Anda di halaman 1dari 15

Pembahasan

A. Pengertian sumber hukum tata negara


Sumber hukum adalah segala sesuatu yang berupa tulisan, dokumen, naskah, dsb., yang
dipergunakan oleh suatu bangsa sebagai pedoman hidupnya pada masa tertentu. Menurut
Tjipto Rahardjo “Sumber yang melahirkan hukum digolongkan dari dua kategori, yaitu
sumber-sumber yang bersifat hukum dan yang bersifat sosial. Sumber yang bersifat hukum
merupakan sumber yang diakui oleh hukum sendiri sehingga secara langsung bisa melahirkan
atau menciptakan hukum. 1
Sumber hukum dalam arti formil adalah sumber hukum yang memiliki suatu bentuk
atau produk yang nyata. Karena dari suatu bentuknya itu maka hal tersebut berlaku secara
umum, ditaati dan diketahui serta memiliki daya laku dan daya ikat. Disinilah suatu kaidah
memperoleh kualifikasi sebagai kaidah hukum dan oleh yang berwenang ia merupakan
pertunjukan hidup yang harus diberi perlindungan. Sumber hukum dalam arti materiil ialah
merupakan suatu sumber hukum yang mana ditentukannya suatu isi hukum, bagi para sarjana
hukum yang paling penting ialah sumber hukum dalam arti Formil sebagai landasan yuridis.
Akan tetapi akan kemudian dikatakan perlu jika ingin mengetahui terkait akan asal usul dari
hukum itu sendiri, ia akan memperhatikan sumber hukum dalam arti materiil.2
Sumber hukum dalam bahasa Inggris adalah source of law. Perkataan “sumber hukum”
itu sebenarnya berbeda dari perkataan “dasar hukum”, “landasan hukum” ataupun “payung
hukum”. Dasar hukum ataupun landasan hukum adalah legal basis atau legal ground, yaitu
norma hukum yang mendasari suatu tindakan atau perbuatan hukum tertentu sehingga dapat
dianggap sah atau dapat dibenarkan secara hukum. Sedangkan, perkataan “sumber hukum”
lebih menunjuk kepada pengertian Tempat dari mana asal-muasal suatu nilai Atau norma
tertentu berasal.3
Hans Kelsen dalam bukunya “General Theory of Law and State” Menyatakan bahwa
istilah sumber hukum Itu (sources of law) dapat mengandung Banyak pengertian, karena
sifatnya yang Figurative and highly ambiguous. Pertama Yang lazimnya dipahami sebagai
sources Of law ada 2 (dua) macam, yaitu custom Dan statute. Kedua, sources of law juga Dapat
dikaitkan dengan cara untuk menilai Alasan atau the reason for the validity of Law. Ketiga,
sources of law juga dipakai Untuk hal-hal yang bersifat non-juridis, seperti norma moral, etika,

1
Sumber-sumber Hukum Tata Negara. Palu. Oktober 2009. Hal 5.
2
Muhamad Rezky Pahlawan MP, Asip Suyadi, Wahib, Hukum Tata Negara, Unpam Press, Tangerang
Selatan, 29 Januari 2020,hlm.27
3
Evi Purnama Wati. Sumber-sumber hukum Tata negara Indonesia. September. 2015.Volume 9. No.
III. Hal 170

1
prinsip-prinsip Politik, ataupun pendapat para ahli, dan Sebagainya yang dapat mempengaruhi
pembentukan suatu norma hukum, Sehingga dapat pula disebut sebagai Sumber hukum atau
the sources of the law.4
Hukum itu oleh orang awam digambarkan secara Deskriptif yang sama diartikan
sebagai peraturan perundang-undangan. Jadi segala sesuatu yang harus ditaati itu adalah
Hukum. Pandangan-pandangan orang awam tersebut tidak salah. Kalau kita lihat dari
Sistematika Hukum dibagi 2 yaitu :
1. Hukum yang tertulis, yaitu kaidah hukum yang dibuat oleh Badan yang berwenang
yang lazimnya disebut Peraturan Perundang-undangan.
2. Hukum yang tidak tertulis yaitu kebiasaan-kebiasaan Ketatanegaraan (Konvensi). 5
Dalam Pasal 1 Ketetapan MPR No. III/MPR/ 2000 ditentukan bahwa: 213 (1) Sumber
hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan perundang-
undangan; (2) Sumber hukum terdiri atas sumber hukum tertulis dan sumber hukum tidak
tertulis; (3) sumber hukum dasar nasional adalah (i) Pancasila sebagaimana yang tertulis dalam
Pembukaan UUD 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, dan(ii) batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945.6
B. Sumber Hukum Tata Negara
1. Sumber hukum secara umum
Khusus dalam bidang ilmu hukum tata negara pada umumnya
(verfassungsrechtslehre), yang biasa diakui sebagai sumber hukum7 adalah:
a. Undang-undang dasar negara GRONDWET dalam bahasa belanda CONSTITUER
dalam Bahasa Perancis merupakan peraturan perundang-undangan yang tertinggi
pada suatu negara dan merupakan hukum dasar negara tertulis yang mengikat dan
berisi aturan yang harus ditaati. 8
Tata urutan perundang-undangan menurut undang-undang nomor 10 tahun 2004
adalah sebagai berikut :
1) UUD 1945 (UUD NKRI 1945)

