Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 4


1. KATARINA NUN (51118078)
2. KLAUDIUS DALA GERENE (5111897)
3. CHENDY CLARA ANJELIKA TODE (51118096)
4. FRANSISCO ERICO MAWUNTU (51118067)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2018

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, hikmat
serta berkat yang telah Ia berikan, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
memahami tentang Pembidangan Hukum.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Kupang, September 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………..1
Daftar Isi………………………………………………………………2
Bab I: Pendahuluan……………………………………………………3
Latar belakang………………………………………………….3
Rumusan masalah……………………………............................3
Tujuan penulisan……………………………………………….3
Bab II: Pembahasan…………………………………………………..4
2.1 Berdasarkan Tujuan/Isi Hukum……………………………..4
2.2 Berdasarkan Wilayah Berlakunya…………………………..5
2.3 Berdasarkan Waktu Berlakunya…………………………….5
2.4 Berdasarkan Wujud/Bentuk…………………………………5
2.5 Berdasarkan Daya Paksa…………………………………….7
2.6 Berdasarkan Sumbernya…………………………………….8
2.7 Berdasarkan Fungsinya …………………………………….9
Bab III: Penutup………………………………………………………10
Kesimpulan………………………………………………………10
Daftar pustaka……………………………………………………11,

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam negara hukum ini pastilah banyak di temukan tentang masalah-masalah hukum yang ada
saat ini. Namun banyak orang yang kurang tau-menahu tentang bermacam-macam pembidangan
hukum yang ada. Dalam makalah ini akan menjelaskan tentang macam-macam pembidangan hukum di
Indonesia . Mulai dari pembidangan hukum berdasarkan tujuan, wilayah berlakunya, waktu
berlakunya, wujud atau bentuk, daya paksa, sumbernya dan fungsinya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apa saja yang termasuk pembidangan hukum berdasarkan tujuan/isi hukum?
2. Apa saja yang termasuk pembidangan hukum berdasarkan wilayah berlakunya?
3. Apa saja yang termasuk pembidangan hukum berdasarkan waktu berlakunya?
4. Apa saja yang termasuk pembidangan hukum berdasarkan wujud/bentuk?
5. Apa saja yang termasuk pembidangan hukum berdasarkan daya paksa?
6. Apa saja yang termasuk pembidangan hukum berdasarkan sumbernya?
7. Apa saja yang termasuk pembidangan hukum berdasarkan fungsinya?

1.3 Tujuan
Tujuan pada makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk pembidangan hukum berdasarkan tujuan/isi
hukum
2. Untuk mengetahui Apa saja yang termasuk pembidangan hukum berdasarkan wilayah
berlakunya?
3. Untuk mengetahui Apa saja yang termasuk pembidangan hukum berdasarkan waktu
berlakunya?
4. Untuk mengetahui Apa saja yang termasuk pembidangan hukum berdasarkan wujud/bentuk?
5. Untuk mengetahui Apa saja yang termasuk pembidangan hukum berdasarkan daya paksa?
6. Untuk mengetahui Apa saja yang termasuk pembidangan hukum berdasarkan sumbernya?
7. Untuk mengetahui Apa saja yang termasuk pembidangan hukum berdasarkan fungsinya?

