POSITIF
Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal
yang sama.5 Apabila kebiasaan tertenru diterima masyarakat dan kebiasaan itu selalu beulang-
ulang dalam hal yang sama.apabila kebiasaan tertentu diterima masyarakat dan kebiasaan itu
selalu berulang-ulang dilakukan sedemikian rupa,sehingga tindakan yang perlawanan
dengannya diangap sebagai pelangaran perasaan hukum,timbulah suatu kebiasaan hukum,yang
selanjutnya diangap sebagai hukum.
. Untuk timbulnya hukum kebiasaan diperlukan syarat-syarat tertentu yaitu:
a. Adanya perbuatan tertentu yang dilakukan berulang-ulang dalam lingkungan masyarakat
tertentu(bersifat materiil).
Adanya keyakinan hukum dari masyarakat( opinio juris seu necessitates) yang
bersangkutan bahwa perbuatan itu merupakan sesuatu yang seharusnya dilakukan(bersifat
psikologis)
b. Adanya akibat hukum apabila kebiasaan itu dilanggar
Kebiasaan ketatanegaraan (konvensi) ini mempunyai kekuatan yang sama dengan
Undang-undang karena diterima dan dijalankan, bahkan konveksi ini dapat menggeser
peraturan-peraturan hukum tertulis.
Persamaan antara hukum kebiasaan dan Undang-undang7
a. kedua-duanya merupakan penegasan pandangan hukum yang
terdapat dalam masyarakat
b. kedua-duanya merupakan perumusan kesadaran hukum suatu
bangsa.
Perbedaannya:
c. Undang-undang merupakan keputusan pemerintah yang
dibebani kepada orang, subjek hukum. Kebiasaan merupakan
peraturan yang timbul dari pergaulan.
d. Undang-undang lebih menjamin kepastian hukum daripada
hukum kebiasaan. Kepastian hukum merupakan perlindungan
yustiabel terhadap tindakan sewenang-wenang yang berarti
bahwa juga dapat diharapkan ditetapkannya hukum dalam
hukum yang konkret dan oleh karenanya menyebabkan
timbulnya hasrat untuk mencatat hukum kebiasaan. Sebagian
ketentuan dalam UU berasal dari kebiasaan.
3. Traktat
Tractaat (traktat) atau Treaty adalah perjanjian yang dibuat antarnegara yang
dituangkan dalam bentuk tertentu. Dengan adanya perjanjian tersebut ,berakibat
bahwa para pihak yang bersangkutan terikat pada isi perjanjian yang mereka
adakan. Hal yang demikian itu disebut “ pacta sunt servanda” mksud nya bahwa
perjanjian mengikat pihak-pihak yang mengadakannya atau setiap perjanjian harus
ditaati.
Berdasarkan negara yang melakukan perjanjian traktat terdiri dari :
1) Traktat bilateral, yaitu apabila traktat diadakan antara dua negara.Misalnya
perjanjian internasional yang dilakukan antara Pemerintah RI dengan
Pemerintah RRC tentang ‘ Dwi –kewarganegaraan’.
2) Traktat multilateral, yaitu perjanjian yang diadakan oleh lebih dari dua negara.
Misalnya perjanjian internasional tentang pertahanan bersama negara-negara
Eropa (NATO) yang diikuti oleh beberapa negara eropa.
3) Traktat Kolektif atau Traktat terbuka, yaitu traktat multilateral yang
memberikan kesempatan kepada negara-negara yang pada permulaan tidak
turut mengadakan perjanjian tetapi kemudian juga menjadi pihaknya, misalnya,
piagam PBB.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBANTU
PEMBENTUKAN HUKUM
Di samping sumber-sumber hukum dalam arti formil yang telah di bahas sebelumnya,
masih terdapat hal-hal lain yang membantu pembentukan hukum. Menurut L.J. van
Apeldoorn hal dimaksud adalah persetujuan antara yang berkepentingan, pengadilan dan ilmu
pengetahuan.
1. Perjanjian
2. Peradilan
3. Ajaran Hukum
Sejarah mencatat, bahwa pada bangsa Romawi, ajaran hukum adalah merupakan salah
satu sumber hukum. Singkat kata, para sarjana hukum yang ternama pada waktu itu membuat
semacam buku/kitab-kitab yang berisikan catatan-catatan hukum kebiasaan sesuatu suku,
negeri atau kota, untuk memenuhi kebutuhan utama pada masa itu, dikemudian zaman
menjadi semacam literatur yang diwajibkan, bahkan beberapa dari buku/kitab-kitab hukum
itu memperoleh kekuasaan yang demikian besarnya, sehingga ia dipakai dalam peradilan,
seolah-olah ia bukan catatan-catatan hukum partikulir, melainkan catatan hukum resmi.
Contoh yang diajukan oleh L.J. van Apeldoorn misalnya: “Grand Coutumier de Normandie”
(abad ke-13), yang penulisnya tidak dikenal.
Dalam kehidupan bernegara, hukum adalah seperangkat aturan
yang dibuat oleh lembaga negara yang membuat hukum melalui
otoritas negara. Hukum disertai dengan sanksi yang diakui oleh negara
dan ditegakkan oleh badan resmi negara.