yang jelas ini, maka semakin berkembang dan
tidak diimbangi dengan pertumbuhan peraturan dan pranata yang memadai bagi
menafsirkan pengertian yayasan secara sendiri – sendiri sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan mereka.
berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan dan
akutabilitas kepada masyarakat, maka pada tanggal 6 Agustus 2001 disahkan Undang
– Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 yang mulai berlaku sejak tanggal 6
Agustus 2002 dan diubah dengan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004, yang
diundangkan pada tanggal 6 Oktober 2004 dan berlaku sejak tanggal 6 Oktober 2005.
kepastian dan ketertiban hukum, serta memberikan pemahaman yang benar kepada
sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu dibidang sosial,
yayasan dan peran suatu badan usaha yang didirikan, dalam hal ini yayasan sebagai
pemegang saham dalam suatu badan usaha tersebut karena adanya penyertaan modal
maksimal 25% dari kekayaan yayasan, agar tidak terjadi benturan kepentingan dan
tumpang tindih kepentingan, terlebih bila terjadi masalah yang timbul jika ada
Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan jelas menegaskan bahwa Yayasan
Pada pasal 3, Pasal 7 dan Pasal 8 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
suatu badan usaha. Pasal 3 ayat (1) Undang – Undang Nomor 16 tahun 2001
menyebutkan :
26
L.Boedi Wahyono dan Suyud Margono, Hukum Yayasan Antara Fungsi Kariatif Atau
Komersial, CV. Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta,2001,Halaman 8
tidak diubah tetapi penjelasan pasal ini mempertegas bahwa yayasan tidak dapat
digunakan sebagai wadah usaha. Dengan perkataan lain yayasan tidak dapat langsung
melakukan kegiatan usaha, tetapi harus melalui badan usaha yang didirikannya atau
Dari pasal diatas dapat disimpulkan bahwa yayasan harus bertujuan sosial,
asalkan laba yang diperoleh dari hasil usaha tersebut dipergunakan dan diperuntukkan
untuk tujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Usaha yang memperoleh laba ini
diperlukan agar yayasan tidak tergantung selamanya pada bantuan dan sumbangan
pihak lain. 27
”Kegiatan usaha dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1) harus sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan serta tidak bertentangan
dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau peraturan perundang –
undangan yang berlaku.”
27
Chatamarrasjid Ais, Op. Cit, halaman 51
penjelasan itu, kita dapat menyatakan bahwa tujuan dari sebuah yayasan adalah
kemanusiaan ini, sering kali dikaitkan dengan pengertian charity atau sosial
Advancement Of religion), dan tujuan – tujuan lain untuk kepentingan umum (And
bagi publik umumnya. Jadi, suatu sumbangan atau kegiatan bersifat charitable (
tidak semata – mata untuk mencari laba, seperti yayasan yang mengusahakan
28
Ningrum N Sirait,, Diktat Mata Kuliah Hukum Perusahaan ,Magister Kenotariatan
Usu,2008
poliklinik berbentuk yayasan, namun jika dilihat dari kegiatan usahanya, rumah sakit
atau poliklinik ditujukan juga untuk mencari laba, namun tujuan yayasan itu bersifat
sosial dan kemanusiaan. Jadi disini rumah sakit tidak dapat dikatagorikan untuk
mencari keuntungan tetapi bertujuan untul sesuatu yang idiil atau filantropis atau
menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan. 29 Contoh lain dalam pencapaian nilai
philantropis pada yayasan adalah melalui yayasan yang dirikan oleh perusahaan atau
Perusahaanlah yang menyediakan modal awal, dana rutin atau dana abadi pada
yayasan yang didirikannya. Yayasan ini lah yang menjalankan program CSR
pemerataan sosial.
Dalam Pasal 3 ayat (1) Undang – undang Nomor 16 Tahun 2001, diterangkan
bahwa kegiatan usaha yayasan penting dilakukan dalam rangka tercapainya maksud
dan tujuan yayasan. Agar yayasan bisa melakukan kegiatan usaha, yayasan
memerlukan wadah atau sarana. Untuk itu, yayasan diperbolehkan mendirikan badan
29
Edi Suharto,Pekerjaan Sosial Industri,CSR Dan ComDev,
Http://pkbl.bumn.go.id/file/PSICSR ComDev-edi%20suharto.pdf.
usaha, yayasan harus mengutamakan pendirian badan usaha yang memenuhi hajat
hidup orang banyak, misalnya badan usaha yang bergerak dibidang penanganan Hak
hidup, kesehatan dan ilmu pengetahuan dapat kita lihat bahwa disini bidang – bidang
usaha tersebut selalu berorientasi pada kepentingan publik. Di samping itu, dalam
hal berikut yaitu : badan usaha tersebut tidak boleh bertentangan dengan kepentingan
umum, badan usaha tidak melanggar kesusilaan, badan usaha itu tidak melanggar
aturan dan ketentuan yang berlaku pada Pasal 8 Undang – Undang Nomor 16 Tahun
2001.
Undang Nomor 28 Tahun 2004, belum ada keseragaman tentang cara mendirikan
kerena belum ada peraturan Undang – Undang yang mengatur tentang cara
mendirikan yayasan.
pengakuan (akta) diantara para pendirinya, atau dengan surat hibah/wasiat yang
dibuat dihadapan notaris. Dalam surat – surat itu ditentukan maksud dan tujuan,
nama, susunan dan badan pengurus, juga adanya kekayaan yang mewujudkan
a. Aspek material
i. harus ada suatu pemisahan kekayaan
ii. suatu tujuan yang jelas
iii. ada organisasi ( nama,susunan dan badan pengurus )
b. aspek formal, pendirian yayasan dengan akta otentik 31
didirikan selalu dengan akta notaris, baik yayasan yang didirikan oleh pihak swasta
atau oleh pemerintah. Yayasan yang didirikan oleh badan – badan pemerintah
dilakukan dengan suatu surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk itu atau
dengan akta notaris sebagai syarat terbentuknya suatu yayasan. Namun para pengurus
dari yayasan tersebut tidak diwajibkan untuk mendaftarkan dan mengumumkan akta
pada saat itu. Ketiadaan aturan ini menimbulkan ketidak seragaman di dalam
pendirian yayasan.
