Anda di halaman 1dari 12

Sebelum memebahas mengenai hukum laba juga hukum nirlaba.

Saya akan memulai


dari penjelasan mengenai Subjek Hukumnya terlebih dahulu. Istilah subjek hukum berasal dari
terjemahan Bahasa Belanda rechsubject atau law of subject (inggris). Secara umum rechsubject
diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban yaitu manusia dan badan hukum.

Menurut Chaidir Ali mengungkapkan bahwa subjek hukum adalah manusia yang
berkepribadian hukum, dan segala sesuatu yang berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat
demikian itu oleh hukum diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban

Sedangkan Algra mengungkapkan bahwa subjek hukum adalah setiap orang mempunyai hak
dan kewajiban, jadi mempunyai wewenang hukum (rechtbevoegheid)

Maka dapat disimpulkan bahwa Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat
dibebankan hak dan kewajiban atau sesuatu yang berdasarkan hukum dapat memiliki hak dan
kewajiban.Hak dan kewajiban yang dimaksud adalah subjek hukum dapat melakukan
hubungan hukum atau dapat bertindak melakukan kewenangan hukumnya berdasarkan
ketentuan hukum yang ada.

Subjek hukum memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting didalam bidang
hukum, khususnya hukum keperdataan karena subjek hukum tersebut yang dapat mempunyai
wewenang hukum. Menurut ketentuan hukum, dikenal dua macam subjek hukum yaitu
manusia dan badan hukum.

Dalam pergaulan hukum ditengah masyarakat, ternyata nindya bukan manusia satu-
satunya subjek hukum (penduduk hukum hak dan kewajiban), tetapi masih ada yang lain yang
sering disebut dengan “Badan Hukum” (rechtpersoon)

Badan Hukum adalah orang (badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan) yang


ditetapkan oleh hukum yang merupakan subjek di dalam hukum, yang berarti juga dapat
melakukan perbuatan-perbuatan hukum sebagaimana halnya dengan manusia (memiliki
kekayaan sendiri, ikut serta di dalam lalu lintas hukum dengan perantaraan pengurusnya, dapat
digugat dan menggugat di muka hakim). Dengan demikian, badan hukum ini diperlakukan
sepenuhnya sama dengan seorang manusia.

Menurut para ahli :


Sri Soedewi Masjchoen
Mengatakan bahwa badan hukum adalah kumpulan orang-orang yang bersama-
sama bertujuan untuk mendirikan (menciptakan) suatu badan, yaitu berwujud
himpunan dan harta kakayaan yang disendirikan untuk tujuan tertentu, dan dikenal
dengan sebutan yayasan.
Chaidir Ali,
untuk memberikan pengertian badan hukum merupakan persoalan teori hukum
dan persoalan hukum positif, yaitu :
1. Menurut Teori Hukum, Pengertian Badan Hukum ialah subjek hukum
yang segala sesuatu didasarkan pada tuntutan kebutuhan masyarakat itu
oleh hukum diakui sebagai pendukung dan kewajiban.
2. Menurut Hukum Positif, Pengertian Badan Hukum yaitu siapa saja yang
oleh hukum positif diakui sebagai badan hukum.
Salim HS,
Mengatakan bahwa badan hukum adalah kumpulan orang-orang yang
mempunyai tujuan (arah yang ingin dicapai) tertentu, kekayaan, serta hak dan
kewajiban

Berdasarkan uraian diatas maka, dapat dikemukakan bahwa unsur-unsur badan hukum
diantaranya
1) mempunyai perkumpulan,
2) mempunyai tujuan tertentu,
3) mempunyai harta kekayaan,
4) mempunyai hak dan kewajiban, dan
5) mempunyai hak untuk menggugat dan digugat,
Dengan demikian, “Badan Hukum” ini adalah pendukung hak dan kewajiban
yang tidak berjiwa, sebagai lawan pendukung hak dan kewajiban yang berjiwa yaitu
manusia. Dan sebagai subjek hukum yang tidak berjiwa, maka badan hukum tidak dapat
dan tidak mungkin berkecimpung dilapangan keluarga seperti mengadakan
perkawinan, melahirkan anak, dansebagaiya.
Menurut Pasal 1653 BW badan hukum dapat dibagi atas 3 macam yaitu:

Badan hukum yang diadakan oleh Pemerintah/kekuasaan umum, misalnya Daerah


Propinsi, Kabupaten/Kota, Bank-bank yang didirikan oleh Negara dan sebagainya.
Badan hukum yang diakui oleh Pemerintah/kekuasaan umum, misalnya perkumpulan-
perkumpulan, gereja dan organisasi-organisasi agama dan sebagainya.
Badan hukum yang didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan
dengan undang-undang dan kesusilaan, seperti P.T., koperasi, dan lain sebagainya.