4
BAB II
PEMBAHASAN

PEMBIDANGAN HUKUM
4.1 Berdasarkan Tujuan/ isi Hukum
a. Hukum Privat atau Hukum Sipil, yaitu hukum yang mengatur tentang
hubungan-hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain dengan
menitikberatkan pada kepentingan perseorangan. Hukum Privat dalam arti luas
meliputi Hukum Perdata dan Hukum Dagang. Dengan perkataan lain, Hukum
Perdata merupakan bagian dari Hukum Privat. Sedangkan Hukum Privat dalam
arti sempit adalah Hukum Perdata. Karena hukum privat dan hukum perdata
sama-sama mengatur perseoranagn atau setiap individu. Jadi, hukum privat dan
hukum perdata sama-sama berisi undang-undang yang mengatur setiap individu.
b. Hukum Publik atau Hukum Negara, yaitu hukum yang mengatur hubungan
negara dengan alat perlengkapannya dan yang mengatur hubungan negara
dengan perseorangan atau warga negaranya. Sebagai contoh Hukum Publik ada
beberapa macam hukum publik , yaitu sebagai berikut:
a. Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur bentuk susunan
pemerintahan suatu negara serta hubungan antara alat-alat perlengkapan satu
sama lain.
b. Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang mengatur cara-cara
menjalankan tugas (hal dan kewajiban) dari kekuasaan alat-alat perlengkapan
negara .
c. Hukum Pidana adalah hukum yang mengatur perbuatan-perbuaatn apa
yang dilarang dan memberikan pidana (hukuman) kepada siapa yang
melanggar.

4.2 Berdasarkan Wilayah Berlaku


a. Hukum Nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara.
b. Hukum Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum dalam
dunia internasional.
c. Hukum Asing, yaitu hukum yang berlaku di negara lain.

5
d. Hukum Gereja (kanonik), yaitu kumpulan norma-norma yang ditetapkan oleh
gereja untuk para anggota-anggotanya.
e. Hukum Islam yaitu hukum yang berlaku untuk orang-orang yang beragama islam.

4.3 Berdasarkan Waktu Berlaku


a. Ius Constitutum atau Hukum Positif dapat juga disebut tata hukum, yaitu hukum
yang sedang berlaku (berlaku sekarang) bagi suatu masyarakat tertentu dalam
suatu daerah tertentu, dengan perkataan lain sebagai hukum yang berlaku bagi
suatu masyarakat pada suatu waktu, dalam suatu tempat tertentu.
b. Ius Constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan
datang
c. Hukum Asasi ( Hukum Abadi), yaitu hukum yang berlaku dimanapun dalam
segala waktu untuk segala bangsa di dunia, jadi tanpa mengenal batas waktu,
tempat, keadaan dan jaman.

Catatan : Ketiga macam hukum diatas ini merupakan hukum duniawi.

4.4 Berdasarkan Wujud/Bentuk


a. Hukum Tertulis (statute law, writter law) yakni hukum yang dicantumkan dalam
berbagai peraturan. Hukum tertulis ada yang tidak dikodifikasi dan ada yang sudah
dikodifikasi.
Kodifikasi ialah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam undang-undang
secara sistematis dan lengkap. Jadi unsur kodifikasi adalah;

1. Jenis-jenis hukum tertentu;


2. Sistematis dan;
3. Lengkap.
Tujuan kodifikasi terhadap Hukum tertulis agar memperoleh;
1. Kepastian hukum;

6
2. Penyederhanaan hukum;
3. Kesatuan hukum.
Kodifikasi hukum antara lain ialah:
a. Eropa;
1). Corpus Iuris Civilis mengenai Hukum Perdata yang diusahakan oleh
Kaisar Justianus dari Kerajaan Romawi Timur (527-565).
2). Code Civil mengenai Hukum Perdata yang diusahakan oleh Kaisar
Napoleon di Prancis dalam tahun 1604.

b. Indonesia;
1). Kitab Undang-Undang Hukum Sipil 1 Mei 1848.
2). Kitab Undang-Undang Hukum Dagang 1 Mei 1848
3). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 1 Januari 1918.
4). KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) 31 Desember
1981

Hukum yang tidak dikodifikasi, contohnya ;


1). Peraturan tentang Hak Merek Perdagangan.
2). Peraturan tentang Hak Oktroi.
3). Peraturan tentang Hak Cipta.
4). Peraturan tentang Ikatan Perkreditan.
5). Peraturan tentang Kepailitan.