didaftarkan sebagai badan hukum karena tidak ada aturan hukum yang memaksa pada
Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, maka suatu yayasan dapat didirikan
30
Chaidir Ali, Badan Hukum, PT.Alumni, Bandung, 2005, halaman 88
31
Ibid, halaman 90
Nomor 28 Tahun 2004 telah dicantumkan dengan jelas syarat untuk didirikan
yayasan yaitu :
3. Harus dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam Bahasa Indonesia
6. Tidak boleh memakai nama yang telah dipakai secara sah oleh yayasan lain, atau
Dalam Pasal 9 ayat (1) Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan disebutkan, yayasan dapat didirikan oleh satu orang atau lebih dengan
dengan ”orang” pada Pasal ini adalah orang perseorangan dan badan hukum. Berarti
saja.
pendiri bukanlah pemilik yayasan karena telah sejak awal semula memisahkan
sebagian dari kekayan pendirinya menjadi milik yayasan. Yayasan sebagai badan
hukum harus memiliki kekayaan sendiri, karena kekayaan yayasan digunakan untuk
kepentingan tujuan yayasan dibadang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Hal ini
yang harus menjadi perhatian dari pendiri yayasan. Pendiri yayasan ketika
awal yayasan. Oleh karena itu orang yang akan mendirikan yayasan harus memiliki
kekayaan yang cukup, dan kekayaan itu harus dipisahkan. Dengan memisahkan
kekayaannya tersebut dan kemudian mendirikan yayasan, maka harta tersebut sudah
beralih menjadi milik yayasan. Hal ini merupakan alasan untuk berpendapat bahwa
Yang dapat mendirikan yayasan bukan hanya semata – mata orang melainkan
juga badan hukum. Pasal 9 ayat (5) Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
tersebut dapat mendirikan sendiri atau secara bersama sama dalam arti sesama orang
Dengan demikian dapat diartikan bahwa suatu yayasan dapat didirikan oleh :
a. Satu orang yaitu orang Indonesia (Warga Negara Indnesia), orang Asing
(Warga Negara Asing)
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka yayasan tersebut dapat didrikan oleh
satu orang/badan hukum dan atau lebih dari satu orang/badan hukum, maka dapat
dikatakan bahwa yayasan dapat didirikan oleh satu orang dan atau beberapa orang
9 ayat (3) Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2004 mengatur juga tentang pendirian
yayasan yang dilakukan berdasarkan surat wasiat. Hal ini dapat terjadi jika
seseoarang menerima surat wasiat yang isinya adalah mengenai pendirian suatu
yayasan. Dimana isi dari surat wasiat tersebut tentang pendirian yayasan, dan
yayasan.
Dalam hubungan ini, bila penerima wasiat atau ahli waris tidak melaksanakan
maksud pemberi wasiat untuk mendirikan Yayasan, atas permintaan pihak yang
32
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op. Cit, Halaman 7
dalam akta notaris seperti tertera pada Pasal 9 ayat (2) Undang – Undang Nomor 16
Tahun 2001 Pendiri Yayasan harus datang menghadap ke notaris untuk membuat
Akta Pendirian Yayasan. Akta Pendirian harus dibuat dalam bahasa Indonesia.
Walaupun yang mendirikan yayasan itu orang asing, akta pendiriannya tetap
menggunakan bahasa Indonesia. Tidak boleh dengan bahasa Inggris atau bahasa asing
lainnya. Hal ini berarti tanpa adanya akta notaris, maka pendirian yayasan tidak
pernah ada.
Namun pada Pasal 10 ayat (1) Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan surat kuasa. Pemberian kuasa ini
dimaksudkan bahwa pendiri boleh tidak hadir dengan diwakilkan kepada orang lain
dengan membuat dan memberika surat kuasa yang sah. dan dalam surat kuasa harus
disebutkan dengan tegas bahwa orang yang mewakili pendiri diberi kuasa untuk
Hal ini dibenarkan oleh hukum, sebab perbuatan hukum dalam hal ini
Sedangkan jumlah minimum harta kekayaan awal yayasan yang dipisahkan dari
kekayaan pribadi Pendiri paling sedikit senilai Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah),
ini diatur pada Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 Tentang
adalah mengajukan permohonan pengesahan kepada Menteri Hukum Dan Hak Azasi
hukum.
jo Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004, tidak ada aturan yang mewajibkan
saat itu untuk memperoleh status badan hukum yayasan. Akibatnya banyak yayasan
belum menjadi badan hukum. Syarat mutlak untuk diakui sebagai badan hukum,
yayasan harus mendapat pengesahan dari pemerintah dalam hal ini diwakili oleh
Undang Nomor 28 Tahun 2004 maka pembuatan akta pendirian yayasan dihadapan
yayasan. Tanpa ada pengesahan, bukan sebuah lembaga yayasan namanya. Karena
yang disebut yayasan, sesuai dengan pengertian Undang – Undang Yayasan, adalah
mutlak badan hukum. Oleh karena itu, tidak ada alasan sama sekali bagi pendiri untuk
segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh pengurus atas nama yayasan sebelum
yayasan memperoleh status badan hukum menjadi tanggung jawab pengurus secara
tanggung renteng.
Adapun prosedur pengesahan akta pendirian yayasan ini telah diatur pada
Pasal 11 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 yang isi pasal tersebut telah
mengalami perubahan pada Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2008. Jika pada
Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 permohonan dapat dilakukan oleh pendiri
atau kuasanya langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan
Hak Azasi Manusia atas nama menteri di wilayah kerjanya tempat kedudukan
yayasan, maka pada Pasal 11 ayat (2) Undang – Undang Yayasan Nomor 28 Tahun
2004 pendiri atau kuasanya mengajukan permohonan kepada Menteri Hukum Dan
untuk mengesahkan suatu yayasan sebagai badan hukum berada di tangan Menteri
Hukum Dan Hak Azasi Manusia, dan menyatakan bahwa notaris harus mengajukan
disebabkan pada masa lalu banyak yayasan yang dengan sengaja tidak mengajukan
mengajukan permohonan kepada menteri maka ini merupakan cara negara memaksa
yang dibuatnya kepada Menteri Hukum Dan Hak Azasi Manusia. Dalam ketentuan
Pasal 11 ayat (3) Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 menyebutkan, bahwa
pengesahan kepada menteri dalam waktu paling lambat 10 hari terhitung sejak
tanggal akta pendirian yayasan ditandatangani. Disini notaris diberi batasan waktu
pendiri yayasan, yang harus sudah siap membuat surat pemohonan pengesahan ketika
menandatangani akta tersebut. Maka dalam praktek diantara para notaris yang
berpraktek ketika pendiri yayasan menghadap untuk membuat akta pendiri yayasan,
menawarkan sekaligus satu paket dengan surat permohonan pengesahan akta tersebut
sehinggan pendiri yayasan tidak merasa repot, dan tinggal membubuhkan tanda
tangan. 33
33
Gatot Supramono, Op.cit, halaman 40
tertulis ini juga diatur pada Pasal 12 ayat (1) Undang – Undang Nomor 28 Tahun
2004.