Badan Hukum Itu Dilihat Dari Segi Wujudnya, Maka Dapat Dibedakan Atas 2
Macam:

Korporasi (corporate) adalah gabungan (kumpulan orang-orang yang dalam pergaulan


hukum bertindak bersama-sama sebagai suatu subyek hukum tersendiri. Karena itu,
korporasi ini merupakan badan hukum yang beranggota, tetapi mempunyai hak-hak dan
kewajiban-kewajiban sendiri yang terpisah dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
para anggotanya. Misalnya: Perserosn Terbatas, koperasi, perkumpulan asuransi,
perkapalan, Maatschappij ap aandelen (IMA
) dan sebagainya.
Yayasan (stichting) adalah harta kekayaan yang ditersendirikan uniuk tujuan tertentu
yaitu untuk kepentingan sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Jadi, pada yayasan tidak
ada anggota, yang ada hanyalah pengurusnya.Batas antara korporasi dan yayasan tidak
tegas, sehingga timbul beberapa ajaran untuk membedakan korporasi itu dengan
Yayasan.
Dalam korporasi para anggotanya bersama-sama mempunyai kekayaan dan bermacam-
macam kepentingan yang berwujud dalam badan hukum itu: sedangkan pada yayanan
kepentingan yayasan tidak terletak pada anggotanya, karena yayasan tidak mempunyai
anggota..
Dalam korporasi para anggota bersama-sama merupakan organ yang memegang
kekuasaan yang tertinggi: sedangkan dalam yayasan yang memegang kekuasaan
tertinggi adalah pengurusnya.
Dalam korporasi yang menentukan maksud dan tujuannya adalah para anggotanya:
sedangkan dalam yayasan yang menentukan maksud dan tujuannya adalah orang-orang
yang mendirikan yang selanjutnya berdiri di luar badan tersebut.
Pada korporasi titik berat pada kekuasaannya dan kerjanya: sedangkan pada yayasan
titik berat pada suatu kekayaan yang ditujukan untuk mencapai sesuatu maksud
tertentu.
2 Jenis Badan Hukum Yaitu :
1. Badan Hukum Publik
2. Badan Hukum Privat
Di Indonesia yang di pakai untuk menentukan sesuatu badan hukum termasuk badan
hukum public dan termasuk badan hukum privat ada 2 macam yaitu :

Berdasarkan terjadinya yakni “badan hukum privat” di dirikan oleh perseorangan


sedangkan “badan hukum publik” didirikan oleh pemerintah/Negara
Berdasarkan lapangan pekerjaanya yakni apakah lapanga pekerjaan itu untuk
kepentingan umum atau tidak, kalau lapangan pekerjaan itu untuk kepentingan umum
maka badan hukum itu merupakan badan hukum ublik, kalau badan hukum itu untuk
kepentingan perorangan maka badan hukum itu merupakan badan hukum privat.
Badan Hukum Publik Misalnya:

Negara RI;
Daerah Propinsi;
Daerah Kabupatei Kota;
Bank-bank Negara (seperti Bank Indonesia).
Badan Hukum Privat Misalnya;

Perseroan Terbatas (PT);


Koperasi:
Yayasan.
BADAN HUKUM LABA

1. Perseroan Terbatas

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas


(“UU PT”) mendefinisikan Perseroan Terbatas sebagai badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Perseroan Terbatas merupakan badan hukum privat yang memiliki tujuan untuk
memperoleh laba atau keuntungan dalam melakukan kegiatan usahanya. Modal yang dimiliki
oleh perusahaan telah ditentukan besarannya dan para pemegang saham hanya bertanggung
jawab sebesar modal yang dimilikinya.
PT saat ini adalah badan hukum yang sangat diminati
sebagian pengusaha yang akan menjalankan bisnisnya. Karena PT dinilai sebagai badan hukum
yang transparan dan dapat menjalankan kegiatan yang menghasilkan profit.