4
ibid
5
Lisda Syamsumardian. Hukum Tata Negara. Hal 33.
6
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid I, Jakarta, Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI , 2006,hlm.151
7
Ibid
8
Muhammad Agung, Macam-macam Sumber Hukum Tata Negara Berdasarkan
Sumber Hukum Formil Dan Materiil

2
2) UU / peraturan pemerintah pengganti Uu
3) Peraturan Pemerintah
4) Keputusan Presiden (Keppres)
5) Peraturan Menteri/Instruksi Menteri9
b. Peraturan Ketatanegaraan
Kebiasaan merupakan sumber hukum yang ada dalam kehidupan sosial
masyarakat dan Dipatuhi sebagai nilai-nilai hidup yang positif. Selain istilah
kebiasaan (custom) dikenal pula Dengan istilah “adat istiadat” yang mengatur tata
pergaulan masyarakat. Adat istiadat diartikan Sebagai himpunan kaidah sosial yang
sudah sejak lama ada dan merupakan tradisi yang Umumnya bersifat sakral,
mengatur tata kehidupan sosial masyarakat tertentu. Suatu adat istiadat.
Dan kebiasaan dapat menjadi hukum kebiasaan atau hukum tidak tertulis,
apa telah memenuhi Syarat-syarat sebagai berikut :
1) Syarat materiil, yaitu kebiasaan tersebut berlangsung secara terus menerus dan
dilakukan Dengan tetap
2) Syarat psikologis, yaitu ada keyakinan warga masyarakat, bahwa perbuatan atau
Kebiasaan itu masuk akal sebagai suatu kewajiban.
3) Syarat sanksi, yaitu ada sanksi apabila kebiasaan itu dilanggar atau tidak ditaati
oleh Masyarakat.10
c. Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah putusan hakim yang memuat peraturan tersendiri dan
telah berkekuatan hukum tetap, kemudian diikuti oleh hakim lain dalam peristiwa
yang sama. Pengertian yurisprudensi di negara-negara anglo saxon yang menganut
tradisi hukum common law (Inggris dan Amerika) memiliki arti yang luas, dimana
yurisprudensi dapat diartikan sebagai ilmu hukum.
Yurisprudensi dalam arti luas sebagai putusan hakim atau hukum yang
dibuat oleh pengadilan, terdiri atas empat jenis, yaitu sebagai berikut :
1) Yurisprudensi tetap, yaitu semua putusan hakim yang telah berkekuatan hukum
tetap dan sifatnya yuridis murni.