Azasi Manusia, Pasal 11 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 mengatur bahwa
dalam memproses permohonan itu Menteri dapat meminta pertimbangan dari instansi
terkait dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak surat permohonan diterima secara lengkap.
Pengertian dari instansi terkait disini dapat dilihat dari kegiatan yayasan dalam
Menteri Hukum Dan Hak Azasi Manusia dapat meminta pertimbangan Menteri
14 (empat belas) hari sejak tanggal permintaan pertimbangan diterima oleh instansi
keharusan jika menurut pertimbangan Menteri permohonan itu telah dapat diberikan
Menteri Hukum Dan Hak Azasi Manusia, terdapat dua kemungkinan, yaitu diterima
ditolak maka alasan penolakan harus sesuai dengan Pasal 13 ayat (2) Undang –
permohonan yang diajukan tidak sesuai dengan ketentuan Undang – Undang yang
jangka waktu maksimal 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penerimaan permohonan
34
secara lengkap. Jika menteri dalam memproses permohonan itu meminta
pertimbangan dari instansi terkait maka pemberian atau penolakan dilakukan dalam
tempo 14 (empat belas) hari sejak tanggal jawaban atas permintaan pertimbangan
tersebut diterima.
dengan ketentuan dalam Undang – Undang dan atau Peraturan Pelaksananya. Meski
telah diatur demikian, namun belum ada kepastian hukum jika dalam waktu yang
telah ditentukan yaitu 30 (tiga puluh) hari belum diterima permohonan itu secara
adanya kepastian hukum, seharusnya ada pengaturan, bahwa jika seandainya dalam
jangka waktu tersebut Menteri tidak memberikan jawaban tentang diterima atau
34
Pasal 12 ayat (2) Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004.
35
Pasal 13 ayat (1) Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
penolakan tanpa diketahui oleh notaris yang membuat akta pendirian. Suatu
mendapatkan keputusan dari Menteri Hukum Dan Hak Azasi Manusia tidak lagi
melalui notaris. Apakah sudah mendapat surat pemberitahuan dari menteri atau
belum, notaris yang pernah mengirim surat permohonan itu tidak tahu. 37 Demikian
juga jika permohonan yayasan tersebut untuk menjadi badan hukum diterima,
Menteri juga langsung memberitahukan secara tertulis kepada pemohon, tidak lagi
Proses pengumuman yayasan sebagai badan hukum pada saat sebelum adanya
2004, dilakukan oleh pengurus yayasan, namun belum ada aturan – aturan yang
masyarakat tidak dapat mengetahui kegaitan apa yang dilakukan oleh yayasan
Undang Nomor 28 Tahun 2004, pengumuman dilakukan oleh Menteri Hukum dan
36
Anwar Borahima,Op .Cit, halaman 47
37
Gatot Supramono, Op.cit, halaman 42
dikarenakan pada masa lalu banyak yayasan yang dengan sengaja tidak mengajukan
permohonan untuk menjadi badan hukum juga tidak melakukan pengumuman pada
yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia wajib diumumkan
Menurut Pasal 24 ayat (2) Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001
Republik Indonesia diajukan oleh Pengurus Yayasan atau kuasanya kepada Kantor
Percetakan Negara Republik Indonesia dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh)
hari terhitung sejak tanggal akta pendirian Yayasan yang disahkan atau perubahan
Anggaran Dasar yang disetujui. Namun pasal ini mengalami perubahan bunyi pada
pengumuman dalam tambahan berita negara tersebut dilakukan oleh menteri dalam
jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal akta
Disini dapat kita lihat bahwa waktu yang diberikan oleh undang – undang
Tahun 2001 tentang Yayasan menyebutkan Anggaran Dasar yayasan harus dimuat
b. Maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut.
d. Jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dan kekayaan pribadi pendiri dalam
pembubaran
Dalam Anggaran Dasar Yayasan tersebut diatas terdapat beberapa kriteria yang
Ketentuan yang tertuang dalam anggaran dasar yayasan pada prinsipnya dapat
yayasan, dalam suatu rapat untuk mengambil suatu keputusan rapat mengenai
perubahan isi anggaran dasar terkecuali mengenai maksud dan tujuan pendirian
yayasan.
mengatur bahwa anggaran dasar yayasan dapat diubah, kecuali mengenai maksud dan
keputusan perubahan anggaran dasar yayasan dalam rapat pembina adalah apabila
dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota pembina. 39
Dalam hal mana kuorum tidak tercapai, rapat pembina kedua dapat
diselenggarakan paling cepat 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal rapat pembina yang
pertama, dengan ketentuan bahwa rapat kedua ini dapat dianggap memenuhi kourum
apabila dihadiri ½ (seperdua) dari jumlah seluruh anggota pembina, dan rapat ini
dianggap sah apabila keputusan tersebut disetujui dengan suara terbanyak dari jumlah
38
Pasal 17 Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001
39
Pasal 18 Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001.
dasar yaitu pertama dikatakan bahwa perubahan anggaran dasar meliputi ”nama” dan
”kegiatan” yayasan harus mendapat persetujuan Menteri Hukum Dan Hak Azasi
Manusia. Kedua bagi perubahan anggaran dasar mengenai hal lain cukup
bahwa perubahan anggaran dasar yayasan harus mendapat pengesahan dan atau
persetujuan Menteri sesuai dengan materi perubahan yang dilakukan. Akan tetapi
kepada Menteri Hukum Dan Hak Azasi Manusia tanpa harus dengan pengesahan.