Ciri – Ciri PT :

Kewajiban terhadap pihak luar hanya terbatas pada modal yang disetorkan.
Mudah dalam peralihan kemepimpinan.
Usia PT tidak terbatas.
Mampu untuk menghimpun dana dalam jumlah yang besar.
Bebas untuk melakukan berbagai aktivitas bisnis.
Mudah mencari karyawan
Dapat dipimpin oleh orang yang tidak memiliki saham.
Pajaknya berganda antara Pajak Penghasilan dan Pajak Deviden
Dasar Hukum:
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Perseroan terbatas sebagai badan hokum , mempunyai kemandirian ditunjukkan dari
beberapa ketentuan, sebagai ciri dari suatu badan hukum antara lain :

1. Ditegaskan dalam undang-undang yang mengaturnya

UU No. 40 tahun 2007 tentang perseron Terbatas selanjutnya disebut UUPT dalam
pasal I butir angka I UUPT, disebutkan bahwa perseroan terbatas selanjutnya disebut
perseroan, adalah badan hokum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukankegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini seta peraturan
pelaksanaannya.

Dihubungkan dengan pasal 7 ayat (1) yang menetukan bahwa perseroan didirikan oleh
2(dua) orang atau lebih dengan akta notaries. Dalam hal ini yang dimaksud “orang”, adalah
orang baik orang perseorangan atau Badan hokum .Ketentuan persyaratan pendirian perseroan
oleh 2 (dua) orang atau lebih ini menegaskan prinsip yang berlaku berdasarkan Undang-
undang, bahwa pada dasarnya sebagai “Badan Hukum”, perseroan didirikan berdasarkan
“Perjanjian”, dank arena itu harus didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih, sebagai pemegang
saham. Demikian pula dalam undang-undang sebelumnya, UU No 1 tahun 1995 tentang
perdseroan terbatas, disebutkan secara tegas bahwa perseroan terbatas adalah Badan hukum,
dst.

2. Perseroan terbatas mempunyai kelengkapan organ, sebagai kelengkapan suatu badan


hokum dalam menjalankan hak dan kewajiban Perseroan sesuai dengan tugas dan
kewenangannya, yaitu terdiri :

Rapat umum pemegang saham (RUPS),

Direksi dan Dewan Komisaris.Pasal 1 butir angka 2 UUPT.

3. Pendiriannya, harus melalui prosedur dan memenuhi syarat yang ditentukan dalam UU,
antara lain :

a) Dibuat akta pendirian dengan akta notaries, yang memuat anggaran dasar;
b) Pengesahan Pemerintah dalam hal ini melalui keputusan menteri.Pasal 7 ayat (1) dan
(4) UUPT;
c) Pendaftaran dan Pengumuman
Perseroan terbatas memperoleh status badan hokum, pada tanggal diterbitkannya Keputusan
Menteri mengenai pengesahan badan hokum Perseroan.

Pengumuman dimaksudkan, sebagai pemenuhan atas publisitas, bahwa telah berdiri sebuah
badan hokum, yang akan melakukan aktifitas dan berhubungan dengan masyarakat.

4. Hak dan kewajiban, tanggung jawab, serta harta kekayan yang terpisah.Hal ini antara
lain ditunjukkan, pada adanya tanggung jawab yang terbatas.Dalam pasal 3 ayat (1) UUPT
ditentukan, bahwa pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas
perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian
Perseroan melebihi saham yang dimiliki.

5. Perseroan melakukan perbuatan hokum dan berhubungan dengan pihak ketiga melalui
organnya sesuai dengan kewenangannya. Dalam pasal 98 ayat (1) disebutkan bahwa, Direksi
mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.Direksi dalam menjalankan
pengurusan perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan, dan wajib dilaksanakan dengan iktikad baik dan penuh tanggung jawab.Pasal 92
ayat (1) dan pasal 97 ayat (1) dan (2) UUPT.Disamping itu dalam pasal 97 ayat (5) ditentukan
bahwa, anggota direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian perseroan secara
pribadi, apabila ia dapat membuktikan :

a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;


b. Telah melakukan pengurusan dengan etikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;
c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung
atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan
d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian.
Ketentuan tersebut juga sama dengan yang diatur dalam ketentuan kepailitan Perseroan
(pasal 104 ayat (4).

Dalam ketentuan ini mengandung makna bahwa, apa yang dilakukan Direksi,
sepanjang untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, dan
dilaksanakan dengan Etikad baik penuh tanggung jawab, maka mengikat Perseroan dan yang
bertanggung jawab adalah Perseroan, sehingga tidak mengikat direksi secara pribadi.Perseroan
sebagai subyek hokum dapat menjadi pihak dalam suatu hubungan hokum maupun dalam suatu
perkara.

