Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUKUM TATA USAHA NEGARA

Disusun Guna Menyelesaikan Tugas Mata kuliah Hukum Peradilan Tata Usaha Negara

Dosen Pengampu: Desi Riani Harahap, MH

Disusun Oleh Kelompok 2

Dina Febriyanti 0203212062

Apwan Riadi Parapat 0203212054

Vemmy Adelina Putri 0203212068

Abdillah siregar 0203212165

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas “Hukum Tata Usaha Negara”.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Hukum Pidana yaitu
ibu Desi Riani Harahap, MH yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara menyusun tugas ini.

Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh kami dengan berbagai rintangan.
Baik itu yang datang dari diri kami maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya tugas ini dapat terselesaikan.
Semoga tugas kami dapat bermanfaat bagi para mahasiswa, umum khususnya pada diri
kami sendiri dan semua yang membaca tugas kami ini, dan mudah-mudahan juga dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca . Walaupun tugas ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk saran dan kritiknya.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Makalah ...................................................................................................... 1

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Sumber-Sumber Peradilan Tata Usaha Negara....................................................... 2


B. Persamaan Peradilan Tata Usaha Negara Dengan Peradilan Lain.......................... 5
C. Perbedaan Peradilan Tata Usaha Negara Dengan Peradilan Lain .......................... 7

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 8
B. Saran ....................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 9

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah Negara Hukum, yang ditegaskan dalam ketentuan Pasal 1 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Sebagai negara
hukum, Indonesia meletakkan sendi-sendi hukum di atas segalanya, yang berarti bukan hanya
masyarakat saja yang harus tunduk pada hukum, tetapi penguasa dan penyelenggara negara
pun dalam melaksanakan kekuasaan dan penyelenggaraan negara juga harus didasarkan dan
dibatasi oleh hukum

Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) adalah salah satu lembaga peradilan di Indonesia
di bawah kekuasaan Mahkamah Agung, yang memiliki tugas dan wewenang untuk
menyelesaikan sengketa tata usaha negara antara pemerintah dan masyarakat. PTUN
merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan mengenai
sengketa tata usaha negara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 yang telah
diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara. Hukum acara yang digunakan pada PTUN memiliki persamaan
dengan hukum acara yang digunakan pada Peradilan Umum untuk perkara perdata, meskipun
proses pemeriksaan di PTUN memiliki kekhususan jika dibandingkan dengan pemeriksaan di
Peradilan Umum untuk perkara perdata. Kekhususan hukum acara PTUN terletak pada asas-
asas yang melandasinya, seperti asas praduga rechmatig, asas pembuktian bebas, dan asas
keaktifan hakim

B. Rumusan Masalah
• Apa saja sumber-sumber peradilan tata usaha negara?
• Apa persamaan dan perbedaan peradilan tata usaha negara dengan peradilan lain?
C. Tujuan Makalah
• Mengetahui apa saja sumber-sumber peradilan tata usaha negara
• Mengetahui persamaan dan perbedaan peradilan tata usaha negara dengan peradilan
lain

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Sumber-Sumber Hukum Tata Usaha Negara

Sumber-sumber peradilan tata usaha negara (TUN) adalah sumber hukum yang digunakan
dalam proses peradilan TUN. Berikut adalah beberapa sumber hukum TUN:1

• Sumber Hukum Formal


1) Hukum tertulis: Hukum tertulis terdiri dari peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang wewenang badan atau pejabat TUN untuk melakukan tindakan
hukum TUN dan yang mengatur tentang kemungkinan untuk mengganggu gugat
tindakan hukum TUN yang bersangkutan. Hukum tertulis dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu peraturan perundang-undangan hukum TUN yang bersifat umum dan
peraturan perundang-undangan hukum TUN yang bersifat khusus.
2) Doktrin: Doktrin adalah pandangan atau pendapat para ahli hukum mengenai suatu
masalah hukum. Doktrin dapat digunakan sebagai sumber hukum TUN.
3) Yurisprudensi: Yurisprudensi adalah putusan-putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dan dapat dijadikan sebagai sumber hukum TUN.
4) Traktat: Traktat adalah perjanjian internasional yang mengikat negara-negara yang
menandatanganinya. Traktat dapat dijadikan sebagai sumber hukum TUN.
5) Peraturan Mahkamah Agung: Peraturan Mahkamah Agung adalah peraturan yang
dikeluarkan oleh Mahkamah Agung dan mengatur tentang tata cara pengadilan TUN.

Sumber-sumber peradilan TUN tersebut digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan


sengketa tata usaha negara antara orang/badan hukum dengan pejabat tata usaha negara akibat
dikeluarkannya keputusan tata usaha negara melalui pengadilan TUN.