Pada yayasan yang akta pendiriannya belum disahkan sebagai badan hukum
anggota Pembina, Pengurus dan Pengawas yayasan belum sah, karena belum
Tahun 2004, sering terjadi Pendiri merangkap sebagai Pengurus atau demikian
40
Gunawan Wijaya, Suatu Panduan Konprehensif Yayasan Di Indonesia,PT.Elex Media
Komputindo,Jakarta, 2002, halaman 38
Yayasan diatur dalam Pasal 31 sampai dengan Pasal 39. Pengurus tidak boleh
tanggung jawab antara Pembina, Pengurus, dan Pengawas yang dapat merugikan
baik didalam maupun di luar yayasan. Pengurus mempunyai tugas dan kewenangan
untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. Adapun yang dapat diangkat menjadi
hukum.
kerugian bagi yayasan atau pihak ketiga. 41 Ketentuan ini merupakan konsekwensi
dari fidusiary relationship antara yayasan dengan pengurus selaku organ yayasan.
mengangkat anggota pengurus, yang tidak harus berasal dari dalam yayasan. Jika ada
anggota pengurus yang diangkat dari luar yayasan sama sekali tidak dilarang. Undang
– Undang Yayasan dalam hal ini menganut azas bebas dan terbuka dalam
pengawas. 42 Larangan merangkap jabatan ini. menurut penjelasan Pasal 31 Ayat (3)
41
Anwar Borahima, Op. Cit, Halaman 222
42
Pasal 31 ayat (3) Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
Ketentuan Pasal 31 ayat (2) maupun Pasal 40 ayat (3) menghendaki agar
perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum. Namun bukan berarti semua
dan profesional.
Pihak ketiga dapat mengawasi kerja dari organ yayasan tersebut, sebagai
Pembina untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali
setelah jabatan pertama berakhir untuk masa jabatan 5 tahun dan ditentukan dalam
anggaran dasar, dan tidak ditentukan untuk berapa kali pengangkatan. Pengurus yang
baru harus meberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia tentang
43
Pasal 32 dan 33 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004
dengan ketentuan anggaran dasar dapat dibatalkan oleh pengadilan, atas permohonan
umum. Dalam hal pengurus selama menjalankan tugas melakukan tindakan yang oleh
pengurus diatur dalam anggaran dasar susunan pengurus sekurang kurang nya terdiri
dari atas :
1. Seorang ketua
2. Seorang sekretaris
3. Seorang bendahara
Dalam praktek, seorang ketua pengurus yayasan harus dapat menjadi penggerak
yayasan yang mendorong yayasan untuk bergerak mencapai maksud dan tujuannya.
diangkat menjadi ketua yayasan adalah para pencetus tujuan yayasan dan para pendiri
yayasan dengan masa jabatan yang tidak dibatasi. Namun dengan berlakunya Undang
–Undang Yayasan, hal itu tidak dimungkinkan lagi oleh karena Undang – Undang
Yayasan telah secara tegas mengatur pembatasan masa jabatan dan mekanisme
pengurus yayasan.
berdasarkan fiduciary duty. Hal ini terlihat dalam Pasal 35 ayat (2) Undang – Undang
Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Undang – Undang ini pun membedakan
antara Pengurus dan Pelaksana Kegiatan Yayasan. Jika Pengurus tidak menerima
didepan pengadilan antara Yayasan dan anggota Pengurus yang bersangkutan. Juga
dalam hal terdapat kepentingan yang berbeda antara anggota Pengurus dan
kepentinga yayasan. 44 Kewenangan Pengurus juga dibatasi dalam hal – hal yang
Jika pengurus melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Yayasan,
untuk perbuatan hukum tertentu diperlukan persetujuan terlebih dahulu dari Pembina
tercakup dalam maksud dan tujuan yayasan yang dituangkan dalam anggaran dasar
44
Pasal 36 ayat (1) Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
45
Pasal 37 ayat (1) Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
diluar batas kecakapannya, maka perbuatan hukum tersebut batal demi hukum. Guna
dan tujuan yayasan, berpegang pada pengertian yang lazim menurut kebiasaan, dan
bertanggung jawab tidak terbatas atas kerugian yang diderita oleh Yayasan. Jika
bersalah oleh Pengadilan dalam mengurus suatu Yayasan, selama 5 (lima) tahun sejak
tanggal putusan memperoleh kekuatan hukum tetap, tidak dapat menjadi Pengurus
Yayasan manapun.
badan hukum, apabila melakukan perbuatan hukum yang dilakukannya atas nama
yayasan sebelum yayasan memperoleh status badan hukum menjadi tanggung jawab
pengurus secara tanggung renteng, hal ini disebabkan kerena belum disahkannya
akata pendirian yayasan, berarti ketentuan tentang tata cara pengangkatan pengurus
berarti telah terjadi reformasi terhadap yayasan terutama yang berhubungan dengan
(pembina, pengurus dan pengawas) serta wewenang masing – masing unsur organ
yayasan, pengelolaan kegiatan usaha yayasan menjadi jelas sehingga tidak menjadi
tempat persembunyian harta oleh para pendirinya dan pengelolaan kegiatan usaha
berkaitan erat dengan prinsip fiduciary relationship antara yayasan dengan pengurus
selaku organ yayasan oleh karena adanya perbuatan ultra vires yang mengakibatkan
kerugian bagi yayasan atau pihak ketiga. Kesalahan pengurus tersebut merupakan
ikut menyebabkan kerugian. Untuk itu maka tanggung jawab kegiatan usaha yayasan
sangat penting dilakukan oleh setiap pengurus berdasarkan prinsip kehati – hatian dan
pengelolaan harta kekayaan yayasan, karena hasil kegiatan usaha merupakan salah
baik, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan yayasan. 48 Setiap
pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan dalam
46
YB, Sigit Hutomo, Reformasi Yayasan Perspektif Hukum Dan Manajemen, The Jakarta
Consulting Group (Editor) 360” Approach on Foundation, Andi, Yogyakarta, 2002, halaman 144
47
Pasal 35 ayat (1) Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
48
Pasal 35 ayat (2) Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
pada organ pengurus sebagai organ yang dipercayakan untuk melakukan kegiatan dan
fiduciary relationship yang melahirkan fiduciary duties. Pengurus hanya berhak dan
berwenang bertindak atas nama dan untuk kepentingan yayasan serta dalam batas –
batas yang ditentukankan dalam Undang – Undang Yayasan dan anggaran dasar
yayasan. Setiap tindakan yang dilakukan pengurus diluar kewenangan yang diberikan
tersebut tidak akan mengikat yayasan. Hal ini berarti, pengurus dalam melakukan
berdasarkan anggaran dasar yayasan, untuk tujuan yang patut yang sesuai dengan
maksud dan tujuan yayasan yang tertuang dalam anggaran dasar yayasan.
