Anda di halaman 1dari 22

“PEMBACAAN AL-QURAN UNTUK ORANG YANG SUDAH

MENINGGAL”

MAKALAH

“Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ahlus Sunnah Waljama’ah
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Hasan Bisri, M.Ag.”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 10
1. Fikri Aly Munawwar (2202002142)
2. Enung Sri Nurjanah (2202002155)

PROGRAM STUDI AHWAL ASYAKHSHIYAH


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM CIAMIS
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam kami
panjatkan kepada baginda Rasulullah SAW yang telah membawa kabar gembira bagi kita
semua dan semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya kelak di akhir zaman. Dan juga kami
berterima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Hasan Bisri, M.Ag. sebagai dosen pegampu mata
kuliah Aswaja.
Kami juga menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan
serta jauh dari kata sempurna. Untuk itu dengan kerendahan hati kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Ciamis, 28 Desember 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran merupakan kitab suci ummat islam yang tentunya dijadikan sebagai
pedoman hidup, disamping sebagai pedoman hidup, Al-Quran juga bernilai pahala bagi
yang membacanya, bahkan Al-quran merupakan kitab suci yang istimewa, karena
didalamnya mengandung semua bentuk kebaikan.
Keyakinan bahwa pahala membaca Al-Qur‟an dapat dihadiahkan kepada mayit
telah bergeser dari sekadar keyakinan pribadi menjadi tradisi. Sebab itu, pembacaan Al-
Qur’an biasanya tidak dilakukan oleh seorang diri. Tetapi menjadi satu paket dengan
kegiatan tertentu yangdiselenggarakan secara beramai-ramai. Sebagaimana kegiatan
haul, tahlilan, dan yasinan yang telahdipaparkan di atas. Di dalamnya terdapat pula
ceramah agama, pembacaan doa, hingga penampilanseni Islam.Pada dasarnya,
masyarakat Indonesia senang berkumpul. Masyarakat menyukai kegiatanyang
mengumpulkan warga sekitar, bercengkrama, mengobrol, bercanda, dan saling
bersilaturahmi.
Tidak heran kegiatan berkunjung ke rumah tetangga dan kerabat ketika Hari Raya
Idul Fitri masihmengakar kuat di tengah masyarakat. Selain itu, masyarakat juga selalu
diajarkan untuk berbaktikepada orang tua meskipun keduanya telah tiada. Perpaduan
budaya inilah yang melahirkan sejumlah tradisi yang di dalamnya terdapat pembacaan
doa dan Al-Qur‟an bagi mayit. Doa danmembaca Al-Qur‟an adalah amalan yang bisa
dilakukan satu waktu, tidak perlu mengeluarkan biaya, namun pahalanya bisa sampai
kepada orang tua atau guru yang telah tiada.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka kami merumuskan masalah yang ada
didalam makalah ini adalah
1. Apa pengertian Al-Quran?
2. Apa saja anjuran untuk membaca Al-Quran?
3. Bagaimana hikmah membaca Al-Quran?
4. Bagaimana Pendapat para ulama terkait membaca Al-Quran bagi orang yang sudah
meninggal?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian Al-Quran secara bahasa dan istilah.
2. Untuk mengetaui anjuran membaca Al-Quran
3. Untuk mengetahui hikmah dalam membaca Al-Quran
4. Untuk mengetahui pendapat ulama terkait membaca Al-Quran bagi orang yang sudah
meninggal.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Alquran
Secara bahasa diambil dari kata: ‫ يق@@رأ‬- ‫ ةرائ@@ة – وقرأن@@ا ق@@رأ‬- yang berarti sesuatu
bacaan/yang dibaca. Arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat Islam untuk membaca
Alquran. Alquran juga bentuk mashdar dari ‫ الق@@@@راة‬yang berarti menghimpun dan
mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab seolah-olah Alquran menghimpun beberapa huruf,
kata, dan kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar. Oleh karena itu Alquran
harus dibaca dengan benar sesuai sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya, juga
dipahami, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan apa yang dialami masyarakat
untuk menghidupkan Alquran baik secara teks, lisan ataupun budaya.
Menurut M. Quraish Shihab, Alquran secara harfiyah berarti bacaan yang sempurna.
Ia merupakan suatu nama pilihan Allah yang tepat, karena tiada suatu bacaanpun sejak
manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Alquran,
bacaan sempurna lagi mulia.2 Dan juga Alquran mempunyai arti menumpulkan dan
menghimpun qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan katakata satu dengan yang lain
dalam suatu ucapan yang tersusun rapih. Quran pada mulanya seperti qira’ah, yaitu mashdar
dari kata qara’a, qira’atan, qur’anan.
Allah berfirman:
)18(@ُ‫)فَ@ِإ َذ@ا@ قَ@ َ@رْأ نَ@اهُ@ فَ@اتَّ@بِ ْ@ع ق@ُ @ْرآ@نَ@ه‬17( @ُ‫@رآ@نَ@ه‬
@ْ ُ‫ِإ َّ@ن@ َ@علَ@ ْي@نَ@ا@ َج@ ْم@ َع@ه@ُ َ@وق‬
Artinya: “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Qur’an, dan pasti Kami pula
yang memeliharanya.” (QS. Al-Qiyamah :17-18).
Secara istilah, Al-quran adalah firman Allah SWT. Yang disampaikan oleh Malaikat
Jibril dengan redaksi langsung dari Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW, dan yang
diterima oleh umat Islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan dan merupakan
ibadah bagi yang membacanya.
Sementara menurut para ahli ushul fiqh Alquran secara istilah adalah:

‫ المكتتب على‬,‫كالم هللا المعجز المنزل على خاتم النبيين والمرسلين بواسطة األمين جبريل‬
‫المصاحف المنقول الينا بالتواترالمتعبد@ بتالوته المبدوء بسورة الفاتحة المختم بسورة الناس‬

Artinya: “Alquran adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luar biasa
yang melemahkan lawan), diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rosul (yaitu Nabi
Muhammad SAW), melalui Malaikat Jibril, tertulis pada mushaf, diriwayatkan kepada kita
secara mutawatir, membacanya dinilai ibadah, dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri
dengan surah An-Nas”.