Beberapa bidang Hukum Tata Usaha Negara yang banyak menimbulkan sengketa,
misalnya bidang kepegawaian, agrarian, perizinan dan bidang perpajakan, yang semuanya
tersebar dalam berbagai ragam peraturan perundang-undangan, baik dalam bentuk undang-

1
Yusrizal, Modul Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, (Aceh: Unimal Press, 2015) h.7

2
undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, keputusan menteri, samapai pada
keputusan dan peraturan kepala daerah.2

• Sumber Hukum Materiil


1) Sumber hukum historis: Sumber hukum historis administrasi adalah sumber hukum
yang berasal dari sejarah atau masa lalu yang pernah berlaku pada tempat tertentu,
seperti hukum Romawi, hukum Prancis, dan sebagainya. Sumber hukum historis
administrasi digunakan sebagai acuan dalam menentukan kebijakan atau tindakan
administrasi negara yang sesuai dengan sejarah atau masa lalu yang pernah berlaku.
Sumber hukum historis administrasi juga dapat digunakan sebagai bahan untuk
membuat peraturan perundang-undangan baru yang sesuai dengan kondisi saat ini.
2) Sumber hukum sosiologis administrasi negara adalah sumber hukum yang berasal dari
faktor-faktor sosial yang mempengaruhi pembentukan hukum administrasi negara,
seperti kebiasaan, adat istiadat, norma sosial, dan sebagainya. Dimana Sumber hukum
sosiologis administrasi negara berfungsi sebagai acuan dalam menentukan kebijakan
atau tindakan administrasi negara yang sesuai dengan faktor-faktor sosial yang
mempengaruhi pembentukan hukum administrasi negara
3) Sumber hukum fisiologis: Kebiasaan atau praktek dalam pelaksanaan tata usaha negara
juga dapat menjadi sumber hukum Fisiologis administrasi negara. Praktek-praktek yang
telah mapan dan diakui dalam administrasi negara dapat mempengaruhi pembentukan
aturan-aturan hukum.3

2
Rosmery Elsye, Modul Kuliah Hukum Tata Usaha Negara, (Sumedang: Fakultas Manajemen
pemerintahan IPDN, 2020) h.97
3 H.R Ridwan, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006) h. 43

3
Adapun beberapa alasan dari sulitnya membuat kodifkasi Hukum tata usaha negara
diantaranya, yaitu:

1) Perubahan peraturan hukum tata usaha negara cenderung lebih cepat dan
mendadak, sehingga sulit untuk membuat kodifikasi hukum TUN yang tetap
relevan dan akurat berbeda dengan peraturan hukum privat dan pidana dimana
berubah secara berangsur-angsur
2) Kesulitan menetapkan sistematika dan kodifikasi: Hukum TUN memiliki banyak
peraturan yang tersebar di berbagai undang-undang dan peraturan pemerintah,
sehingga sulit untuk menetapkan sistematika dan kodifikasi yang tepat4
3) Keterbatasan sumber daya: Pembuatan kodifikasi hukum TUN membutuhkan sumber daya
yang besar, baik dari segi tenaga ahli maupun dana. Keterbatasan sumber daya ini
seringkali menjadi kendala dalam pembuatan kodifikasi hukum TUN
4) Keterbatasan waktu: Pembuatan kodifikasi hukum TUN membutuhkan waktu yang cukup
lama, terutama jika harus melibatkan banyak pihak dan melakukan kajian yang mendalam
5) Kesulitan dalam menetapkan definisi dan ruang lingkup: Hukum TUN memiliki banyak
istilah dan konsep yang kompleks, sehingga sulit untuk menetapkan definisi dan ruang
lingkup yang tepat dalam pembuatan kodifikasi hukum TUN

6) Pembuatan peraturan-peraturan Hukum Tata Usaha Negara tidak berada dalam satu
tangan. Diluar pembuat undang-undang pusat, hamper semua depatemen dan semua
pemerintah daerah swatantra membuat juga perauturan-peraturan Hukum
Adminsitrasi Negara sehingga lapangan Hukum Administrasi Negara beraneka
warna dan tidak bersistem. 5

Kesulitan dalam membuat kodifikasi hukum TUN dapat berdampak pada efektivitas dan
efisiensi penyelenggaraan pemerintahan di daerah, terutama dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
pemerintahan. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi kendala-kendala tersebut agar
pembuatan kodifikasi hukum TUN dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.

