MENINGGAL”
MAKALAH
“Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ahlus Sunnah Waljama’ah
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Hasan Bisri, M.Ag.”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 10
1. Fikri Aly Munawwar (2202002142)
2. Enung Sri Nurjanah (2202002155)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam kami
panjatkan kepada baginda Rasulullah SAW yang telah membawa kabar gembira bagi kita
semua dan semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya kelak di akhir zaman. Dan juga kami
berterima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Hasan Bisri, M.Ag. sebagai dosen pegampu mata
kuliah Aswaja.
Kami juga menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan
serta jauh dari kata sempurna. Untuk itu dengan kerendahan hati kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran merupakan kitab suci ummat islam yang tentunya dijadikan sebagai
pedoman hidup, disamping sebagai pedoman hidup, Al-Quran juga bernilai pahala bagi
yang membacanya, bahkan Al-quran merupakan kitab suci yang istimewa, karena
didalamnya mengandung semua bentuk kebaikan.
Keyakinan bahwa pahala membaca Al-Qur‟an dapat dihadiahkan kepada mayit
telah bergeser dari sekadar keyakinan pribadi menjadi tradisi. Sebab itu, pembacaan Al-
Qur’an biasanya tidak dilakukan oleh seorang diri. Tetapi menjadi satu paket dengan
kegiatan tertentu yangdiselenggarakan secara beramai-ramai. Sebagaimana kegiatan
haul, tahlilan, dan yasinan yang telahdipaparkan di atas. Di dalamnya terdapat pula
ceramah agama, pembacaan doa, hingga penampilanseni Islam.Pada dasarnya,
masyarakat Indonesia senang berkumpul. Masyarakat menyukai kegiatanyang
mengumpulkan warga sekitar, bercengkrama, mengobrol, bercanda, dan saling
bersilaturahmi.
Tidak heran kegiatan berkunjung ke rumah tetangga dan kerabat ketika Hari Raya
Idul Fitri masihmengakar kuat di tengah masyarakat. Selain itu, masyarakat juga selalu
diajarkan untuk berbaktikepada orang tua meskipun keduanya telah tiada. Perpaduan
budaya inilah yang melahirkan sejumlah tradisi yang di dalamnya terdapat pembacaan
doa dan Al-Qur‟an bagi mayit. Doa danmembaca Al-Qur‟an adalah amalan yang bisa
dilakukan satu waktu, tidak perlu mengeluarkan biaya, namun pahalanya bisa sampai
kepada orang tua atau guru yang telah tiada.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka kami merumuskan masalah yang ada
didalam makalah ini adalah
1. Apa pengertian Al-Quran?
2. Apa saja anjuran untuk membaca Al-Quran?
3. Bagaimana hikmah membaca Al-Quran?
4. Bagaimana Pendapat para ulama terkait membaca Al-Quran bagi orang yang sudah
meninggal?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian Al-Quran secara bahasa dan istilah.
2. Untuk mengetaui anjuran membaca Al-Quran
3. Untuk mengetahui hikmah dalam membaca Al-Quran
4. Untuk mengetahui pendapat ulama terkait membaca Al-Quran bagi orang yang sudah
meninggal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Alquran
Secara bahasa diambil dari kata: يق@@رأ- ةرائ@@ة – وقرأن@@ا ق@@رأ- yang berarti sesuatu
bacaan/yang dibaca. Arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat Islam untuk membaca
Alquran. Alquran juga bentuk mashdar dari الق@@@@راةyang berarti menghimpun dan
mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab seolah-olah Alquran menghimpun beberapa huruf,
kata, dan kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar. Oleh karena itu Alquran
harus dibaca dengan benar sesuai sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya, juga
dipahami, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan apa yang dialami masyarakat
untuk menghidupkan Alquran baik secara teks, lisan ataupun budaya.
Menurut M. Quraish Shihab, Alquran secara harfiyah berarti bacaan yang sempurna.
Ia merupakan suatu nama pilihan Allah yang tepat, karena tiada suatu bacaanpun sejak
manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Alquran,
bacaan sempurna lagi mulia.2 Dan juga Alquran mempunyai arti menumpulkan dan
menghimpun qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan katakata satu dengan yang lain
dalam suatu ucapan yang tersusun rapih. Quran pada mulanya seperti qira’ah, yaitu mashdar
dari kata qara’a, qira’atan, qur’anan.