9
Ibid
10
Ibid

3
2) Yurisprudensi tidak tetap yaitu semua putusan hakim terdahulu yang tidak
didasarkan pada standard arrest, atau putusan hakim yang tidak didasarkan pada
putusan hakim yang telah berkekuatan tetap.
3) Yurisprudensi semi yuridis, yaitu semua penetapan pengadilan berdasarkan
permohonan seseorang yang hanya berlaku khusus pada pemohon.
4) Yurisprudensi administratif, yaitu surat edaran mahkamah agung (sema) yang
hanya berlaku secara administratif dan mengikat intern dalam lingkup
peradilan.11
d. Traktat
Traktat disebut juga dengan istilah konvensi atau perjanjian internasional.
Traktat atau perjanjian antar negara adalah suatu perjanjian internasional setara dua
negara atau lebih. Traktat dapat dijadikan sebagai sumber hukum formal jika
memenuhi syarat formal tertentu. Misalnya perjanjian antar negara yang biasa
dilakukan oleh pemerintah Indonesia, harus disahkan oleh kedua belah pihak agar
mengikat negara peserta traktat. 12
Perjanjian ini dapat dilakukan antara dua negara atau lebih. Jika dilihat
berdasarkan jumlah negara yang melakukan perjanjian tersebut, traktat terdiri dari
:
1) Traktat bilateral, yakni bila traktat dilakukan oleh dua negara. Misalnya
perjanjian internasional yang dilakukan antara pemerintah Indonesia dengan
pemerintah Filipina tentang pembatasan penyelundupan dan bajak laut.
2) Traktat multilateral, yakni jika menjadi pihak dalam perjanjian tersebut
dilakukan oleh lebih dari dua negara.
3) Traktat korektif, yakni traktat yang memberikan keterbukaan kepada negara-
negara untuk turut serta dalam perjanjian tersebut. Misalnya piagam pbb,
konvensi-konvensi Genewa 1949 tentang perlindungan korban perang dan
protokol-protokol tambahan.13
e. Doktrin
Doktrin merupakan pendapat atau bajaran ahli hukum yang terkemuka dan
mendapat pengakuan dari masyarakat. Misalnya pemeriksa perkara atau dalam
pertimbangan putusannya menyebutkan ahli hukum tertentu. Dengan demikian,

11
Ibid
12
Ibid
13
Ibid

4
hakim dianggap telah menemukannya dalam doktrin, sehingga doktrin yang
demikian telah menjadi sumber hukum formal. 14
2. Macam-macam sumber hukum Tata negara
Sumber hukum terbagi menjadi sumber hukum formil dan sumber hukum
materiil15:
a. Sumber hukum formil
Sumber hukum formal adalah sumber hukum yang dirumuskan
peraturannya dalam suatu bentuk. Berdasarkan bentuknya maka hukum itu berlaku
umum, mengikat, dan ditaati. 16 Sumber hukum formil di Indonesia:
1) Undang-undang dasar 1945
Undang-undang dasar 1945 merupakan segala induk dari peraturan perundang-
undangan di Indonesia dan merupakan hukum tertinggi di Indonesia dan segala
peraturan perundang-undangan yang dibuat ,tidak boleh bertentangan dengan
UUD 1945.17
2) Ketetapan MPR
Istilah ketetapan MPR tidak terdapat dalam UUD 1945, namun
berdasarkan surat Presiden yang ditujukan kepada DPR no.2262/HK/1959
tanggal 20 Agustus 1959,dikenal bentuk peraturan Perundang-undangan salah
satunya adalah Keputusan MPRS yaitu peraturan perundang-undangan yang
dibuat berdasarkan pasal 2 UUD 1945.
Menurut Tap MPR No.I/MPR/1978 pasal 100, produk MPR tersebut
dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
a) Ketetapan (Mempunyai kekuatan Extern dan intern),yang meliputi
bidang legislatif dilaksanakan dengan Undang-undang,dan ketetapan
yang meliputi bidang eksekutif dilaksanakan dengan Keputusan
Presiden (Kepres).
b) Keputusan (Bersifat Intern). 18
3) Undang-undang/ PERPU

14
Ibid
15
Shara Puspita Sari, Macam-macam Sumber Hukum Tata Negara Berdasarkan Sumber Formil Dan
Materiil, Universitas Eka Sakti.
16
Muhamad Rezky Pahlawan MP, Asip Suyadi, Wahib, Opcit, hlm. 18
17
Shara Puspita Sari, Opcit
18
Ibid