4
Kasman Siburia, Hukum Administrasi Negara Cetakan ke 2, (Yogyakarta: Capiya Publishing,
2017, h.17
5
Riawan W. Tjandra, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, (Yogyakarta: Universitas
Atma Jaya, 2005) h.10

4
B. Persamaan Peradilan Tata Usaha Negara Dengan Peradilan Lain

Persamaan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) dengan peradilan lainnya adalah:

1) Kedudukan sebagai lembaga kehakiman: PTUN merupakan salah satu badan peradilan
yang melaksanakan kekuasaan kehakiman, seperti halnya peradilan umum, peradilan
agama, peradilan militer, dan Mahkamah Konstitusi.
2) Fungsi pengawasan: PTUN bertugas untuk mengawasi kegiatan pemerintahan dalam
rangka mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) . Hal ini sejalan
dengan fungsi pengawasan yang dimiliki oleh peradilan lainnya terhadap kegiatan
eksekutif dan legislatif.6
3) Penyelesaian sengketa: PTUN memiliki wewenang absolut dalam mengadili sengketa
tata usaha negara. Sama halnya dengan peradilan lainnya, PTUN juga bertugas untuk
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa antara pihak yang bersengketa.
4) Perlindungan hukum: PTUN, seperti peradilan lainnya, bertujuan untuk memberikan
perlindungan hukum bagi masyarakat dan pejabat administrasi negara. Hal ini
menunjukkan adanya persamaan dalam fungsi perlindungan hukum antara PTUN dan
peradilan lainnya.
5) Kontrol terhadap kegiatan eksekutif: PTUN sebagai lembaga yudikatif yang
mengontrol kegiatan eksekutif. Persamaan ini dapat dilihat dalam peran peradilan
lainnya yang juga bertugas untuk mengontrol kegiatan eksekutif, seperti peradilan
umum yang mengadili perkara pidana yang melibatkan pejabat eksekutif. 7
6) Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 menyebutkan bahwa
hukum acara yang digunakan dalam proses Peradilan Tata Usaha Negara mempunyai
persamaan dengan hukum acara yang digunakan di peradilan umum untuk perkara
perdata, namum tidak begitu saja peraturan yang berlaku dalam Hukum Acara Perdata
diterapkan dalam proses Peradilan Tata Usaha Negara, karena hal ini dibatasi dengan
prinsip dasar yang berlaku di Peradilan Tata Usaha Negara, terutama yang menyangkut

6
https://www.ptun-denpasar.go.id/artikel/baca/4. Diakses pada 29 September 2023
7
Erna Susanti, Jurnal Pengadilan Tata Usaha Negara Sebagai Media Pengawasan Masyarakat
Untuk Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih Dan Berwibawa.
file:///C:/Users/User/Downloads/rukayat,+4.+Pengadilan+Tata+Usaha+Negara+(PTUN)+Sebagai+M
edia+Pengawasan+Masyarakat+Untuk+Mewujudkan+Pemerintahan+yang+Bersih+dan+Be.pdf
diakses pada 29 Sep. 23

5
masalah kompetensi (kewenangan mengadili). Peradilan Tata Usaha Negara hanya
berwenang mengadili sengketa Tata Usaha Negara, yaitu sengketa antara orang atau
badan hukum dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha 10 Negara. Sengketa Tata Usaha
Negara adalah sengketa tentang sah atau tidaknya suatu Keputusan Tata Usaha Negara
yang telah dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
7) Peradilan Tata Usaha Negara juga diberlakukan asas peradilan cepat, murah, dan
sederhana semacam asas praduga tak bersalah (presumption of innocent) seperti yang
dikenal dalam Hukum Acara Pidana. Seorang Pejabat Tata Usaha Negara tetap
dianggap tidak bersalah di dalam membuat suatu keputusan Tata Usaha Negara
sebelum ada putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang
menyatakan ia salah membuat putusan Tata Usaha Negara. Peradilan Tata Usaha
Negara juga mengenal peradilan in absentia sebagaimana berlaku dalam peradilan
Tindak Pidana Khusus, dimana sidang berlangsung tanpa hadirnya terugat. Menurut
Pasal 72 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986, bila tergugat atau kuasanya tidak
hadir di persidangan 2 kali berturt-turut dan/atau tidak menanggapi gugatan tanpa
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, walaupun setiap kali telah dipangil secara
patut, maka hakim ketua sidang dengan surat penetapan meminta atasan tergugat untuk
memerintahkan tergugat hadir dan/atau menanggapi gugatan. Setelah lewat 2 bulan
sesudah dikirimakn dengan surat tercatat penetapan dimaksud, tidak dieterima berita,
baik dari atasan terugat maupun dari tergugat sendiri, maka hakim ketua sidang
menetapkan hari sidang berikutnya dan pemeriksaan sengketa dilanjutkan menurut
acara biasa, tanpa hadir tergugat. Putusan terhadap pokok gugatan dapat dijatuhkan
hanya setelah pemeriksaan mengenai segi pembuktiannya tetap dilakukan secara
tuntas.8