Allah berfirman:
)18(@ُ)فَ@ِإ َذ@ا@ قَ@ َ@رْأ نَ@اهُ@ فَ@اتَّ@بِ ْ@ع ق@ُ @ْرآ@نَ@ه17( @ُ@رآ@نَ@ه
@ْ ُِإ َّ@ن@ َ@علَ@ ْي@نَ@ا@ َج@ ْم@ َع@ه@ُ َ@وق
Artinya: “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Qur’an, dan pasti Kami pula
yang memeliharanya.” (QS. Al-Qiyamah :17-18).
Secara istilah, Al-quran adalah firman Allah SWT. Yang disampaikan oleh Malaikat
Jibril dengan redaksi langsung dari Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW, dan yang
diterima oleh umat Islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan dan merupakan
ibadah bagi yang membacanya.
Sementara menurut para ahli ushul fiqh Alquran secara istilah adalah:
المكتتب على,كالم هللا المعجز المنزل على خاتم النبيين والمرسلين بواسطة األمين جبريل
المصاحف المنقول الينا بالتواترالمتعبد@ بتالوته المبدوء بسورة الفاتحة المختم بسورة الناس
Artinya: “Alquran adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luar biasa
yang melemahkan lawan), diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rosul (yaitu Nabi
Muhammad SAW), melalui Malaikat Jibril, tertulis pada mushaf, diriwayatkan kepada kita
secara mutawatir, membacanya dinilai ibadah, dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri
dengan surah An-Nas”.
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan”(QS. Al-‘Ankabut :29 Ayat :45)
Artinya: “Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan
hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha
Mengetahui”(QS. Al-Ahzab :33 Ayat:34).
َ ن ت َب ُور
ْ َ و َع َل َان ِي َة ً ي َر ْ ج ُو ن َ تِ ج َار َة ً ل
ْف
ٌ ْف وَم ِيم ٌ حَر
ٌ ْف وَل َام ٌ حَر
ٌ وَلَكِنْ َأ ل ٌِف حَر،ْف
ٌ ل الم حَر
ُ ل َا َأ ق ُو،و َالحَسَن َة ُ بِعَشْرِ َأ مْثَالِهَا
bersabda, “Siapa saja membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka dia
akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada
sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi,
alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf,” (HR. At-Tirmidzi).
Artinya : Dari Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,
“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi para
pembacanya di hari kiamat.” (HR. Muslim).
2. Untuk orang-orang yang mahir membaca Al-Qur’an, maka kelak ia akan bersama
para malaikat-Nya;
ُ سل ِم
ْ ُ ض ُع بِه ِ آخ َرين » رَو َاه ُ م
َ الكتاب َأ قواما ً وي
Artinya : Dari Umar bin Khatab ra. Rasulullah saw. bersabda,: “Sesungguhnya
Allah SWT. akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an),
dengan dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang lain.” (HR. Muslim).
4. Menjadikan manusia yang berkualitas
Al-qur'an tidak hanya untuk dibaca saja,melainkan juga untuk diamalkan
dan diajarkan.Dan barang siapa yang mampu melakukannya,maka dia akan
termasuk kedalam manusia terbaik.
5. Memberikan ketenangan hati.
Membaca kitab al-quran pada hakikatnya adalah mengingat Allah yang
maha pengasih dan maha penyayang.Berdasarkan ayat al-quran yang menguatkan
jika dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang.(yaitu orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah.Ingatlah,hanya
dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.(surat ar-r'ad:28).)