5
Undang-undang pada dasarnya memiliki arti secara formil dan materiil.
Undang-undang dalam arti formil adalah suatu bentuk keputusan atau ketentuan
yang dikeluarkan oleh pembentuk Undang-undang dengan prosedur tertentu.
Undang-undang dalam arti materiil adalah Setiap bentuk keputusan
pemerintah yang mempunyai Kekuatan mengikat tanpa memperhatikan
prosedur pembuatannya dan tata cara serta lembaga Yang membuatnya. Dasar
dari pembuatan Undang-undang ialah Pasal 5 ayat (1) dan pasal 20 Ayat (1)
UUD 1945.
Asas-asas Perundang-undangan yaitu:
a) Undang-undang tidak boleh berlaku surut.
b) Undang-undang yang berlaku kemudian,membatalkan Undang-undang
yang terdahulu.
c) Undang-undang yang dibuat lembaga yang lebih tinggi,lebih tinggi pula
kekuatan berlakunya (Lex superiori derogat lex inferiori).
d) Lex Spesialis derogat lex generalis.
e) Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.
f) Dalam pasal 22 ayat (1) UUD 1945 dinyatakan bahwa Dalam keadaan
ihwal dan kepentingannya yang memaksa maka presiden berhak
mengeluarkan PERPU.
g) Yang dimaksud dengan kegentingan yang memaksa
(Noodverordeningsrecht) adalah Keadaan yang mendesak sehingga
Presiden dalam hal ini Pemerintah perlu bertindak cepat membuat dan
mengeluarkan peraturan yang sederajat dengan Undang-undang tanpa
melalui persetujuan DPR. 19
4) Peraturan pemerintah (PP)
Pasal 5 ayat (2) UUD 1945,Presiden menetapkan peraturan pemerintah
untuk menjalankan Undang-undang sebagaimana mestinya. Presiden tidak akan
menetapkan peraturan pemerintah tersebut sebelum ada Undang-undangnya,
mengingat bahwa Undang-undang tersebut merupakan
sumber hukum tata negara, maka Peraturan pemerintah tersebut juga merupakan
sumber hukum tata negara.20

19
Ibid
20
Ibid

6
5) Keputusan Presiden
Keputusan Presiden pertama kalinya dikenal sebagai bentuk peraturan
perundang-undangan berdasarkan surat Presiden yang ditujukan kepada DPR
tertanggal 20 Agustus 1959 No.2262/HK/1959. Keputusan Presiden tersebut
dimasukkan kedalam peraturan perundang-undangan guna melaksanakan
peraturan Presiden maupun Undang-undang dibidang pengangkatan dan
pemberhentian baik personalia, pegawai atau anggota DPR.
Kepres tersebut merupakan keputusan khusus (einmalig) yang berfungsi
untuk Melaksanakan Ketetapan MPR dalam bidang eksekutif dan peraturan
pelaksana. Dalam praktiknya, Keputusan Presiden (Kepres) dibedakan 2 bagian
yaitu:
a) Tindakan pengaturan dalam rangka menjalankan pemerintahan
sepanjang Presiden berpendapat tidak perlu diatur dengan Undang-
undang,sebab dalam UUD 1945 tidak mewajibkannya dan merupakan
persoalan sederhana.
b) Sebagai tindakan penetapan seperti yang dimaksud dalam Memorandum
DPR-GR.21
6) Peraturan pelaksana lainnya
Yang dimaksud dengan peraturan pelaksana lainnya adalah Peraturan
pelaksanaan yang ada Setelah Tap. MPR no.XX/MPR/1966, misalnya
Peraturan menteri, yang dibuat berdasarkan pada peraturan yang lebih tinggi
sesuai dengan hierarkinya. 22
7) Konvensi
Pengertian Konvensi menurut pendapat para ahli yaitu:
a) Menurut Mr.J.H.P Bellefroid dalam bukunya ” Inleiding tot de
rechtwetemchap Nederland” menyatakan bahwa Convention adalah suatu
peraturan walaupun tidak ditetapkan oleh pemerintah,tetapi ditaati oleh
seluruh rakyat karena mereka yakin peraturan itu berlaku sebagai hukum.
b) Menurut A.K Pringgodigdo,Convention adalah kelaziman yang timbul
dalam praktik Hidup.