8
R. Wiyono, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008) h.9-
10

6
C. Perbedaan Peradilan Tata Usaha Negara Dengan Peradilan Lain

Perbedaan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) dengan peradilan lainnya adalah:

1) Jenis sengketa: PTUN khusus menangani sengketa tata usaha negara antara individu
atau badan hukum dengan badan atau pejabat tata usaha negara, sedangkan peradilan
lainnya menangani sengketa yang lebih luas, seperti sengketa pidana, perdata, agama,
dan sebagainya sedangkan peradilan lainnya memiliki wewenang yang lebih luas
dalam menangani sengketa yang beragam
2) Proses hukum: PTUN memiliki proses hukum yang berbeda dengan peradilan lainnya.
PTUN menggunakan proses hukum yang lebih sederhana dan cepat, dengan waktu
penyelesaian yang lebih singkat. Sedangkan peradilan lainnya memiliki proses hukum
yang lebih kompleks dan memakan waktu yang lebih lama.
3) Kewenangan: PTUN memiliki kewenangan khusus dalam mengawasi kegiatan
pemerintahan dalam rangka mewujudkan good governance, sedangkan peradilan
lainnya tidak memiliki kewenangan yang sama
4) Lingkup yurisdiksi: PTUN memiliki lingkup yurisdiksi yang lebih terbatas
dibandingkan dengan peradilan lainnya. PTUN hanya beroperasi di tingkat pertama dan
hanya memiliki kewenangan di bidang tata usaha negara, sedangkan peradilan lainnya
memiliki lingkup yurisdiksi yang lebih luas dan dapat beroperasi di tingkat yang lebih
tinggi.

7
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sumber-sumber hukum tata usaha negara terbagi menjadi dua yaitu hukum formal dan
hukum materil. Hukum tata usaha negara terdapat kesulitan dalam kodifikasi nya, dikarenakan
berbagai alasan yang menyebabka ketidakefisiensi dan tidak efektif, hal ini la yang menjadi
salah satu penyebab mengapa hukum tata usaha negara berbeda hukum lainnya.

Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 menyebutkan bahwa


hukum acara yang digunakan dalam proses Peradilan Tata Usaha Negara mempunyai
persamaan dengan hukum acara yang digunakan di peradilan umum untuk perkara perdata,
namum tidak begitu saja peraturan yang berlaku dalam Hukum Acara Perdata diterapkan dalam
proses Peradilan Tata Usaha Negara, karena hal ini dibatasi dengan prinsip dasar yang berlaku
di Peradilan Tata Usaha Negara, terutama yang menyangkut masalah kompetensi (kewenangan
mengadili). Peradilan Tata Usaha Negara hanya berwenang mengadili sengketa Tata Usaha
Negara, yaitu sengketa antara orang atau badan hukum dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha
10 Negara. Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa tentang sah atau tidaknya suatu
Keputusan Tata Usaha Negara yang telah dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara.

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami susun , saran dari kami adalah semoga makalah ini lebih
baik dari sebelumnya. Terimakasih atas antuasiasme dari pembaca yang sudah menelaah
makalah ini. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena terbatasnya
pengetahuan terkait judul makalah ini dan Penulis berharap dengan adanya makalah dapat
menambah pengetahuan para pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

Wiyono. R. 2008. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta: Sinar Grafika

https://www.ptun-denpasar.go.id/artikel/baca/4.
Susanti, Erna. Jurnal Pengadilan Tata Usaha Negara Sebagai Media Pengawasan Masyarakat
Untuk Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih Dan Berwibawa.
file:///C:/Users/User/Downloads/rukayat,+4.+Pengadilan+Tata+Usaha+Negara+(PTU
N)+Sebagai+Media+Pengawasan+Masyarakat+Untuk+Mewujudkan+Pemerintahan+
yang+Bersih+dan+Be.pdf

Siburia Kasman.2017. Hukum Administrasi Negara Cetakan ke 2. Yogyakarta: Capiya


Publishing
W. Tjandra Riawan. 2005. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya

Elsye Rosmery. 2020. Modul Kuliah Hukum Tata Usaha Negara. Sumedang: Fakultas
Manajemen pemerintahan IPDN
Ridwan H.R.2006. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Yusrizal. 2015. Modul Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Aceh: Unimal Press

Anda mungkin juga menyukai