ف َواَْألِئ َّم ِة الثَّالَثَ ِة َعلَى ْال ُوصُوْ ِل (شرح ِ ِّب ْالقِ َرا َء ِة لِ ْل َمي
ِ َت فَ ُج ْمهُوْ ُ@ر ال َّسل ِ اُ ْختُلِفَ فِي ُوصُوْ ِل ثَ َوا
)302 / 1 الصدور بشرح حال الموتى@ والقبور للحافظ جالل الدين السيوطي
“Telah terjadi perbedaan diantara para Ulama mengenai sampainya pahala bacaan al-
Quran kepada orang yang telah meninggal. Menurut mayoritas ulama Salaf dan ulama
tiga Madzhab (Hanafi, Maliki dan Hanbali) menyatakan bisa sampai kepada orang
yang telah wafat” (Syarh al-Shudur I/203)
Pendapat mayoritas ulama ini didukung oleh Ibnu Taimiyah dalam kitabnya
Iqtidla’ al-Shirat al-Mustaqim II/261:
“Sesungguhnya pahala ibadah secara fisik seperti salat, membaca al-Quran dan
lainnya, bisa sampai kepada mayit sebagaimana ibadah yang bersifat harta secara
Ijma’. Ini adalah pendapat Abu Hanifah, Ahmad, kelompok ulama Syafi’iyah dan
Malikiyah. Ini adalah yang benar berdasarkan dalil-dalil yang banyak, yang kami
jelaskan di lain kitab ini (dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmu’ al-
Fatawa 24/306-313).”
Karena mereka di luar pengikut Imam Syafi’i, maka sudah jelas mereka tidak
memahaminya secara mendalam. Disini kami paparkan terlebih dahulu pernyataan
dari para ulama Syafi’iyah terkait anjuran membaca al-Quran di kuburan, yang sudah
pasti orang yang meninggal dapat merasakan manfaat dari bacaan tersebut, kemudian
kami paparkan pula kesepakatan para ulama dalam masalah mengirimkan pahala ini.
Dalil membaca al-Quran di kuburan adalah:
ُصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُوْ ُل ِإ َذا َماتَ َأ َح ُد ُك ْم فَالَ تَحْ بِسُوْ ه
َ ِْت َرسُوْ َل هللا ُ ض َي هللاُ َع ْنهُ َما قَا َل َس ِمع ِ ع َِن ا ْب ِن ُع َم َر َر
ب َو ِع ْن َد ِرجْ لَ ْي ِه بِخَاتِ َم ِة سُوْ َر ِة ْالبَقَ َر ِة فِي قَب ِْر ِه (رواه الطبراني ِ ْر ُعوْ ا بِ ِه ِإلَى قَب ِْر ِه َو ْليُ ْق َرْأ ِع ْن َد َرْأ ِس ِه بِفَاتِ َح ِة ْال ِكتَا
ِ َوَأس
)449 / 4 وتاريخ يحي بن معين9294 والبيهقي في الشعب رقم13613 في الكبير رقم
“Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda:
Jika diantara kalian ada yang meninggal, maka janganlah diakhirkan, segeralah
dimakamkan. Dan hendaklah di dekat kepalanya dibacakan pembukaan al-Quran
(Surat al-Fatihah) dan dekat kakinya dengan penutup surat al-Baqarah di kuburnya”
(HR al-Thabrani dalam al-Kabir No 13613, al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman No
9294, dan Tarikh Yahya bin Main 4/449)[2]
)184 / 3 ْر ُعوْ ا بِ ِه ِإلَى قَب ِْر ِه َأ ْخ َر َجهُ الطَّ ْب َرانِي بِِإ ْسنَا ٍد َح َس ٍن (فتح الباري البن حجر
ِ فَالَ تَحْ بِسُوْ هُ َوَأس
“HR al-Thabrani dengan sanad yang hasan” (Fath al-Bari III/184)
“Dan dianjurkan bagi peziarah untuk membaca al-Quran sesuai kemampuannya dan
mendoakan ahli kubur setelah membaca al-Quran. Hal ini dijelaskan oleh al-Syafi’i