21
Ibid
22
Ibid

7
c) Menurut Prof.Dr Ismail Suny menyatakan bahwa Convention tersebut ada
karena kebutuhan akan ketentuan-ketentuan untuk pelengkap rangka dasar
hukum konstitusi karena sebagaimana disebutkan UUD 1945 bahwa UUD
hanyalah merupakan sebagian dari hukum dasar yang tertulis saja, dan di
samping itu masih ada hukum dasar yang tidak tertulis yang timbul dan
terpelihara dalam praktik ketatanegaraan.
Konvensi sama dengan kebiasaan ketatanegaraan dengan adanya
keyakinan hukum dari golongan atau orang-orang yang berkepentingan dan
keyakinan tersebut dipercaya memuat hal-hal yang baik dan karena adanya
nilai-nilai yang baik dalam aturan tersebut maka harus ditaati.23
8) Traktat
Traktat ketatanegaraan tidak sama persis dengan perjanjian, namun ada
kemiripan karena traktat tersebut merupakan suatu perjanjian, hanya saja
prosesnya berbeda dengan perjanjian pada umumnya.
Menurut pendapat E.Utrecht,dalam traktat ada tahapan-tahapan yang harus
dilalui yaitu:
a) Penetapan (Sluiting),yaitu penetapan dari isi perjanjian tersebut oleh
masing-masing delegasi yang akan membuat perjanjian tersebut. Hasil
dari penetapan ini disebut consep verdraag (penetapan isi oleh masing-
masing delegasi).
b) Persetujuan, yaitu penetapan-penetapan pokok isi perjanjian tersebut
kemudian diparaf sebagai tanda persetujuan sementara,kemudian
dibawa pulang ke negara masing-masing guna mendapatkan persetujuan
DPR masing-masing negara, dan dalam tahap Ini masih dapat dilakukan
perubahan.
c) Penguatan (Bekrachtiging), yaitu setelah diperoleh persetujuan oleh
kedua negara tersebut kemudian disusul dengan penguatan atau disebut
juga ratifikasi oleh masing-masing kepala negara. Pada tahap ini tidak
dapat lagi dilakukan perubahan karena pada tahap ini Traktat tersebut
sudah mempunyai kekuatan yang mengikat.

23
Ibid

8
d) Pengumuman (afkondiging),yaitu Traktat telah ditandatangani oleh
kepala negara tersebut, kemudian diumumkan kepada khalayak ramai
dengan cara tukar menukar dokumen.24
b. Sumber hukum materiil
Sumber hukum material adalah sumber hukum yang menentukan isi hukum
itu. Di Indonesia , Pancasila menjadi sumber hukum material sebagaimana
dikemukakan oleh pakar hukum Notonegoro yang dikatakannya merupakan staats
Fundamentalnorm atau kaidah-kaidah kenegaraan yang mendasar atau
fundamental. Sehingga benarlah, bahwa Pancasila merupakan landasan dasar
filosofis. Artinya, setiap perundang-undangan yang dibentuk tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Apabila bertentangan, maka peraturan
tersebut otomatis tidak boleh berlaku. Sumber-sumber Hukum Tata Negara terdiri
dari Hierarki perundang-undangan yang telah diamanatkan dan tertulis dalam
Undang-undang no 12 tahun 2011 tentang peraturan pembentukan perundang-
undangan. Negara dalam ketaatanan nya pada sebuah Ilmu Hukum Tata Negara
adanya sebuah Staats Grund Gesetz dimana ia merupakan sebuah konstitusi suatu
Negara atau Undang-Undang Dasar yang menjadi landasan nilai abstrak dalam
sebuah pengaturan kelembagaan dan tugas suatu Negara bergerak.25
C. Hierarki Per UU-an
Menurut sistem hukum Indonesia, peraturan peraturan-undangan (hukum tertulis)
disusun dalam suatu tingkatan yang disebut hierarki peraturan- undangan. Di dalam
Memorandum DPR-GR tertanggal 9 Juni 1996 yang telah dikukuhkan oleh MPRS dengan
Ketetapan MPRS No. XX / MPRS / 1966 dan juga oleh MPR dengan Ketetapan MPR No.
VIMPR / 1973, Lampiran I | tentang “Tata Urutan Peraturan Perundang- undangan
Republik Indonesia Menurut UUD 1945” dalam huruf A, diagram tata urutan bentuk-
bentuk peraturan Undang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Hierarki Peraturan Perundang-undangan Menurut TAP MPRS No. XX / MPRS / 1966
a. UUD 1945
b. Ketetapan MPRS / MPR,
c. UU / perpu,
d. Peraturan Pemerintah,

