Anda di halaman 1dari 11

BADAN HUKUM

DOSEN PENGAMPU
HIJRIYANA SAFITHRI, S.H, M.H.

PENYUSUN KELOMPOK 5
FATIA SHAFA (2120101046)
M. ARIS BHAYANGKARA (2120101040)
NURUL ILMI A. (2120101041)

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah dengan judul Konsep “Badan Hukum” dengan baik dan tidak
kurang dari pada waktunya.
Adapun sumber-sumber yang membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini antara lain dari berbagai referensi buku-buku, jurnal penelitian dan
pengambilan data dari internet yang berkaitan yang menyangkut dengan judul
makalah ini. demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis
sadar bahwasanya penulis hanyalah manusia yang tak luput dari kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT hingga dalam
penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun akan sanantiasa dinantikan dalam upaya
evaluasi diri.

Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan


penyusunan makalah ini akan ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat
atau bahkan hikmah bagi penulis dan pembaca.

Palembang, September 2022

Kelompok 5
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1....................................................................................................Latar Belakang
1.2..................................................................................................Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Badan Hukum
2.2. Syarat-Syarat Berdirinya Badan Hukum
2.3. Pembagian Badan Hukum
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut jelas “diatur dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 di mana dalam pasal 1 ayat (3)
disebutkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. sehingga memiliki
konsekuensi seluruh sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
harus berdasarkan pada aturan atau norma hukum yang berlaku di indonesia dan
tidak boleh menyimpang dari aturan atau norma tersebut.
Di samping manusia sebagai pembawa hak (subjek hukum), di dalam
hukum terdapat pula badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan yang dapat
juga memiliki hak-hak dan melakukan perbuatanperbuatar hukum seperti
layaknya seorang manusia. Badan-badan dan perkumpulan-perkumpulan itu
mempunyai kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu lintas hukum dengan
perantaraan pengurusnya, dapat digugat dan dapat juga menggugat di muka
hakim. Badan atau perkumpulan yang demikian itu dinamakan badan hukum atau
rechtspersoon,
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Badan Hukum?
2. Apa syarat-syarat berdirinya suatu Badan Hukum?
3. Badan Hukum di Indonesia dibagi berapa?
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Badan Hukum


Menurut Prof. Wirjono Prodjodikoro,1badan hukum adalah suatu badan
yang di samping manusia perorangan juga dianggap dapat bertindak dalam hukum
dan yang mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban dan perhubungan hukum
terhadap orang lain atau badan lain. Adapun menurut Prof. Sri Soedewi
Masjchoen Sofwan, badan hukum adalah kumpulan dari orang-orang yang
bersama-sama mendirikan suatu badan (perhimpunan) dan kumpulan harta
kekayaan, yang di. tersendirikan untuk tujuan tertentu (yayasan). Baik
perhimpunan maupun yayasan kedua-duanya berstatus sebagai badan hukum, jadi
merupakan persoon, pendukung hak dan kewajiban.2
Menurut Soedikno Mertokusumo bahwa : badan hukum adalah organisasi
atau kelompok manusia yang mempunyai tujuan tertentu yang dapat menyandang
hak dan kewajiban. Negara dan Perseroan Terbatas misalnya adalah organisasi
atau kelompok yang merupakan badan hukum. Selanjutnya dikatakan Soedikno
Mertokusumo badan hukum itu bertindak sebagai suatu kesatuan dalam lalu lintas
hukum seperti orang, hukum menciptakan badan hukum oleh karena pengakuan
organisasi atau kelompok manusia sebagai subyek hukum itu sangat diperlukan
karena bermanfaat bagi lalu lintas hukum3
Adapun Perundang-undangan yang menyebutkan istilah badan hukum
antara lain diantaranya Perpu Nomor 19 tahun 1960 tentang Perusahaan Negara,
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan dan Perubahannya Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi.4
1
R. Wirjono Prodjodikoro, Op. cit., 23.
2
Sri Soedeewi Masjchoen Sofwan, Hukum Badan Pribadi, (Yogyakarta: PB Gadjah Mada,
1964),29
3
A.A. Gede, Perbedaan Badan Hukum Publik dan Badan Hukum Privat, Jurnal Komunikasi
Hukum. Vol, 5 No, 2 (2019)154
4
Ibid., 153
2.2. Syarat-Syarat Berdirinya Suatu Badan Hukum
Pada dasarnya, suatu badan atau perkumpulan dapat disebut sebagai suatu
badan hukum jika telah memenuhi syarat-syarat berikut:5
a. Adanya harta kekayaan yang terpisah dari kekayaan orang perseorangan yang
bertindak.
b. Adanya suatu tujuan tertentu.
c. Adanya suatu kepentingan sendiri dari sekelompok orang.
d. Adanya suatu organisasi yang teratur.
Badan hukum ini mulai berlaku sebagai subjek hukum sejak badan hukum
itu disahkan oleh undang-undang dan berakhir saat dinyatakan bubar (dinyatakan
pailit) oleh Pengadilan. Dengan demikian, suatu perkumpulan dapat dimintakan
pengesahan sebagai badan hukum melalui cara:
a. Didirikan dengan akta notaris.
b. Didaftarkan di kantor Panitera Pengadilan Negeri setempat.
c. Dimintakan pengesahan anggaran dasarnya kepada Menteri Kehakiman.
d. Diumumkan dalam berita negara.
Mengenai syarat berdirinya suatu badan hukum ini, diatur dalam
berbagai peraturan perundang-undangan, antara lain: 6
a. Berdirinya suatu badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas, diatur dalam
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007.
b. Berdirinya suatu badan hukum berbentuk Koperasi, diatur dalam Undang-
Undang No. 17 tahun 2012.
c. Berdirinya suatu badan hukum berbentuk Bank, diatur dalam Undang-Undang
No. 10 Tahun 1998.
d. Berdirinya suatu badan hukum berbentuk Yayasan, diatur dalam Undang-
Undang No. 16 Tahun 2001.