dan disepakati oleh ulama Syafi’iyah” (al-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab
V/311)
َقَا َل ال َّشافِ ِعي@ َواَْألصْ َحابُ يُ ْستَ َحبُّ َأ ْن يَ ْق َرُؤ وْ ا@ ِع ْن َدهُ َش ْيًئا ِمنَ ْالقُرْ آ ِن قَالُوْ ا فَِإ ْن َختَ ُموْ ا ْالقُرْ آنَ ُكلَّهُ َكان
)294 / 5 @ والمجموع@ للشيخ النووي162 / 1 َح َسنًا (األذكار النووية
“Imam Syafi’i dan ulama Syafi’iyah berkata: Disunahkan membaca sebagian dari al-
Quran di dekat kuburnya. Mereka berkata: Jika mereka mengkhatamkan al-Quran
keseluruhan, maka hal itu dinilai bagus” (al-Adzkar I/162 dan al-Majmu’ V/294)
َُريْبٌ َع ِن ال َّشافِ ِعي َوال َّز ْعفَ َرانِي ِم ْن ُر َوا ِة ْالقَ ِدي ِْم َوهُ َو ثِقَةٌ َوِإ َذا لَ ْم يَ ِر ْد فِي ْال َج ِد ْي@ ِد َم@@ا يُ َخ@ الِف
ِ َوهَ َذا نَصٌّ غ
ص ْالقَ ِدي ِْم فَهُ َو َم ْع ُموْ ٌل بِ ِه (اإلمتاع باألربعين المتباين@@ة الس@@ماع للحاف@@ظ أحم@@د بن علي بن محم@@د بن علي بن َ َْم ْنصُو
)85 @@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@/ 1 حج@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@ر العس@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@قالني
“Ini penjelasan yang asing dari al-Syafi’i. Al-Za’farani adalah perawi Qaul Qadim, ia
orang terpercaya. Dan jika dalam Qaul Jadid tidak ada yang bertentangan dengan
penjelasan Qaul Qadim, maka Qaul Qadim inilah yang diamalkan (yaitu boleh
membaca al-Quran di kuburan)” (al-Imta’, al-Hafidz Ibnu Hajar, I/11)
“Sebab al-Quran adalah dzikir yang paling mulia, dan dzikir mengandung berkah di
tempat dibacakannya dzikir tersebut, yang kemudian berkahnya merata kepada para
penghuninya (kuburan). Dasar utamanya adalah penanaman dua tangkai pohon oleh
Rasulullah Saw di atas kubur, dimana kedua pohon itu akan bertasbih selama masih
basah dan tasbihnya terdapat berkah bagi penghuni kubur. Jika benda mati saja ada
berkahnya, maka dengan al-Quran yang menjadi dzikir paling utama yang dibaca oleh
makhluk yang paling mulia sudah pasti lebih utama, apalagi jika yang membaca
adalah orang shaleh” (al-Hafidz Ibnu Hajar, al-Imta’ I/86)
Kalaupun ada pernyataan dari Imam Syafi’i terkait tidak sampainya pahala
bacaan al-Quran yang dihadiahkan pada orang yang meninggal, maksudnya adalah
jika dibaca dan tidak dihadiahkan kepada orang yang meninggal atau tidak dibaca di
hadapan mayatnya. Maka jika dibaca lalu diniatkan agar pahalanya diperuntukkan
bagi orang yang meninggal atau dihadapan mayat, maka bacaan itu bisa sampai
kepadanya (Ibnu Hajar al-Haitami dalam al-Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra II/27 dan
al-Dimyathi Syatha dalam I’anat al-Thalibin III/259)
ص@لَّى هللاُ َعلَ ْي@ ِه َ ِال قَا َل َرسُوْ ُل هللا َ ََوَأ ْخ َر َج َأبُوْ ْالقَا ِس ِم َس ْع ُد بْنُ َعلِ ٍّي ال َّز ْن َجانِ ُّي فِي فَ َواِئ ِد ِه ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ ق
ُ اب َم@@ا قَ@ َرْأ
ت ِم ْن ُ ب َوقُلْ هُ َو هللاُ َأ َح ٌد َوَأ ْلهَا ُك ْم التَّ َكاثُ ُر ثُ َّم قَ@@ا َل ِإنِّي َج َع ْل