24
Ibid
25
Muhamad Rezky Pahlawan MP, Asip Suyadi, Wahib, Opcit.

9
e. Keputusan Presiden,
f. Peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya seperti: Peraturan Menteri, Instruksi
Menteri, dan lain-lain. 26
Tata urutan di atas menunjukkan tingkat- tingkat-bentuk-bentuk tersebut
belakangnya (di bawahnya). Di samping itu, tata urutan di atas mengandung bahaya
hukum bentuk peraturan atau ketetapan yang tingkatannya lebih rendah tidak boleh
mengandung materi yang bertentangan dengan materi yang dimuat di dalam suatu
peraturan yang bentuknya lebih tinggi, terlepas dari soal siapakah yang memberikan
penilaian terhadap materi peraturan serta bagaimana sabar menunggu peraturan-
peraturan itu materinya bertentangan dengan materi peraturan yang lebih tinggi.
“Melalui Sidang Tahunan MPR RI tanggal 7-18 Agustus 2000, MPR telah
mengeluarkan Ketetapan MPR No. IIII / MPR / 2000 tentang Sumber Hukum dan Tata
Urutan Peraturan Perundang-undangan.27
Menurut Ketetapan MPR No. II / MPR / 2000, peraturan perundang-undangan
yang tersusun secara hierarkis mengandung risiko bahwa suatu peraturan peraturan-
undangan yang lebih rendah tingkatnya tidak boleh bertentangan dengan peraturan
undangan- undangan yang lebih tinggi tingkatnya. Hal ini selaras dengan asas hukum
lex superior derogat inferiori (hukum yang lebih tinggi mengalahkan hukum yang
tingkatannya di bawahnya). Hal ini izin agar tercipta kepastian hukum dalam sistem
peraturan peraturan-undangan. Ajaran tentang tata urutan peraturan peraturan-
undangan mengandung beberapa prinsip:
1) Peraturan peraturan-undangan yang lebih tinggi berdirinya dapat dijadikan landasan
atau dasar hukum bagi peraturan undang-undangan yang lebih rendah atau berada
di bawahnya.
2) Peraturan perundang-undangan tingkat lebih rendah harus bersumber atau memiliki
dasar hukum dari peraturan peraturan-undangan tingkat lebih tinggi.
3) Isi atau muatan peraturan perundang- undangan yang lebih rendah tidak boleh
menyimpang atau bertentangan dengan peraturan peraturan-undangan yang lebih
tinggi tingkatannya.
4) Suatu peraturan peraturan-undangan hanya dapat dicabut atau diganti atau diubah
dengan peraturan- undangan yang lebih tinggi atau tidak dengan yang sederajat.

26
Ni’matuI Huda, Kedudukan Peraturan Daerah Dalam Hierarki Peraturan Perundang-undangan,
Jurnal Hukum No. 1 Volume 13 Januari 2006, hlm. 32-34
27
Ibid

10
5) Peraturan-peraturan undangan yang berkaitan dengan undang-undang materi yang
sama, maka peraturan yang terbaru harus diberlakukan, walaupun tidak dengan
dinyatakan dinyatakan Bahwa peraturan yang lama itu dicabut. Selain itu peraturan
yang mengatur materi yang lebih khusus harus diutamakan dari peraturan undang-
undangan yang lebih umum.
Konsekuensi penting dari prinsip-prinsip di atas, harus diadakan yang menjamin
agar prinsip tersebut tidak disimpang atau dilanggar. Mekanismenya yaitu ada sistem
penguji secara yudisial atas setiap peraturan undang-undangan, atau kebijakan,
tindakan pemerintahan lainnya, terhadap peraturan undang-undangan yang lebih tinggi
tingkatnya atau tingkat tertinggi yaitu UUD.28
2. Hierarki menurut UU no. 10 tahun 2004
a. UUD Negara RI Tahun 1945
b. Undang-Undang / Perpu
c. Peraturan Pemerintah
d. Peraturan Presiden
e. Peraturan Daerah: Perda Provinsi, Perda Kabupaten / Kota, Perdes / Peraturan yang
Setingkat. 29
3. Hierarki UU No. 12 Tahun 2011
• Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
• Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap MPR)
• Undang-undang (UU) atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
(Perppu)
• Peraturan Pemerintah (PP)
• Peraturan Presiden (Perpres)
• Peraturan Daerah (Perda) Provinsi
• Peraturan Kabupaten atau Kota30

28
Ibid
29
Ibid
30
https://amp-kompas-
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/skola/read/2020/01/02/200000269/peraturan-perundang-
undangan-jenis-dan-
hierarkinya?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFUAKwASA%3D#csi=1&referrer=https%3A%2F%2
Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.kompas.com%2Fskola
%2Fread%2F2020%2F01%2F02%2F200000269%2Fperaturan-perundang-undangan-jenis-dan-hierarkinya,
diakses 1 Maret 2021, pukul 20:27 WIB.