B. Anjuran Membaca Alquran


Setiap mukmin yakin, bahwa membaca Al-Quran termasuk amal yang sangat
mulia dan mendapatkan pahala. Al-Quran adalah sebaik-baik bacaan bagi orang
mukmin, baik di kala senang maupun dikala susah dikala gembira ataupun dikala
sedih, bahkan membaca al-quran menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah
jiwanya. Untuk dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar maka perlu
menempuh proses pendidikan. Karena pendidikan merupakan aspek kehidupan
manusia yang peranannya sangat penting. Melalui proses pendidikan seseorang
diarahkan dan dibimbing untuk dapat menghadapi kehidupan ini dengan sebaik-
baiknya, sebagaimana Allah Swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad Saw
dengan perintah Iqra’ (bacalah) dalam Surat Al-‘Alaq ayat 1-5
‫ َعلَّ َم‬٤ ‫ الَّذِيْ َعلَّ َم ِب ْال َق َل ۙ ِم‬٣ ‫ُّك ااْل َ ْك َر ۙ ُم‬ َ ‫ َخلَ َق ااْل ِ ْن َس‬١ ‫ِّك الَّذِيْ َخ َل ۚ َق‬
َ ‫ ِا ْق َرْأ َو َرب‬٢ ‫ان مِنْ َع َل ۚ ٍق‬ َ ‫ِا ْق َرْأ ِباسْ ِم َرب‬
َ ‫ااْل ِ ْن َس‬
ۗ‫ان َما لَ ْم َيعْ لَ ْم‬
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Ayat tersebut merupakan perkenalan dan petunjuk dari Allah Swt. bahwa
pencipta segala sesuatu itu adalah Allah sendiri tanpa bantuan dari selainnya. Manusia
diciptakan dari segumpal darah melalui proses pertumbuhan menurut hukum yang
telah ditetapkan Allah. Allah menyatakan dirinya bahwa Dialah Yang Maha Pemurah,
sehingga bukan untuk ditakuti apalagi dijauhi. Dialah maha pendidik yang bijaksana,
mendidik manusia dengan ilmu pengetahuan dan dengan menulis dan membaca.
Membaca dan memahami Al-Qur’an adalah suatu keharusan bagi umat islam,
karena Al-Qur’an merupakan sumber utama bagi umat islam dalam menjalankan
kehidupan sehari-harinya, tetapi berbicara mengenai kemampuan membaca dan
memahami Al-Qur’an yang akan kita peroleh adalah hasil yang bervariasi. Terkadang
orang mampu membaca dengan baik akan pandai memahami isi kandungannya, ada
juga orang yang begitu bagus dalam membaca Al-Qur’an tetapi tidak pandai
memahami isi kandungan Al-Qur’an, ada juga orang yang kurang begitu bagus dalam
membaca Al-Qur’an tetapi ia mampu memahami isi kandungan Al-Qur’an dan yang
terakhir adalah orang yang seimbang, dalam artian ia mampu membaca dan
memahami Al-Qur’an dengan baik dan benar. Anjuran membaca Al-quran sangatlah
banyak, baik dari firman itu sendiri maupun dari hadits Nabi Muhammad SAW. Al-
quran merupakan pedoman hidup bagi ummat muslim pada khususnya, bahkan bagi
seluruh ummat manusia. Didalam Al-quran terdapat pesan-pesan tuhan yang
menggiring kita untuk hidup dengan benar, agar hidup kita bahagia di dunia maupun
di akhirat.
Terdapat beberapa ayat atau hadits yang menganjurkan kita untuk membaca
alquran, diantaranya;
1. Firman Allah SWT.
ِ ‫ح ش َاء‬ ّ َ ‫الصّ ل َاة َ ۖ ِإ َنّ ال‬
ْ َ ‫ص ل َاة َ ت َن ْ َه ى ع َنِ ال ْف‬ َ ‫اب و ََأ ق ِ ِم‬
ِ َ ‫ن ال ْك ِت‬
َ ِ‫ك م‬ ِ ‫ات ْل ُ م َا ُأ و‬
َ ْ ‫ح ي َ ِإ ل َي‬
ٰ
ْ ‫و َال ْم ُن ْك َر ِ ۗ و َل َذ ِك ْر ُ الل َ ّه ِ َأ‬
َ ‫ك ب َر ُ ۗ و َالل َ ّه ُ ي َع ْل َم ُ م َا ت َصْ ن َع ُو ن‬

Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan”(QS. Al-‘Ankabut :29 Ayat :45)

ْ ‫َات الل َ ّه ِ و َا‬


‫ل ح ِك ْ م َة ِ ۚ ِإ َنّ الل َ ّه َ ك َا ن َ ل َط ِي ف ًا‬ ِ ‫ن آي‬ ّ َ ُ ‫و َا ذ ْك ُر ْن َ م َا ي ُت ْل َى ف ِي ب ُي ُوت ِك‬
ْ ِ‫ن م‬
ٰ
‫خَب ِير ًا‬

Artinya: “Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan
hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha
Mengetahui”(QS. Al-Ahzab :33 Ayat:34).

ّ َ ‫ن ال َ ّذ ِي نَ ي َت ْل ُو ن َ ك ِت َابَ الل َ ّه ِ و ََأ ق َام ُوا ال‬


‫ص ل َاة َ و ََأ ن ْف َق ُوا م ِمَ ّا ر َز َق ْن َاه ُمْ س ِ ًر ّ ا‬ ّ َ ‫ِإ‬

َ ‫ن ت َب ُور‬
ْ َ ‫و َع َل َان ِي َة ً ي َر ْ ج ُو ن َ تِ ج َار َة ً ل‬

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan


mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu
mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”(QS. Fatir :39 Ayat:29)
2. Hadits Nabi Muhammad SAW.
ِ ‫ل عِبَادَة ِ ُأ َمّتِي ق ِرَاءَة ُ الْقُر ْآ‬
 ‫ن‬ ُ ‫ض‬ َ َ ‫ل الله ِ صَلَ ّى الله ُ عَلَيْه ِ و‬
َ ْ ‫ َأ ف‬:َ ‫س َل ّم‬ ُ ‫ل رَسُو‬
َ ‫قَا‬

Artinya:” Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baiknya ibadah


umatku adalah membaca Al-Qur’an.” (HR. al-Baihaqi).

َ ِ ‫الل ّه ِ فَلَه ُ بِه‬


،ٌ ‫حسَن َة‬ َ ‫اب‬ِ َ ‫ م َنْ ق َر ََأ حَرْفًا م ِنْ كِت‬:َ ‫س َل ّم‬ َ ‫الل ّه ِ صَلَ ّى‬
َ َ ‫الل ّه ُ عَلَيْه ِ و‬ َ ‫ل‬ ُ ‫ل رَسُو‬ َ ْ ‫الل ّه ِ ب‬
َ ‫ قَا‬:ُ‫ يَق ُول‬،ٍ‫ن مَسْع ُود‬ َ َ ‫عن عَبْد‬

‫ْف‬
ٌ ‫ْف وَم ِيم ٌ حَر‬
ٌ ‫ْف وَل َام ٌ حَر‬
ٌ ‫ وَلَكِنْ َأ ل ٌِف حَر‬،‫ْف‬
ٌ ‫ل الم حَر‬
ُ ‫ ل َا َأ ق ُو‬،‫و َالحَسَن َة ُ بِعَشْرِ َأ مْثَالِهَا‬

Artinya:Kata ‘Abdullah ibn Mas‘ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

bersabda, “Siapa saja membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka dia
akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada
sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi,
alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf,” (HR. At-Tirmidzi).

C. Hikmah Membaca Al-quran


1. Sebagai penolong di hari akhir
Al-quran akan menjadi syafaat ataupun penolong bagi orang yang membacanya,
hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW.

‫ « اق ْرَُؤا‬: ‫ل‬ َ ‫الل ّه ِ صَلّى الله ُ عَلَيْه ِ و‬


ُ ‫س َل ّم يقو‬ َ ‫ل‬ َ ‫عن َأ بي ُأ مام َة َ رضي‬
َ ‫ سم ِعتُ رسو‬: ‫الل ّه عنه ُ قال‬

‫لأصحابِه ِ » رواه مسلم‬ َ ِ ‫القُر ْآنَ فِإ َن ّه ُ يَْأ تي يَو ْم القيامة‬


ْ ً ‫شف ِيعا‬

Artinya : Dari Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,
“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi para
pembacanya di hari kiamat.” (HR. Muslim).
2. Untuk orang-orang yang mahir membaca Al-Qur’an, maka kelak ia akan bersama
para malaikat-Nya; 

َ ‫الل ّه ِ صَلّى الله ُ عَلَيْه ِ و‬


َ‫ « ال َ ّذ ِي يَقرُأَ القُر ْآن‬: ‫س َل ّم‬ َ ‫ل‬ ُ ‫ قال رسو‬: ‫قالت‬
ْ ‫الل ّه عنها‬
َ ‫عن عائشة رضي‬

‫ق عليه‬ ّ َ ‫ و َه ُو ماه ِر ٌ بِه ِ م َع ال‬.


ٌ ‫سف َرة ِ الكرَا ِم البررَة ِ » متف‬
Artinya : Dari Aisyah ra, berkata; bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang
membaca Al-Qur’an dan ia mahir membacanya, maka kelak ia akan bersama para
malaikat yang mulia lagi taat kepada Allah.” (HR. Bukhari Muslim)
3. Al-Qur’an dapat meningkatkan derajat kita di mata Allah. 

‫الل ّه يرف َ ُع بِهذ َا‬


َ ‫ن‬ ّ َ ‫ « ِإ‬: ‫س َل ّم قال‬
َ ‫الن ّب ِ َيّ صَلّى الله ُ عَلَيْه ِ و‬
َ ‫ن‬ ّ َ ‫الل ّه عنه ُ َأ‬
َ ‫خطاب رضي‬
ِ ‫عن عمر َ بن ال‬

ُ ‫سل ِم‬
ْ ُ ‫ض ُع بِه ِ آخ َرين » رَو َاه ُ م‬
َ ‫الكتاب َأ قواما ً وي‬

Artinya : Dari Umar bin Khatab ra. Rasulullah saw. bersabda,: “Sesungguhnya
Allah SWT. akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an),
dengan dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang lain.” (HR. Muslim).
4. Menjadikan manusia yang berkualitas
Al-qur'an tidak hanya untuk dibaca saja,melainkan juga untuk diamalkan
dan diajarkan.Dan barang siapa yang mampu melakukannya,maka dia akan
termasuk kedalam manusia terbaik.
5. Memberikan ketenangan hati.
Membaca kitab al-quran pada hakikatnya adalah mengingat Allah yang
maha pengasih dan maha penyayang.Berdasarkan ayat al-quran yang menguatkan
jika dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang.(yaitu orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah.Ingatlah,hanya
dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.(surat ar-r'ad:28).)