Demikian pula terhadap komisaris, juga tidak dapat dipertanggungjawabkan secara


pribadi seperti halnya ketentuan yang berlaku bagi direksi.(Pasal 114 ayat (5) dan pasal 115
ayat (3).

2. Perseroan Komanditer / CV. (Commanditaire Vennotschap / Partnership With


Sleeping Partners)

CV adalah suatu bentuk badan usaha persekutuan yang didirikan oleh dua orang atau
lebih dimana beberapa anggotanya memiliki tanggung jawab yang tak terbatas dan sebagian
anggota lainnya memiliki tanggung jawab yang terbatas.
CV adalah singkatan dari Commanditaire Vennootschap, yaitu jenis badan usaha persekutuan
yang belum memiliki badan hukum. Pendirian CV atau Persekutuan Komanditer adalah
menggunakan akta dan harus didaftarkan. Secara operasional sama dengan bentuk Fa. Dalam
CV, ada persero aktif dan pasif/diam Persero aktif Memasukan modal, tenaga, pikiran dan
tanggung jawab perusahaan. Persero pasif memasukan modal saja dan tidak ikut serta aktif
menjalankan perusahaan.

Ciri-Ciri CV / Persekutuan Komanditer

Kita dapat mengenali suatu badan usaha adalah Persekutuan Komanditer (CV) dilihat
dari karakteristiknya. Mengacu pada pengertian CV di atas, berikut ini adalah ciri-ciri CV
tersebut:

Terdapat dua jenis keanggotaan dalam CV, yaitu sekutu aktif dan sekutu pasif.
Sekutu aktif adalah anggota yang berperan menjalankan perusahaan.
Sekutu pasif adalah anggota yang hanya menanamkan modal usaha tanpa turut serta
dalam menjalankan perusahaan.
Sekutu aktif memiliki tanggungjawab yang tidak terbatas
Sekutu pasif memiliki tanggungjawab hanya sebesar modal yang ditanamkan kepada
perusahaan.

Dalam proses pendirian ada beberapa langkah antara lain :

1. Akte pendirian Notaris disyahkan Pengadilan Negeri setempat


2. SIUP Dinas Perindustrian dan perdagangan setempat
3. WDPDinas Perindustrian dan perdagangan setempat
4. NPWP Kantor Pelayanan Pajak
5. Rekening Koran Bank Milik Pemerintah/ Swasta
6. Asosiasi Kadin
7. TDR Pemerintah Provinsi / Pemkot.
Nama CV dapat sama dalam satu daerah / kota / kabupaten.Bagi direktur harus melampirkan surat
keterangan status (bukan pegawai negeri). Domisili yang disyahkan oleh pejabat setempat.
3. Koperasi

Kata koperasi berasal dari Bahasa Inggris cooperation atau Bahasa Belanda cooperatie,
artinya kerja sama yang terjadi antara beberapa orang untuk mencapai tujuan yang sulit dicapai
secara perseorangan. Tujuan yang sama itu adalah kepentingan ekonomi berupa peningkatan
kesejahteraan bersama.

Koperasi merupakan badan usaha yang berbentuk badan hukum. Koperasi akan
memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh pemerintah.10
Pemerintah dalam hal ini adalah Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil. Berdasarkan Pasal 1
Ayat (1) UU Perkoperasian, menyatakan bahwa koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.

- Landasan Idil
Landasan idil koperasi adalah Pancasila, yang merupakan dasar atau landasan yang digunakan
dalam usaha mencapai cita-cita koperasi. Sila kelima Pancasila harus dijadikan dasar serta
dilaksanakan dalam kehidupan koperasi, karena sila-sila memang menjadi sifat dan tujuan
koperasi dan selamanya merupakan inspirasi anggota koperasi.

- Landasan Struktural Koperasi


Landasan struktural koperasi adalah UUD 1945. Sedangkan Pasal 33 Ayat (1) marupakan
landasan gerak koperasi, artinya agar ketentuan-ketentuan yang terperinci tentang koperasi
harus berlandaskan dan bertitik tolak dari jiwa Pasal 33 Ayat (1) UUD 1945.