b. Hukum Tak Tertulis (unstatutory law, unwritten law), hukum yang masih hidup
dalam keyanikanan masyarakat yang tidak tertulis namun berlaku dan dipatuhi
sebagaimana suatu peraturan perundang-undangan. Misalkan norma-norma yang
berlaku di masyarakat pada saat ini.
Pada dasarnya hukum tak tertulis terbentuk berdasarkan kebiasaan yang terjadi
pada masyarakaat yang lama-kelamaan menjadi peraturan yang digunakan di
masyarakat . Namun terkadang ada juga norma yang berasal dari dasar-dasar
keagamaan yang dianut suatu agama , atau yang sering kita sebut sebagai norma
agama. , hukum tak tertulis juga hukum kebiasaan ataupun hukum adat

7
4.5 Berdasarkan Daya Paksa
a. Hukum mengatur (regeld) adalah hukum yang dapat dijadikan acuan oleh para
pihak dalam melakukan hubungan hukum. Artinya jika para pihak tidak membuat
ketentuan lain maka hukum yang mengatur tersebut akan menjadi memaksa dan
wajib diikuti dan ditaati oleh para pihak, tetapi manakala para pihak menentukan
lain maka isi perjanjian itulah yang menjadi pedoman hukum yang wajib ditaati.

Contoh hukum mengatur :

Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,


mengenai pembuatan perjanjian kerja bisa tertulis dan tidak tertulis. Dikategorikan
sebagai pasal yang sifatnya mengatur oleh karena tidak harus/wajib perjanjian kerja
itu dalam bentuk tertulis dapat juga lisan, tidak ada sanksi bagi mereka yang
membuat perjanjian secara lisan sehingga perjanjian kerja dalam bentuk tertulis
bukanlah yang imperatif/memaksa kecuali Pasal 57 ayat 1.
Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan , mengenai perjanjian kerja waktu tidak tertentu dapat
mensyaratkan masa percobaan 3 (tiga) bulan. Ketentuan ini juga bersifat mengatur
oleh karena pengusaha bebas untuk menjalankan masa percobaan atau tidak ketika
melakukan hubungan kerja waktu tidak tertentu/permanen.
Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
bagi pengusaha berhak membentuk dam menjadi anggota organisasi pengusaha.
Merupakan ketentuan hukum mengatur oleh karena ketentuan ini dapat dijalankan
(merupakan hak) dan dapat pula tidak dilaksanakan oleh pengusaha.

b. Hukum memaksa (dwingen/imperatif) adalah suatu peraturan hukum yang tidak


boleh dikesampingkan oleh para pihak dalam membuat perjnajian atau undang-
undang tidak memberikan peluang kepda siapa saja untuk menafsirkan lain selain
mengikuti aturan hukum yang tertulis dengan jelas di dalam teks yang ada. Misalnya
bagian seorang ahli waris menurut undang-undang wajib diberikan sesuai dengan
bagiannya, dan tidak boleh dikurangi baik dengan hibah maupun wasiat
(selengkapnya dapat dibaca pada Pasal 913 KUHPerdata). Bagian mutlak ahli waris
ini disebut dengan legitieme portie. Oleh karena itu, siapapun tidak boleh
mengurangi legitieme portie itu dengan membuat surat-surat lain apakah dengan
hibah maupunwasiat. Jika itu dilanggar, maka hibah atau wasiat itu menjadi batal
demi hukum.

8
4.6 Berdasarkan Sumbernya

1. Undang-Undang, Yaitu hukum yang tercantum didalam peraturan perundang-


undangan

2. Kebiasaan, Yaitu hukum yang terletak didalam peraturan-peraturan kebiasaam


(Adat)

3. Traktat, Yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara negara didalam suatu perjanjian
antar negaara

4. Yurispudensi, Yaitu Hukum yang terbentuk karna putusan hakim

5. Doktrin doktrin menjadi sumber hukum karena uu perjanjian internasional dan


yurisprudensi tidak memberi jawaban hukum sehingga dicarilah pendapat ahli
hukum .