َ ت ثَ@ َو ِ َو َسلَّ َم َم ْن َد َخ َل ْال َمقَابِ َر ثُ َّم قَ َرَأ فَاتِ َحةَ ْال ِكتَا
ٍ َصا ِحبُ ْال َخالَّ ِل بِ َسنَ ِد ِه ع َْن َأن
س َ ت َكانُوْ ا ُشفَ َعا َء لَهُ ِإلَى هللاِ تَ َعالَى َوَأ ْخ َر َج
ِ ك َِأل ْه ِل ْال َمقَابِ ِر ِمنَ ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا
َ َكالَ ِم
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَ@ا َل َم ْن َدخَ@ َل ْال َمقَ@ابِ َر فَقَ@ َرَأ ُس@وْ َرةَ يس خَ فَّفَ هللاُ َع ْنهُ ْم َو َك@انَ لَ@هُ بِ َع@ َد ِد َم ْن فِ ْيهَ@ا َ َِأ َّن َرسُوْ َل هللا
ٌ َح َسن
وش@@رح الص@@دور بش@@رح ح@@ال الم@@وتى497 @/ 4 َات (عمدة القاري شرح صحيح البخاري لبدر الدين العيني
وفي احكام تمني الموت لمحمد بن عبد الوهاب – مؤسس الفرق@@ة303 @ / 1 والقبور للحافظ جالل الدين السيوطي
)75 – الوهابية
“Abu Qasim Saad bin Ali al-Zanjani dalam kitab Fawaidnya meriwayatkan
dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw bersabda: ‘Barangsiapa masuk ke kuburan
kemudian membaca al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Takatsur, lalu berdoa: Sesungguhnya
saya jadikan bacaan saya dari firman-Mu untuk para ahli kubur, baik mukminin dan
mukminat, maka mereka akan menjadi pemberi syafaat baginya di sisi Allah’. Al-
Khallal juga meriwayatkan sebuah hadis dari Anas bin Malik: ‘Barangsiapa masuk ke
kuburan, kemudian membaca Yasin, [4] maka Allah akan meringankan kepada
mereka pada hari itu dan dia mendapatkan kebaikan-kebaikan sesuai bilangan yang
ada di kuburan tersebut” (Badruddin al-Aini dalam kitab Umdat al-Qari Syarah Sahih
al-Bukhari IV/497, al-Hafidz al-Suyuthi dalam Syarh al-Shudur I/303 dan
Muhammad bin Abdul Wahhab –Pendiri aliran Wahhabi– dalam Ahkam Tamanni al-
Maut 75)
َ ض َي هللاُ َع ْنهُ َمرْ فُوْ عًا َم ْن َم َّر َعلَى ْال َمقَابِ ِر َوقَ َرَأ قُلْ هُ َو هللاُ َأ َح ٌد َأ َح َد َع َش َر َم َّرةً َو َوه
َُب اَجْ َره ِ ْث َعلِ ٍّي َر ُ َو َح ِدي
وشرح3733 / 1 ت َر َواهُ َأبُوْ ُم َح َّم ٍد ال َّس َمرْ قَ ْن ِدي (التفسير المظهرى ِ ت اُ ْع ِط َى ِمنَ ْاالَجْ ِر بِ َع َد ِد اَْأل ْم َوا
ِ لِالَ ْم َوا
)303 / 1 الصدور بشرح حال الموتى والقبور للحافظ جالل الدين السيوطي
Ibnu Taimiyah pun, yang menjadi panutan kelompok anti tahlil, juga
memperbolehkan sedekah untuk mayat, khataman al-Quran dan mengumpulkan orang
lain untuk mendoakannya:
ُص َدقَةُ َو ْا ِال ْستِ ْغفَا ُر لَهُ َوال ُّدعَا ُء لَهُ َو ْال َحجُّ َع ْن@هُ َوَأ َّما قِ َرا َءة
َّ ق َوالُ ت ْال ِع ْتِ ِّض ُل َما يُ ْهدَى ِإلَى ْال َمي َ َوبِ ْال ُج ْملَ ِة فََأ ْف
)142 @/ 1 ص ُل ثَ َوابُ الصَّوْ ِم َو ْال َحجِّ (الروح البن القيم ِ َص ُل ِإلَ ْي ِه َك َما ي ِ َآن َوِإ ْه َداُؤ هَا لَهُ تَطَ ُّوعًا بِ َغي ِْر ُأجْ َر ٍة فَهَ َذا ي ِ ْْالقُر
“Secara global, sesuatu yang paling utama dihadiahkan kepada mayyit adalah
sedeqah, istighfar, berdoa untuk orang yang meninggal dan berhaji atas nama dia.