itu.
dengan tegas menyatakan bahwa yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas
bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Dari
ketentuan Pasal 1 angka (1), maka pengurus mempunyai tanggung jawab agar dapat
mengelola harta kekayaan yang dipisahkan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah
49
Pasal 35 ayat (5) Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001.
Pasal 5 ayat (1) Undang – Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004 mengatur
tentang harta kekayaan baik berupa uang, barang maupun kekayaan lain yang
dibagikan secara langsung atau tidak langsung baik dalam bentuk gaji, upah, maupun
honorium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada pembina, pengurus
dan pengawas. Dengan adanya ketentuan ini maka dengan sendirinya setiap pengurus
yayasan tidak dibenarkan menerima pengalihan harta yayasan dengan alasan apapun.
dalam mencapai maksud dan tujuan yayasan, maka yayasan kiranya perlu
2. Visi dan misi yayasan harus dirumuskan dengan jelas dan tegas sebagai dasar
baik.
dalam menggali sumber perdanaan untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan.
6. Manajer dan karyawan harus diberikan kompensasi yang layak kerena mereka
yang kreatif dan kegiatan yang menghasilkan nilai tambahan (added value)
7. Yayasan harus menciptakan kegiatan dan program yang kreatif yang berorientasi
pasar. Program yang berorientasi pasar akan sangat disukai oleh konsumen
tersebut. Pemasaran bukan lagi dominasi dunia bisnis, tetapi sudah saatnya
dihasilkan tepat waktu sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengurus untuk tujuan
Anggaran Rumah Tangga Yayasan serta berbagai aspek hukum lainnya yang
relavan untuk meyakinkan bahwa segala tindakan dan keputusan yayasan telah
biaya – biaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha tersebut perlu dicatat secara
terpisah. Bahkan yayasan dapat membentuk badan usaha tersendiri yang mengelola
kegiatan bisnis dari yayasan. Kegiatan usaha dari badan usaha yang dimiliki oleh
yayasan dapat mencakup antara lain, kesenian dan budaya, olahraga, perlindungan
usaha tersebut sebaiknya diserahkan kepada orang yang memiliki kompetensi dalam
pengawas yayasan.
50
HP.Pangabean, Op.cit, halaman 157
bagi yayasan dan keuntungan ini tidak boleh dibagikan kepada pembina, pengurus
dan pengawas yayasan. Hal ini bertentangan dengan kebiasaan pengurus yayasan di
masa lalu, seringkali hasil usaha yayasan itu untuk pribadi, bahkan akta pendirian
ikhtisar laporan tahunan disampaikan pengurus ke dalam rapat tahunan pembina dan
anggota pengurus dan pengawas atau pengurusan dan pengawasan yang telah
penyelenggaraan usaha yayasan, maka yang bertanggung jawab itu siapa yang
51
YB Sigit Hutomo, Op.cit, halaman 131
52
Ibid
negara berdasarkan putusan pengadilan, maka dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
terhitung sejak tanggal putusan tersebut memperoleh kekuatan hukum yang tetap,
pengurus dapat juga dipersalahkan. Hal ini berdasarkan Pasal 1367 Ayat (1) Kitab
Undang – Undang Hukum Perdata yang menyebutkan bahwa seseorang tidak saja
bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang – orang
yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang – barang yang berada
pertanggung jawaban ini akan disampaikan pada rapat Dewan Pembina setahun
sekali. Apabila pembina bermaksud untuk mendirikan suatu kegiatan usaha yang
mempergunakan modal dari harta yayasan, maka pembina harus mengusulkan hal ini
yayasan tanpa sepengatahuan pengurus. Sebab dalam organ yayasan, pembina hanya
berwenang untuk menetapkan kebijakan umum dan rancangan anggaran tahunan, hal
53
YB Sigit Hutomo, ibid
54
YB Sigit Purnomo,ibid
yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh Undang – Undang dan
yayasan.
sampai merangkap jabatan sebagai penyelenggara kegiatan yayasan, maka hal ini
1. Fiduciary duty adalah prinsip yang lahir karena tugas dan kedudukan yang
2. Duty of skill and care adalah prinsip yang menunjuk kepada kemampuan serta
Ketiga prinsip ini menuntut Pengurus untuk bertindak secara hati – hati dan
disertai dengan iktikad baik semata – semata untuk kepentingan dan tujuan Yayasan.
bertindak sendiri dalam menjalankan segala kegiatannya. Untuk itu diperlukan orang
– orang yang memiliki kehendak, yang akan menjalankan Yayasan tersebut, sesuai
dengan maksud dan tujuan pendirian Yayasan. Orang – orang yang akan
Fiduciary (fidusia) dalam bahasa latin dikenal sebagai fiduciaries yang berarti
Fiduciary duty adalah tugas yang dijalankan oleh Pengurus dengan penuh
tanggung jawab untuk kepentingan (benefit) orang atau pihak lain (yayasan).
Seseorang memiliki kepastian fiduciary duty jika bisnis yang ditransaksikannya, harta
benda atau kekayaan yang dikuasainya bukan untuk kepentingan dirinya sendiri,
tetapi untuk kepentingan orang lain. Orang yang memberikan kewenangan tersebut
55
Pasal 2 Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 menyatakan bahwa Yayasan
mempunyai oragan yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas.