- Landasan Operasional Koperasi


1) Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasi
BADAN HUKUM NIRLABA

Organisasi nirlaba (non-profit organisation) adalah organsisasi yang tujuan utamanya


mendukung suatu isu atau persoalan di masyarakat tanpa mengomersialkannya atau mencari
keuntungan moneter. Contoh organisasi jenis ini adalah gereja, sekolah negeri, derma publik,
rumah sakit dan klinik umum, organisasi politik, bantuan masyarakat, jasa sukarelawan, serikat
buruh, asosiasi profesional, lembaga kajian, museum, dsb.

Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan dari
beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
tertentu,dalam pelaksanaannya kegiatan yang dilakukan tidak berorientasi pada pemupukan
laba atau kekayaan semata ( Pahala Nainggolan,2005 : 1 )

Puskesmas,Rumah Sakit & sekolah merupakan bentuk organisasi nirlaba yang


didirikan pemerintah untuk melayani kepentingan masyarakat sehingga organisasi ini
seharusnya mengutamakan kepentingan masyarakat. Seperti pelayanan berobat gratis di
puskesmas dan bebas biaya di sekola-sekolah negeri. Ada juga organisasi-organisasi nirlaba
yang yang didirikan pihak swasta seperti organisasi politik dan organisasi yang bersifat
keagamaan.

Contoh Badan/Organisasi Nirlaba

1. Yayasan

Dalam UU No 16 tahun 2001 tentang yayasan, menjelaskan bahwa yayasan adalah


badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai
tujuan tertentu di bidang sosial, pendidikan, kesehatan dan keagamaan serta kemanusiaan.
Yayasan didirikan oleh satu atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan
pendirinya, sebagai kekayaan awal.

Menurut UU No 16 Tahun 2001, organ yayasan terdiri dari :

1. Pembina, Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang

tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas

2. Pengurus, Pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan

yayasan yang sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris dan

bendahara.
3. Pengawas , Pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan pengawasan

dan memberi nasehat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan.

Menurut Indra Bastian (200: 1) yayasan adalah badan hukum yang kekayaannya terdiri
dari kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk pencapaian tujuan tertentu dibidang
pendidikan, sosial dan keagamaan.

Menurut Pahala Nainggalon (200: 1) yayasan merupakan suatu lembaga yang didirikan
bukan untuk mencari laba semata (Nirlaba) UU yang mengatur tentang yayasan yaitu UU No
16 tahun 2001 tentang yayasan yang dimuat dalam Lembaga Negara (LN) No 112/2001.

Yayasan merupakan suatu badan hukum yang berasal dari kekayaan yang dipisahkan
dari pemiliknya untuk mencapi tujuan pada bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
Yayasan tidak bertujuan untuk mencari keuntungan atau laba sehingga bertujuan komersial.

Ciri – ciri Yayasan :

- Yayasan dibentuk berdasarkan Perpu yang berlaku.


- Yayasan dibentuk dengan memisahkan kekayaan pribadi pendiri untuk tujuan nirlaba,
religi, sosial dan kemanusiaan.
- Didirikan dengan akta notaris.
- Tidak memilik anggota dan tidak dimiliki siapapun, namun memiliki pengurus
- Yayasan dapat dibubarkan oleh pengadilan dalam kondisi pertentangan tujuan yayasan
dengan hukum, likuidasi dan pailit.

2. Perkumpulan (Berbadan Hukum)

Selama ini dikenal adanya perkumpulan yang berbadan hukum ataupun perkumpulan
yang tidak berbadan hukum. Perkumpulan yang tidak berbadan hukum apabila akan melakukan
tindakan maka akan bertindak atas nama pribadi sedangkan apabila perkumpulan yang
berbadan hukum maka tindakan yang dilakukan ialah atas nama badan hukum tersebut. Untuk
perkumpulan yang berbadan hukum harus mendapatkan pengesahan dari pejabat yang
berwenang (Kementerian Hukum dan Ham) dan dilakukan pengumuman di Berita Negara
Republik Indonesia (BNRI).
REFERENSI

1. Tutik, Titik Triwulan. Cetakan Pertama. 2006. Pengantar Ilmu Hukum. Prestrasi
Pustakarya. Surabaya
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang perseroan terbatas
3. Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas
4. e-journal.uajy.ac.id/15544/3/MM025882.pdf
5. www.jurnalindonesia.org/badan-hukum-rji/
6. https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt569f74b8b755e/pilihan-badan-hukum-
untuk-organisasi-non-profit/
7. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Buku III Bab IX, pasal 1663 dan 1664;

Anda mungkin juga menyukai