2.3. Pembagian Badan Hukum


Pembagian Badan Hukum Pada dasarnya, badan hukum ini terbagi atas dua
bagian, yaitu:
5
Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Kencana,2017), 26
6
Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Kencana,2017),26
a. Badan Hukum Publik (publiek rechtspersoon)
Badan hukum publik adalah badan hukum yang didirikan oleh negara untuk
kepentingan publik atau negara. Badan-badan hukum ini merupakan badan-
badan negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan. 7 Contoh badan
hukum publik antara lain:
1) Negara Republik Indonesia, yang diatur dalam Undang-Undang Dasar
1945.
2) Pemerintah Daerah Tingkat I dan II, yang diatur dalam Undang-Undang
No. 22 Tahun 1999 dan undang-undang lainnya.
3) Bank Indonesia, yang diatur dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1999 dan
bank-bank milik negara lainnya yang diatur menurut undang-undangnya
tersendiri.
4) Perusahaan milik negara, yang diatur dalam undang-undangnya masing-
masing.

b. Badan Hukum Privat (privaat rechtpersoon)


Badan hukum privat/badan hukum keperdataan adalah badan hukum yang
didirikan untuk kepentingan individu. Badan hukum ini merupakan badan
hukum milik swasta yang didirikan oleh individu-individu untuk tujuan
tertentu dan sesuai menurut hukum yang berlaku secara sah. 8Contoh badan
hukum privat ini antara lain:
1) Perseroan Terbatas, yang diatur dalam KUHD dan Undang-Undang No.
40Tahun 2007.
2) Firma, yang diatur dalam KUHD.
3) Persekutuan Komanditer (CV), yang diatur dalam KUHD.
4) Perbankan, yang diatur dalam Undang-Undang No. 10/1998.
5) Koperasi, yang diatur dalam Undang-Undang No. 17/2012.
6) Partai Politik, yang diatur dalam Undang-Undang No. 2/2011
7) Organisasi Kemasyarakatan, yang diatur dalam Undang-Undang No.
17/2013.
8) Yayasan, yang diatur dalam Undang-Undang No. 16/2001
7
Ibid., 28
8
Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Kencana,2007),29
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengertian badan hukum adalah suatu badan yang di samping manusia
perorangan juga dianggap dapat bertindak dalam hukum dan yang mempunyai
hak-hak, kewajiban-kewajiban dan perhubungan hukum terhadap orang lain atau
badan lain. Adapun menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, badan hukum
adalah kumpulan dari orang-orang yang bersama-sama mendirikan suatu badan
(perhimpunan) dan kumpulan harta kekayaan, yang di. tersendirikan untuk tujuan
tertentu (yayasan). Baik perhimpunan maupun yayasan kedua-duanya berstatus
sebagai badan hukum, jadi merupakan persoon, pendukung hak dan kewajiban
Syarat-syarat berdirinya badan hukum, yaitu:
a). Adanya harta kekayaan yang terpisah dari kekayaan orang perseorangan yang
bertindak.
b). Adanya suatu tujuan tertentu.
c). Adanya suatu kepentingan sendiri dari sekelompok orang. d. Adanya suatu
organisasi yang teratur
syarat berdirinya suatu badan hukum ini, diatur dalam berbagai peraturan
perundang-undangan, antara lain:
a). Berdirinya suatu badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas, diatur dalam
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007.
b). Berdirinya suatu badan hukum berbentuk Koperasi, diatur dalam Undang-
Undang No. 17 tahun 2012.
c). Berdirinya suatu badan hukum berbentuk Bank, diatur dalam Undang-Undang
No. 10 Tahun 1998.
Pembagian Badan Hukum Pada dasarnya, badan hukum ini terbagi atas dua
bagian, yaitu:
a). Badan Hukum Publik (publiek rechtspersoon)
Badan hukum publik adalah badan hukum yang didirikan oleh negara untuk
kepentingan publik atau negara. Badan-badan hukum ini merupakan badan- badan
negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan.

b). Badan Hukum Privat (privaat rechtpersoon)

Badan hukum privat/badan hukum keperdataan adalah badan hukum yang


didirikan untuk kepentingan individu. Badan hukum ini merupakan badan hukum
milik swasta yang didirikan oleh individu-individu untuk tujuan tertentu dan
sesuai menurut hukum yang berlaku secara sah.

DAFTAR PUSTAKA
Gede, A.A. 2019.Perbedaan Badan Hukum Publik dan Badan Hukum Privat.
Jurnal Komunikasi Hukum. 5(2)152-166.
Prodjodikoro, R.Wirjono. 1960. Hukum Perkawinan di Indonesia. Jakarta: Sumur
Bandung. Cet. IV.
Simanjuntak. 2007. Hukum Perdata Indonesia. Jakarta: Kencana.
Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen. 1964. Hukum Badan Pribadi. Yogyakarta:
Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai