Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Acara Peradilan Tata
Usaha Negara

Dosen Pengampu:

Fardy Iskandar, S.H,M.H

Di Susun Oleh :

Cheche Ida Siti Fatimah (1921407026)


Putri Yolanda A.K.R (1921407038)

FAKULTAS SYARI’AH
PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, karena dengan kuasanya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Makalah Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara
(PTUN) sesuai rencana waktu yang telah ditentukan. Kehadiran Makalah ini
sesungguhnya diperlukan untuk menambah pengetahuan siapapun yang belajar
tentang hukum acara PTUN.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna di
karenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan Dunia Pendidikan.

Kehadiran Makalah Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara diharapkan


dapat membawa manfaat terutama bagi mahasiswa. Untuk itu penulis
mengharapkan berbagai kritik yang bersifat konstruktif dalam rangka
penyempurnaan segala kekurangan yang ada di dalam tulisan Makalah ini.

Samarinda, 22 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara ...........................4
B. Sumber Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara ................................6
C. Subjek dan Objek Peradilan Tata Usaha Negara .......................................8
D. Sistem Peradilan Tata Usaha Negara
.....................................................................................................................
11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.............................................................................................. 13
B. Saran........................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 14

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara hukum pada dasarnya terutama bertujuan untuk memberikan
perlindungan hukum bagi rakyat .1 Perlindungan hukum bagi rakyat terhadap
tindakan pemerintahan dilandasi oleh dua prinsip; prinsip hak asasi manusia
dan prinsip negara hukum.2 Dalam negara hukum, setiap penyelenggaraan
urusan pemerintahan haruslah berdasarkan pada aturan hukum yang berlaku
(wetmatigheid van bestuur).3

Sebagai konsekuensi dari negara hukum, wajib adanya jaminan bagi


administrasi negara sebagai alat perlengkapan negara untuk dapat
menjalankan pemerintahan dan warga negara memiliki hak dan kewajiban
mendapat jaminan perlindungan. Oleh karena itu, kekuasaan pemerintah tidak
dapat lepas dari perkembangan asas legalitas yang telah dimulai sejak konsep
negara hukum klasik formele rechtstaat atau liberale rechtsstaat yaitu
wetmatigheid van bestuur artinya pemerintahan menurut undang-undang.
Setiap tindakan pemerintah harus berdasarkan kepada undang-undang.

Menurut ketentuan Undang-undang No. 5 tahun 1986, tindakan hukum


yang
dilakukan oleh badan/pejabat tata usaha negara yang dituangkan dalam suatu
keputusan (beschikking), harus merupakan tindakan hukum dalam lapangan
hukum tata usaha negara (hukum publik).4

1
Zairin Harahap, 2002, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Edisi Revisi, Rajawali Pers,
Jakarta, hlm. 2
2
Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, PT Bina Ilmu,
Surabaya, hlm. 71.
3
Ridwan HR, 2013, Hukum Administrasi Negara, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 17
4
SF. Marbun, 1997, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di Indonesia, Liberty,
Yogyakarta, hlm. 146
2

Tindakan hukum yang dilakukan oleh badan/pejabat tata usaha negara


yang
dituangkan dalam suatu keputusan tata usaha negara (beschikking) dapat diuji
keabsahannya melalui gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
apabila diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau
bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik (AAUPB).
PTUN adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan terhadap sengketa tata usaha negara yang memiliki tugas dan
wewenang untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata
Usaha Negara di tingkat pertama sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 50
Undang-Undang No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Salah satu kewenangan PTUN yang paling penting selama proses


pemeriksaan persidangan berlangsung adalah kewenangan untuk
mengeluarkan suatu putusan (penetapan) sementara atau putusan sela atas
keputusan pemerintah atau keputusan TUN yang sedang disengketakan.
Begitu gugatan masuk dan didaftarkan di Kepaniteraan PTUN, pada saat itu
juga PTUN dapat menghentikan keputusan pemerintah tersebut untuk tidak
dilaksanakan, selama pemeriksaan proses perkara berlangsung. Putusan yang
demikian disebut putusan penundaan, yang diatur di dalam Pasal 67 Undang-
Undang No. 5 Tahun 1986.5

B. RUMUSAN MASALAH
1) Pengertian Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara
2) Sumber Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara
3) Subjek dan Objek Peradilan Tata Usaha Negara
4) Sistem Peradilan Tata Usaha Negara

C. TUJUAN PEMBAHASAN

5
Lintong O. Siahaan, 2006, Wewenang PTUN Menunda Berlakunya Keputusan Pemerintah,
Perum Percetakan Negara RI, Jakarta, hlm. 1
3

1) Untuk Mengetahui Pengertian Hukum Acara Peradilan Tata Usaha


Negara
2) Untuk Mengetahui Sumber Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara
3) Untuk Mengetahui Apa Saja Subjek dan Objek Peradilan Tata Usaha
Negara Untuk Mengetahui Sistem Peradilan Tata Usaha Negara.
4

BAB II

PEMBAHSAN

A. PENGERTIAN HUKUM PERADILAN TATA USAHA NEGARA

Awalnya istilah yang digunakan untuk menyebut PTUN adalah


ide dari Wiryono Prodjodikoro untuk menyusun Rancangan Undang-
Undang tentang Acara Perkara Dalam Soal Tata Usaha Pemerintahan.
Kemudian istilah yang muncul kemudian adalah Peradilan Administrasi
Negara, selanjutnya berubah lagi menjadi Peradilan Tata Usaha
Pemerintahan, sampai akhirnya Peradilan Tata Usaha Negara dengan
hadirnya UU No 5 tahun 1986.

Keberadaan Peradilan TUN merupakan salah satu jalur yudisial


dalam rangka pelaksanaan asas perlindungan hukum, di samping
pengawasan jalur administratif yang berjalan sesuai dengan jalur yang
ada dalam lingkungan pemerintahan sendiri. Kehadiran Peradilan TUN
memberikan landasan pada badan yudikatif untuk menilai tindakan
eksekutif serta mengatur mengenai perlindungan hukum kepada
masyarakat.6

Sejak Indonesia merdeka sampai dengan tahun 1986, Indonesia


belum mempunyai suatu lembaga Peradilan Administrasi Negara yang
berdiri sendiri. Namun demikian hal itu tidak menjadi penghalang
perkara-perkara yang berkaitan dengan administrasi dapat diselesaikan,
karena buktinya Sejak Indonesia merdeka sampai dengan tahun 1986,
Indonesia belum mempunyai suatu lembaga Peradilan Administrasi
Negara yang berdiri sendiri. walaupun PeradilanAdministrasi Negara
belum ada, telah banyak perkara administrasi negara yang dapat
diselesaikan.

6
Dr. Fence M. Wantu, SH., MH., 2014, Hukum AcaraPeradilan Tata Usaha Negara,Jogjakarta.n
Hlm 4
5

Untuk penyelesaian perkara administrasi negara dilakukan oleh


berbagai macam badan peradilan yang masing-masing mempunyai
batas kompetensi tertentu dengan prosedur pemeriksaan yang berbeda.7

PTUN terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sengketa


antara pemerintah dengan warga negaranya dan pembentukan lembaga
tersebut bertujuan mengkontrol secara yuridis (judicial control)
tindakan pemerintahan yang dinilai melanggar ketentuan administrasi
( mal administrasi) ataupun perbuatan yang bertentangan dengan
hukum (abuse of power).

Peradilan Tata Usaha Negara yang diatur dalam peraturan


perundang-undangan yakni, Undang-Undang No 5 Tahun 1986 Tentang
PTUN, selanjutnya mengalami perubahan pertama dirubah dengan
Undang-Undang No 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Hal itu dil akukan untuk memenuhi syarat untuk menjadikan lembaga
PTUN yang professional guna menjalankan fungsinya melalui kontrol
yudisialnya.

Kenyataaan yang terjadi walaupun sudah dilakukan perubahan


terhadap UU No 5 tahun 1986, dengan hadirnya UU No 9 Tahun 2004
ternyata masih saja memunculkan pesimisme dan apatisme publik
karena
tidak mengatur secara rinci tahapan upaya eksekusi secara paksa yang
bisa dilakukan atas keputusan PTUN serta tidak adanya kejelasan
prosedur dalam UU No 9 Tahun 2004 Pasal 116 ayat (4) yakni jika
pejabat tidak bersedia melaksanakan putusan maka dapat dikenakan
sanksi upaya paksa membayar sejumlah uang paksa dan/atau sanksi
administratif. lemah dariprinsip-prinsip hukum administrasi negara.

7
Sudikno Mertokusumo, 1971, Sedjarah Peradilan Dan Perundang-Undanganja Di Indonesia Sed-
jak 1942: dan apakah kemanfaatannja bagi kita bangsa Indonesia. Disertasi Fakultas Hukum
UGM. Jogjakarta. Hlm 8
6

Untuk itu pemerintah dan pihak lembaga legislatif


mengeluarkan perubahan kedua dari UU No 5 tahun 1986 yakni dengan
perubahan kedua lewat UU No 51 tahun 2009.

Jadi Pengertian dari, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha


Negara adalah serangkaian peraturan perundang-undangan yang
mengatur bagaimana pencari keadilan bertindak/berbuat di pengadilan
dan bagaimana pengadilan bertindak dalam rangka penyelesaian
sengketa Tata Usaha Negara. Singkatnya dalam mencari keadilan di
Pengadilan Tata Usaha Negara terdapat tata cara yang diatur sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Oleh karena itu, dalam buku ini diuraikan bagaimana teori dan
praktik di Pengadilan Tata Usaha Negara Indonesia, termasuk juga
menjelaskan sejarah Pengadilan Tata Usaha Negara, asas-asas dalam
Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara dan tentang kompetensi
Pengadilan Tata Usaha Negara. Disamping itu buku ini juga
menguraikan tentang gugatan, jawaan, replik, duplik, bukti,
kesimpulan, putusan dan pelaksanaan putusan di Pengadilan Tata Usaha
Negara Indonesia.8

B. SUMBER HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA


Sumber-sumber formal Hukum Adminstarsi Negara adalah :
1) Undang – Undang (Hukum Adminstrasi Negaratertulis)
2) Praktik Adminsitrasi Negara (HukumAdministarsi Negara yeng
merupakan kebiasaan)
3) Yurisprudensi
4) Anggapan para ahli Hukum Adminstrasi Negara

Mengenai undang-undang sebagai sumber hukumtertulis, berbeda


dengan Hukum Perdata atau HukumPidana karena sampai sekarang
Hukum Tata UsahaNegara belum terkodifikasi sehingga Hukum Tata
8
Perpustakaan Komisi Aparatur Sipil Negara, 2015 , https://perpustakaan.kasn.go.id/index.php?
p=show_detail&id=203&keywords=
7

UsahaNegara masih tersebar dalam berbagai ragamperaturan


perundang-undangan.

Dengan tidak adanya kodifikasi Hukum Tata Usaha Negara ini


dapat menyulitkan para hakim Peradilan Tata Usaha Negara untuk
menemukan hukum di dalam memutus suatu sengketa.

Hal ini disebabkan karena Hukum Tata UsahaNegara tersebar


dalam berbagai ragam peraturanperundang-undang yang jumlahnya
cukup banyak.Beberapa bidang Hukum Tata Usaha Negara yangbanyak
menimbulkan sengketa, misalnya bidangkepegawaian, agrarian,
perizinan dan bidang perpajakan, yang semuanya tersebar dalam
berbagairagam peraturan perundang-undangan, baik dalambentuk
undang-undang, peraturan pemerintah,keputusan presiden, keputusan
menteri, samapai padakeputusan dan peraturan kepala daerah.

Menurut Donner kesulitan membuat kodifikasi Hukum Tata


Usaha Negara disebabkan oleh:

1. Peraturan-peraturan Hukum Tata Usaha Negaraberubah lebih cepat


dan sering secara mendadak,sedangkan peraturan-peraturan Hukum
Privatdan Hukum Pidana berubah secara berangsur-angsur saja.
2. Pembuatan peraturan-peraturan Hukum TataUsaha Negara tidak
berada dalam satutangan. Diluar pembuat undang-undang pusat,
hamper semua depatemen dan semua pemerintah daerah swatantra
membuat juga perauturan-peraturan Hukum AdminsitrasiNegara
sehingga lapangan Hukum Administrasi Negara beraneka warna
dan tidak bersistem.9

C. SUBJEK DAN OBJEK PERADILAN TATA USAHA NEGARA

9
Modul Hukum Acara Tatausaha Negara.pdf
8

Dalam ketentuan Pasal 1 Poin 11 Undang-Undang PTUN, yang


dimaksud dengan Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan
terhadap badan atau pejabat tata usaha negara dan diajukan ke pengadilan
untuk mendapatkan putusan. Selanjutnya Pasal 1 poin 12 UU PTUN,
yang dimaksud dengan Tergugat adalah badan atau pejabat tata usaha
negara yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada
padanya atau yang dilimpahkan kepadanya yang digugat oleh orang atau
badan hukum perdata.
Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, dikaitkan dengan subjek
PTUN, maka yang termasuk dalam subjek PTUN adalah sebagai berikut :
1) Pihak Penggugat
Yang dapat menjadi pihak penggugat dalam perkara di Pengadilan
Tata Usaha Negara adalah setiap subjek hukum, orang maupun
badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan dengan
dikeluarkannya keputusan Tata Usaha Negara oleh Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara di Pusat maupun di Daerah (Pasal 53
ayat (1) jo Pasal 1 angka 4 UU No 5 tahun 1986).

2) Pihak Tergugat
Pihak tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya
atau yang dilimpahkan kepadanya (Pasal 1 angka 6 UU No 5 tahun
1986).

3) Pihak Ketiga yang berkepentingan


Dalam ketentuan Pasal 83 UU PTUN berbunyi selama
pemeriksaan, berlangsung, setiap orang yang berkepentingan dalam
sengketa pihak lain yang sedang diperiksa oleh Pengadilan, baik atas
prakarsa sendiri dengan mengajukan permohonan, maupun atas
prakarsa hakim dapat masuk dalam sengketa Tata Usaha Negara, dan
bertindak sebagai:
9

pihak yang membela haknya; atau peserta yang bergabung dengan


salah satu pihak yang bersengketa. Selanjutnya Pasal 118 ayat 1 UU
PTUN menyatakan apabila pihak ketiga yang belum pernah
ikut serta atau diikut sertakan selama waktu pemeriksaan sengketa
yang bersangkutan, pihak ketiga tersebut berhak mengajukan
gugatan perlawanan terhadap pelaksanaan putusan pengadilan
tersebut kepada Pengadilan yang mengadili sengketa tersebut pada
tingkat pertama.

Sementara objek sengketa dalam PTUN adalah keputusan tertulis


pejabat administrasi negara ( beschikking). Berdasarkan ketentuan Pasal
53 ayat (1) jo Pasal 1 angka 4 jo Pasal 3 UU No 5 tahun 1986, dapat
disimpulkan bahwa objek gugatan dalam sengketa Tata Usaha Negara
adalah :
1) Keputusan Tata Usaha Negara “suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi
tindakan Hukum Tata Usaha Negara berdasarkan Peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkret, individual
dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau
Badan Hukum Perdata.” (Pasal 1 angka 3 UU No 5 tahun 1986).
2) Yang dipersamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara yang
dimaksud diatas adalah sebagaimana yang disebut dalam ketentuan
Pasal 3 UU No 5 tahun 1986, yakni Pertama, apabila Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan,
sedangkan hal ini menjadi kewajiban, maka hal tersebut disamakan
dengan Keputusan Tata Usaha Negara.

Kedua, jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak
mengeluarkan keputusan yang dimohon, sedangkan jangka waktu
sebagaimana ditentukan dalam Peraruran perundang-undangan dimaksud
10

telah lewat, maka Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tersebut
dianggap telah menolak mengeluarkan keputusan yang dimaksud.

Ketiga, dalam hal Peraturan perundang-undangan yang


bersangkutan tidak menentukan jangka waktu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) : “maka setelah lewat waktu 2 (empat) bulan sejak
diterimanya permohonan, Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
bersangkutan dianggap telah mengeluarkan Keputusan Penolakan.”
Pengecualian adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 2 yang
menyatakan bahwa tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata
Usaha Negara menurut Undang-Undang ini, yakni :10
1) Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum
perdata;
2) Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang
bersifat umum;
3) Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan;
4) Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan
ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana atau peraturan perundang-undangan
lain yang bersifat hukum pidana;
5) Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil
pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
6) Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Tentara Nasional
Indonesia;
7) Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di pusat maupun di daerah
mengenai hasil pemilihan umum.

D. SISTEM PERADILAN TATA USAHA NEGARA

10
Pasal 2 Undang-Undang No 9 Tahun 2004. Pasal ini dalam UU No 5 tahun 1986 mengalami
peruba-han
11

Berdasarkan Undang-Undang No 5 Tahun 1986 tentang


PeradilanTata Usaha Negara11, perlindungan hukum akibat
dikeluarkannya ketetapan ( beschiking) dapat ditempuh melalui dua jalur,
yaitu Pertama,melalui banding administrasi atau upaya administrasi dan,
Kedua, melaluiperadilan.

Hal ini sesuai dengan ketetentuan Pasal 48 UU No 5 tahun 1986


yang berbunyi sebagai berikut:

1. Dalam hal suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara diberi
wewenang oleh atau berdasarkan peraturan perundang-undangan
untuk menyelesaikan secara administratif sengketa Tata Usaha
Negara tertentu, maka batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai
tuntutan ganti rugi dan/administratif yang tersedia.
2. Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) jika seluruh upaya administratif yang bersangkutan
telah digunakan.

Berdasarkan ketentuan pasal tersebut dapakt dikatakan bahwa


upaya administratif itu merupakan prosedur yang ditentukan dalam suatu
peraturan perundang-undangan untuk menyelesaikan sengketa TUN yang
dilaksanakan dilingkungan pemerintahan sendiri (bukan oleh peradilan
yang bebas) yang terdiri dari prosedur keberatan dan prosedur banding
administratif.

Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 48 disebutkan bahwa upaya


administratif adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seseorang
atau badan hukum perdata apabila yang bersangkutan tidak puas terhadap
suatu KTUN. Prosedur itu dilaksanakan di lingkungan pemerintahan
sendiri. Prosedur ini dinamakan banding administratif. Sementara untuk
penyelesaian PTUN yang dilakukan sendiri oleh badan atau Pejabat
11
UU No 5 tahun 1986 ini sampai sekarang sudah mengalami perubahan sampai dua kali. Peruba-
han Pertama dengan UU No 9 tahun 2004. Perubahan Kedua yakni dengan UU No 51 tahun 2009.
12

TataUsaha Negara yang mengeluarkan keputusan itu, maka prosedur


yang ditempuh tersebut disebut keberatan.12

Berkaitan dengan hal tersebut, kiranya harus diingat dalam


SuratEdaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 1991 tentang
PetunjukPelaksanaan Beberapa Ketentuan Dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, telah
menyebutkan sebagai berikut:

1. Apabila peraturan dasarnya hanya menentukan adanya upaya


administrative berupa pengajuan surat keberatan, maka gugatan
terhadap KTUN yang bersangkutan diajukan kepada PTUN.
2. Apabila peraturan dasarnya menentukan adanya upaya administratif
berupa pengajuan surat keberatan dan atau mewajibkan pengajuan
surat banding administratif, maka gugatan terhadap KTUN yang
telah diputus dalam tingkat banding administratif diajukan langsung
kepada PTUN dalam tingkat pertama yang berwenang.
Perbedaan pentingnya antara upaya administratif dan PTUN
adalah bahwa PTUN hanyalah memeriksa dan menilai dari segi
hukumnya saja (rechtmatigheid).
Sedangkan penilaian dari segi kebijaksanaan bukan menjadi
wewenang PTUN (doelmatigheid). Pemeriksaan melalui upaya
administratif, badan TUN selain berwenang menilai segi hukumnya,juga
berwenang menilai segi kebijaksanaannya. Dengan demikian
penyelesaian sengketa melalui upaya administratif menjadi lengkap
(volberoep). Tetapi, penilaian secara lengkap tersebut tidak termasuk
pada prosedur banding13.

BAB III
PENUTUP

12
Zairin Harahap, 2001, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha. Rajawali Pers Jakarta. Hlm 84
13
ibid
13

A. KESIMPULAN
Pengertian dari, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara adalah
serangkaian peraturan perundang-undangan yang mengatur bagaimana
pencari keadilan bertindak/berbuat di pengadilan dan bagaimana
pengadilan bertindak dalam rangka penyelesaian sengketa Tata Usaha
Negara. Singkatnya dalam mencari keadilan di Pengadilan Tata Usaha
Negara terdapat tata cara yang diatur sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Sumber-sumber formal Hukum Adminstarsi Negara adalah :
1. Undang – Undang (Hukum Adminstrasi Negaratertulis)
2. Praktik Adminsitrasi Negara (HukumAdministarsi Negara yeng
merupakan kebiasaan)
3. Yurisprudensi
4. Anggapan para ahli Hukum Adminstrasi Negara

Yang termasuk dalam subjek PTUN adalah pihak penggugat, pihak


tergugat, pihak ketiga yang berkepentingan. Sedangkan objek PTUN
adalah Keputusan Tata Usaha Negara, Yang dipersamakan dengan
Keputusan Tata Usaha Negara.

B. SARAN
Saran saya dengan dibuatnya makalah ini agar teman – teman dapat
memahami apa itu HAPTUN (Hukum Acara Peradilan Tata Usaha
Negara) mulai dari pengertian, Sumber hukum, subjek dan objek, serta
sistem PTUN.
14

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Fence M. Wantu, SH., MH., Hukum AcaraPeradilan Tata Usaha


Negara,Yogyakarta,2014.

Lintong O. Siahaan, Wewenang PTUN Menunda Berlakunya Keputusan


Pemerintah, Jakarta : Perum Percetakan Negara RI, 2006.

Modul Hukum Acara Tatausaha Negara.pdf

Pasal 2 Undang-Undang No 9 Tahun 2004. Pasal ini dalam UU No 5 tahun 1986


mengalami peruba-han

Perpustakaan Komisi Aparatur Sipil Negara, 2015 ,


https://perpustakaan.kasn.go.id/index.php?p=show_detail&id=203&keywords=

Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Jakarta : PT


Bina Ilmu, 1987.
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,Jakarta : Edisi Revisi, Rajawali
Pers,2013.
SF. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di
Indonesia,Yogyakarta : Liberty, 1997.
UU No 5 tahun 1986

Zairin Harahap, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Jakarta : Edisi
Revisi, Rajawali Pers, 2002.

Anda mungkin juga menyukai