56
Munir Fuady, Perseroan Terbatas-Paradikma Baru, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung,
2003, halaman 33
kepentingan pribadi organ Yayasan, serta harus sesuai dengan tujuan dan maksud
Yayasan.
untuk kepentingan maupun tujuan Yayasan serta mewakili Yayasan, baik di dalam
maupun di luar pengadilan, sesuai dengan azas persona standi in judicio. Pengurus
dan menjalankan tugasnya dengan baik, agar Yayasan selalu berjalan pada jalur yang
benar atau layak. Hal ini ditegaskan dalam Undang – Undang Yayasan Nomor 16
57
Bonafide berarti : in or with good faith, honestly,opernly, and sincerely, withaout deceit or
fraud, etc. (Black’s Law Dictionary)
keputusan yang diambil, harus dilakukan demi kepentingan dan tujuan Yayasan dan
luar kepentingan dan tujuan Yayasan, kepentingan pribadi dan atau orang lain. 58
Bilamana pengurus berbuat untuk keuntungan bagi diri mereka sendiri, atau
adanya iktikad baik dari para pengurus tersebut. Ada 2 (dua) prinsip standar yang
harus dipenuhi oleh pengurus dalam membuat keputusan. Pertama, ia harus dilakukan
dengan iktikad baik untuk kepentingan Yayasan, dan ke dua, harus dibuat untuk
duty, yaitu: 59
58
Wahyono Darmabrata,” Implomentasi Good Corporate Govermance Menyikapi Bentuk –
Bentuk Penyimpangan Fiduciary Duty Direksi dan Komisaris Perseroan Terbatas” Jurnal Hukum
Bisnis, Vol 22. Nomor 6 Tahun 2003 Halaman 31
59
Chatamarrasjid Ais, Badan Hukum Yayasan Edisi Revisi, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung,
2006, halaman 108.
misappropriation rule)
Prinsip di atas konsepnya berbeda satu sama lain,tetapi sering kali diterapkan secara
memperoleh keuntungan pribadi karena posisi yang dijabatnya. Maka dari itu,
kepentingan sendiri.
kepentingan. Tidak seorang Pengurus pun boleh melibatkan diri dalam suatu kontrak,
dengan ”voidable”. Didalam fiduciary duty juga terdapat kewajiban bagi pengurus
ketentuan ini dimaksud untuk mendeteksi kemungkinan adanya self dealing (yaitu
mengetahui keuntungan yang dimiliki Pengurus atau keluarga karena posisi yang
jawab penuh atas pengurusan Yayasan, artinya secara Fiduciary harus melaksanakan
standartd of care.
semata – mata untuk kepentingan Yayasan, tetapi ternyata Yayasan tetap menderita
kerugian, maka Pengurus tidak serta merta bertanggung jawab secara pribadi atas
kerugian tersebut. Sehubungan dengan hal ini Pasal 39 ayat 2 Undang – Undang
60
Ibid, hal 109
61
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru,(Bandung: Citra Aditya Bakti,
2003).halaman 82
sebuah kontrak dimana satu pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut adalah
yayasan
lain.
dengan yayasan.
62
Rita M-L & Law Firm, op,cid ,halaman 121
63
Ibid
secara baik dengan mengunakan kemampuan dan kepeduliannya (duties of care and
skill), maka standar yuridis yang umum adalah bahwa Pengurus harus menunjukan
derejat kepeduliannya (care) dan kemampuan (skill) seperti yang diharapkan secara
(experience).
Dengan demikian fiduciary duty dapat dikatakan sebagai tugas yang diemban
oleh Pengurus, dengan penuh tanggung jawab dalam kapasitas dan fungsinya, demi
itikad baik dan penuh tanggung jawab, serta mengutamakan kepentingan Yayasan
Duty of skill and care ini dianut dalam Pasal 39 Undang – Undang Yayasan
Nomor 16 Tahun 2001. Tugas yang harus dilakukan dengan care and diligence
timbul dari kepatutan atau kewajaran (equity), sebagaimana tugas care and diligence
timbul dari hubungan trustee dengan beneficiary. Tugas – tugas pengurus tentu saja
diatur menurut peraturan Perundang – Undangan yang berlaku serta anggaran dasar
harus dimiliki oleh Pengurus dan Pengawas. Sebagai puncak pimpinan, kualifikasi
mempunyai keahlian (duty of skill) dan pengetahuan (knowlarge) serta kehati – hatian
(duty of care) dengan derajat yang paling tinggi untuk mengelola suatu Yayasan.
Oleh karena itu setelah diangkat, anggota Pengurus sudah harus mampu mengelola
Tugas dan kewajiban Pengurus dalam hubungan dengan duty of skill and care
Anggaran Dasar. Tugas yang harus dilakukan tentu saja diatur menurut peraturan
perundang – undangan yang berlaku serta Anggaran Dasar Yayasan yang berlaku
kehati – hatian dalam membuat segala keputusan dan kebijakan Yayasan. Kebijakan
yang dibuat harus tetap mempertimbangkan segala informasi – informasi yang ada
bertindak dengan perhitungan yang cermat. Dalam kebijakan yang dibuatnya dan
64
Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas dalam Rangka Good Corporate
Govermance, Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2002, halaman
144.
65
Ibid, halaman 140
bertentangan dengan hukum atau peraturan yang berlaku, maka Pengurus Yayasan
jawab atas kerugian yang timbul dari suatu tindakan pengembilan keputusan, apabila
tindakan tersebut didasarkan pada itikad baik dan kehati – hatian serta jujur
(honestly).
melakukan perbuatan curang, bertindak dengan itikad buruk atau jika mereka
Pengurus benar – benar telah melaksanakan tugasnya dengan itikad baik dan semata –
bertindak untuk memperhatikan segala resiko. Prinsip kehati – hatian dan ketelitian
KUHPerdata ”Setiap oraang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang
disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau
kelalaian, besar atau kecil, kecuali dapat ditentukan sampai berapa jauh atau luas
Pengurus dalam Yayasan yaitu sikap yang didasarkan pada pertimbangan rasional
dan profesional. Dalam arti, Pengurus harus mampu bersikap tegas sesuai dengan visi
dan misi serta Anggaran Dasar Yayasan. Maksud dari kesetian adalah Pengurus harus
kemampuan, pengaruhnya, dan menggunakan seluruh sumber daya yang ada untuk
Dasar Yayasan.