Adapun membaca Al Qur’an dan menghadiahkan pahalanya kepada si mayyit dengan
suka rela tanpa imbalan, maka akan sampai kepadanya sebagaimana pahala puasa dan
haji juga sampai kepadanya” (al-Ruh I/142)
Terkait dengan masalah menghadiahkan bacaan dzikir kepada ahli kubur, maka
kesemuanya bisa sampai kepada mereka seperti yang diamalkan oleh warga NU
dalam Tahlilan. Sebagaimana menurut al-Hafidz Ibnu Hajar:
Diperkuat oleh fatwa Ibnu Taimiyah mengenai kirim pahala tahlil dan dzikir
lainnya:
()و ُسِئ َل َ ص ِح ْي ٌح َأ ْم الَ ؟ َوِإ َذا هَلَّ َل َ ْث ٌ ار َح ِدي ِ َّت ِم ْن الن ِ ِّت يَ ُكوْ نُ بَ َرا َءةً لِ ْل َمي
ِ َِّع َّم ْن هَلَّ َل َسب ِْع ْينَ َأ ْلفَ َم َّر ٍة َوَأ ْهدَاهُ لِ ْل َمي
اب) إ َذا هَلَّ َل ْاِإل ْن َسانُ هَ َك َذا َس ْبعُوْ نَ َأ ْلفًا َأوْ َأقَ َّل َأوْ َأ ْكثَ َر
َ ص ُل إلَ ْي ِه ثَ َوابُهُ َأ ْم الَ ؟ (فََأ َج ِ َت ي ِ ِّْاِإل ْن َسانُ َوَأ ْهدَاهُ إلَى ْال َمي
)165 / 24 ض ِع ْيفًا َوهللاُ َأ ْعلَ ُم (مجموع الفتاوى البن تيمية َ ْس هَ َذا َح ِد ْيثًا
َ َص ِح ْيحًا َوال َ ك َولَي ْ ََوُأ ْه ِدي
َ ِت إلَ ْي ِه نَفَ َعهُ هللاُ بِ َذل
“Ibnu Taimiyah ditanya tentang seseorang yang membaca tahlil tujuh puluh ribu kali
dan dihadiahkan kepada mayit sebagai pembebas dari api neraka, apakah ini hadis
sahih atau bukan? Ibnu Taimiyah menjawab: Jika seseorang membaca tahlil sebanyak
tujuh puluh ribu, atau kurang, atau lebih banyak, lalu dihadiahkan kepada mayit, maka
Allah akan menyampaikannya. Hal ini bukan hadis sahih atau dlaif” (Majmu’ al-
Fatawa XXIV /165)
(َص@ ُل إلَيْ@ ِه ؟ َوالتَّ ْس@بِ ْي ُح َوالتَّحْ ِميْ@ ُد َوالتَّ ْهلِيْ@ ُل َوالتَّ ْكبِيْ@ ُ@ر إ َذا َأ ْه@دَاهُ إلَى ) َو ُسِئ َل
ِ تت ِ ِّ@ل ْال َمي ِ ع َْن قِ َرا َء ِة َأ ْه
ت قِ َرا َءةُ َأ ْهلِ ِه َوت َْس @بِ ْي ُحهُْ@م َوتَ ْكبِ ْي@ ُرهُْ@م َو َس @اِئ ُر
ِ ِّص ُل إلَى ْال َمي
ِ َاب) ي َ ص ُل إلَ ْي ِه ثَ َوابُهَا َأ ْم الَ ؟ (فََأ َج
ِ َت ي ِ ِّْال َمي
/ 24 ص@ َل إلَ ْي@ ِه َوهللاُ َأ ْعلَ ُم (مجم@@وع الفت@@اوى البن تيمي@@ة ِ ِّ@ر ِه ْم ِهللِ تَ َع@@الَى إ َذا َأ ْه@دَوْ هُ إلَى ْال َمي
َ ت َو ِ @ِذ ْك
)165
“Ibnu Taimiyah ditanya mengenai bacaan keluarga mayit yang terdiri dari tasbih,
tahmid, tahlil dan takbir, apabila mereka menghadiahkan kepada mayit apakah
pahalanya bisa sampai atau tidak?[7] Ibnu Taimiyah menjawab: Bacaan kelurga mayit
bisa sampai, baik tasbihnya, takbirnya dan semua dzikirnya, karena Allah Ta’ala.
Apabila mereka menghadiahkan kepada mayit, maka akan sampai kepadanya”
(Majmu’ al-Fatawa XXIV /165)
“Dan diriwayatkan daru ulama salaf bahwa ‘Setiap khatam al-Quran terdapat
doa yang terkabul’ [8]. Jika seseorang berdoa setelah khatam al-Quran, baik untuk
dirinya sendiri, kedua orang tuanya, para gurunya, dan yang lain dari kalangan
mukminin dan mukminat, maka doa ini tergolong bagian dari doa yang disyariatkan.