Berlaku : communis opinium doctorum : pendapat umum tidak boleh menyimpang


dari pendapat para ahli.

a.commentaries on the laws at england oleh sir william black stone.

b.Ajaran imam syafi’i , banyak digunakan oleh PA (pengadilan agama ) dalam

putusan.

c. Trias politika

Lock : LEF (LEGILSLATIF ,EXESEKUTIF, FEDERATIF )

QUIEU :LEY ( LEGILSLATIF, EXEKUTIF, YUDIKATIF )

KANT : TRIAS POLITIKA

4.7 Berdasarkan Fungsinya


a. Hukum material
Pengertian Hukum Materil adalah ketentuan-ketentuan yang menerangkan
perbuatan-perbuatan apa yang dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa yang

9
dapat dijatuhkan bagi pelanggarnya. Hukum materil ini juga menentukan isi
sesuatu perjanjian, sesuatu perhubungan atau sesuatu perbuatan.
Dalam pengertian hukum materil perhatian ditujukan kepada isi peraturan.
Hukum materil ini mengatur sedemikian rupa mengenai apa saja yang dilarang
dan ganjaran atau hukuman apa yang pantas untuk diberikan kepada
pelanggarnya. Bukan hanya itu saja yang diatur di dalam hukum materil ini,
perjanjian atau perikatan juga diatur di dalamnya. .Jadi hukum material adalah
hukum yang memuat aturan-aturan yang mengatur kepentingan-kepentingan dan
hubungan-hubungan yang berisi perintah dan larangan sebagai contoh : Hukum
Pidana, Hukum Perdata, Hukum Tata Negara, Hukum Dagang . Apabila orang
berbicara Hukum Pidana , Hukum Perdata maka yang dimaksud adalah Hukum
Pidana substansial dan Hukum Perdata substansial .
b. Hukum Formal atau Hukum Proses atau Hukum Acara

Yaitu Hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur tentang


bagaimana cara melaksanakan dan mempertahankan Hukum Substansial dengan
perkataan lain adalah Hukum yang mengatur bagaimana cara-cara mengajukan
suatu perkara kesidang pengadilan dan bagaimana cara hakim memeriksa,
mengadili dan memutus perkara. Sebagai contoh : Hukum Acara Pidana, Hukum
Acara Perdata dan Hukum acara peradilan Tata Usaha Negara.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hukum berdasarkan tujuan atau isi hukum di bagi menjadi dua yaitu hukum privat
atau hukum sipil yaitu yang mengatur tentang hubungan-hubungan antara orang yang
satu dengan orang yang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan perseorangan.
Dan juga hukum publik atau hukum negara yaitu hukum yang mengatur hubungan
negara dengan alat pelengkapnya dan mengatur hubungan antara negara dengan
wargannya.
Hukum berdasarkan wilayah berlakunya dibagi menjadi lima yaitu hukum
nasional, hukum internasional, hukum asing, hukum gereja dan hukum islam
Hukum berdasarkan waktu berlakunya dibagi menjadi ius constitutum atau hukum
positif yaitu hukum yang buat oleh suatu negara dan sedang berlaku, ius
constituendum yaitu hukum yang diharapkan dapat berlaku di kemudian hari, dan
yang terakhir hukum asasi yaitu hukum abadi yang berlaku dimanapu dan kapanpun.
Hukum berdasarkan wujudnya di bagi menjadi hukum tertulis yakni hukum yang
dicantumkan dalam berbagai peraturan dan hukum tidak tertulis yakni berupa norma-
norma yang masih hidup karna keyakinan masyarakat yang tidak tertulis namun
berlaku dan dipatuhi.
Hukum berdasarkan daya paksa dibagi menjadi hukum yang mengatur dan hukum
yang memaksa
Hukum berdasarkan sumbernya terdiri dari UU, kebiasaan, traktat, yurisprudensi,
dan yang terakhir yaitu doktrin.
Hukum berdasarkan fungsinya dibagi menjadi dua yaitu hukum material yaitu
hukum yang berisi perintah dan larangan, sedangkan hukum formal atau hukum
proses atau hukum acara adalah hukum yang mengatur tentang bagaimana cara
mengajukan suatu perkara ke pengadilan dan bagaimana cara hakim memeriksa,
mengadili dan memutuskan perkara.

11

Anda mungkin juga menyukai