Karena tindakan – tindakan yang dilarang ditentukan secara tegas dalam Undang –
Undang.
mengatur tentang kekuasaan dan wewenang serta tanggung jawab pengurus yayasan
ada pada Pasal 35 ayat (5) yang menyebutkan : setiap Pengurus bertanggung jawab
penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya tidak
sesuai dengan ketentuan anggaran dasar, yang mengakibatkan kerugian Yayasan atau
pihak ketiga.
Dari ketentuan Pasal 35 ayat (5) diatas bahwa kekuasaan dan wewenang
pengurus Yayasan didasarkan dan dibatasi oleh anggaran dasar Yayasan yang
Anggaran dasar merupakan hukum positif yang mengikat semua organ Yayasan.
Kekuatan mengikat anggaran dasar tidak dapat dikesampingkan. Dalam hal ingin
melakukan hal – hal yang bertentangan atau tidak sejalan dengan anggaran dasar
sesuai dengan ketentuan dalam Undang – Undang Yayasan dan Aggaran Dasar itu
sendiri. Dengan demikian, pengurus Yayasan menjalankan apa yang dikenal sebagai
perbuatan hukum untuk dan atas nama Yayasan. 66 Dengan menentukan bahwa untuk
jadi hanya berdasarkan anggaran dasar, tidak dapat dipaksakan oleh pihak ketiga atau
bersangkutan. Dan bila hal ini terjadi maka yang berhak mewakili Yayasan akan
Yayasan, Pembina, Pengurus dan Pengawas Yayasan, atau seseorang yang bekerja
66
Pasal 37 angka (2) Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001
67
Pasal 36 Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001.
68
Pasal 37 angka (1) Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001.
Bila terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Pengurus dan kekayaan
Yayasan tidak cukup untuk menutupi kerugian, maka setiap anggota pengurus secara
tersebut. 72
dan menyimpan catatan dengan baik dan wajib membuat laporan. 73 Dan dalam
jangka waktu 5 (lima) bulan terhitung sejak tanggal tahun buku Yayasan ditutup,
tidak akan mengikat Yayasan, artinya Pengurus dapat melakukan tugasnya, haruslah
Anggaran Dasar Yayasan, untuk tujuan yang patut, yang sesuai dengan maksud dan
69
Pasal 38 angka (1) Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001
70
Pasal 38 angka (2) Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001
71
Pasal 39 angka (1) Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001
72
Pasal 39 angka (2) Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001.
73
Pasal 48 Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001
74
Pasal 49 angka (1) Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001
Tahun 2001 Jo Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004, landasan hukumnya tidak
begitu jelas, karena belum ada aturannya secara tertulis. Pendirian yayasan di
keseragaman hukum yang dijadikan dasar bagi sebuah yayasan dalam menjalankan
kegiatannya untuk dapat mencapai tujuan yang dicita – citakan. Keadaan yang
demikian tidak luput dari kelemahan yang dialami oleh yayasan. Yayasan yang ada
di negara kita pada waktu itu tampak bersifat tertutup. Sifat tertutup tersebut terasa
struktur organisasi suatu yayasan. Orang luar tidak mengetahui apa saja yang menjadi
Dari segi administrasi pendaftaran, tidak ada kewajiban bagi yayasan untuk
pemerintah tidak dapat melakukan pengawasan terhadap kegiatan yayasan yang telah
berdiri. Dan juga tidak ada kewajiban bagi yayasan untuk mengumumkan dalam
Berita Negara sehingga masyarakat tidak mengetahui secara resmi tentang adanya
yayasan.
badan hukum harus melalui suatu proses yang ada yaitu adanya pengesahan dari
pemerintah. Dengan tidak adanya peraturan tertulis tentang yayasan pada waktu itu,
mengalami kesulitan untuk dapat mengatakan bahwa yayasan adalah badan hukum.
kegaiatan bisnis berdasarkan praktek dan kebiasaan, bersama – sama dengan pendiri
yayasan tersebut.
pengurus untuk perbuatan yang dilakukannya atas nama yayasan, bertanggung jawab
luar batas – batas wewenang pengurus atau diluar tujuan sosial yayasan maka badan
hukum yayasan tidak terikat dan para pengurus secara pribadilah yang terikat dan
Menurut tiori fiksi yang penulis gunakan sebagai pisau analisis dalam
penelitian ini bahwa badan hukum adalah semata – mata adalah buatan negara.
dan Hak Azasi Manusia agar memperoleh status badan hukum karena ketentuan dari
Negara lah Yayasan menjadi badan hukum. Jika akta pendirian yayasan tersebut
tidak disahkan sebagai badan hukum maka status yayasan tidak jelas, yayasan tidak
yang berkepentingan.
Hal ini berarti yayasan tidak dapat dikatakan sebagai badan hukum,
yang bersifat non profit. Artinya badan tersebut tidak dapat melakukan tindakan –
tindakan hukum sehingga pertanggung jawaban yang dilakukan atas perkumpulan ini
terletak pada individu pengurusnya. Jika akan dibuat suatu perjanjian antara pihak
ketiga dengan perkumpulan yang dimaksud, haruslah dilakukan oleh orang – orang
seluruhnya memberikan kuasa kepada satu orang anggotanya untuk membuat dan
pada Pasal 11 (sebelas) dinyatakan bahwa Yayasan memperoleh status badan hukum
setelah akta pendirian Yayasan memperoleh pengesahan dari Menteri. Menteri dalam
oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Dan Hak Azasi Manusia atas
Pengesahan akta pendirian ini diajukan oleh pendiri atau kuasa hukumnya
dengan mengajukan permohonan secara tertulis kepada menteri Kehakiman Dan Hak
Departemen Dan Hak Azasi Manusia dalam memberikan pengesahan atas suatu
badan hukum yayasan dan mempertegas bahwa wewenang untuk mengesahkan suatu
yayasan sebagai badan hukum berada ditangan Menteri Hukum Dan Azasi Manusia
dan disamping itu dinyatakan pendiri atau kuasanya melalui notaris yang membuat
hukum tersebut. Hal ini mungkin disebabkan pada masa lalu banyak yayasan yang
tata cara yang telah diatur dan ditetapkan dalam peraturan perundang – undangan.