11
12
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang berupa tulisan, dokumen, naskah, dsb.,
yang dipergunakan oleh suatu bangsa sebagai pedoman hidupnya pada masa tertentu.
Sumber hukum dalam arti formil adalah sumber hukum yang memiliki suatu bentuk atau
produk yang nyata. Karena dari suatu bentuknya itu maka hal tersebut berlaku secara
Umum, ditaati dan diketahui serta memiliki daya laku dan daya ikat.
Sumber hukum secara umum khusus dalam bidang ilmu hukum tata negara pada
umumnya (verfassungsrechtslehre), yang biasa diakui sebagai sumber hukum adalah:
Undang-undang dasar negara, peraturan ketatanegaraan, yurisprudensi, traktat, dan
Doktrin. Sumber HTN Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Sumber hukum materiil, yaitu Pancasila
2. Sumber hukum formil, terdiri dari:
a. UUD 1945 (baik Pembukaan maupun Pasal-Pasalnya) dan peraturan
Perundang-undangan lain yang mengatur/memuat ketentuan-ketentuan
ketatanegaraan, yang terdiri dari:
b. UUD 1945 (baik Pembukaan maupun Pasal-Pasalnya).
c. Ketetapan MPR/MPRS.
d. UU dan Peraturan Pemerintah Pengganti UU.
e. Peraturan Pemerintah.
f. Peraturan Presiden.
g. Peraturan Menteri.
h. Peraturan Daerah.
i. Konvensi Ketatanegaraan
j. Traktat (Perjanjian Internasional)
Hierarki perundangan-undangan di Indonesia
1. Hierarki Peraturan Perundang-undangan Menurut TAP MPRS No. XX / MPRS /
1966
a. UUD 1945
b. Ketetapan MPRS / MPR,
c. UU / perpu,
d. Peraturan Pemerintah,

13
e. Keputusan Presiden,
f. Peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya seperti: Peraturan Menteri, Instruksi
Menteri, dan lain-lain.
2. Hierarki menurut UU no. 10 tahun 2004
a. UUD Negara RI Tahun 1945
b. Undang-Undang / Perpu
c. Peraturan Pemerintah
d. Peraturan Presiden Peraturan Daerah: Perda Provinsi, Perda Kabupaten / Kota,
Perdes / Peraturan yang Setingkat.
3. Hierarki UU No. 12 Tahun 2011
a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap MPR)
c. Undang-undang (UU) atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
(Perppu)
d. Peraturan Pemerintah (PP)
e. Peraturan Presiden (Perpres)
f. Peraturan Daerah (Perda) Provinsi
g. Peraturan Kabupaten atau Kota
B. Saran
Dalam penulisan makalah dan isinya masih jauh dari makalah yang sempurna.
Sehingga penulis berharap walau makalah ini jauh dari sempurna, tetapi dapat memberikan
informasi, wawasan dan dapat menjadi pedoman bagi pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Agung Muhammad. Macam-macam Sumber Hukum Tata Negara Berdasarkan Sumber
Hukum Formil Dan Materiil
Asshiddiqie, Jimly. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid I. Jakarta: Sekretariat
Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.
Sari Puspita Shara, Macam-macam Sumber Hukum Tata Negara Berdasarkan Sumber
Formil Dan Materi Universitas Eka Sakti
Sumber-sumber Hukum Tata Negara. Palu. Oktober 2009.
B. Jurnal
Evi Purnama Wati. Sumber-sumber hukum Tata negara Indonesia. September.
2015.Volume 9. No. III. Hal 170
Lisda Syamsumardian. Hukum Tata Negara.
Ni’matuI Huda, Kedudukan Peraturan Daerah Dalam Hierarki Peraturan Perundang-
undangan, Jurnal Hukum No. 1 Volume 13 Januari 2006.
C. Situs
https://amp-kompas-
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/skola/read/2020/01/02/200000269/peratura
n-perundang-undangan-jenis-dan-
hierarkinya?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFUAKwASA%3D#csi=1&refer
rer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https
%3A%2F%2Fwww.kompas.com%2Fskola%2Fread%2F2020%2F01%2F02%2F2000002
69%2Fperaturan-perundang-undangan-jenis-dan-hierarkinya

15

Anda mungkin juga menyukai