Begitu pula doa bagi mereka saat tengah malam, dan tempat-tempat istijabah lainnya.
Dan sungguh telah sahih dari Nabi Muhammad Saw bahwa beliau memerintahkan
sedekah untuk mayit dan puasa untuknya. Bersedekah atas nama orang yang telah
mati adalah bagian dari amal shaleh, begitu pula puasa. Dengan dalil ini, para ulama
berhujjah bahwa boleh menghadiahkan pahala ibadah yang bersifat harta atau fisik
kepada umat Islam yang telah wafat, sebagaimana pendapat Ahmad, Abu Hanifah,
segolongan dari Madzhab Malik dan Syafi’i. maka jika menghadiahkan pahala puasa,
salat dan bacaan al-Quran kepada orang yang telah wafat, maka hukumnya boleh”
(Majmu’ al-Fatawa XXIV/322)
Bahkan menurut Imam Ahmad hal diatas adalah konsensus para ulama:
ِ َو ْال َم ْشهُو ُر فِي َم ْذهَبِنَا َأ َّن قِ َرا َءةَ ْالقُرْ آ ِن اَل ي.
صلُهُ ثَ َوابُهَا َ
َ َوَأ ْن لَي
ْس لِِإْل ْن َسا ِن ِإاَّل َما َس َعى
dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya.
حج: يلحق الميت من فعل غيره وعمله ثالث:اخبرنا الربيع بن سليمان قال حدثنا الشافعي إمالء قال
فأما ما س@@وى ذل@@ك من ص@@الة أو ص@@يام فه@@و لفاعل@@ه دون. ودعاء، ومال يتصدق به عنه أو يقضى،يؤدى عنه
الميت.
ص ُل ِإ ْهدَا ُء ثَ َوابِهَا ِإلَىِ َ َو َم ِن اتَّبَ َعهُ َأ َّن ْالقِ َرا َءةَ اَل ي،ُ َر ِح َمهُ هَّللا،ومن وهذه اآْل يَ ِة ْال َك ِري َم ِة ا ْستَ ْنبَطَ ال َّشافِ ِع ُّي
ص@لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي@ ِه َو َس@لَّ َم ُأ َّمتَ@هُ َواَل َحثَّهُ ْم
َ ِ َولِهَ َذا لَ ْم يَ ْن@دُبْ ِإلَ ْي@ ِه َر ُس@و ُل هَّللا.ْس ِم ْن َع َملِ ِه ْم َواَل َك ْسبِ ِه ْم َ ْال َموْ تَى؛ َأِلنَّهُ لَي
ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ْم
ِ َر،ص َحابَ ِة َّ ك ع َْن َأ َح ٍد ِمنَ ال َ ِ َولَ ْم يُ ْنقَلْ َذل، َواَل َأرْ َش َدهُ ْم ِإلَ ْي ِه بِنَصٍّ َواَل ِإي َما ٍء،َعلَ ْي ِه
Terkait ayat yang mulia Ini Imam Al-Syafi’i rahimahullah dan para
pengikutnya beristinbath bahwa bacaan al-Qur’an tidak sampai pahalanya kepada
orang yang sudah meninggal, karena bacaan al-Qur’an tersebut bukan
perbuatannya bukan pula apa yang ia upayakan. Oleh karenanya Rasulullah saw
tidak mensunnahkan dan menganjurkan untuk mengerjakan hal tersebut. Dan tidak
pula memberikan petunjuk tentang hal tersebut baik dengan nash yang jelas
maupun isyarat. Dan tidak pula diriwayatkan hal tersebut dari seorangpun sahabat
radhiyallahu anhum.
Dalil lain yang menjadi sebab perbedaan pendapat adalah perbedaan dalam
memahami hadits nabi saw berikut
Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda,” Jika seorang
manusia meninggal, maka terputuslah amal perbuatannya kecuali 3 hal: shodaqah
jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendo’akannya.
B. Saran
Kami yakini bahwa makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna,
karena tulisan ini dalam rangka belajar dan belajar, pasti banyak yang keliru, atau
bahkan banyak yang kurang tepat. Maka daripada itu kami meminta saran yang
konstruktif bagi siapapun yang membaca makalah ini
DAFTAR PUSTAKA