Adapun mekanisme yang harus diperhatikan dan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
75
Pasal 11 ayat (2) Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004
76
Pasal 11 ayat (3) Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004.
77
Pasal 12 ayat (1) U Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004
instansi terkait paling lambat 7 (tujuh) hari sejak tanggal permohonan diterima
secara lengkap. 78
atau ditolak paling lambat 14 hari sejak tanggal jawaban atas permintaan
78
Pasal 11 ayat (4) Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004
79
Pasal 11 ayat (5) Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004
80
Pasal 12 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004
Kehadiran Undang – undang ini merupakan dasar hukum yang kuat bagi
yayasan untuk mencapai cita – citanya serta untuk menjamin kepastian dan ketertiban
dalam rangka mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
Lahirnya Undang – Undang ini juga menjadi pedoman bagi yayasan dalam
menjalankan roda usahanya sehingga tidak menyimpang dari maksud dan tujuan
pendiriannya.
Yayasan Nomor 28 Tahun 2004 menegaskan bahwa yayasan adalah badan hukum,
hal ini dipertegas dari Pasal 1 angka (1) yang menyatakan bahwa yayasan adalah
suatu badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan untuk mencapai
Kenyataan bahwa ada begitu banyak yayasan yang sudah berdiri sebelum
diberlakukannya Undang – Undang Yayasan. Mau tidak mau yayasan – yayasan yang
telah lama berdiri sebelum adanya Undang – Undang Yayasan ini harus mengikuti
1. Yayasan yang sudah ada sebelum Undang – Undang Yayasan berlaku tetap
diakui sebagai badan hukum jika telah didaftarkan dipengadilan negeri dan
terkait.
2. Artinya yayasan tersebut tetap diakui sebagai badan hukum tetapi wajib
lama 3 tahun sejak tanggal efektif undang – undang ini berlaku yaitu tanggal 6
Oktober 2005 atau sampai 6 Oktober 2008, yayasan itu wajib menyesuaikan
anggaran dasarnya.
diberitahukan kepada Menteri Hukum Dan Hak Azasi Manusia paling lama 1
(satu) tahun sejak penyesuaian anggaran dasar itu dilakukan. Untuk yayasan yang
diakui sebagai badan hukum tetapi tidak menyesuaikan anggaran dasarnya dalam
mengikuti kaidah – kaidah yang ada pada Undang – Undang tersebut, karena
4. Yayasan yang telah didirikan dan tidak memenuhi kriteria sebagai badan hukum
(tidak pernah mendaftarkan ) dapat memperoleh status badan hukum dengan cara
Hukum Dan Hak Azasi Manusia dalam jangka waktu paling lambat 1 tahun
5. Terhitung sejak tanggal 6 Oktober 2008, Departemen Hukum Dan Hak Azasi
yang diakui sebagai bada hukum menurut ketentuan Undang – Undang dilakukan
oleh organ yayasan sesuai dengan Anggran Dasar Yayasan yang bersangkutan.
yayasan atau kuasanya melalui Notaris yang membuat akta perubahan Anggaran
Dasar Yayasan.
kedudukan yayasan yang telah didirikan sebelum Undang – Undang ini berlaku tetapi
yayasan itu belum diakui sebagai badan hukum. Yayasan yang belum diakui sebagai
badan hukum ini dapat memperoleh status badan hukum dengan cara menyesuaikan
permohonan status badan hukum kepada Menteri paling lambat 1 (satu) tahun sejak
Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 ini mulai berlaku yaitu tanggal 6 Oktober
2006.
yayasan yang telah didirikan sebelum berlakunya Undang – Undang dan belum
diakui sebagai badan hukum dan tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana Pasal 71
pendirian untuk memperoleh status badan hukum kepada menteri Hukum dan Hak
Azasi Manusia oleh pendiri atau kuasanya melalui notaris yang membuat akta
pendirian yayasan. Isi premise Akta Pendiriannya disebutkan asal usul pendirian
Bila ketentuan ini tidak dipenuhi, yayasan yang telah didirikan tetapi belum
memenuhi ketentuan Pasal 71 ayat (3) atau yayasan yang tidak pernah mendaftarkan,
maka akibat hukumnya yang terjadi adalah yayasan – yayasan tersebut sebagai
subyek hukum menjadi hilang dan yayasan tersebut tidak boleh menggunakan kata “
melikuidasi kekayaan Yayasan serta menyerahkan sisa hasil likuidasi sesuai dengan
ketentuan yang ada pada Pasal 68 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2004 hal ini
tentu saja mempunyai akibat hukum bagi perjanjian – perjanjian yang ditandatangani
maupun harta kekayaan yang dimiliki maupun yang dikuasai.. Hal lain yang dapat
Bila batas waktu penyesuaian anggaran dasar yayasan yaitu tanggal 6 Oktober
2008 telah lawat, oleh Undang – Undang maka yayasan tersebut dapat dibubarkan
dan tidak dapat menggunakan kata yayasan didepan namanya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008. Apabila yayasan ingin
yayasan lama yang dalam status “Yayasan dalam likuidasi” dan setelah dilikuidasi
Dari uraian diatas dapat disimpukan bahwa kedudukan yayasan yang akta
ditentukan oleh Undang - Undang karena agar yayasan yang telah ada tersebut dapat
diakui sebagai badan hukum, dan kalau tidak disesuaikan maka akan kehilangan
status badan hukumnya. Yayasan tersebut tidak dapat menggunakan kata Yayasan
didepan namanya. Hal ini berarti mempengaruhi kegiatan yayasan tersebut karena
kata yayasan dalam papan nama yang biasa terpampang didepan kantor. Masyarakat
Undang – undang disini bersifat memaksa agar yayasan yang telah ada agar
tersebut sama sekali belum mendaftar sebagai badan hukum maka yayasan tersebut
harus mendaftarkan akta pendiriannya ke Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia.
Hal ini berarti bahwa status badan hukum dari yayasan ada karena keinginan Undang
– Undang yang dibuat oleh Negara. Ini dapat dilihat dalam tiori fiksi yang
menyatakan bahwa badan hukum itu semata – mata adalah buatan negara. Jadi badan
hukum ada karena dibuat oleh negara dalam hal ini telah diatur oleh undang –
undang.