D. Pendapat Ulama Tentang Pembacaan Al-Quran Kepada Orang Yang Meninggal


1. Pendapat yang membolehkan
Adapun diantara dalil yang menjadi landasan oleh para ulama yang
membolehkan hal ini, adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim,

‫ك‬ َ ‫ َوتَصُو َم لَهُ َما َم َع‬،‫ك‬


َ ‫صوْ ِم‬ َ ‫صلِّ َي َأِلبَ َو ْيكَ َم َع‬
َ ِ‫صاَل ت‬ َ ُ‫ِإ َّن ِمنَ ْالبِ ِّر بَ ْع َد ْالبِ ِّر َأ ْن ت‬.

“Sesungguhnya diantara bentuk kebaikan di atas kebaikan adalah engkau


sholat bagi orangtuamu dengan sholatmu, dan engkau berpuasa bagi kedua
orangtuamu dengan puasamu”
Juga sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud
‫ ا ْق َر ُءوا يس َعلَى َموْ تَا ُك ْم‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫قَا َل النَّبِ ُّي‬.

“Bacakanlah surat yasin atas orang yang meninggal diantara kalian”


Masalah ini merupakan ranah khilafiyah para ulama sejak dahulu, oleh
karenanya al-Hafidz Jalaluddin al-Suyuthi mengawali bab tentang masalah ini
dengan redaksi sebagai berikut:

‫ف َواَْألِئ َّم ِة الثَّالَثَ ِة َعلَى ْال ُوصُوْ ِل (شرح‬ ِ ِّ‫ب ْالقِ َرا َء ِة لِ ْل َمي‬
ِ َ‫ت فَ ُج ْمهُوْ ُ@ر ال َّسل‬ ِ ‫اُ ْختُلِفَ فِي ُوصُوْ ِل ثَ َوا‬
)302 / 1 ‫الصدور بشرح حال الموتى@ والقبور للحافظ جالل الدين السيوطي‬

“Telah terjadi perbedaan diantara para Ulama mengenai sampainya pahala bacaan al-
Quran kepada orang yang telah meninggal. Menurut mayoritas ulama Salaf dan ulama
tiga Madzhab (Hanafi, Maliki dan Hanbali) menyatakan bisa sampai kepada orang
yang telah wafat” (Syarh al-Shudur I/203)

Pendapat mayoritas ulama ini didukung oleh Ibnu Taimiyah dalam kitabnya
Iqtidla’ al-Shirat al-Mustaqim II/261:

ُ‫ص ُل ِإلَ ْي ِه ثَ َواب‬ ِ ِّ‫ص ُل ِإلَى ْال َمي‬


ِ َ‫ت َك َما ي‬ ِ َ‫صالَ ِة َو ْالقِ َرا َء ِة َو َغي ِْر ِه َما ي‬
َّ ‫ت ْالبَ َدنِيَّ ِة ِمنَ ال‬
ِ ‫اب ْال ِعبَادَا‬
َ ‫اِ َّن ثَ َو‬
ِ ‫ت ْال َمالِيَّ ِة بِاِْإل جْ َماعِ َوهَ َذا َم ْذهَبُ َأبِي َحنِ ْيفَةَ َوَأحْ َم َد َو َغي ِْر ِه َما َوقَوْ ُل طَاِئفَ ٍة ِم ْن َأصْ َحا‬
‫ب‬ ِ ‫ْال ِعبَادَا‬
ِ ْ‫ص َوابُ َِأل ِدلَّ ٍة َكثِ ْي َر ٍة َذكَرْ نَاهَا@ فِي َغي ِْر هَ َذا ْال َمو‬
‫ض ِع (اقتضاء الصراط‬ ٍ ِ‫ال َّشافِ ِعي َو َمال‬
َّ ‫ك َوهُ َو ال‬
)261 / 2 ‫المستقيم البن تيمية‬

“Sesungguhnya pahala ibadah secara fisik seperti salat, membaca al-Quran dan
lainnya, bisa sampai kepada mayit sebagaimana ibadah yang bersifat harta secara
Ijma’. Ini adalah pendapat Abu Hanifah, Ahmad, kelompok ulama Syafi’iyah dan
Malikiyah. Ini adalah yang benar berdasarkan dalil-dalil yang banyak, yang kami
jelaskan di lain kitab ini (dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmu’ al-
Fatawa 24/306-313).”

Banyak pihak yang kemudian menghantam warga NU yang mayoritas


mengikuti madzhab Syafi’i, bahwa menurut mereka Imam Syafi’i berpendapat tidak
dapat sampainya bacaan yang dihadiahkan kepada orang yang telah meninggal.
Mereka umumnya mengutip pernyataan dari Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya.

Karena mereka di luar pengikut Imam Syafi’i, maka sudah jelas mereka tidak
memahaminya secara mendalam. Disini kami paparkan terlebih dahulu pernyataan
dari para ulama Syafi’iyah terkait anjuran membaca al-Quran di kuburan, yang sudah
pasti orang yang meninggal dapat merasakan manfaat dari bacaan tersebut, kemudian
kami paparkan pula kesepakatan para ulama dalam masalah mengirimkan pahala ini.
Dalil membaca al-Quran di kuburan adalah:

ُ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُوْ ُل ِإ َذا َماتَ َأ َح ُد ُك ْم فَالَ تَحْ بِسُوْ ه‬
َ ِ‫ْت َرسُوْ َل هللا‬ ُ ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َما قَا َل َس ِمع‬ ِ ‫ع َِن ا ْب ِن ُع َم َر َر‬
‫ب َو ِع ْن َد ِرجْ لَ ْي ِه بِخَاتِ َم ِة سُوْ َر ِة ْالبَقَ َر ِة فِي قَب ِْر ِه (رواه الطبراني‬ ِ ‫ْر ُعوْ ا بِ ِه ِإلَى قَب ِْر ِه َو ْليُ ْق َرْأ ِع ْن َد َرْأ ِس ِه بِفَاتِ َح ِة ْال ِكتَا‬
ِ ‫َوَأس‬
)449 / 4 ‫ وتاريخ يحي بن معين‬9294 ‫ والبيهقي في الشعب رقم‬13613 ‫في الكبير رقم‬

“Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda:
Jika diantara kalian ada yang meninggal, maka janganlah diakhirkan, segeralah
dimakamkan. Dan hendaklah di dekat kepalanya dibacakan pembukaan al-Quran
(Surat al-Fatihah) dan dekat kakinya dengan penutup surat al-Baqarah di kuburnya”
(HR al-Thabrani dalam al-Kabir No 13613, al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman No
9294, dan Tarikh Yahya bin Main 4/449)[2]

Al-Hafidz Ibnu Hajar memberi penilaian pada hadis tersebut:

)184 / 3 ‫ْر ُعوْ ا بِ ِه ِإلَى قَب ِْر ِه َأ ْخ َر َجهُ الطَّ ْب َرانِي بِِإ ْسنَا ٍد َح َس ٍن (فتح الباري البن حجر‬
ِ ‫فَالَ تَحْ بِسُوْ هُ َوَأس‬
“HR al-Thabrani dengan sanad yang hasan” (Fath al-Bari III/184)

Imam al-Nawawi mengutip kesepakatan ulama Syafi’iyah tentang membaca al-Quran


di kuburan:

ُ‫ق َعلَ ْي ِه ْاالَصْ َحاب‬


َ َ‫َويُ ْستَ َحبُّ (لِل َّزاِئ ِر) اَ ْن يَ ْق َرَأ ِمنَ ْالقُرْ آ ِن َما تَيَ َّس َر َويَ ْد ُع َو لَهُ ْم َعقِبَهَا نَصَّ َعلَ ْي ِه ال َّشافِ ِع ُّي َواتَّف‬
)311 / 5 ‫(المجموع شرح المهذب للشيخ النووي‬

“Dan dianjurkan bagi peziarah untuk membaca al-Quran sesuai kemampuannya dan
mendoakan ahli kubur setelah membaca al-Quran. Hal ini dijelaskan oleh al-Syafi’i
dan disepakati oleh ulama Syafi’iyah” (al-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab
V/311)

Di bagian lain Imam Nawawi juga berkata:

َ‫قَا َل ال َّشافِ ِعي@ َواَْألصْ َحابُ يُ ْستَ َحبُّ َأ ْن يَ ْق َرُؤ وْ ا@ ِع ْن َدهُ َش ْيًئا ِمنَ ْالقُرْ آ ِن قَالُوْ ا فَِإ ْن َختَ ُموْ ا ْالقُرْ آنَ ُكلَّهُ َكان‬
)294 / 5 @‫ والمجموع@ للشيخ النووي‬162 / 1 ‫َح َسنًا (األذكار النووية‬

“Imam Syafi’i dan ulama Syafi’iyah berkata: Disunahkan membaca sebagian dari al-
Quran di dekat kuburnya. Mereka berkata: Jika mereka mengkhatamkan al-Quran
keseluruhan, maka hal itu dinilai bagus” (al-Adzkar I/162 dan al-Majmu’ V/294)

Murid Imam Syafi’i yang juga kodifikator Qaul Qadim[3], al-Za’farani,


berkata:

َ ‫ال الَ بَْأ‬


‫س بِهَا (الروح البن‬ َ َ‫ي َع ِن ْالقِ َرا َء ِة ِع ْن َد ْالقَب ِْر فَق‬ ُ ‫صبَّا ُح ال َّز ْعفَ َرانِي َسَأ ْل‬
َّ ‫ت ال َّشافِ ِع‬ َّ ‫َوقَا َل ْال َح َسنُ بْنُ ال‬
)11 @@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@/ 1 ‫القيم‬
“Al-Za’farani (perawi Imam Syafii dalam Qaul Qadim) bertanya kepada Imam Syafii
tentang membaca al-Quran di kuburan. Beliau menjawab: Tidak apa-apa” (al-Ruh,
Ibnu Qoyyim, I/11)

Al-Hafidz Ibnu Hajar mengomentari riwayat al-Za’farani dari Imam Syafi’i


ini:

ُ‫َريْبٌ َع ِن ال َّشافِ ِعي َوال َّز ْعفَ َرانِي ِم ْن ُر َوا ِة ْالقَ ِدي ِْم َوهُ َو ثِقَةٌ َوِإ َذا لَ ْم يَ ِر ْد فِي ْال َج ِد ْي@ ِد َم@@ا يُ َخ@ الِف‬
ِ ‫َوهَ َذا نَصٌّ غ‬
‫ص ْالقَ ِدي ِْم فَهُ َو َم ْع ُموْ ٌل بِ ِه (اإلمتاع باألربعين المتباين@@ة الس@@ماع للحاف@@ظ أحم@@د بن علي بن محم@@د بن علي بن‬ َ ْ‫َم ْنصُو‬
)85 @@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@/ 1 ‫حج@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@ر العس@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@قالني‬
“Ini penjelasan yang asing dari al-Syafi’i. Al-Za’farani adalah perawi Qaul Qadim, ia
orang terpercaya. Dan jika dalam Qaul Jadid tidak ada yang bertentangan dengan
penjelasan Qaul Qadim, maka Qaul Qadim inilah yang diamalkan (yaitu boleh
membaca al-Quran di kuburan)” (al-Imta’, al-Hafidz Ibnu Hajar, I/11)

Ibnu Hajar mengulas lebih kongkrit:


ِ َ‫َأل َّن ْالقُرْ آنَ َأ ْش َرفُ ال ِّذ ْك ِر َوال ِّذ ْك ُ@ر يَحْ تَ ِم ُل بِ ِه بَ َر َكةٌ لِ ْل َم َكا ِن الَّ ِذي يَقَ ُع فِ ْي ِه َوتَ ُع ُّم تِ ْلكَ ْالبَ َر َكةُ ُس َّكان‬
ْ ‫ك َوضْ ُع ْال َج ِر ْي َدتَ ْي ِن فِي ْالقَب ِْر بِنَا ًء َعلَى َأ َّن فَاِئ َدتَهُ َما@ َأنَّهُ َما َما دَا َمتَا َر‬
ِ ‫طبَتَي ِْن تُ َسبِّ َح‬
‫ان‬ َ ِ‫ان َوَأصْ ُل َذل‬ِ ‫ْال َم َك‬
‫ت فَبِ ْالقُرْ آ ِن الَّ ِذي‬
ِ ‫ْح ْال َج َمادَا‬
ِ ‫ت ْالبَ َر َكةُ بِتَ ْسبِي‬ َ ‫ب ْالقَب ِْر … َوِإ َذا َح‬
ِ َ ‫صل‬ ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬َ ِ‫ص ُل ْالبَ َر َكةُ بِتَ ْسبِي ِْح ِه َما@ ل‬
ُ ْ‫فَتَح‬
‫ه َُو َأ ْش َرفُ ال ِّذ ْك ِر ِمنَ ْاآل َد ِم ِّي الَّ ِذي هُ َو َأ ْش َرفُ ْال َحيَ َوا ِن َأوْ لَى بِ ُحصُوْ ِل ْالبَ َر َك ِة بِقِ َرا َءتِ ِه َوالَ ِسيَّ َما ِإ ْن‬
)86 / 1 ‫صالِحًا َوهللاُ َأ ْعلَ ُم (اإلمتاع باألربعين المتباينة السماع للحافظ ابن حجر‬ َ ً‫ارُئ َر ُجال‬ ِ َ‫َكانَ ْالق‬

“Sebab al-Quran adalah dzikir yang paling mulia, dan dzikir mengandung berkah di
tempat dibacakannya dzikir tersebut, yang kemudian berkahnya merata kepada para
penghuninya (kuburan). Dasar utamanya adalah penanaman dua tangkai pohon oleh
Rasulullah Saw di atas kubur, dimana kedua pohon itu akan bertasbih selama masih
basah dan tasbihnya terdapat berkah bagi penghuni kubur. Jika benda mati saja ada
berkahnya, maka dengan al-Quran yang menjadi dzikir paling utama yang dibaca oleh
makhluk yang paling mulia sudah pasti lebih utama, apalagi jika yang membaca
adalah orang shaleh” (al-Hafidz Ibnu Hajar, al-Imta’ I/86)

Kalaupun ada pernyataan dari Imam Syafi’i terkait tidak sampainya pahala
bacaan al-Quran yang dihadiahkan pada orang yang meninggal, maksudnya adalah
jika dibaca dan tidak dihadiahkan kepada orang yang meninggal atau tidak dibaca di
hadapan mayatnya. Maka jika dibaca lalu diniatkan agar pahalanya diperuntukkan
bagi orang yang meninggal atau dihadapan mayat, maka bacaan itu bisa sampai
kepadanya (Ibnu Hajar al-Haitami dalam al-Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra II/27 dan
al-Dimyathi Syatha dalam I’anat al-Thalibin III/259)

Sedangkan hadis yang terkait menghadiahkan bacaan al-Quran telah dikutip


oleh banyak para ulama, bahkan pendiri aliran Wahhabi, Muhammad bin Abdul
Wahhab yang banyak diikuti oleh kelompok anti tahlil di Indonesia, juga mengutip
riwayat hadis tersebut:

‫ص@لَّى هللاُ َعلَ ْي@ ِه‬ َ ِ‫ال قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬ َ َ‫َوَأ ْخ َر َج َأبُوْ ْالقَا ِس ِم َس ْع ُد بْنُ َعلِ ٍّي ال َّز ْن َجانِ ُّي فِي فَ َواِئ ِد ِه ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ ق‬
ُ ‫اب َم@@ا قَ@ َرْأ‬
‫ت ِم ْن‬ ُ ‫ب َوقُلْ هُ َو هللاُ َأ َح ٌد َوَأ ْلهَا ُك ْم التَّ َكاثُ ُر ثُ َّم قَ@@ا َل ِإنِّي َج َع ْل‬
َ ‫ت ثَ@ َو‬ ِ ‫َو َسلَّ َم َم ْن َد َخ َل ْال َمقَابِ َر ثُ َّم قَ َرَأ فَاتِ َحةَ ْال ِكتَا‬
ٍ َ‫صا ِحبُ ْال َخالَّ ِل بِ َسنَ ِد ِه ع َْن َأن‬
‫س‬ َ ‫ت َكانُوْ ا ُشفَ َعا َء لَهُ ِإلَى هللاِ تَ َعالَى َوَأ ْخ َر َج‬
ِ ‫ك َِأل ْه ِل ْال َمقَابِ ِر ِمنَ ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا‬
َ ‫َكالَ ِم‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَ@ا َل َم ْن َدخَ@ َل ْال َمقَ@ابِ َر فَقَ@ َرَأ ُس@وْ َرةَ يس خَ فَّفَ هللاُ َع ْنهُ ْم َو َك@انَ لَ@هُ بِ َع@ َد ِد َم ْن فِ ْيهَ@ا‬ َ ِ‫َأ َّن َرسُوْ َل هللا‬
ٌ ‫َح َسن‬
‫ وش@@رح الص@@دور بش@@رح ح@@ال الم@@وتى‬497 @/ 4 ‫َات (عمدة القاري شرح صحيح البخاري لبدر الدين العيني‬
‫ وفي احكام تمني الموت لمحمد بن عبد الوهاب – مؤسس الفرق@@ة‬303 @ / 1 ‫والقبور للحافظ جالل الدين السيوطي‬
)75 – ‫الوهابية‬

“Abu Qasim Saad bin Ali al-Zanjani dalam kitab Fawaidnya meriwayatkan
dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw bersabda: ‘Barangsiapa masuk ke kuburan
kemudian membaca al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Takatsur, lalu berdoa: Sesungguhnya
saya jadikan bacaan saya dari firman-Mu untuk para ahli kubur, baik mukminin dan
mukminat, maka mereka akan menjadi pemberi syafaat baginya di sisi Allah’. Al-
Khallal juga meriwayatkan sebuah hadis dari Anas bin Malik: ‘Barangsiapa masuk ke
kuburan, kemudian membaca Yasin, [4] maka Allah akan meringankan kepada
mereka pada hari itu dan dia mendapatkan kebaikan-kebaikan sesuai bilangan yang
ada di kuburan tersebut” (Badruddin al-Aini dalam kitab Umdat al-Qari Syarah Sahih
al-Bukhari IV/497, al-Hafidz al-Suyuthi dalam Syarh al-Shudur I/303 dan
Muhammad bin Abdul Wahhab –Pendiri aliran Wahhabi– dalam Ahkam Tamanni al-
Maut 75)

Dan hadis dari Ali secara marfu’:

َ ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َمرْ فُوْ عًا َم ْن َم َّر َعلَى ْال َمقَابِ ِر َوقَ َرَأ قُلْ هُ َو هللاُ َأ َح ٌد َأ َح َد َع َش َر َم َّرةً َو َوه‬
ُ‫َب اَجْ َره‬ ِ ‫ْث َعلِ ٍّي َر‬ ُ ‫َو َح ِدي‬
‫ وشرح‬3733 / 1 ‫ت َر َواهُ َأبُوْ ُم َح َّم ٍد ال َّس َمرْ قَ ْن ِدي (التفسير المظهرى‬ ِ ‫ت اُ ْع ِط َى ِمنَ ْاالَجْ ِر بِ َع َد ِد اَْأل ْم َوا‬
ِ ‫لِالَ ْم َوا‬
)303 / 1 ‫الصدور بشرح حال الموتى والقبور للحافظ جالل الدين السيوطي‬

“Barangsiapa melewati kuburan kemudian membaca surat al-Ikhlas 11 kali dan


menghadiahkan pahalanya kepada orang yang telah meninggal, maka ia mendapatkan
pahala sesuai bilangan orang yang meninggal. Diriwayatkan oleh Abu Muhammad al-
Samarqandi” [5] (Tafsir al-Mudzhiri I/3733 dan al-Hafidz al-Suyuthi dalam Syarh al-
Shudur I/303)

Hal ini diperkuat oleh madzhab Imam Ahmad:

َ ْ‫ب َو ْال ُم َع ِّو َذتَ ْي ِن َوقُل‬


(‫)وتُ ْستَ َحبُّ قِ َرا َءةٌ بِ َم ْقبَ َر ٍة‬ ِ ‫ْت َأحْ َم َد يَقُوْ ُل إ َذا َدخَ ْلتُ ُم ْال َمقَابِ َر فَا ْق َرءُوْ ا بِفَاتِ َح ِة ْال ِكتَا‬
ُ ‫قَا َل ْال َمرُّ وْ ِذيُّ َس ِمع‬
‫ار فِي التَّ َر ُّد ِد إلَى َموْ تَاهُ ْم‬
ِ ‫ص‬َ ‫َت هَ َك َذا عَا َدةُ اَْأل ْن‬ ِ َ‫اب َذلِكَ إلَى َأ ْه ِل ْال َمقَابِ ِر فَِإنَّهُ ي‬
ْ ‫ص ُل إلَ ْي ِه ْم َو َكان‬ َ ‫ه َُو هللاُ َأ َح ٌد َواجْ َعلُوْ ا ثَ َو‬
)9 / 5 ‫يَ ْق َرءُوْ نَ ْالقُرْ آنَ (مطالب أولي النهى للرحيباني الحنبلي‬
“(Dianjurkan membaca al-Quran di kuburan) Al-Marrudzi berkata: Saya mendengar
Imam Ahmad berkata: Jika kalian masuk ke kuburan maka bacalah surat al-Fatihah,
al-Falaq, al-Nas dan al-Ikhlash. Jadikan pahalanya untuk ahli kubur, maka akan
sampai pada mereka. Seperti inilah tradisi sahabat Anshar dalam berlalu-lalang ke
kuburan untuk membaca al-Quran [6]” (Mathalib Uli al-Nuha 5/9)

Ibnu Taimiyah pun, yang menjadi panutan kelompok anti tahlil, juga
memperbolehkan sedekah untuk mayat, khataman al-Quran dan mengumpulkan orang
lain untuk mendoakannya:

ِ ‫الص@وْ ِم َو ْالقِ َرا َء ِة َك َم@@ا يَ ْنتَفِ ُع بِ ْال ِعبَ@@ادَا‬


‫ت‬ َّ ‫ت ْالبَ َدنِيَّ ِة ِم ْن‬
َّ ‫الص@الَ ِة َو‬ ِ ‫@ع ْال ِعبَ@@ادَا‬ ُ ‫ص ِح ْي ُح َأنَّهُ يَ ْنتَفِ ُع ْال َمي‬
ِ @‫ِّت بِ َج ِم ْي‬ َّ ‫ال‬
َ ‫ت َأ ْف‬
‫ض@ ُل ِم ْن‬ ِ ِّ‫الص@ َدقَةُ َعلَى ْال َمي‬ َّ ‫اس@تَ ْغفَ َر لَ@هُ َو‬ ْ ‫اق اَْألِئ َّم ِة َو َك َم@ا لَ@وْ َد َع@@ا لَ@هُ َو‬
ِ َ‫ق َونَحْ ِو ِه َما بِاتِّف‬ ِ ‫ص َدقَ ِة َو ْال ِع ْت‬
َّ ‫ْال َمالِيَّ ِة ِم ْن ال‬
ْ َ‫ُص@ َرفَ َم@ا ٌل فِي هَ@ ِذ ِه ْال َخ ْت َم@ ِة َوق‬
ُ ِ‫ص@ ُدهُ التَّقَ@رُّ بُ إلَى هللا‬
‫ص@ ِرفَ إلَى‬ ْ ‫ِّت َأ ْن ي‬ُ ‫صى ْال َمي‬ َ ْ‫اس َولَوْ َأو‬ ِ َّ‫َع َم ِل َخ ْت َم ٍة َو َج ْم ِع الن‬
)363 @/ 5 ‫اس (الفت@@اوى الك@@برى البن تيمي@@ة‬ ِ َّ‫@ع الن‬ َ ‫@رءُوْ نَ ْالقُ@@رْ آنَ َو َخ ْت َم@ ةٌ َأوْ َأ ْكثَ@ ُر َوهُ@ َو َأ ْف‬
ِ @‫ض@ ُل ِم ْن َج ْم‬ َ @‫اوي َْج يَ ْق‬
ِ ‫َم َح‬
“Pendapat yang benar bahwa mayit mendapatkan manfaat dengan semua ibadah fisik,
seperti salat, puasa dan bacaan al-Quran, sebagaimana ibadah harta seperti sedekah,
memerdekakan budak dan sebagainya berdasarkan kesepakatan para Imam, dan
sebagaimana ia mendoakannya atau meminta ampunan untuknya. Sedekah untuk
mayat lebih utama daripada mengkhatamkan al-Quran dan mengumpulkan orang. Jika
mayit berwasiat agar hartanya digunakan untuk khataman dan tujuannya adalah untuk
mendekatkan diri kepada Allah, maka harta tersebut digunakan untuk kebutuhan
membaca al-Quran dengan sekali khatam atau lebih dari satu kali. Dan
mengkhatamkan al-Quran ini lebuh utama daripada mengumpulkan orang lain” (al-
Fatawa al-Kubra V/363)

Begitu pula Ibnu al-Qayyim, murid Ibnu Taimiyah, berkata:

ُ‫ص َدقَةُ َو ْا ِال ْستِ ْغفَا ُر لَهُ َوال ُّدعَا ُء لَهُ َو ْال َحجُّ َع ْن@هُ َوَأ َّما قِ َرا َءة‬
َّ ‫ق َوال‬ُ ‫ت ْال ِع ْت‬ِ ِّ‫ض ُل َما يُ ْهدَى ِإلَى ْال َمي‬ َ ‫َوبِ ْال ُج ْملَ ِة فََأ ْف‬
)142 @/ 1 ‫ص ُل ثَ َوابُ الصَّوْ ِم َو ْال َحجِّ (الروح البن القيم‬ ِ َ‫ص ُل ِإلَ ْي ِه َك َما ي‬ ِ َ‫آن َوِإ ْه َداُؤ هَا لَهُ تَطَ ُّوعًا بِ َغي ِْر ُأجْ َر ٍة فَهَ َذا ي‬ ِ ْ‫ْالقُر‬
“Secara global, sesuatu yang paling utama dihadiahkan kepada mayyit adalah
sedeqah, istighfar, berdoa untuk orang yang meninggal dan berhaji atas nama dia.
Adapun membaca Al Qur’an dan menghadiahkan pahalanya kepada si mayyit dengan
suka rela tanpa imbalan, maka akan sampai kepadanya sebagaimana pahala puasa dan
haji juga sampai kepadanya” (al-Ruh I/142)
Terkait dengan masalah menghadiahkan bacaan dzikir kepada ahli kubur, maka
kesemuanya bisa sampai kepada mereka seperti yang diamalkan oleh warga NU
dalam Tahlilan. Sebagaimana menurut al-Hafidz Ibnu Hajar:

‫ك ْالبَ َر َكةُ ُس َّكانَ ْال َم َكا ِن (اإلمتاع باألربعين‬


َ ‫ان الَّ ِذي يَقَ ُع فِ ْي ِه َوتَ ُع ُّم تِ ْل‬
ِ ‫َوال ِّذ ْك ُر يَحْ تَ ِم ُل بِ ِه بَ َر َكةٌ لِ ْل َم َك‬
)86 / 1 ‫المتباينة السماع للحافظ ابن حجر‬

“Dan dzikir mengandung berkah di tempat dibacakannya dzikir tersebut, yang


kemudian berkahnya merata kepada para penghuninya (kuburan)” (al-Hafidz Ibnu
Hajar, al-Imta’ I/86)

Diperkuat oleh fatwa Ibnu Taimiyah mengenai kirim pahala tahlil dan dzikir
lainnya:

(‫)و ُسِئ َل‬ َ ‫ص ِح ْي ٌح َأ ْم الَ ؟ َوِإ َذا هَلَّ َل‬ َ ‫ْث‬ ٌ ‫ار َح ِدي‬ ِ َّ‫ت ِم ْن الن‬ ِ ِّ‫ت يَ ُكوْ نُ بَ َرا َءةً لِ ْل َمي‬
ِ ِّ‫َع َّم ْن هَلَّ َل َسب ِْع ْينَ َأ ْلفَ َم َّر ٍة َوَأ ْهدَاهُ لِ ْل َمي‬
‫اب) إ َذا هَلَّ َل ْاِإل ْن َسانُ هَ َك َذا َس ْبعُوْ نَ َأ ْلفًا َأوْ َأقَ َّل َأوْ َأ ْكثَ َر‬
َ ‫ص ُل إلَ ْي ِه ثَ َوابُهُ َأ ْم الَ ؟ (فََأ َج‬ ِ َ‫ت ي‬ ِ ِّ‫ْاِإل ْن َسانُ َوَأ ْهدَاهُ إلَى ْال َمي‬
)165 / 24 ‫ض ِع ْيفًا َوهللاُ َأ ْعلَ ُم (مجموع الفتاوى البن تيمية‬ َ ‫ْس هَ َذا َح ِد ْيثًا‬
َ َ‫ص ِح ْيحًا َوال‬ َ ‫ك َولَي‬ ْ َ‫َوُأ ْه ِدي‬
َ ِ‫ت إلَ ْي ِه نَفَ َعهُ هللاُ بِ َذل‬

“Ibnu Taimiyah ditanya tentang seseorang yang membaca tahlil tujuh puluh ribu kali
dan dihadiahkan kepada mayit sebagai pembebas dari api neraka, apakah ini hadis
sahih atau bukan? Ibnu Taimiyah menjawab: Jika seseorang membaca tahlil sebanyak
tujuh puluh ribu, atau kurang, atau lebih banyak, lalu dihadiahkan kepada mayit, maka
Allah akan menyampaikannya. Hal ini bukan hadis sahih atau dlaif” (Majmu’ al-
Fatawa XXIV /165)

(‫َص@ ُل إلَيْ@ ِه ؟ َوالتَّ ْس@بِ ْي ُح َوالتَّحْ ِميْ@ ُد َوالتَّ ْهلِيْ@ ُل َوالتَّ ْكبِيْ@ ُ@ر إ َذا َأ ْه@دَاهُ إلَى ) َو ُسِئ َل‬
ِ ‫تت‬ ِ ِّ‫@ل ْال َمي‬ ِ ‫ع َْن قِ َرا َء ِة َأ ْه‬
‫ت قِ َرا َءةُ َأ ْهلِ ِه َوت َْس @بِ ْي ُحهُْ@م َوتَ ْكبِ ْي@ ُرهُْ@م َو َس @اِئ ُر‬
ِ ِّ‫ص ُل إلَى ْال َمي‬
ِ َ‫اب) ي‬ َ ‫ص ُل إلَ ْي ِه ثَ َوابُهَا َأ ْم الَ ؟ (فََأ َج‬
ِ َ‫ت ي‬ ِ ِّ‫ْال َمي‬
/ 24 ‫ص@ َل إلَ ْي@ ِه َوهللاُ َأ ْعلَ ُم (مجم@@وع الفت@@اوى البن تيمي@@ة‬ ِ ِّ‫@ر ِه ْم ِهللِ تَ َع@@الَى إ َذا َأ ْه@دَوْ هُ إلَى ْال َمي‬
َ ‫ت َو‬ ِ @‫ِذ ْك‬
)165
“Ibnu Taimiyah ditanya mengenai bacaan keluarga mayit yang terdiri dari tasbih,
tahmid, tahlil dan takbir, apabila mereka menghadiahkan kepada mayit apakah
pahalanya bisa sampai atau tidak?[7] Ibnu Taimiyah menjawab: Bacaan kelurga mayit
bisa sampai, baik tasbihnya, takbirnya dan semua dzikirnya, karena Allah Ta’ala.
Apabila mereka menghadiahkan kepada mayit, maka akan sampai kepadanya”
(Majmu’ al-Fatawa XXIV /165)

Begitu pula fatwa mengirimkan pahala bacaan al-Quran:

‫ْب ْال َخ ْت ِم لِنَ ْف ِس@ ِه َولِ َوالِ َديْ@ ِه‬


َ ‫ف ِع ْن َد ُكلِّ َخ ْت َم ٍة َد ْع َوةٌ ُم َجابَ@ةٌ فَ@ِإ َذا َدعَ@ا ال َّرجُ@ ُل َعقِي‬ِ َ‫ي ع َْن طَاِئفَ ٍة ِم ْن ال َّسل‬ َ ‫َور ُِو‬
ِ @‫@ام اللَّ ْي‬
ِ ‫@ل َو َغي‬
‫ْ@ر‬ ِ َ‫ع َو َك َذلِكَ ُد َع@@اُؤ هُ لَهُ ْم فِي قِي‬ ِ ْ‫س ْال َم ْشرُو‬
ِ ‫ت َكانَ هَ َذا ِم ْن ْال ِج ْن‬ ِ ‫َولِ َم َشايِ ِخ ِه َو َغي ِْر ِه ْم ِم ْن ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا‬
ُ‫ُص @ا َم َع ْن@ه‬َ ‫ت َوَأ َم َر َأ ْن ي‬ ِ ِّ‫ص َدقَ ِة َعلَى ْال َمي‬
َّ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأنَّهُ َأ َم َر بِال‬ َ ‫ص َّح َع ِن النَّبِ ِّي‬ َ ‫َذلِكَ ِم ْن َم َوا ِط ِن ْاِإل َجابَ ِة َوقَ ْد‬
‫@ر ِه اِحْ تَ َّج‬ َّ ‫ت بِ ِه ال ُّسنَّةُ فِي‬
ِ @‫الص@وْ ِم َع ْنهُ ْم َوبِهَ@ َذا َو َغ ْي‬ ْ ‫ك َما َجا َء‬ َ ِ‫ال الصَّالِ َح ِة َو َك َذل‬ ِ ‫ص َدقَةُ َع ِن ْال َموْ تَى ِم ْن اَْأل ْع َم‬َّ ‫الصَّوْ َم فَال‬
‫@ذهَبُ َأحْ َم@@د َوَأبِي‬
ْ @‫@و َم‬
َ @ُ‫ت ْال َمالِيَّ ِة َو ْالبَ َدنِيَّ ِة إلَى َموْ تَى ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َك َما ه‬
ِ ‫ب ْال ِعبَادَا‬
ِ ‫َم ْن قَا َل ِمنَ ْال ُعلَ َما ِء إنَّهُ يَجُوْ ُز إ ْهدَا ُء ثَ َوا‬
‫قِرا َء ٍة َج@ ا َز َذلِكَ (مجم@@وع‬َ ْ‫ص@الَ ٍة َأو‬ َ ْ‫ص@يَ ٍام َأو‬ ِ ‫اب‬ َ ‫ت ثَ@ َو‬ ٍ ِّ‫ك َوال َّشافِ ِع ِّي فَِإ َذا َأ ْه@دَى لِ َمي‬ ِ ‫َحنِ ْيفَةَ َوطَاِئفَ ٍة ِم ْن َأصْ َحا‬
ٍ ِ‫ب َمال‬
)322 / 24 ‫الفتاوى البن تيمية‬

“Dan diriwayatkan daru ulama salaf bahwa ‘Setiap khatam al-Quran terdapat
doa yang terkabul’ [8]. Jika seseorang berdoa setelah khatam al-Quran, baik untuk
dirinya sendiri, kedua orang tuanya, para gurunya, dan yang lain dari kalangan
mukminin dan mukminat, maka doa ini tergolong bagian dari doa yang disyariatkan.
Begitu pula doa bagi mereka saat tengah malam, dan tempat-tempat istijabah lainnya.
Dan sungguh telah sahih dari Nabi Muhammad Saw bahwa beliau memerintahkan
sedekah untuk mayit dan puasa untuknya. Bersedekah atas nama orang yang telah
mati adalah bagian dari amal shaleh, begitu pula puasa. Dengan dalil ini, para ulama
berhujjah bahwa boleh menghadiahkan pahala ibadah yang bersifat harta atau fisik
kepada umat Islam yang telah wafat, sebagaimana pendapat Ahmad, Abu Hanifah,
segolongan dari Madzhab Malik dan Syafi’i. maka jika menghadiahkan pahala puasa,
salat dan bacaan al-Quran kepada orang yang telah wafat, maka hukumnya boleh”
(Majmu’ al-Fatawa XXIV/322)

Bahkan menurut Imam Ahmad hal diatas adalah konsensus para ulama:

َ‫ار َد ِة فِ ْي ِه َوَأل َّن ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ يَجْ تَ ِمعُوْ ن‬


ِ ‫ص ْال َو‬
ِ ْ‫ص ُل إلَ ْي ِه ُكلُّ َش ْي ٍء ِم ْن ْال َخي ِْر لِلنُّصُو‬ ُ ‫قَا َل َأحْ َم ُد ْال َمي‬
ِ َ‫ِّت ي‬
‫فِي ُك ِّل ِمصْ ٍر َويَ ْق َرءُوْ نَ َويَ ْه ُدوْ نَ لِ َموْ تَاهُ ْم ِم ْن َغي ِْر نَ ِكي ٍْر فَ َكانَ إجْ َماعًا (كشاف القناع عن متن‬
)10 / 5 ‫ ومطالب اولي النهى للرحيباني الحنبلي‬431 / 4 ‫اإلقناع للبهوتي الحنبلي‬
“Imam Ahmad berkata: Setiap kebaikan bisa sampai kepada mayit berdasarkan
dalil al-Quran dan hadis, dan dikarenakan umat Islam berkumpul di setiap kota,
mereka membaca al-Quran dan menghadiahkan untuk orang yang telah meninggal
diantara mereka, tanpa ada pengingkaran. Maka hal ini adalah ijma’ ulama (Kisyaf
al-Qunna’ IV/ 431 dan Mathalib Uli al-Nuha V/10)

2. Pendapat yang melarang


Ahmad Al-Dasuqi al-Maliki (w 1230 H) mengemukakan bahwa ulama-
ulama terdahulu memakruhkan membaca al-Qur’an bagi mayit dan menghadiahkan
pahala kepadanya. Akan tetapi para ulama sesudah mereka menghukumi hal
tersebut sebagai sebuah kebolehan.

‫ف لَ ِك ْن ْال ُمتَ @َأ ِّخرُونَ َعلَى َأنَّهُ اَل‬ ِ َ‫الس @ل‬


َّ ‫ْس ِم ْن َع َم@ ِل‬ َ ‫ُك ِرهَ قِ َرا َءةٌ (بَ ْع َدهُ) َأيْ بَ ْع َد َموْ تِ ِه ( َو َعلَى قَب ِْر ِه) َأِلنَّهُ لَي‬
ْ ‫ص ُل لَهُ اَأْلجْ ُر‬
ُ ‫إن َشا َء هَّللا‬ ُ ْ‫ت َويَح‬ َ ‫بَْأ‬.
ِ ِّ‫س بِقِ َرا َء ِة ْالقُرْ آ ِن َوال ِّذ ْك ِر َو َج ْع ِل ثَ َوابِ ِه لِ ْل َمي‬

Makruh hukumnya membacakan al-Qur’an kepada orang yang sudah


meninggal maupun di kuburnya, karena hal tersebut bukan merupakan amal orang-
orang terdahulu, akan tetapi para ulama belakangan membolehkan membacakan al-
Qur’an dan dzikir lalu menghadiahkan pahalanya kepada orang yang sudah
meninggal, dan pahala akan sampai kepadanya dengan izin Allah.

Serupa dengan hal tersebut Ahmad Al-Shawi al-Maliki (w 1241 H)


menyampaikan bahwa, membaca al-Qur’an kepada orang yang sudah meninggal
bisa dihukumi makruh namun bisa juga dihukumi boleh,

،‫ف‬ ِ َ‫ْس ِم ْن َع َم ِل ال َّسل‬ َ ‫ُور) َأِلنَّهُ لَي‬


ِ ‫ت َوبَ ْع َدهُ َعلَى ْالقُب‬ ِ ْ‫(ع ْن َد ْال َمو‬
ِ ‫ُك ِرهَ (قِ َرا َءةٌ) لِ َش ْي ٍء ِم ْن ْالقُرْ آ ِن‬
‫آن فَِإنَّهُ يَجُو ُ@ز‬ ٍ ُّ‫ َوِإنَّ َما َكانَ َشْأنُهُ ْم ال ُّدعَا َء بِ ْال َم ْغفِ َر ِة َوالرَّحْ َم ِة َوااِل تِّ َعاظَ (إاَّل لِقَصْ ِد تَبَر‬.
ِ ْ‫ك) بِ ْالقُر‬

Makruh hukumnya membacakan sesuatu dari al-Qur’an kepada orang yang


meninggal dan di kuburnya karena hal tersebut bukanlah merupakan amalan orang
terdahulu. Akan tetapi jika membaca al-Qur’an sebagai do’a untuk memohon
ampunan, kasih sayang Allah dan pengingatan, bukan untuk tujuan tabarruk
dengan al-Qur’an, maka hal tersebut dibolehkan.

Demikian pula kalangan Syafi’iyyah, sebagian menerima hal tersebut dan


sebagiannya menolak. Pendapat yang menolak sampainya pahala membaca al-
Qur’an bagi mayit diantaranya dikemukakan oleh Imam Nawawi al-Syafi’i (w 676
H), sebagai berikut:

ِ َ‫و ْال َم ْشهُو ُر فِي َم ْذهَبِنَا َأ َّن قِ َرا َءةَ ْالقُرْ آ ِن اَل ي‬.
‫صلُهُ ثَ َوابُهَا‬ َ

Pendapat yang terkenal dari madzhab kami bahwa membaca al-Qur’an


tidak sampai pahalanya (kepada orang yang sudah meninggal).

Diantara dalil yang menjadi sebab perbedaan pendapat adalah perbedaan


dalam memahami makna surat al-Najm ayat 39

َ ‫َوَأ ْن لَي‬
‫ْس لِِإْل ْن َسا ِن ِإاَّل َما َس َعى‬

dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya.

Berdasarkan ayat tersebut, Imam al-Nawawi mengemukakan sebuah


riwayat berikut:

‫ حج‬:‫ يلحق الميت من فعل غيره وعمله ثالث‬:‫اخبرنا الربيع بن سليمان قال حدثنا الشافعي إمالء قال‬
‫ فأما ما س@@وى ذل@@ك من ص@@الة أو ص@@يام فه@@و لفاعل@@ه دون‬.‫ ودعاء‬،‫ ومال يتصدق به عنه أو يقضى‬،‫يؤدى عنه‬
‫الميت‬.

Mengabarkan kepada kami Rabi ibn Sulaiman, Ia berkata menyamparkan


kepada kami al-Syafi’i dengan mendiktekan. Ia berkata mengikuti (pahala) kepada
mayit dari amal perbuatan orang lain 3 hal, haji yang ditunaikan atas namanya,
harta yang dishadaqahkan baginya, dari hartanya atau diqadha serta do’a. adapun
perbuatan apapun selain hal tersebut seperti shalat, puasa maka perbuatan dan
pahalanya bagi yang melakukannya bukan bagi mayyit.
Ibnu Katsir dari kalangan Syafi’iyyah juga mengemukakan pendapatnya,

‫ص ُل ِإ ْهدَا ُء ثَ َوابِهَا ِإلَى‬ِ َ‫ َو َم ِن اتَّبَ َعهُ َأ َّن ْالقِ َرا َءةَ اَل ي‬،ُ ‫ َر ِح َمهُ هَّللا‬،‫ومن وهذه اآْل يَ ِة ْال َك ِري َم ِة ا ْستَ ْنبَطَ ال َّشافِ ِع ُّي‬
‫ص@لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي@ ِه َو َس@لَّ َم ُأ َّمتَ@هُ َواَل َحثَّهُ ْم‬
َ ِ ‫ َولِهَ َذا لَ ْم يَ ْن@دُبْ ِإلَ ْي@ ِه َر ُس@و ُل هَّللا‬.‫ْس ِم ْن َع َملِ ِه ْم َواَل َك ْسبِ ِه ْم‬ َ ‫ْال َموْ تَى؛ َأِلنَّهُ لَي‬
‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ْم‬
ِ ‫ َر‬،‫ص َحابَ ِة‬ َّ ‫ك ع َْن َأ َح ٍد ِمنَ ال‬ َ ِ‫ َولَ ْم يُ ْنقَلْ َذل‬،‫ َواَل َأرْ َش َدهُ ْم ِإلَ ْي ِه بِنَصٍّ َواَل ِإي َما ٍء‬،‫َعلَ ْي ِه‬

Terkait ayat yang mulia Ini Imam Al-Syafi’i rahimahullah dan para
pengikutnya beristinbath bahwa bacaan al-Qur’an tidak sampai pahalanya kepada
orang yang sudah meninggal, karena bacaan al-Qur’an tersebut bukan
perbuatannya bukan pula apa yang ia upayakan. Oleh karenanya Rasulullah saw
tidak mensunnahkan dan menganjurkan untuk mengerjakan hal tersebut. Dan tidak
pula memberikan petunjuk tentang hal tersebut baik dengan nash yang jelas
maupun isyarat. Dan tidak pula diriwayatkan hal tersebut dari seorangpun sahabat
radhiyallahu anhum.

Dalil lain yang menjadi sebab perbedaan pendapat adalah perbedaan dalam
memahami hadits nabi saw berikut

َ ِ‫ َأ َّن َرسُو َل هللا‬،َ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرة‬


‫ ” ِإ َذا َماتَ اِإْل ْن َسانُ ا ْنقَطَ َع َع ْنهُ َع َملُهُ ِإاَّل ِم ْن‬:‫ قَا َل‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
ُ‫ح يَ ْدعُو لَه‬
ٍ ِ‫صال‬ َ ‫ َأوْ َولَ ٍد‬،‫ َأوْ ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬،‫اريَ ٍة‬ َ ‫ ِإاَّل ِم ْن‬:‫ثَاَل ثَ ٍة‬.
ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬

Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda,” Jika seorang
manusia meninggal, maka terputuslah amal perbuatannya kecuali 3 hal: shodaqah
jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendo’akannya.

Para ulama yang mengemukakan pendapat bahwa tak sampainya pahala


bacaan al-Qur’an kepada mayit mengemukakan bahwa, hadits ini menunjukkan
bahwa pahala bagi orang meninggal terputus, kecuali 3 hal, yang juga merupakan
dampak dari amal perbuatan yang ia sendiri (orang meninggal tersebut) kerjakan
semasa hidupnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Quran merupakan kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad yang berfungsi untuk menjadi pedoman bagi kehidupan manusia,
membaca Al-Quran dianjurkan baik dari Quran sendiri maupun anjuran dari hadits
Nabi Muhammad SAW.
Al-Quran memiliki banyak keistimewaan, diantaranya dapat menenangkan
jiwa, menjadi syafaat di hari akhir nanti, dan sebagai petunjuk bagi manusia untuk
menjadi pribadi yang lebih baik.
Pendapat ulama terkait pembacaan Al-Quran bagi orang yang meninggal itu
berbeda, ada yang membolehkan dan ada yang melarangnya, maka, kita boleh ikut
pendapat ulama yang mana saja, yang pasti mereka beristinbath pada Al-quran dan
hadits Nabi Muhammad SAW sebagai landasan utama terhadap pengambilan hukum
dari hal tersebut, dan dapat dipertanggungjawabkan.

B. Saran

Kami yakini bahwa makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna,
karena tulisan ini dalam rangka belajar dan belajar, pasti banyak yang keliru, atau
bahkan banyak yang kurang tepat. Maka daripada itu kami meminta saran yang
konstruktif bagi siapapun yang membaca makalah ini
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya (Bandung: Diponegoro,


2008),h.597
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka
Setia,2001), h.24
https://islam.nu.or.id/ubudiyah/keutamaan-membaca-al-qur-an-dalam-hadits-
rasulullah-egWze (Diakses : Selasa, 27 Desember 2022 Pada pukul :19.00 WIB)
https://www.kompasiana.com/hudhajr4957/5d88ef8e097f364198083022/hikmah-
hikmah-membaca-al-quran?page=all#section1 (Diakses : Selasa, 27 Desember 2022 Pada
pukul :19.35 WIB)
https://www.academia.edu/29329986/
_Makalah_Masail_Fiqhiyah_Hukum_Menghadiahi_Pahala_Membaca_Al_Quran_Bagi_May
it_dan_Maulid_Nabi_pdf (Diakses : Selasa, 27 Desember 2022 Pada pukul :23.00 WIB)
http://digilib.uinsby.ac.id/871/2/Bab%201.pdf (Diakses :Rabu 28 Desember 2022
pukul: 22.30 WIB)
Jalal al Din As Suyuthi Asy Syafi’i , Al Itqaan fi Ulum al Qur’an (Libanon, Daar al
Fikr, tt), juz kedua, hal. : 159.
Kamus al Munawwir, Arab-Indonesia terlengkap, Yogyakarta, Pustaka Progressif,
2000, cet. kedua puluh lima, hal. : 1145

Anda mungkin juga menyukai